BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG Perkembangan penjualan otomotif di Indonesia sendiri berjalan pesat. Pada Indonesia International Motor Show yang diadakan bulan Juli 2006, tercatat jumlah pengunjung mengalami kenaikan sebesar 3% dibandingkan tahun lalu menjadi 165.984 orang, dengan jumlah transaksi pembelian sebesar Rp 1,005 triliun. Toyota sebagai salah satu pemain utama dalam industri otomotif dunia, turut memberi kontribusi dalam perkembangan otomotif Indonesia. Di Indonesia, angka penjualan yang dicatatkan Toyota pada bulan Oktober 2006 adalah sebesar 8.210 unit, atau 39,7% dari jumlah penjualan nasional yang berjumlah 20.694 unit. Pada periode Januari-Oktober 2006, perolehan market share Toyota di Indonesia sebesar 39,8% dan hingga kini terus meningkat. Oleh karena itu diperlukan fasilitas yang mampu mewadahi kebutuhan penjualan industri otomotif. Industri otomotif Indonesia saat ini juga turut diramaikan oleh mobilmobil built-up. Semangkin mudahnya prosedur ekspor-impor kendaraan di Indonesia telah membuka pasar Indonesia terhadap masuknya mobil-mobil impor. Pabrikan mobil-mobil built-up tersebut pun relatif beraneka ragam, mulai dari pabrikan yang telah lama dikenal di Indonesia, seperti Toyota, Ford, Chevrolet, BMW, Mercedes-Benz, dan pabrikan-pabrikan yang relatif ‘baru’ di pasar Indonesia seperti Ferrari, Maserati, Bentley, dan sebagainya. Importir kendaraan tersebut pun beraneka ragam, mulai dari Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) merek-merek yang bersangkutan, hingga Importir Umum (IU). Untuk ATPM, biasanya penjualan dilakukan melalui dealer-dealer tersendiri, yang penentuan lokasi serta prosedur operasionalnya telah diatur oleh masingmasing ATPM. Sedangkan untuk IU, penjualan dilakukan melalui dealer yang dikelola secara pribadi. Skala penjualan pun lebih kecil dibanding ATPM, karena jumlah impor yang lebih kecil dan dealer penjualan yang terbatas. Namun kelebihan dealer-dealer IU dibandingkan dengan ATPM adalah koleksi produkproduk yang dijual umumnya lebih beraneka ragam, tidak terikat pada merek tertentu, meskipun ada juga yang mengkhususkan pada merek tertentu. Pengadaan koleksi produk yang dijual pun lebih bebas, dapat langsung
1
menyesuaikan dengan permintaan pasar karena proses impor dilakukan oleh perorangan. Dalam penempatan lokasi dealer, umumnya dealer IU berkumpul di satu lokasi tertentu dengan dealer-dealer IU lainnya sehingga membentuk semacam pusat penjualan mobil built-up. Beberapa contoh pusat penjualan mobil built-up yang ada di Jakarta saat ini adalah di kawasan Fatmawati, Serpong, dan Kelapa Gading. Dengan adanya permintaan pasar yang terus berkembang akan mobil built-up, pengadaan pusat mobil built-up merupakan hal yang potensial untuk dikembangkan. Untuk mendukung kelangsungan penjualan produk, industri otomotif juga memiliki kebutuhan untuk mewadahi pelayanan after sales, yang salah satunya adalah pelayanan servis kendaraan. Toyota sediri, dengan anak perusahaannya, Lexus, yang mengkhususkan diri pada pasar otomotif hi-end, saat ini untuk pelayanan servis kendaraan utama masih ditangani bengkel pusat Toyota di Sunter, Jakarta. Sedangkan, untuk perawatan rutin kendaraan, dapat dilakukan di Lexus Gallery, di kawasan Menteng, Jakarta. Jumlah kapasitas kendaraan yang dapat ditampung di bengkel Lexus Gallery sendiri sangat terbatas, hanya 4 kendaraan. Oleh karena itu ada kebutuhan dari Toyota Lexus untuk mewadahi sarana servis kendaraan. Di samping kebutuhan akan pusat penjualan dan servis kendaraan, dalam industri otomotif , juga terdapat kebutuhan akan suku cadang
kendaraan.
