BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota dan ketersediaan fasilitas menarik terjadinya pergerakan dari daerah pinggiran (hinterland) ke pusat kota. Ketersediaan fasilitas yang lebih lengkap dibandingkan kawasan lain menyebabkan pusat kota menjadi pusat aktivitas penduduk di daerah hinterland maupun penduduk di pusat kota itu sendiri (Atianta, 2013). Pemusatan fasilitas di pusat kota menarik terjadinya pergerakan penduduk terutama dari daerah pinggiran untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat disediakan seperti lapangan pekerjaan yang lebih bervariasi. Dalam hal ini, sistem transportasi memiliki peran penting dalam mendukung pergerakan masyarakat, tanpa adanya sistem transportasi yang memadai dan dapat melayani kebutuhan maka pergerakan yang terjadi tidak dapat berjalan dengan lancar dan perkembangan wilayah akan menjadi tidak teratur (Rahmananto, 2007). Transportasi adalah proses perpindahan barang atau orang dari satu tempat ke tempat lain. Pada prosesnya, terdapat 2 (dua) aspek yang mendukung kegiatan transportasi yaitu infrastruktur transportasi (prasarana) dan moda transportasi (sarana). Infrastruktur transportasi berfungsi sebagai aspek yang mendukung agar moda transportasi (sarana) dapat berjalan dengan efektif dan efisien, seperti jalan raya untuk pergerakan mobil atau rel untuk pergerakan kereta api. Sedangkan moda transportasi (sarana) berfungsi sebagai alat untuk mengangkut muatan/barang/orang dari tempat asal ke tempat tujuan, seperti mobil penumpang yang mengangkut siswa dari rumah ke sekolah. Dari kondisi tersebut terlihat bahwa moda transportasi memiliki peranan penting pada proses pergerakan dari tempat asal ke tempat tujuan untuk itu diperlukan pemilihan moda transportasi yang tepat untuk setiap kegiatan. Pemilihan moda transportasi bukan merupakan proses acak, melainkan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang menjadi pertimbangan. Tamin (2000) menyebutkan bahwa pemilihan moda transportasi dipengaruhi oleh beberapa 1
faktor yang dikelompokan berdasarkan ciri pengguna jalan, ciri pergerakan, ciri fasilitas, dan ciri kota atau zona. Sementara itu, Reilly dan Landis (2002) mengelompokan faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan moda transortasi menjadi 2 yaitu faktor bentuk kota, seperti kepadatan, penggunaan lahan campuran serta jangkauan terhadap kendaraan umum dan faktor non-bentuk kota, seperti faktor sosial ekonomi yang dimiliki oleh masing-masing individu. Oleh karena itu, pemilihan moda transportasi merupakan salah satu pertimbangan terpenting dalam perencanaan dan pengambilan kebijakan transportasi karena menyangkut bidang tata ruang, seperti ruang yang disediakan sebagai prasarana transportasi, efisiensi pergerakan, serta ketersediaan moda transportasi yang dapat dipilih penduduk dalam melakukan perjalanan (Tamin, 2000). Di Indonesia, transportasi merupakan aspek terpenting pada proses pergerakan kegiatan wilayah. Pergerakan kegiatan tersebut akan berdampak pada perkembangan wilayah karena semakin baik keberlanjutan kegiatan suatu wilayah maka semakin tinggi pula kemajuan sebuah wilayah. Untuk itu diperlukan konsep pembangunan berkelanjutan agar kegiatan transportasi yang mendukung pergerakan wilayah dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan memiliki lima prinsip dasar yaitu Environment (ecology), Economy (employment), Equity, Engagement, dan Energy (Budihardjo dan Sujarto, 2009). Konsep ini berfokus pada integrasi dari lima prinsip pembangunan berkelanjutan dan bersifat jangka panjang. Salah satu pendekatan pembangunan berkelanjutan yang berhubungan dengan transportasi adalah penggunaan lahan campuran yang terintegrasi dengan sistem transportasi yang mengutamakan transportasi umum, masal dan hemat energi. Dalam hal ini transportasi memegang peranan penting dalam pembangunan berkelanjutan, karena dengan adanya integrasi tersebut dapat mengurangi pelaku perjalanan dari satu wilayah ke wilayah lain yang cenderung menggunakan kendaraan pribadi. Pelaku perjalanan tersebut biasanya melakukan pergerakan secara sementara dan cenderung dilakukan oleh penglaju (commuter). Saat ini pelaku perjalanan komuter merupakan salah satu fenomena yang muncul di kota-kota besar dan menjadi bagian hidup masyarakat perkotaan.
