BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Salah satu kebijakan penting yang menjadi prioritas utama
pemerintah Kabupaten Bandung adalah pembangunan yang seimbang antara pembangunan fisik dan pembangunan sumber daya manusia. Hal ini sejalan dengan visi dan misi Kabupaten Bandung yang diantaranya adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia (pendidikan dan kesehatan) yang berlandaskan iman dan taqwa. Kebijakan yang diambil diharapkan dapat mempercepat peningkatan derajat sumber daya manusia Kabupaten Bandung, sehingga penduduknya akan mampu bersaing secara regional maupun nasional. Capaian pembangunan manusia tidak dapat dilihat secara parsial. Oleh karena itu, diperlukan suatu ukuran standar
yang dapat
menggambarkan keberhasilan pembangunan manusia secara keseluruhan. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menetapkan ukuran standar pembangunan manusia yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dibentuk berdasarkan beberapa indikator yang merepresentasikan dimensi kesehatan, dimensi pendidikan dan dimensi hidup layak. Pencapaian angka IPM Kabupaten Bandung masih mungkin untuk ditingkatkan, bahkan mampu bersaing dengan kabupaten/kota sekitarnya. Langkah yang harus diambil adalah dengan arah kebijakan pembangunan pemerintah Kabupaten Bandung yang mampu menjawab permasalahan regional yang telah terpetakan. Keberhasilan pencapaian pembangunan di
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
1
wilayah Kabupaten Bandung secara bersamaan akan dapat memberikan kontribusi terhadap upaya peningkatan pembangunan manusia. Sesuai dengan amanah Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Bab VII pasal 31, yang menyatakan bahwa perencanaan pembangunan didasarkan pada data/informasi yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, maka untuk mengukur keberhasilan peningkatan pembangunan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas hidup manusia di Kabupaten Bandung diperlukan pengukuran menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Data IPM yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (BPS-RI) biasanya direalease untuk tahun data t-2 dengan kedalaman data sampai tingkat kabupaten/kota. Sementara itu perencanaan pembangunan di Kabupaten Bandung memerlukan data dasar kondisi terkini dengan kedalaman paling tidak sampai dengan level kecamatan. Untuk itu diperlukan penyusunan/penghitungan IPM menurut kecamatan pada tahun berjalan.
1.2 Tujuan Untuk mengukur keberhasilan peningkatan pembangunan dalam kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas hidup manusia maka diperlukan pengukuran menggunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM atau Human Development Index (HDI) adalah indikator yang telah dikembangkan oleh United Nations Development Program (UNDP).
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
2
IPM sangat perlu dievaluasi dalam pembangunan suatu daerah, karena IPM dapat memberikan informasi sampai seberapa besar setiap pencapaian peningkatan hasil pembangunan memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat dilihat dari aspek pendidikan, kesehatan dan kemampuan ekonominya. IPM merupakan suatu indeks yang menunjukkan tentang aspek-aspek: peluang hidup panjang dan sehat, mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai, serta hidup layak. Secara tegas IPM tersebut merupakan kemudahan dalam memperoleh akses terhadap aspek sosial, budaya dan aspek ekonomi. Tujuan
kegiatan
penyusunan
penghitungan
IPM
Kabupaten
Bandung pada tahun 2013 adalah : 1. Untuk mendapatkan data potensi dan permasalahan di Kabupaten Bandung secara umum sebagai bahan evaluasi atas kinerja/pelaksanaan pembangunan daerah, selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan dan perumusan kebijakan Pemerintah Daerah. 2. Untuk mendapatkan feedback secara berkala atas kinerja penyelenggaraan pemerintah/pelaksanaan pembangunan daerah sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan selanjutnya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik secara berkesinambungan. 3. Mendapatakan data dasar bahan penyusunan perencanaan & evaluasi pembagunan secara berkala.
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
3
1.3 Sasaran dan Manfaat Kegiatan Sasaran Kegiatan Pengolahan, Updating dan Analisis Data Statistik Daerah
Pekerjaan
Penyusunan
IPM
adalah
tersusunnya
Indeks
Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Tahun 2013 sampai tingkat kecamatan. Dengan tersusunnya data IPM menurut kecamatan manfaatnya adalaha diketahuinya gambaran pendidikan, kesehatan dan daya beli masyarakat Kabupaten Bandung sampai tingkat kecamatan.
1.4
Dasar Hukum Peraturan perundang-undangan yang melatarbelakangi Kegiatan
Pengolahan, Updating dan Analisis Data Statistik Daerah Pekerjaan Penyusunan IPM diantaranya : 1.
Undang-Undang RI Nomor 16 tahun 1997 tentang Statistik;
2.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);
3.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara ( Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);
4.
Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional; 5.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembar Negara 4437) sebagaimana telah diubah terakhir
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
4
dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (lembaran Negara tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844); 6.
Peraturan pemrintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);
7.
Peraturan Presiden republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2010 tetntang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
8.
Peraturan Presiden Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
9.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah ; 11. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 2 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 2); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Bandung Nomor 3 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2007 Nomor 3);
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
5
13. Peraturan Bupati Bandung Nomor 9 Tahun 2008 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9); 14. Kesepakatan Bersama antara Pemerintah Kabupaten Bandung dengan Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung Nomor : tanggal
14
Februari
2012
tentang
Penyusunan Indikator Makro Kestatistikan. 15. Keputusan Bupati Bandung Nomor 027/Kep.457-Pemb/2012 Tanggal 25 Oktober 2012 tentang Standar Biaya Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2013; 16. Keputusan
Bupati
Bandung
Nomor
954/Kep.70-
BAPPEDA/2013 tanggal 15 Januari 2013 tentang Penunjukan Pengelola
Keuangan
Daerah
pada
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2013. 17. Keputusan Kepala BAPPEDA Kabupaten Bandung selaku Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang Nomor 900/45BSekret/2013, tanggal 21 Januari 2013 tentang Penunjukan Pejabat Penatausahaan Keuangan, Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan/Pejabat
Pembuat
Komitmen,
Pejabat
Pengadaan/Panitia Pengadaan Barang dan Jasa, Pejabat/Panitia Penerima/Pemeriksa Hasil Pekerjaan/Kegiatan, dan Pembantu Bendahara Pengeluaran (Kasir, Pembuat Dokumen Pengeluaran dan Pemgurusan Gaji), pada BAPPEDA Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2013;
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
6
18. Dokumen
Pelaksanaan
Anggaran
(DPA)
Satuan
Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) BAPPEDA Kabupaten Bandung Tahun 2013.
1.5
Ruang Lingkup dan Sumber Data Cakupan kegiatan penyusunan/penghitungan IPM adalah di seluruh
wilayah Kabupaten Bandung. Sedangkan data yang digunakan dalam penghitungan IPM disamping menggunakan data primer yaitu Survei Khusus IPM, juga dilengkapi dengan data primer/sekunder hasil survei lainnya yang dipublikasikan oleh BPS atau sumber lain.
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
7
BAB II METODOLOGI
2.1
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih dilakukan melalui
survei dengan dengan wawancara langsung antara petugas dengan responden. Keterangan mengenai rumahtangga dapat dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala rumahtangga, suami/istri kepala rumahtangga
atau
anggota
rumahtangga
lain
yang
mengetahui
karakteristik yang ditanyakan. 2.2
Kerangka Sampel Kerangka sampel yang digunakan dalam IPM yaitu dilakukan secara
bertahap, dengan tahapan sebagai berikut : Tahap pertama, dilakukan pemilihan sampel kecamatan dan desa /kelurahan (seluruh kecamatan dan desa /kelurahan yang berada di Kabupaten Bandung terpilih sampel). Selanjutnya dilakukan pengurutan nomor blok sensus (wilayah pencacahan) yang ada di seluruh
desa/kelurahan.