Permintaan akan suku cadang dan aksesoris kendaraan merupakan hal yang berkaitan langsung
dengan adanya penggunaan kendaraan. Seiiring dengan
intensitas pemakaian kendaraan, muncul kebutuhan penggantian suku cadang yang sudah aus atau rusak. Selain kebutuhan akan suku cadang, juga terdapat kebutuhan akan aksesoris dan audio kendaraan. Berbeda dengan suku cadang, permintaan akan aksesoris dan audio lebih didasari oleh kebutuhan untuk memiliki kendaraan yang lebih personal. Sering kali pemilik kendaraan tidak puas dengan kendaraan standar yang diproduksi. Oleh karena itu, kemudian dilakukan penyesuaian-penyesuaian, antara lain dengan menambahkan aksesoris maupun mengganti audio. Di Jakarta, pusat suku cadang, aksesoris, dan audio kendaraan saat ini sudah ada beberapa tempat, seperti di Atrium Senen dan Fatmawati. Namun konsep penjualan yang digunakan umumnya tidak berbeda dengan penjualan produk-produk diluar otomotif, padahal ada kebutuhan yang berbeda antara penjualan produk non otomotif dan otomotif, baik dari segi
2
karakteristik produk yang dijual maupun kebutuhan pelayanan penjualan sendiri, seperti misalnya menyediakan jasa pemasangan. Oleh karena itu diperlukan pusat suku cadang dan aksesoris kendaraan yang mampu mewadahi hal-hal di atas. Selain kebutuhan akan fasilitas yang sifatnya fungsional seperti yang telah diuraikan di atas, juga terdapat kebutuhan untuk mewadahi teknik pemasaran yang berkembang saat ini. Pemain dalam industri otomotif sendiri tidak hanya dikuasai oleh pemain tunggal, melainkan terdiri dari banyak pemain. Persaingan pun bukan hanya dari segi teknologi yang diusung, melainkan juga mencakup sejarah, image, hingga filosofi perusahaan. Untuk itu diperlukan perhatian khusus dalam teknik pemasaran produk otomotif. Dalam memasarkan produk otomotif, sedapat mungkin seluruh aspek dari produk tersebut ikut dijual. Tujuannya adalah menciptakan diferensiasi antara produk yang satu dengan yang lain. Dari segi arsitektur, selain berfungsi mewadahi kebutuhan fungsional, juga muncul kebutuhan untuk mewadahi kebutuhan untuk menghasilkan bentukan arsitektur yang dapat mengangkat brand image dari perusahaan yang diwakili, sehingga dapat mendukung strategi pemasaran. Adanya tuntutan bagi pabrikan-pabrikan otomotif pada umumnya dan Toyota, pada khususnya, untuk mewadahi kebutuhan pasar otomotif yang kian meningkat dan mewujudkan arsitektur yang mampu merepresentasikan brand otomotif merupakan isu yang menjadi dasar perancangan. Salah satu cara yang dapat
digunakan
untuk
mengejawatahkan
isu
tersebut
adalah
dengan
mengembangkan fasilitas yang berhubungan langsung dengan dua isu diatas, yaitu Toyota and Automotive Center.