2
Pelaku perjalanan komuter merupakan pelaku perjalanan yang dilakukan rutin setiap hari menuju ke suatu tujuan tertentu (Putra, 2013). Pelaku perjalanan ini cenderung tinggal di daerah pinggiran kota dan bekerja di pusat kota serta melakukan perjalanan di pagi hari menuju pusat kota dan sore hari kembali ke tempat tinggalnya. Selain itu, pelaku perjalanan ini cenderung menggunakan kendaraan pribadi oleh karena itu tidak jarang ditemui titik-titik kemacetan di waktu-waktu puncak seperti di pagi hari dan di sore hari. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu wilayah yang menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan dari pembangunan wilayah. Dengan adanya penerapan konsep ini diharapkan dapat terjadi keseimbangan dari segi sosial, ekonomi maupun ketersediaan sarana dan prasarana. Akan tetapi dari beberapa wilayahwilayah di DIY, Kota Yogyakarta memiliki tingkat pertumbuhan wilayah yang cepat dibandingkan dengan wilayah lain sehingga semakin lama terjadi pemusatan fasilitas di pusat kota. Pemusatan fasilitas tersebut mendorong terjadinya pergerakan harian yang dilakukan oleh penduduk yang tinggal di wilayah sekitar, salah satunya adalah penduduk bekerja yang tinggal di Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul merupakan salah satu wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta sehingga memiliki interaksi yang kuat dan kecenderungan melakukan pergerakan harian untuk memenuhi kebutuhan dari segi sosial maupun ekonomi. Pergerakan tersebut biasanya bersifat sementara dan dilakukan di pagi hari menuju pusat kota dan kembali ke tempat tinggalnya di sore hari dan biasanya didominasi untuk maksud kerja. Para penglaju (commuter) ini, cenderung melakukan pergerakan untuk maksud kerja karena banyaknya lapangan pekerjaan yang tersedia di Kota Yogyakarta baik dari sektor formal maupun informal. Untuk melakukan pergerakan para pelaku perjalanan akan dihadapkan dengan berbagai jenis moda transportasi berupa kendaraan pribadi maupun umum. Akan tetapi, pelaku perjalanan tersebut cenderung menggunakan kendaraan pribadi karena tingkat efisiensi serta waktu tempuh yang lebih cepat. Menurut Warpani (1990), dalam melakukan perjalanan kerja masyarakat cenderung memilih moda transportasi yang mampu meminimumkan waktu
3
dengan biaya yang murah. Moda transportasi yang memenuhi kriteria tentunya adalah kendaraan umum, akan tetapi para penglaju yang berasal dari Kabupaten Bantul diduga lebih sering menggunakan kendaraan pribadi. Hal tersebut dapat dikarenakan rendahnya pelayanan dan ketersediaan kendaraan umum yang belum mampu memenuhi kebutuhan perjalanan bagi para penglaju. Selain itu, diduga terdapat faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan bagi para penglaju untuk memilih kendaraan pribadi sebagai moda transportasi yang digunakan. Untuk itu diperlukan analisis mengenai pemilihan moda transportasi oleh para penglaju yang tinggal di Kabupaten Bantul dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
1.2 Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Pertumbuhan wilayah di Kota Yogyakarta yang lebih cepat dibandingkan wilayah lain menyebabkan pemusatan fasilitas di pusat kota. Pemusatan fasilitas tersebut mendorong terjadinya pergerakan harian yang dilakukan oleh penduduk yang tinggal di wilayah sekitar, salah satunya adalah penduduk yang tinggal di Kabupaten Bantul. Pergerakan harian tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak tersedia di tempat tinggal seperti lapangan pekerjaan yang bervariasi. Dalam melakukan pergerakan, para pelaku perjalanan diduga lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena tingkat efisiensi dan waktu tempuh menuju lokasi kerja yang lebih cepat serta rendahnya pelayanan dan ketersediaan kendaraan umum yang belum mampu memenuhi