Pengurutan
ini
dilakukan
untuk
menjamin bahwa setiap blok sensus yang ada dalam suatu desa/kelurahan mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Tahap Kedua, adalah memilih blok sensus. Pemilihan blok sensus ini dilakukan dengan cara probability sampling (penarikan
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
8
sampel berpeluang). Adapun yang menjadi sampling frame untuk penarikan sampel blok sensus ini adalah jumlah penduduk hasil sensus penduduk tahun 2010. Tahap ketiga, adalah pemilihan rumahtangga pada kelompok blok sensus yang terpilih sampel. Pemilihan rumah tangga dilakukan secara proporsional terhadap lima strata pengeluaran rumah tangga
sehingga
rumahtangga-rumahtangga
yang
terpilih
diharapkan merupakan sampel yang refresentatif dari seluruh rumah tangga yang ada di Kabupaten Bandung.
2.3
Pengertian Indikator Petunjuk yang memberikan indikasi tentang suatu keadaan dan
merupakan refleksi dari keadaan tersebut disebut sebagai indikator. Dengan kata lain, indikator merupakan variabel penolong dalam mengukur perubahan. Variabel-variabel ini terutama digunakan apabila perubahan yang akan dinilai tidak dapat diukur secara langsung. Indikator yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: (1)
Sahih (Valid); indikator harus dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya akan diukur oleh indikator tersebut.
(2)
Objektif; untuk hal yang sama, indikator harus memberikan hasil yang sama pula, walaupun dipakai oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda.
(3)
Sensitif; perubahan yang kecil mampu dideteksi oleh indikator.
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
9
(4)
Spesifik; indikator hanya mengukur perubahan situasi yang dimaksud. Namun demikian, perlu disadari bahwa tidak ada ukuran baku yang benar-benar dapat mengukur tingkat kesejahteraan seseorang atau masyarakat. Indikator bisa bersifat tunggal (indikator tunggal) yang isinya terdiri
dari satu indikator, seperti Angka Kematian Bayi (AKB) dan bersifat jamak (indikator komposit) yang merupakan gabungan dari beberapa indikator, seperti Indeks Mutu Hidup (IMH) yang merupakan gabungan dari 3 indikator yaitu Angka Melek Huruf (AMH), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Harapan Hidup dari anak usia 1 tahun (e1). Menurut jenisnya, indikator dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) kelompok indikator, yaitu: (a) Indikator Input; yang berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program dan turut menentukan keberhasilan program. Seperti: rasio murid-guru, rasio murid-kelas, rasio dokter, rasio puskesmas. (b) Indikator
Proses;
yang
menggambarkan
bagaimana
proses
pembangunan berjalan, seperti: Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), rata-rata jumlah jam kerja, rata-rata jumlah kunjungan ke puskesmas, persentase anak balita yang ditolong dukun. (c) Indikator Output/Outcome; yang menggambarkan bagaimana hasil (output) dari suatu program kegiatan telah berjalan, seperti: persentase penduduk dengan pendidikan SLTA ke atas, Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Harapan Hidup (AHH), Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), dan lain-lain.
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
10
2.4
Indikator-Indikator Pembangunan Manusia Upaya untuk mengetahui dan mengidentifikasi seberapa besar
kemajuan pembangunan yang telah dicapai suatu wilayah, tentunya diperlukan data-data yang up to date dan akurat. Data-data yang disajikan diharapkan sebagai bahan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh pemerintah. Dalam konteks tersebut diperlukan ukuran-ukuran yang tepat untuk digunakan sebagai indikator. Untuk itu perlu kiranya dijabarkan mengenai berbagai ukuran-ukuran yang biasa digunakan sebagai indikator pembangunan. Berbagai program seperti pengadaan pangan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan, dan peningkatan kegiatan olahraga dilaksanakan dalam upaya peningkatan taraf kualitas fisik penduduk. Namun demikian, seperti dikatakan Azwini, Karomo, dan Prijono (1988:469), tolak ukur yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan (pembangunan) dalam beberapa hal agak sulit ditentukan. Alat ukur yang sering digunakan untuk menilai kualitas hidup selama ini sebenarnya hanya mencakup kualitas fisik, tidak termasuk kualitas non fisik. Kesulitan muncul terutama karena untuk menilai keberhasilan pembangunan non-fisik indikatornya relatif lebih abstrak dan bersifat komposit. Salah satu pengukuran taraf kualitas fisik penduduk yang banyak digunakan adalah Indeks Mutu Hidup (IMH). Ukuran ini sebenarnya banyak mendapat kritik (Hicks and Streeten, 1979; Rat, 1982; Holidin, 1993a dan Holidin 1993b) karena mengandung beberapa kelemahan, terutama yang menyangkut aspek statistik dari keterkaitan antar variabel yang digunakannya. Terlepas dari kelemahan tersebut, ada nilai lebih dari
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
11
IMH yang membuat indikator ini banyak digunakan sebagai ukuran untuk menilai keberhasilan program pembangunan pada suatu wilayah. Nilai lebih dari IMH ini adalah kesederhanaan didalam penghitungannya. Disamping itu, data yang digunakan untuk menghitung IMH ini pada umumnya sudah banyak tersedia. IMH bisa dihitung dengan mudah setiap tahun untuk setiap wilayah (nasional, propinsi, maupun kabupaten/kota), sehingga dapat dilakukan perbandingan antar wilayah. Sejalan dengan makin tingginya intensitas dalam permasalahan pembangunan, kesederhanaan IMH pada akhirnya kurang mampu untuk menjawab tuntutan perkembangan pembangunan yang semakin kompleks. Untuk itu perlu indikator lain yang lebih reprensentatif dengan tuntutan permasalahan yang ada. Dalam kaitan ini, indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu alternatif yang bisa diajukan. Indikator ini, disamping mengukur kualitas fisik yang tercermin dari angka harapan hidup; juga mengukur kualitas non fisik (intelektualitas) melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; juga mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat di wilayah itu yang tercermin dari nilai Purcashing Power Parity Index (PPP). Dengan demikian, indikator IPM terasa lebih komprehensif dibandingkan dengan IMH.
2.5
Metode Penghitungan IPM Perkembangan
pembangunan
manusia
secara
berkelanjutan
diperlukan satu set indikator komposit yang cukup representatif. Pada dasarnya IPM mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
12
manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk menghasilkan suatu ukuran yang merefleksikan upaya pembangunan manusia. Ketiga aspek tersebut berkaitan dengan peluang hidup (longevity), pengetahuan (knowledge), dan hidup layak (decent living). Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir; pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun keatas; serta hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada purchasing power parity (paritas daya beli dalam rupiah). Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup atau e0 yang dihitung menggunakan metode tidak langsung (metode Brass, varian Trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata anak yang masih hidup. Komponen pengetahuan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Indikator angka melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis sedangkan indikator ratarata lama sekolah dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan yaitu tingkat/kelas yang sedang/pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Sementara itu, komponen standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil yang telah disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP menggunakan indikator Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita riil yang telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak tersedia indikator lain yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara.
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
13
Penghitungan indikator konsumsi riil per kapita yang telah disesuaikan dilakukan melalui tahapan pekerjaan sebagai berikut: Menghitung pengeluaran konsumsi per kapita (=A). Mendeflasikan nilai A dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) ibukota propinsi yang sesuai (=B). Menghitung daya beli per unit (=Purchasing Power Parity (PPP)/unit). Metode penghitungan sama seperti metode yang digunakan
International
Comparison
Project
(ICP)
dalam
menstandarkan nilai PDB suatu negara. Data dasar yang digunakan adalah data harga dan kuantum dari suatu basket komoditi yang terdiri dari nilai 27 komoditi. Membagi nilai B dengan PPP/unit (=C). Menyesuaikan nilai C dengan formula Atkinson sebagai upaya untuk memperkirakan nilai marginal utility dari C. Penghitungan PPP/unit dilakukan dengan rumus:
E
(i, j)
j PPP / unit = -------------------------
(p( 9 , j ) . q ( i , j )) j Dimana, E( i , j ) P( 9 , j ) q( i , j )
: : :
pengeluaran konsumsi untuk komoditi j di kabupaten ke-i harga komoditi j di DKI Jakarta (Jakarta Selatan) jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di kabupaten ke-i
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
14
Tabel 2.1. Daftar Komoditi Terpilih Untuk Menghitung Paritas Daya Beli (PPP)
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27.