1.2
PEMAHAMAN JUDUL 1.2.1
TOYOTA 1.2.1.1 Toyota Motor Corporation Sejarah Toyota dimulai sejak September 1933. Saat itu Toyoda, sebuah
perusahaan yang bergerak di bidang industri tekstil di Jepang, memperluas produksinya dengan memproduksi mobil dibawah pimpinan, Kiichiro Toyoda, putra pendiri perusahaan Toyoda. Tidak lama kemudian, perusahaan tersebut berhasil memproduksi mesin yang pertama, mesin tipe A pada tahun 1934, yang digunakan pada mobil berpenumpang pada bulan Mei 1935, dan pada truk pada bulan Agustus 1935. Toyota Motor Co. kemudian memisahkan diri pada tahun
3
1937. Nama perusahaan diubah menjadi Toyota sebagai simbol pemisahan kehidupan pekerjaan pendiri dari kehidupan keluarga pendiri, untuk memudahkan pengucapan, dan sebagai simbol keberuntungan. Dalam aksara Katakana, Toyota ditulis dengan 8 tarikan garis. Angka 8 sendiri di Jepang merupakan simbol keberuntungan. Dalam
perkembangan
selanjutnya,
Toyota
sukses
memperbesar
industrinya. Pada tahun 1959, Toyota memulai produksi pertama di luar Jepang, yaitu di Brazil. Produk-produk Toyota pun dipasarkan ke seluruh penjuru dunia dan memegang market share yang cukup besar. Saat itu produk-produk Toyota sebagian besar ditujukan untuk pasar menengah. Pada tahun 1983, chairman Toyota, Eiji Toyoda mencanangkan pengembangan produk otomotif dengan segmen pasar premium, yang merupakan cikal-bakal Lexus. Setelah melalui serangkaian riset, pada tahun 1989 diluncurkanlah tipe Lexus yang pertama, yaitu LS400 di North American International Auto Show, Detroit. Pada tahun 1990, Lexus juga dipasarkan di Inggris, Swiss, Canada, dan Australia. Saat ini, Lexus telah tumbuh menjadi merek kendaraan mewah dengan penjualan tertinggi di Amerika Serikat. Dalam skala global, volume penjualan Lexus menduduki posisi ke empat dari segmen kendaraan mewah. Jenis kendaraan yang diproduksi Lexus pun terus bertambah, antara lain tipe IS, ES, GS, dan LS untuk jenis sedan, SC convertible coupe, serta RX, GX, dan LX untuk tipe sport utility vehicle (SUV). Saat ini Lexus juga menjadi pionir kendaraan hibrid untuk kelas premium. Pada tahun 2005, Lexus meluncurkan hybrid luxury SUV yang pertama di dunia, RX 400h. Kendaraan ini menggunakan listrik dan bensin sebagai sumber energi untuk meningkatkan tenaga, efisiensi bahan bakar, dan emisi yang lebih rendah dibandingkan kendaraan dengan bahan bakar bensin. Pada bulan Januari 2007, Lexus meresmikan divisi terbaru, Lexus F-Sport, yang memproduksi kendaraan mewah dengan inspirasri dari ajang balap mobil. Tipe Lexus F-Sport pertama adalah ISF, yang diluncurkan pada North American International Auto Show pada tahun 2007. Slogan Lexus adalah The Pursuit of Perfection.
1.2.1.2 Toyota Astra Motor PT Toyota Astra Motor (TAM) telah menjadi agen tunggal di Indonesia untuk kendaraan Toyota sejak tahun 1971. Perusahaan ini merupakan perusahaan
4
joint venture antara PT Astra International Tbk (saham 51%) dengan Toyota Motor Corporation (saham 49%), Jepang. Sejak tahun 1987 hingga 2003, TAM memimpin industri manufaktur, perakitan, dan penjualan kendaraan di Indonesia. Dalam perkembangannya, Astra memutuskan untuk memfokuskan kekuatannya pada kegiatan marketing dan distribusi. Sebagai bagian dari strategi ini, TAM direstrukturisasi menjadi dua bagian pada tahun 2003. TAM memfokuskan pada marketing, distribusi, dan pelayanan after-sales kendaraan, sedangkan PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), berkonsentrasi pada manufaktur kendaraan. TAM juga merupakan distributor tunggal dan importir kendaraan Toyota seta komponen kendaraan di Indonesia. Saat ini TAM juga menjadi agen Lexus di Indonesia. Untuk mendukung penjualan Lexus, sejak 7 November 2007 telah hadir Lexus Gallery, showroom dengan konsep galeri, di kawasan Menteng, Jakarta. Pada Lexus Gallery, pemilik kendaraan juga dapat melakukan perawatan rutin kendaraan. Untuk perbaikan berat, saat ini masih ditangani langsung oleh bengkel utama Toyota di kawasan Sunter. Produk Lexus yang dipasarkan TAM meliputi tipe IS, GS, RX, dan LS. PT Toyota Astra Motor memiliki 5 dealer utama untuk mendistribusikan produk Toyota, yaitu AUTO 2000, PT New Ratna Motor, PT Agung Automall, PT Hasjrat Abadi, NV Hadji Kalla Trd.Co.Untuk Lexus, distribusi produk ditangani langsung oleh TAM. 1.2.2
Automotive Istilah automotive diambil dari bahasa Inggris, yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan sebagai otomotif. Menurut Dictionary.com, automotive berarti: 1. bagian dari desain, operasi, manufaktur, atau penjualan dari kendaraan beroda empat. 2. digerakkan oleh motor, mesin, atau semacamnya, secara tersendiri. 3. informal: sebuah industri, departemen pengadaan barang, dan sebagainya yang mengkhususkan pada peralatan dan bagian kendaraan, truk, dan kendaraan bermotor yang lain.