kebutuhan perjalanan bagi para penglaju. Selain itu, diduga terdapat faktor-faktor lain yang menjadi pertimbangan para penglaju untuk memilih kendaraan pribadi sebagai moda transportasi yang digunakan. Dalam penelitian ini wilayah amatan di Kabupaten bantul adalah Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bantul dengan pertimbangan beberapa karakteristik wilayah sehingga dapat mewakili wilayahwilayah yang sesuai dengan karakateristik yang sudah ditentukan. Sedangkan berdasarkan penelitian-penelitian mengenai pemilihan moda transportasi yang telah dilakukan mengelompokan faktor yang memengaruhi pemilihan moda transportasi menjadi dua kelompok yaitu variabel spasial (bentuk kota) dan sosiodemografi (non-bentuk kota). Penelitian yang dilakukan oleh 4
Boarnet dan Samierto (1998) dan Best dan Lazendorf (2005) menemukan bahwa faktor sosiodemografi lebih berpengaruh signifikan terhadap pemilihan moda transportasi dibandingkan dengan faktor spasial. Namum di sisi lain ditemukan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cervero (2002) yang menyebutkan bahwa faktor bentuk kota juga memengaruhi pemilihan moda transportasi akan tetapi hanya beberapa faktor tertentu seperti kepadatan wilayah yang diimbangi dengan penggunaan lahan campuran. Untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan analisis faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan moda transportasi yang dikelompokan menjadi faktor bentuk kota dan non-bentuk kota sehingga hasil dari analisis dapat ditemukan faktor yang berpengaruh signifikan terhadap pemilihan moda transportasi komuter di Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Berdasarkan rumusan masalah tersebut pertanyaan penelitian yang akan dijawab adalah sebagai berikut. 1.
Bagaimana perilaku penduduk mengenai pemilihan moda transportasi yang digunakan oleh penduduk bekerja di Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul?
2.
Apa saja faktor yang dapat memengaruhi pemilihan moda transportasi yang digunakan oleh penduduk bekerja di Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Mengidentifikasi karakteristik perilaku penduduk mengenai pemilihan moda transportasi yang digunakan oleh penduduk bekerja di Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.
2.
Menguji pengaruh faktor bentuk kota dan non-bentuk kota terhadap pemilihan moda transportasi yang digunakan oleh penduduk bekerja di Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul.
5
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Secara teoritik, hasil penelitian ini dapat menambah referensi tentang pemilihan moda pergerakan komuter yang dilihat berdasarkan faktor bentuk kota dan non-bentuk kota sehingga diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi bagi bidang ilmu perencanaan kota dan perencanaan transportasi.
2.
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam mengevaluasi kebijakan terkait pengembangan wilayah dan sistem transportasi serta sebagai pertimbangan untuk mengembangkan sistem transportasi dimasa mendatang sehingga dapat memecahkan permasalahan transportasi seperti kemacetan.
1.5 Batasan Penelitian Adapun batasan untuk penelitian ini meliputi ruang lingkup fokus dan lokus penelitian. Berikut ini adalah penjelasanya. 1.
Fokus Penelitian ini berfokus pada faktor bentuk kota dan non-bentuk kota dalam
pemilihan moda transportasi yang dilakukan oleh pelaku perjalanan yang bermukim di Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Pelaku perjalanan tersebut merupakan pelaku perjalanan komuter. Jenis moda transportasi yang digunakan adalah kendaraan pribadi dan kendaraan umum untuk perjalanan sehari-hari. Sehingga dengan batasan tersebut dapat diidentifikasi jenis moda transportasi yang sering digunakan oleh pelaku perjalanan komuter menuju tempat kerja. 2.