Komoditi
Unit
(1)
(2) Kg Kg Kg Kg Ons Kg Kg Butir 397 gram Kg Kg Kg Kg Kg Kg Butir Ons Ons Ons Ons 80 gram 10 batang Kwh M3 Liter Liter Unit
Beras lokal Tepung terigu Ketela pohon Ikan tongkol/tuna/cakalang Ikan teri Daging sapi Daging ayam kampung Telur ayam Susu kental manis Bayam Kacang panjang Kacang tanah Tempe Jeruk Pepaya Kelapa Gula pasir Kopi bubuk Garam Merica/lada Mie instant Rokok kretek filter Listrik Air minum Bensin Minyak tanah Sewa rumah Total
Sumbangan thd total konsumsi (%) *) (3) 7.25 0.10 0.22 0.50 0.32 0.78 0.65 1.48 0.48 0.30 0.32 0.22 0.79 0.39 0.18 0.56 1.61 0.60 0.15 0.13 0.79 2.86 2.06 0.46 1.02 1.74 11.56 37.52
Sumber: Badan Pusat Statistik
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
15
Unit kuantitas rumah dihitung berdasarkan indeks kualitas rumah yang dibentuk dari tujuh komponen kualitas tempat tinggal. Ketujuh komponen kualitas yang digunakan dalam penghitungan indeks kualitas rumah diberi skor sebagai berikut: Lantai: keramik, marmer, atau granit = 1, lainnya = 0. Luas lantai per kapita: > 10 m2 = 1, lainnya = 0. Dinding: tembok = 1, lainnya = 0. Atap: kayu/sirap, beton = 1, lainnya = 0. Fasilitas penerangan: listrik = 1, lainnya = 0. Fasilitas air minum: leding = 1, lainnya = 0. Jamban: milik sendiri = 1, lainnya = 0. Skor awal untuk setiap rumah = 1.
Indeks kualitas rumah merupakan penjumlahan dari skor yang dimiliki oleh suatu rumah tinggal dan bernilai antara 1 sampai dengan 8. Kuantitas dari rumah yang dikonsumsi oleh suatu rumah tangga adalah Indeks Kualitas Rumah dibagi 8. Sebagai contoh, jika suatu rumah tangga menempati suatu rumah tinggal yang mempunyai Indeks Kualitas Rumah = 6, maka kuantitas rumah yang dikonsumsi oleh rumah tangga tersebut adalah 6/8 atau 0,75 unit. Rumus Atkinson (dikutip dari Arizal Ahnaf dkk, 1998: 129) yang digunakan untuk penyesuaian rata-rata konsumsi riil secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
16
C (i)* = C(i)
jika C(i) < Z
= Z + 2(C(i) – Z) (1/2)
jika Z < C(i ) < 2Z
= Z + 2(Z) (1/2) + 3(C(i) – 2Z) (1/3)
jika 2Z < C(i) < 3Z
= Z + 2(Z) (1/2) + 3(Z) (1/3) + 4(C(i) – 3Z) (1/4)
jika 3Z < C(i) < 4Z
Dimana, C(I) : Konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan dengan PPP/unit (hasil tahapan 5) Z : Threshold atau tingkat pendapatan tertentu yang digunakan sebagai batas kecukupan yang dalam laporan ini nilai Z ditetapkan secara arbiter sebesar Rp 547.500,- per kapita setahun, atau Rp 1.500,- per kapita per hari 2.6 Rumus dan Ilustrasi Penghitungan IPM Rumus penghitungan IPM dikutip dari Arizal Ahnaf, dkk (1998: 129) dapat disajikan sebagai berikut : IPM = 1/3 (X (1) + X (2) + X (3)) Dimana, X(1) : Indeks harapan hidup X(2) :
Indeks pendidikan = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks ratarata lama sekolah)
X(3) :
Indeks standar hidup layak
Masing-masing
indeks
komponen
IPM
tersebut
merupakan
perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
17
dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut:
Indeks X(i) = (X(i) - X(i)min) / (X(i)maks - X(i)min) Dimana, X(i) : X(i)maks : X(i)min :
Indikator ke-i (i = 1,2,3) Nilai maksimum X(i) Nilai minimum X(i)
Nilai maksimum dan nilai minimum indikator X(i) disajikan pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM (=X(I)) (1) Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata lama sekolah Konsumsi per kapita yang disesuaikan
Nilai maksimu m (2)
Nilai Minimum
Catatan
(3)
(4)
85
25
100
0
15
0
732.720 a)
300.000 b)
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) Sesuai standar global (UNDP) UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan
18
Catatan: a) Proyeksi pengeluaran riil/unit/tahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 setelah disesuaikan
dengan
formula
Atkinson.
Proyeksi
mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1996-2018. b) Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah tahun 1996 di Papua.
2.7
Ukuran Perkembangan IPM Untuk mengukur kecepatan perkembangan IPM dalam suatu kurun
waktu digunakan reduksi shortfall per tahun (annual reduction in shortfall). Ukuran ini secara sederhana menunjukkan perbandingan antara capaian yang telah ditempuh dengan capaian yang masih harus ditempuh untuk mencapai titik ideal (IPM=100). Prosedur penghitungan reduksi shortfall IPM (=r) dikutip dari Arizal Ahnaf dkk (1998: 141) dapat dirumuskan sebagai berikut:
r=
Dimana, IPM t IPM t+n IPM ideal
(IPM t+n – IPM t) x 10 1/n ---------------------------(IPM ideal – IPM t)
: IPM pada tahun t : IPM pada tahun t + n : 100
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
19
2.8
Beberapa Definisi Operasional Indikator Untuk bisa melihat dengan jelas dan terarah beragam permasalahan
pembangunan manusia selama ini dan bagaimana mengimplementasikan program-program pembangunan secara baik dan terukur diperlukan ukuran atau indikator yang handal. Beberapa indikator yang sering digunakan diantaranya adalah: Rasio jenis kelamin
Perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan, dikalikan 100
Angka ketergantungan
Perbandingan antara jumlah penduduk usia < 15 tahun ditambah usia > 65 tahun terhadap penduduk usia 15 - 64 tahun, dikalikan 100
Rata-rata Lama Sekolah Angka Melek Huruf
Lama sekolah (tahun) penduduk usia 15 tahun ke atas. Proporsi penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis (baik huruf latin maupun huruf lainnya).
Angka Partisipasi Murni SD Angka Partisipasi Murni SLTP Angka partisipasi Murni SLTA Persentase penduduk
Proporsi penduduk usia 7 - 12 tahun yang sedang bersekolah di SD. Proporsi penduduk usia 13 - 15 tahun yang sedang bersekolah di SLTP Proporsi pendudk usia 16 - 18 tahun yang sedang bersekolah di SLTA Proporsi
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
penduduk
yang
menamatkan
20
dengan pendidikan
pendidikan SLTP atau jenjang pendidikan
SLTP ke atas
yang lebih tinggi
Jumlah penduduk usia sekolah Bekerja
Banyaknya penduduk yang berusia antara 7 - 24 tahun Melakukan
kegiatan/pekerjaan
paling
sedikit 1 (satu) jam berturut-turut selama seminggu
dengan
maksud
untuk
memperoleh pendapatan atau keuntungan. Pekerja
keluarga
yang
tidak
dibayar
termasuk kelompok penduduk yang bekerja Angkatan Kerja
Penduduk usia 10 tahun keatas yang bekerja atau mencari pekerjaan
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Angka Pengangguran Terbuka
Perbandingan
angkatan
kerja
terhadap
penduduk usia 10 tahun. Perbandingan penduduk yang mencari kerja terhadap angkatan kerja.
Persentase pekerja
Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas
yang setengah
yang bekerja kurang dari 35 jam dalam
menganggur
seminggu.