5
Dari definisi diatas dapat ditarik pengertian automotive sebagai hal-hal yang berkaitan dengan kendaraan roda empat dengan penggerak sendiri, baik dari segi desain, operasi, manufaktur, dan penjualan.
1.2.3
Center Istilah center diambil dari bahasa Inggris, yang dalam bahasa Indonesia
berarti pusat. Dalam definisinya, center memiliki beberapa makna baik dari segi pemerintahan, geometri, matematika, mesin, olahraga, dan sebagainya. Dalam hal ini, makna center yang diambil adalah makna yang berkaitan dengan tempat aktivitas. Center menurut Merriam-Webster Dictionary berarti: sebuah fasilitas yang menyediakan tempat untuk aktivitas tertentu atau pelayanan tertentu. Sedangkan menurut American Heritage Dictionary, center berarti: sebuah tempat dimana aktivitas atau pelayanan tertentu terkonsentrasikan. Dari definisi diatas dapat ditarik pengertian center sebagai suatu tempat ditujukan untuk mewadahi aktivitas atau pelayanan tertentu secara terpusat.
1.2.4
Toyota and Automotive Center Dari definisi yang telah dijabarkan sebelumnya, diambil kesimpulan
Toyota and Automotive Center sebagai suatu tempat yang ditujukan untuk mewadahi hal-hal yang berkaitan dengan kendaraan roda empat dengan penggerak tersendiri, dengan mengkhususkan diri pada segi penjualan dan pelayanan perbaikan kendaraan, yang keberadaannya didukung oleh Toyota Astra Motor, sebagai pemilik utama fasilitas tersebut.
1.3
MAKSUD DAN TUJUAN PERANCANGAN Berdasarkan pengelolanya, fasilitas ini terbagi menjadi dua, yaitu fasilitas yang dikelola Toyota dan fasilitas yang disewakan untuk umum. Fasilitas yang dikelola Toyota sendiri terbagi menjadi fasilitas showroom dan bengkel khusus Lexus. Untuk fasilitas yang dikelola umum, terbagi menjadi fasilitas showroom, retail, dan café. Dari perbedaan pengelolanya, maksud dan tujuan perancangan terbagi menjadi dua, yaitu untuk fasilitas Toyota dan fasilitas sewa.
6
1.3.1
Fasilitas Toyota
1. Mewujudkan fisik arsitektur yang mampu membedakan citra Lexus sebagai kendaraan yang ditujukan untuk segmen hi-end, dari citra kendaraan produksi Toyota pada umumnya yang ditujukan untuk segmen menengah. 2. Mewujudkan arsitektur yang mampu mengangkat citra Lexus sebagai kendaraan eksklusif ditengah-tengah persaingan dengan produsen-produsen kendaraan mewah lainnya. 3. Merancang fasilitas yang mampu mewadahi kebutuhan fungsional ruang pamer, administrasi, dan bengkel maupun kebutuhan rekreasi pengunjung. 4. Merancang ruang yang mampu menciptakan interaksi antara aktivitas fungsional karyawan Toyota dengan aktivitas rekreasi pengunjung melalui pengorganisasian ruang dan kegiatan yang diwadahi.