Lokus Lokus atau daerah yang diamati adalah Kecamatan Sewon dan Kecamatan
Bantul, Kabupaten Bantul. Pemilihan lokasi didasarkan pada beberapa karakteristik wilayah yang meliputi jumlah penduduk, kepadatan penduduk, luas permukiman, keberadaan terminal, serta keterjangkauan dengan jalur kendaraan umum yang melewati kedua wilayah tersebut. Berdasarkan hasil analisis diketahui 6
bahwa Kecamatan Sewon memiliki jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang tinggi, keterjangkauan wilayah dengan pelayanan kendaraan umum, serta kedekatan terhadap pusat kota. Sedangkan Kecamatan Bantul memiliki jumlah penduduk yang lebih rendah namum memiliki kepadatan penduduk tinggi, terjangkau oleh kendaraan umum, jarak yang cukup jauh dengan pusat kota dan keberadaan Terminal Palbapang di Kecamatan Bantul. Sehingga kedua wilayah tersebut dapat mewakili karakteristik wilayah-wilayah yang sama di Kabupaten Bantul. Berikut ini merupakan tabel karakteristik wilayah di Kabupaten Bantul. Tabel 1.1 Karakteristik Wilayah Kabupaten Bantul Kecamatan
Jumlah penduduk (jiwa)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
Srandakan Sanden Kretek Pundang Bambanglipuro Pandak Bantul Jetis Imogiri Dlingo Pleret Piyungan Banguntapan Sewon Kasihan Panjang Sedayu
Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Rendah Sedang Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Tinggi Rendah Rendah Rendah Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah Tinggi Tinggi Tinggi Rendah Rendah
Luas Permukiman (Ha)
75,32 51,64 38,64 82,60 175,09 89,94 175,85 406,71 238,93 121,55 234,50 334,89 436,35 473,23 555,02 112,58 273,46
Terminal
AKDP
√
√ √
√ √ √
Angkutan Angkutan Pedesaan Perbatasan
√ √ √ √
√ √ √ √
√
√ √ √
Sumber: Kabupaten Bantul Dalam Angka, 2014 dan Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul, 2014
1.6 Keaslian Penelitian Berdasarkan studi literatur yang telah dilakukan, penelitian yang mengkaji mengenai pemilihan moda transportasi telah banyak dilakukan. Akan tetapi dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan terdapat perbedaan dari segi fokus, lokasi maupun metode penelitian yang digunakan. Berbagai penelitian serupa
7
yang mengkaji tentang pemilihan moda transportasi yang telah dilakukan sebelumnya akan dijelaskan dibawah ini. Reviline Sijabat dan Anita Ratnasari R pada tahun 2013 pernah meneliti tentang pemilihan moda pergerakan komuter yang tinggal di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Penelitian dengan judul “Model Pemilihan Moda Pergerakan Komuter Di Kecamatan Sayung” ini menggunakan metode deduktif kuantitatif. Fokus dari penelitian ini adalah perbandingan pemilihan moda transportasi sepeda motor dan angkutan umum. Penelitian tersebut memiliki perbedaan dengan penelitian ini dari segi lokasi dan fokus penelitian yang diangkat. Selanjutnya, Nurul Arofah, Apik Budi Santoso, dan Saptono Putro juga melakukan penelitian dengan fokus preferensi penglaju terhadap pemilihan moda transportasi. Metode yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Preferensi Penglaju terhadap Moda Transportasi Di Desa Tlogorejo Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak” adalah metode analisis deskriptif kuantitatif, deskriptif persentase dan analisis statistik dengan regresi linear ganda. Lokasi penelitian yang diambil berada di Kabupaten Demak. Berdasarkan penjelasan tersebut menunjukan perbedaan dari segi metode analisis dan lokasi penelitian. Penelitian tentang pemilihan moda transportasi untuk perjalanan kerja pernah dilakukan oleh Ida Bagus Putu Widiarta pada tahun 2010. Fokus dari Penelitian yang berjudul ”Analisis Pemilihan Moda Transportasi untuk Perjalanan Kerja Studi Kasus : Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Bali” adalah perbandingan besarnya biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan angkutan pribadi maupun angkutan umum. Penelitian ini tidak menyebutkan metode yang digunakan, namun dari segi lokasi memiliki perbedaan. Giuliano dan Narayan pada tahun 2003 melakukan penelitian tentang perubahan perilaku perjalanan di 2 wilayah berbeda. Judul penelitian tersebut adalah “Another look at travel patterns and urban form: The US and Great Britain”. Fokus dari penelitian tersebut adalah untuk mengidentifikasi tren perjalanan dan karakteristik penggunaan lahan di masing-masing wilayah. Dalam penelitian tersebut juga membahas tentang perbandingan pemilihan moda transportasi dikedua wilayah amatan. Penelitian ini dilakukan dengan studi
8
komparatif dari kedua wilayah penelitian. Berdasarkan penjelasan tersebut terdapat perbedaan penelitian dari segi lokasi dan metode analisis. Asensio (2002) melakukan penelitian tentang pemilihan moda transportasi komuter dengan mempertimbangkan faktor bentuk kota dan non-bentuk kota. Penelitian dengan judul “Transport Mode Choice by Commuters to Barcelona’s CBD” ini berlokasi di Barcelona. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode statistik deskriptif. Meskipun dari segi fokus penelitian memiliki persamaan akan tetapi terdapat perbedaan dari segi lokus dan metode yang digunakan. Reilly and Landis pada tahun 2002 pernah meneliti tentang pengaruh bentuk kota dan penggunaan lahan terhadap pemilihan moda transportasi. Penelitian dengan judul “The Influence of Built-Form and Land Use on Mode Choice” ini berlokasi di San Francisco. Fokus dari penelitian untuk menguji pengaruh faktor bentuk kota dan faktor sosial ekonomi (non-bentuk kota) terhadap pemilihan moda transportasi untuk perjalanan kerja dan non-kerja. Pada prosesnya, dilakukan uji pengaruh dengan menggunakan regresi logit multinominal. Meskipun dari segi fokus memiliki kesamaan akan tetapi metode analisis dan lokasi penelitian ini berbeda. Beberapa penelitian terkait pemilihan moda transportasi telah dijabarkan diatas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Reilly and Landis (2002) dan Asensio (2002) dilihat berdasarkan faktor bentuk kota dan faktor sosial ekonomi serta fokus penelitian. Namun penelitian ini belum tentu memiliki hasil yang sama dengan penelitian-penelitian yang sudah dilakukan karena karakteristik wilayah dan responden yang berbeda. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dibuktikan bahwa penelitian ini memiliki perbedaan baik dari segi lokasi, fokus maupun metode yang digunakan. Lokasi dari penelitian ini adalah Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul. Fokus dari penelitian ini adalah pengaruh faktor bentuk kota dan non-bentuk kota terhadap pemilihan moda pergerakan yang dilakukan oleh komuter. Metode penelitian yang digunakan adalah deduktif
9
kuantitatif kualitatif sedangkan metode analisis menggunakan metode regresi logit binomial.
1.7 Sistematika Penulisan a.
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, serta penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dibahas mengenai teori-teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, serta kerangka teori dari penelitian ini. c.
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dibahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, tahapan penelitian dan cara analisis data dari penelitian ini.
d. BAB IV DESKRIPSI WILAYAH Pada bab ini di bahas mengenai deskripsi wilayah penelitian yang meliputi Kabupaten Bantul, Kecamatan Sewon dan Kecamatan Bantul. e.
BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini di bahas mengenai analisis hasil pengolahan data yang diperoleh sebagai jawaban pertanyaan dari penelitian.
f.
KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan hasil pengolahan data dan analisis.
10