Persentase pekerja dengan status berusaha
Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas dengan status berusaha sendiri.
sendiri Persentase pekerja
Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas
dengan status berusaha
dengan status berusaha sendiri dibantu
sendiri dibantu pekerja
pekerja tak dibayar
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
21
tidak tetap Persentase pekerja dengan status
Proporsi penduduk usia 10 tahun keatas yang berusaha dengan buruh tetap.
berusaha dengan buruh tetap Persentase pekerja dengan status berusaha
Proporsi penduduk usia 10 tahun ke atas dengan status pekerja keluarga.
pekerja tak dibayar Persentase persalinan
Proporsi balita yang kelahirannya ditolong
yang ditolong oleh
oleh tenaga medis (dokter, bidan dan tenaga
tenaga medis
medis lainnya).
Angka Harapan Hidup waktu lahir
Perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk.
Angka Kematian Bayi
Besarnya kemungkinan bayi meninggal sebelum
mencapai
usia
satu
tahun,
dinyatakan dengan per seribu kelahiran hidup Persentase rumah tangga berlantai tanah Persentase rumah tangga beratap layak
Proporsi rumah tangga yang tinggal dalam rumah dengan lantai tanah. Proporsi rumah tangga yang menempati rumah dengan atap layak (atap selain dari dedaunan).
Persentase rumah tangga berpenerangan
Proporsi rumah tangga yang menggunakan sumber penerangan listrik.
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
22
listrik Persentase rumah tangga bersumber air
Proporsi rumah tangga dengan sumber air minum leding.
minum leding Persentase rumah
Proporsi rumah tangga dengan sumber air
tangga bersumber air
minum
pompa/sumur/mata
minum bersih
jaraknya lebih besar dari 10 meter dengan tempat
penampungan
air
limbah
yang
kotoran
terdekat. Persentase rumah tangga berjamban
Proporsi rumah tangga yang mempunyai jamban dengan tangki septik.
dengan tangki septik Pengeluaran
Pengeluaran per kapita untuk makanan dan bukan
makanan.
Makanan
mencakup
seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya
kesehatan,
pendidikan,
dan
pendapatan
yang
sebagainya. Gini Rasio
Ukuran
kemerataan
dihitung berdasarkan kelas pendapatan. Nilai Gini Rasio terletak antara 0 yang mencerminkan kemerataan sempurna dan 1 yang
menggambarkan
ketidakmerataan
sempurna
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
23
Penduduk miskin
Penduduk yang secara ekonomi tidak mampu memenuhi kebutuhan makanan setara 2100 kalori dan kebutuhan non makanan yang mendasar.
Garis Kemiskinan
Suatu batas dimana penduduk dengan pengeluaran kurang dari batas tersebut dikategorikan
sebagai
miskin.
Garis
kemiskinan terdiri dari dua komponen yaitu komponen batas kecukupan pangan (GKM) dan
komponen
batas
kecukupan
non
makanan (GKNM).
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
24
BAB III PEMBANGUNAN MANUSIA DI BIDANG KESEHATAN
3.1. Kondisi Kesehatan Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan. Salah satu faktor penting dalam konsep pembangunan manusia adalah pembangunan di bidang kesehatan yang ditandai dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Defini kesehatan adalah keadaan sejahtera dari fisik dan jiwa seseorang yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Kesehatan tidak hanya terbebas dari penyakit semata melainkan merupakan kondisi dinamis yang meliputi kesehatan jasmani, rohani, dan sosial. Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah kesadaran individu untuk memelihara kesehatan. Memelihara kesehatan menunjukkan adanya upaya untuk menanggulangi dan mencegah
gangguan
kesehatan
yang
memerlukan
pemeriksaan,
pengobatan dan perawatan termasuk kondisi kehamilan dan persalinan. Untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan diperlukan dukungan pemerintah sebagai fasilitator dengan mengadakan berbagai penyuluhan mengenai pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Pendidikan
kesehatan
ini
diberikan
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
kepada
masyarakat
sebagai
25
pengalaman belajar untuk mempermudah adaptasi secara sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Dengan berjalannya waktu kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan akan tercipta dan derajat kesehatan yang tinggi akan tercapai. Peningkatan derajat kesehatan sebagai salah satu komponen inti dari pembangunan manusia sejalan dengan visi pembangunan kesehatan yang telah dicanangkan oleh pemerintah yaitu tercapainya penduduk dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Kabupaten Bandung sebagai salah satu daerah potensial di propinsi Jawa Barat memiliki jumlah penduduk yang cukup besar serta wilayah yang cukup luas. Dengan jumlah penduduk yang besar tersebut menjadikan upaya peningkatan derajat kesehatan membutuhkan strategi yang tepat sesuai dengan kondisi yang ada. Salah satu indikator yang mempengaruhi derajat kesehatan adalah angka kematian bayi (AKB). Meningkatnya derajat kesehatan di suatu wilayah salah satunya ditandai dengan menurunnya angka kematian bayi. Penurunan angka kematian bayi membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah terutama dalam melakukan intervensi terhadap problemproblem kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan ibu, bayi dan anak. Peningkatan akses terhadap layanan kesehatan harus tetap diprioritaskan terutama pada daerah yang memiliki persebaran AKB yang cukup tinggi seperti di wilayah Bandung bagian selatan. Dengan demikian angka kematian bayi di Kabupaten Bandung dapat ditekan.
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
26
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka kematian bayi. Salah satu faktor penyebab kematian bayi adalah rendahnya kesadaran masyarakat untuk mempercayakan proses persalinan terhadap tenaga ahli kesehatan. Peranan tenaga kesehatan sangat penting dalam menangani proses persalinan. Persalinan yang dilakukan oleh tenaga ahli seperti dokter atau bidan tentu akan lebih aman jika dibandingkan dengan dukun atau tenaga non medis lainnya. Upaya yang dilakukan pemerintah di Kabupaten Bandung untuk mengintervensi problem-problem kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan ibu, bayi, dan anak telah tergambarkan dengan capaian yang cukup menggembirakan. Berdasarkan hasil survei beberapa tahun terakhir diperlihatkan bahwa peranan tenaga kesehatan sudah semakin dominan, dan setiap tahun terus ditingkatkan. Kondisi pada tahun 2009 menunjukkan bahwa penanganan persalinan oleh tenaga kesehatan yang mencakup dokter, bidan dan tenaga kesehatan lainnya mencapai 63,55 persen. Sedangkan persalinan yang dibantu oleh tenaga non medis seperti dukun bersalin dan lainnya adalah sebesar 36,45 persen. Pada tahun 2010 persalinan yang dibantu oleh tenaga non medis meningkat
menjadi
sebesar 43,64 persen. Setahun berjalan dengan
berbagai upaya dari pemerintah untuk terus menggalakkan peranan tenaga kesehatan dalam membantu persalinan, akhirnya pada tahun 2011 peranan tenaga non medis dalam menangani persalinan dapat diturunkan menjadi sebesar 26,01 persen. Pada tahun 2012 persalinan yang dibantu oleh tenaga non medis menurun kembali menjadi sebesar 22,20 persen. Hal yang cukup
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
27
menggembirakan diperlihatkan berdasarkan kondisi hasil survei terakhir pada tahun 2013, dimana peranan tenaga non medis dalam menangani proses persalinan menurun cukup signifikan hingga mencapai 16,50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan sudah semakin baik dan kesadaran masyarakat di wilayah Kabupaten Bandung sudah cukup tinggi akan pentingnya peranan tenaga kesehatan dalam membantu proses persalinan.