1.3.2
Fasilitas Sewa
1. Merancang fasilitas yang mampu mewadahi kebutuhan fungsional industri otomotif Indonesia, khususnya dalam segi pemasaran produk. 2. Mendesain ruang yang mampu menciptakan interaksi yang erat antara mobil dan manusia melalui pengorganisasian ruang dan kegiatan yang diwadahi, serta penataan sirkulasi di dalam bangunan. 3. Menciptakan wadah interaksi antarkomunitas penggemar otomotif. 4. Menciptakan ruang publik yang dapat dimanfaatkan sebagai ruang bersama, sebagai kontribusi terhadap kota.
1.4
PERMASALAHAN PERANCANGAN 1.4.1
Fasilitas Toyota
1. Bagaimana mengatur hubungan antara ruang-ruang yang mewadahi kegiatan fungsional dengan ruang-ruang yang mewadahi kegiatan rekreasi sehingga tercipta interaksi tampa saling mengganggu satu sama lain. 2. Bagaimana merancang showroom sebagai fasilitas utama yang mampu menarik pengunjung. 3. Bagaimana menghadirkan fisik arsitektur yang menarik dan mampu mengangkat citra Toyota, namun sekaligus memenuhi standar dan efisiensi ruang.
7
1.4.2
Fasilitas Sewa
1. Bagaimana mengatur hubungan antarfungsi yang ada berdasarkan aktivitas dan perilaku pengguna dan spesifikasi kebutuhan tiap fungsi sehingga dapat menunjang satu sama lain. 2. Bagaimana mengatur sirkulasi manusia dan kendaraan yang menghubungkan fungsi-fungsi
yang
ada sehingga dapat
berjalan
beriringan
tampa
mengganggu satu sama lain sehingga tercipta interaksi antara manusia dan kendaraan. 3. Bagaimana menata massa bangunan dengan bentangan yang cukup lebar akibat kebutuhan sirkulasi, di lahan yang relatif sempit. 4. Bagaimana menciptakan ruang terbuka yang dapat menjadi yang pengikat massa bangunan, pendukung kegiatan penjualan, sekaligus menjadi ruang publik.
1.5
PENDEKATAN DAN METODA PERANCANGAN Pendekatan dan metoda yang digunakan dalam proses perancangan adalah: 1. Studi literatur untuk memperoleh data tentang sejarah dan perkembangan kasus yang diangkat, profil dan image Toyota Lexus, standar ruang untuk fasilitas-fasilitas yang ada, serta referensi struktur bangunan yang digunakan. 2. Survey lapangan untuk memperoleh data dan informasi lahan. 3. Studi banding proyek sejenis. 4. Wawancara
1.6
SISTEMATIKA LAPORAN BAB I PENDAHULUAN memuat latar belakang kasus, pemahaman judul, tujuan dan maksud perancangan, permasalahan perancangan, pendekatan perancangan, dan sistematika laporan. BAB II DATA AWAL PROYEK memuat lokasi proyek, peraturan dan standar yang
digunakan,
pemahaman
tipologi
bangunan,
tinjauan
teori
yang
berhubungan, dan kriteria perancangan. BAB III ANALISA memuat analisa tapak, analisa kegiatan/fungsional, analisa pemakai, analisa ruang dan bentuk, analisa struktur dan utilitas bangunan, dan kebutuhan ruang.
8
BAB IV KONSEP memuat ide awal/conceptual ideas, konsep tapak, konsep bangunan, konsep struktur, dan konsep utilitas. BAB V HASIL RANCANGAN memuat penerapan konsep perancangan pada desain , hal-hal yang menentukan hasil rancangan, dan gambar final hasil rancangan.
9