Grafik 3.1. Persentase Balita Berdasarkan Penolong Pertama Kelahiran di Kabupaten Bandung, Tahun 2009-2013
0,18 16,32 22,01
0,19
7,89 5,88
0,70 5,08
0,49 25,31 1,33
Dokter
0,70 7,88
Bidan
0,27 5,59 42,94
Nakes Lain
36,18 0,45
57,51 47,87
0,61
68,91
Dukun Lainnya
70,59 75,12
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
Penanganan persalinan oleh tenaga non medis memiliki peluang yang lebih besar untuk terkena infeksi atau perawatan pasca persalinan
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
28
yang kurang baik dibandingkan dengan persalinan yang ditolong oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, maupun tenaga paramedis. Oleh karena itu, peranan tenaga medis dalam pertolongan persalinan harus terus ditingkatkan. Karena berbagai hal, masyarakat masih menggunakan bantuan dukun bersalin pada proses persalinan, maka upaya untuk meningkatkan kualitas penanganan persalinan agar dilakukan, baik dengan cara pelatihan bagi dukun bersalin, maupun kemitraan dukun bersalin dengan tenaga kesehatan. Dalam proses persalinan kerap terjadi beberapa kasus rujukan dikarenakan terjadi satu dan lain hal selama persalinan. Pada umumnya hal ini terjadi pada kasus persalinan yang ditangani oleh dukun bersalin atau tenaga non medis lainnya. Ketika terjadi sesuatu di luar kemampuan dukun bersalin/tenaga non medis lainnya selama proses persalinan biasanya dukun bersalin tersebut melakukan rujukan ke bidan/dokter untuk membantu menangani persalinan. Pada gambar 3.1. dan 3.2. terlihat bahwa selama lima tahun terakhir terlihat banyak terjadi kasus rujukan persalinan yang dilakukan oleh dukun bayi kepada bidan atau dokter. Pada tahun 2009 pertolongan pertama oleh dukun bayi sebesar 36,18 persen dan pertolongan terakhir menurun menjadi 34,43 persen. Sementara itu penolong terakhir persalinan oleh dokter meningkat menjadi 5,94 persen (dari penolong pertama kelahiran 5,59 persen) dan oleh bidan meningkat menjadi 59,01 persen (dari penolong pertama kelahiran 75,12 persen). Pada tahun 2012 pertolongan pertama persalinan oleh dukun bayi sebesar 22,01 persen dan pertolongan terakhir menurun menjadi 21,63
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
29
persen. Sementara itu penolong terakhir persalinan oleh dokter meningkat menjadi 7,21 persen (dari penolong pertama kelahiran 5,88 persen) dan oleh bidan sedikit menurun menjadi 69,26 persen (dari penolong pertama kelahiran 70,59 persen). Demikian pula pada tahun 2013 pertolongan pertama oleh dukun bayi tercatat sebesar 16,32 persen dan pertolongan terakhir menurun menjadi 12,79 persen. Sementara itu penolong terakhir persalinan oleh dokter meningkat menjadi 9,00 persen (dari penolong pertama kelahiran 7,89 persen) dan oleh bidan meningkat menjadi 77,39 persen (dari penolong pertama kelahiran 58,73 persen).
Grafik 3.2. Persentase Balita Berdasarkan Penolong Terakhir Kelahiran di Kabupaten Bandung, Tahun 2009-2013
12,79
0,18 0,19
0,64
21,63 21,88
9,00 7,21
0,00 5,40
Dokter
1,53 7,80
0,17 5,94 1,71 0,31 41,80 34,43 0,45 59,01 48,46 0,41
72,41
Bidan Nakes Lain Dukun Lainnya
69,26 77,39
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
30
Tinggi rendahnya angka kematian bayi (AKB) juga berkaitan erat dengan faktor yang ditinjau dari sisi ibu yang melahirkan. Salah satu diantaranya adalah usia perkawinan pertama. Usia perkawinan pertama yang semakin meningkat, akan membuat perempuan semakin dewasa dalam membina rumahtangganya, termasuk dalam perilaku kesehatannya. Perempuan dengan usia yang matang lebih siap memiliki keturunan. Berdasarkan data Survei Khusus IPM Tahun 2013, usia perkawinan pertama perempuan di Kabupaten Bandung rata-rata terjadi pada usia 22 tahun. Grafik 3.3. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Rata-rata Umur Perkawinan Pertama Perempuan di Kabupaten Bandung, Tahun 2009-2013
34,75
34,17
34,05
34,01
22,56
22,35
22,03
21,64
22,14
2009
2010 AKB
36,02
2011 2012 Umur saat Perkawinan Pertama
2013
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
IPM Kabupaten Bandung Tahun 2013
31
Disamping akibat faktor penanganan pada saat persalinan dan pengaruh usia perkawinan pertama, tinggi rendahnya angka kematian bayi juga dipengaruhi oleh kualitas gizi berupa pemberian Air Susu Ibu (ASI) dan makanan, serta pemberian imunisasi. Berdasarkan data Survei Khusus IPM Tahun 2013, pada umumnya balita yang telah diberi ASI selama lebih dari satu tahun tercatat sebesar 86,43 persen. Dari total balita yang pernah diberi ASI, sebanyak 5,58 persen diberi ASI kurang dari 6 bulan, dan 8,00 persen diberi ASI hanya sampai berumur satu tahun. Dan sebagian besar balita (41,03 persen) diberi ASI sampai berumur diatas dua tahun. Dengan demikian terlihat bahwa kesadaran masyarakat di Kabupaten Bandung untuk memberikan ASI kepada buah hatinya semakin meningkat.
Grafik 3.4. Persentase Balita Menurut Lamanya Diberi ASI di Kabupaten Bandung, Tahun 2013 1 - 5 bulan 5,58 %
> 24bulan 41,03 %
18 - 23 bulan 22,83 %
6 - 11 bulan 8,00 %
12 - 17 bulan 22,57 %
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
32
Pemberian ASI yang seharusnya didapat seorang anak dengan berbagai keunggulannya, mungkin saja tidak dapat dilakukan karena berbagai alasan, seperti meninggalnya ibu pasca persalinan, ASI yang tidak keluar, atau keluar tapi volumenya tidak mencukupi kebutuhan bayi. Asupan gizi lain bisa diberikan sebagai makanan pendamping ASI. Disamping peningkatan lamanya pemberian ASI, berdasarkan data hasil survei tahun 2013 ditemukan indikasi adanya peningkatan jumlah balita yang pernah diberi ASI dibandingkan dengan tahun 2012. Secara umum balita yang pernag diberi ASI pada tahun 2013 mencapai 95,23 persen.
Grafik 3.5. Persentase Balita Laki-laki Menurut Pernah atau Tidaknya Diberi ASI di Kabupaten Bandung Tahun 2013 5,00 %
95,00 %
Grafik 3.6. Persentase Balita Perempuan Menurut Pernah atau Tidaknya Diberi ASI di Kabupaten Bandung Tahun 2013
4,53 %
95,47 %
Pernah Diberi ASI
Pernah Diberi ASI
Tidak Pernah Diberi ASI
Tidak Pernah Diberi ASI
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
33
Sebagian besar balita laki-laki pernah diberi ASI selama 6 bulan atau lebih dengan persentase sebesar 95,00 persen sedangkan sisanya sebesar 5,00 persen tidak pernah diberi ASI sama sekali. Demikian pula tidak jauh berbeda dengan balita perempuan yang pernah diberi ASI mencapai 95,47 persen. Hanya sebagian kecil yakni sebesar 4,53 persen balita perempuan yang tidak pernah diberi ASI. Kondisi tersebut menunjukkan kesadaran para orang tua semakin tinggi akan pentingnya membangun kebersamaan dalam membesarkan anak-anak, tanpa adanya perbedaan perlakuan dalam pemenuhan kebutuhan gizinya termasuk dalam pemberian ASI. Derajat kesehatan di suatu wilayah ditentukan oleh kesadaran setiap individu terhadap pentingnya menjaga kesehatan baik fisik maupun mental. Dari segi fisik, tubuh manusia memerlukan makanan untuk menjaga kelangsungan hidup. Kebutuhan gizi bervariasi sesuai dengan tingkatan umur. Seiring dengan perkembangan usia, semakin besar, anak membutuhkan asupan gizi yang lebih banyak. Kebutuhan gizi remaja akan berbeda dengan bayi dan balita, sama halnya dengan kebutuhan gizi dewasa akan berbeda dengan kebutuhan gizi remaja maupun orang tua. Tubuh yang kurang menerima asupan gizi akan mudah mengalami berbagai keluhan kesehatan. Orang yang mengalami kekurangan zat gizi berpeluang besar mengalami hambatan dalam pertumbuhan, baik itu fisik maupun mental. Secara lahiriah salah satunya dapat terlihat dari ukuran tubuh dibawah rata-rata ukuran tubuh normal, kurangnya kecerdasan, selalu lesu, mata minus, dan berbagai permasalahan akibat kurang gizi lainnya.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
34
Grafik 3.7. Persentase Penduduk Yang Mengalami Keluhan Kesehatan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Bandung Tahun 2009-2013
28,66 27,84
27,19
28,19
27,41 26,6
27,72
27,64
25,20
25,36
22,57
24,25 23,32
21,99 21,43 2009
2010 Laki-laki
2011 Perempuan
2012
2013
Rata-rata
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
Pada tabel 3.7. terlihat bahwa penduduk yang mengalami keluhan kesehatan cenderung menurun dalam kurun waktu 2010 sampai dengan 2012 dibandingkan dua tahun sebelumnya. Namun selama tahun 2013 terjadi sedikit kenaikan jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan. Hal ini dikarenakan faktor luar dimana cuaca ekstrim yang sering terjadi akhir-akhir ini cukup mengganggu daya tahan tubuh. Secara umum, gambaran di atas memberikan indikasi bahwa kualitas kesehatan
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
35
penduduk di Kabupaten Bandung dalam kurun waktu lima tahun terakhir sudah semakin baik. Hal ini dapat merupakan akibat dari pola hidup sehat masyarakat yang lebih baik, juga didukung oleh promosi serta pelayanan kesehatan yang lebih baik. Grafik 3.8. Persentase Lamanya Sakit Penduduk Kabupaten Bandung, Tahun 2009-2013 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
2009
2010
2011
2012
2013
22-30
3,49
8,15
5,46
2,81
4,09
15-21
1,45
3,11
2,88
1,00
1,85
8-14
6,14
10,01
5,23
4,80
5,03
4-7
36,02
40,43
37,51
31,61
31,2
<=3
52,90
38,80
48,92
59,78
57,82
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
Kualitas kesehatan penduduk juga dapat digambarkan melalui lamanya penduduk menderita sakit. Semakin banyak penduduk yang menderita sakit dengan jangka waktu yang singkat maka kualitas
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
36
kesehatan penduduk semakin membaik. Berdasarkan grafik 3.8. terlihat bahwa
persentase
lamanya
sakit
penduduk
Kabupaten
Bandung
menunjukkan perbaikan. Berdasarkan grafik 3.8. terlihat bahwa sebagian besar penduduk menderita sakit selama seminggu atau kurang. Dari tahun ke tahun, persentase lamanya hari menderita sakit cenderung bergeser menjadi semakin singkat. Pada umumnya proses penyembuhan penyakit sekitar seminggu bahkan kurang dari seminggu. 3.2. Capaian Derajat Kesehatan Angka Harapan Hidup saat dilahirkan (AHHo)/Expectation of Life at Birth (e0), Angka Kematian Bayi (AKB)/Infant Mortality Rate (IMR), angka kematian kasar, dan status gizi merupakan indikator yang mencerminkan derajat kesehatan. Dari beberapa indikator tersebut yang disepakati untuk digunakan sebagai acuan dalam mengukur kemajuan pembangunan manusia adalah Angka Harapan Hidup saat dilahirkan (AHHo). Gambar 3.7. memperlihatkan bahwa selama periode tahun 2009– 2013 Angka Harapan Hidup cenderung mengalami peningkatan. Angka Harapan Hidup Kabupaten Bandung meningkat dari 68,42 tahun pada tahun 2009, menjadi 70,34 tahun pada tahun 2013. Seiring dengan teori yang ada, Angka Harapan Hidup berbanding terbalik dengan angka kematian (bayi lahir mati, kematian bayi dibawah 1 tahun, kematian anak dibawah lima tahun dan kematian ibu). Semakin tinggi kualitas kesehatan maka angka kematian semakin rendah dan berakibat kepada meningkatnya harapan untuk hidup.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
37
Perbandingan dua indikator bidang kesehatan di kabupaten Bandung diperlihatkan pada grafik berikut:
Grafik 3.9. Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bandung, Tahun 2009-2013
80 70 60
68,94
70,06
70,28
70,34
34,75
34,17
34,05
34,01
2010
2011
2012
69,40
50 40 30
36,02
20 10 0
2009
AHH
2013
AKB
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
Grafik 3.9 di atas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun angka kematian bayi di Kabupaten Bandung menunjukkan tren yang menurun. Pada tahun 2009 angka kematian bayi tercatat sebesar 36 bayi per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan pada tahun 2013 angka kematian bayi sudah berhasil ditekan hingga mencapai 34 bayi per 1000 kelahiran hidup.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
38
Dalam rentang waktu lima tahun angka kematian bayi mengalami penurunan
yang
sangat
signifikan
sebagai
dampak
pelaksanaan
pembangunan disegala bidang, termasuk didalamnya ada intervensi program kesehatan yang dilaksanakan di seluruh wilayah Kabupaten Bandung. Teori menurut "B-Pichart classification"-Stan D'Souza (1984) dalam Brotowasisto (1990) tentang angka Kematian bayi diuraikan sebagai berikut: Angka kematian Bayi dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah, yaitu: 1. Daerah dengan AKB diatas 100 per seribu kelahiran bayi hidup sebagai daerah soft-rock, di mana sebagian besar kejadian kematian bayi disebabkan oleh penyakit menular. 2. Daerah dengan AKB 30-100 per seribu kelahiran hidup dikategorikan sebagai daerah intermediate-rock, yang memerlukan perubahan sosial untuk menurunkan AKB-nya. 3. Daerah dengan AKB di bawah 30 per seribu kelahiran bayi hidup diklasifikasikan sebagai daerah hard-rock, yaitu hanya sebagian kecil saja kematian yang disebabkan oleh penyakit menular dan sebagian besar disebabkan oleh kelahiran bawaan atau congenital.
Berdasarkan kriteria diatas, maka dengan tingkat kematian bayi yang terjadi pada tahun 2013, Kabupaten Bandung masih termasuk kategori daerah intermediate-rock, yang memerlukan perubahan sosial untuk menurunkan AKB-nya.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
39
Pendapat Singarimbun (1988: vii-viii) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang memiliki kekuatan dalam menurunkan angka kematian, khususnya kematian bayi dan anak, diuraikan sebagai berikut: a. Adanya kemajuan ekonomi dalam meningkatkan taraf hidup; b. Adanya kemajuan teknologi kesehatan; c. Adanya kesadaran perbaikan sanitasi dan higiena; dan d. Adanya peningkatan persediaan makanan dan perbaikan gizi. Resiko kematian bayi lebih besar bagi bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi dibandingkan dengan ibu yang memiliki gizi cukup. Pada umumnya kekurangan gizi berkorelasi positif dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah. Penyebab tingginya angka kematian bayi selain karena masalah infeksi/penyakit dan berat bayi lahir rendah, juga berkaitan erat dengan kondisi pada fase kehamilan, pertolongan kelahiran yang aman, dan perawatan bayi pada saat dilahirkan. Dampak
dari
menurunnya
angka
kematian
bayi
adalah
meningkatnya angka harapan hidup. Dalam rentang waktu lima tahun angka harapan hidup penduduk Kabupaten Bandung menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2010 angka harapan hidup penduduk Kabupaten Bandung sebesar 69,40 tahun (naik sebesar 0,46 poin dibandingkan tahun 2009). Demikian pula pada tahun 2011, angka harapan hidup kembali meningkat hingga mencapai 70,06 tahun. Hal yang sama terjadi pada tahun 2012 dan 2013 dimana angka harapan hidup penduduk Kabupaten Bandung masing-masing naik sebesar 0,22 poin dan 0,06 poin hingga mencapai 70,28 tahun dan 70,34 tahun. Meningkatnya
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
40
angka harapan hidup sejalan dengan
naiknya
indeks
kesehatan
Kabupaten Bandung yang pada tahun 2013 tercatat sebesar 75,56.
Grafik 3.10. Pertumbuhan Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Bandung, Tahun 2009-2013 0,7 0,6
0,66 0,5 0,4
0,46 0,3
0,22
0,2
0,06
0,1 0
2009-2010
2010-2011
2011-2012
2012-2013
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
Upaya perbaikan derajat kesehatan yang ditunjukkan dengan makin meningkatnya angka harapan hidup dan terus menurunnya angka kematian bayi harus tetap menjadi prioritas. Berbagai kasus kesehatan, terutama kasus
yang
mewabah
harus
dapat
ditekan
perkembangannya.
Penanggulangan terhadap keluhan kesehatan yang ditunjukkan dengan adanya indikasi peningkatan pada tahun 2013 harus lebih ditingkatkan lagi.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
41
Apabila ditinjau menurut kecamatan, sebaran pencapaian angka harapan hidup di tiap-tiap kecamatan cukup menggembirakan. Hal ini terlihat dari banyaknya kecamatan yang memiliki pencapaian angka Angka Harapan Hidup diatas rata-rata Kabupaten Bandung yakni lebih dari 50 persen. Menurut data Survei Khusus IPM 2013, dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung terdapat sekitar tujuh belas kecamatan yang memiliki Angka Harapan Hidup di atas rata-rata kabupaten. Kecamatan yang memiliki angka harapan hidup tertinggi terdapat di Kecamatan Cileunyi yang mencapai 72,82 tahun, kemudian disusul oleh Kecamatan Rancaekek (72,50 tahun), Majalaya (72,23 tahun), Ibun (72,15 tahun), Banjaran (71,39 tahun), Cilengkrang (71,29 tahun), Pasirjambu (71,26 tahun), Pangalengan (71,22 tahun), Soreang (71,11 tahun), Cangkuang (71,10 tahun), Baleendah (70,98 tahun), Margaasih (70,97 tahun), Pameungpeuk (70,93 tahun), Ciparay (70,86 tahun), Nagreg(70,81 tahun), Cimaung (70,80 tahun), Dayeuhkolot (70,73 tahun). Sementara itu, terdapat 14 kecamatan yang memiliki angka harapan hidup dibawah rata-rata Kabupaten Bandung yakni Kecamatan Cikancung (66,29 tahun), Solokan Jeruk (67,62 tahun), Pacet (67,68 tahun), Kertasari (67,82 tahun), Cicalengka
(68,54 tahun),
Paseh (69,14 tahun),
Bojongsoang (69,33 tahun), Cimenyan (69,38 tahun), Rancabali (69,44 tahun), Katapang (69,45 tahun), Arjasari (69,83 tahun), Ciwidey (69,85 tahun), Kutawaringin (70,15 tahun) dan Margahayu (70,21 tahun).
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
42
Grafik 3.11. Pencapaian Angka Harapan Hidup Menurut kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2013 Cileunyi Rancaekek Majalaya Ibun Banjaran Cilengkrang Pasirjambu Pangalengan Soreang Cangkuang Baleendah Margaasih Pameungpeuk Ciparay Nagreg Cimaung Dayeuhkolot Kab. Bandung Margahayu Kutawaringin Ciwidey Arjasari Katapang Rancabali Cimenyan Bojongsoang Paseh Cicalengka Kertasari Pacet Solokanjeruk Cikancung 62,00
64,00
66,00
68,00
70,00
72,00
74,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
43
BAB IV PEMBANGUNAN MANUSIA DI BIDANG PENDIDIKAN
4.1. Kondisi Pendidikan Paradigma pembangunan manusia yang ditinjau dari aspek pendidikan menitikberatkan pada tercapainya kualitas sumber daya manusia yang berintelektual tinggi. Adam Smith (1952), pakar ekonomi klasik, menyatakan bahwa pendidikan dan latihan dapat meningkatkan pengetahuan dan keahlian yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Kesejahteraan dan kekayaan suatu bangsa sangat bergantung pada keunggulan intelegensi dan intelektual. Investasi di bidang pendidikan sangat menguntungkan baik dilihat dari sisi sosial maupun ekonomi. Begitu banyak negara di dunia yang mengalami kemajuan pesat, tidak lain karena menjadikan pembangunan pendidikan sebagai prioritas penting. Bahkan pembangunan pendidikan menjadi pilar utama penopang pembangunan lainnya. Pentingnya pembangunan manusia di bidang pendidikan tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa salah satu tujuan berbangsa dan bernegara adalah untuk “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Tujuan mulia tersebut akan dapat dicapai melalui pendidikan. Oleh karena itu, pada UUD 1945 ayat 31 dinyatakan bahwa “ setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”, dan dalam ayat 2 ditegaskan bahwa : “ Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
44
wajib membiayainya”. Pada tahun 2013 ini, Pemerintah melalui Kemendiknas telah mencanangkan program Pendidikan Menengah Universal (PMU) atau wajib belajar 12 tahun yang merupakan wujud komitmen kesinambungan dari wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Sehingga diharapkan sebagian besar generasi penduduk Indonesia di masa yang akan datang mampu mengenyam pendidikan sampai dengan SLTA. Untuk mengaktualisasikan amanah UUD 1945 tersebut, maka pemerintah Indonesia mengatur penyelenggaraan pendidikan melalui Undang-Undang mengenai Sistem Pendidikan Nasional yaitu UU Nomor 20 Tahun 2003. Pendidikan nasional adalah pendidikan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap perubahan zaman. Sistem pendidikan nasional merupakan keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Pendidikan
nasional
berfungsi
untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah Kabupaten Bandung telah mengedepankan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui program-program pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pendidikan baik formal maupun non formal. Menjelang era globalisasi, pendidikan merupakan kebutuhan yang semakin penting. Hal ini dikarenakan SDM yang berkualitaslah yang akan mampu bersaing dengan SDM di negara lain. Oleh karena itu, pemerintah berkewajiban memfasilitasi pemenuhan
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
45
kebutuhan pendidikan bagi masyarakatnya untuk mewujudkan SDM yang bermutu sebagai syarat utama bagi terbentuknya peradaban yang maju. Terdapat beberapa indikator yang dapat memberikan gambaran mengenai partisipasi penduduk Kabupaten Bandung terhadap pendidikan, yakni Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM) dan Angka Partisipasi Sekolah (APS). Indikator-indikator tersebut menunjukkan seberapa besar anak yang berusia menurut tingkat pendidikan tertentu berada dalam lingkup pendidikan dan penyerapan dunia pendidikan formal terhadap penduduk usia sekolah. Angka partisipasi kasar menunjukkan proporsi anak sekolah baik laki-laki maupun perempuan pada suatu jenjang pendidikan tertentu dalam kelompok umur yang sesuai dengan jenjang pendidikan tersebut. Angka ini memberikan gambaran secara umum mengenai jumlah anak yang menerima pendidikan pada jenjang tertentu, dan biasanya tidak memperhatikan umur siswa. APK suatu jenjang pendidikan mungkin saja mempunyai nilai lebih dari 100. Hal ini disebabkan oleh adanya siswa yang berusia di luar batasan usia sekolah (baik lebih muda ataupun lebih tua), namun bersekolah pada jenjang sekolah usia tersebut. Sebagai ilustrasi, pada grafik 4.1 terlihat bahwa APK SD untuk kedua jenis kelamin di Kabupaten Bandung adalah 105,90 persen (lebih dari 100 persen). Artinya masih terdapat sekitar 5,90 persen penduduk diluar usia 7-12 tahun yang berstatus murid SD. Hal ini menunjukan bahwa telah tumbuh kesadaran bahwa seorang anak harus bersekolah sesuai dengan usianya.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
46
Dari sudut kesetaraan jender, pada tingkat SLTP maupun SLTA menurut data hasil survei tahun 2013, APK murid perempuan relatif sama dengan APK laki-laki. Artinya tidak ada perbedaan perlakuan terhadap jenis kelamin sampai pada tingkat pendidikan dasar. Disamping itu, dari grafik juga terlihat adanya peningkatan partisipasi sekolah sampai pada tingkat sekolah menengah pertama. Hal ini dimungkinkan karena penerapan wajib belajar 9 tahun yang sudah berlangsung selama ini telah menunjukkan capaiannya.
Grafik 4.1. APK Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2013 120
107,57
104,19 100
105,9 88,28
81,05
85,64
80 60
51,88
48,2
49,73
40 20
11,71
8,28
10,02
0
Laki-laki
Perempuan SD
SLTP
SLTA
Total PT
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
47
Bila dibandingkan dengan data APK tahun 2012, APK tingkat SLTP dan SLTA mengalami kenaikan. APK SLTP meningkat dari 85,48 menjadi 85,64, demikian pula APK SLTA meningkat dari 48,83 menjadi 49,73. Hal ini menujukkan partisipasi sekolah penduduk di jenjang SLTP dan SLTA semakin banyak. Demikian pula untuk APK SD mengalami kenaikan dari 103,17 di tahun 2012 menjadi 105,90 di tahun 2013. Sementara itu, APK Pergurun tinggi turun dari 13,58 menjadi 10,02.
Tabel 4.1. APK Menurut Jenis Kelamin, dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2012-2013
Jenjang Pendidikan
L
2012 P
L+P
L
2013 P
L+P
SD
104,14
101,36
103,17
104,19
107,57
105,90
SLTP
80,46
94,80
85,48
81,05
88,28
85,64
SLTA
48,46
48,59
48,83
48,20
51,88
49,73
PT
15,42
10,15
13,58
8,28
11,71
10,02
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2012-2013
Proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya dapat ditunjukkan oleh APM. APM selalu lebih rendah dibandingkan APK
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
48
karena pembilangnya lebih kecil sementara penyebutnya sama. APM membatasi usia siswa sesuai dengan usia sekolah dan jenjang pendidikan sehingga angkanya lebih kecil. APM adalah indikator yang menunjukkan proporsi penduduk yang bersekolah di suatu jenjang pendidikan dan usianya sesuai dengan usia sekolah pada jenjang pendidikan tersebut.
Grafik 4.2. Perbandingan APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2013 105,9
94,12 85,64
67,87 49,73
41,58
10,02 9,34
SD
SLTP
SLTA APK
PT
APM
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
APM yang bernilai 100 menunjukkan bahwa semua penduduk bersekolah tepat waktu, sesuai dengan usia sekolah dan jenjang pendidikannya. APM SD di Kabupaten Bandung pada tahun 2013 adalah
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
49
sebesar 94,12 persen, artinya sekitar 94 persen siswa usia sekolah SD bersekolah tepat waktu, sesuai dengan usia sekolah dan jenjang pendidikannya.
Grafik 4.3. APM Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2013
100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
Laki-laki 94,64
Perempuan 92,84
Total 94,12
SLTP
61,97
71,39
67,87
SLTA
40,29
42,93
41,58
PT
7,69
10,94
9,34
SD
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
Ketidaksesuaian usia dengan jenjang pendidikan yang diikuti dapat dilihat dengan jelas dari selisih antara APK dan APM. Pada jenjang pendidikan SD misalnya, capaian APK SD Kabupaten Bandung pada tahun 2013 sebesar 105,90 persen, masih relatif cukup besar disparitasnya
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
50
dengan capaian APM SD yang sebesar 94,12 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat sekitar 11,78 persen murid yang bersekolah di SD tidak sesuai dengan kelompok umur pendidikannya (712 tahun). Besarnya kesenjangan tersebut utamanya disebabkan karena sudah ada anak usia pra sekolah (di bawah usia 7 tahun) sudah sekolah di SD, dan ada siswa yang berusia 12 tahun keatas masih bersekolah di SD. Yang perlu diantisipasi adalah jangan sampai kesenjangan tersebut terjadi karena cukup banyaknya murid yang mengulang kelas. Karena hal ini erat hubungannya dengan kualitas pendidikan, dan kondisi ini dapat mengakibatkan terhambatnya pencapaian rata-rata lama sekolah dan pendidikan yang ditamatkan di masa mendatang. Pencapaian rata-rata lama sekolah di suatu daerah dewasa ini masing sangat tergantung kemajuan partisipasi murid pada pendidikan formal, utamanya pada jenjang pendidikan SLTP keatas. Dengan besaran APK pada jenjang pendidikan SLTP keatas di Kabupaten Bandung yang masih belum begitu menggembirakan, tampaknya diperlukan langkah-langkah terobosan dan akseleratif oleh segenap komponen; baik jajaran dinas pendidikan, swasta, dan masyarakat agar anak-anak usia sekolah dapat menikmati pendidikan secara baik dan berkelanjutan (sustainable). Perlu diingat, bahwa penghitungan angka rata-rata lama sekolah dihitung hanya untuk golongan usia dewasa (15 tahun keatas). Sehingga apabila partisipasi sekolahnya rendah, maka pertumbuhan angka rata-rata lama sekolahnya cenderung rendah. APM perempuan biasanya lebih rendah daripada APM laki-laki utamanya pada jenjang pendidikan SLTA keatas. Pada jenjang ini mulai
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
51
terjadi perbedaan pandangan antara orang tua yang masih mengutamakan pendidikan bagi anak laki-laki daripada anak perempuannya. Kebanyakan mereka masih menganut paham laki-laki harus diutamakan dalam segala hal, karena laki-laki nantinya akan jadi pemimpin, terutama dalam lingkup paling kecil yaitu keluarga. Pendidikan yang sedang diikuti digambarkan secara umum oleh Angka Partisipasi Sekolah (APS). Grafik 4.4 memperlihatkan bahwa pada APS penduduk laki-laki relatif lebih rendah dibandingkan APS penduduk perempuan pada kelompok umur pendidikan SD dan SLTP, namun untuk kelompok umur pendidikan yang lebih tinggi, angka partisipasi laki-laki lebih tinggi. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perempuan di Kabupaten Bandung banyak yang tidak melanjutkan jenjang pendidikan berikutnya karena
pendidikan
ke
berbagai faktor, seperti: faktor
biaya, melakukan perkawinan, ataupun karena bekerja. Selain itu masih melekatnya faktor budaya nenek moyang (terutama di perdesaan) yang menganggap
bahwa
kaum perempuan tidak perlu mengenyam
pendidikan terlalu tinggi karena ujung-ujungnya akan ke dapur juga. Sehingga begitu mereka menamatkan SD atau SLTP, tidak perlu lagi melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebagian mereka segera menikah dan sebagian lagi bekerja di dapur atau langsung bekerja untuk membantu mendapatkan penghasilan. Adalah tugas bersama untuk membuka wawasan masyarakat tentang pentingnya investasi di bidang pendidikan. Banyak alasan yang harus terjawab, salah satunya adalah apakah pendidikan yang lebih tinggi dapat menjanjikannya masa depan bagi putra putri mereka? Dan apakah
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
52
berpendidikan tinggi akan mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang lebih layak dibandingkan dengan mereka yang tidak melanjutkan sekolah?
Grafik 4.4. APS Menurut Jenis Kelamin dan Jenjang Pendidikan di Kabupaten Bandung, Tahun 2013
99,40
99,21 85,93
99,30
93,37
89,68
59,40
53,96
56,62
12,67
10,06
Laki-laki
Perempuan SD
SLTP
SLTA
11,38
Total PT
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
Dunia kerja kita masih didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan rendah, seolah-olah menggambarkan bahwa kesempatan masuk ke dunia kerja masih terbuka lebar meskipun dengan tingkat pendidikan yang relatif terbatas. Sehingga memunculkan anggapan di masyarakat bahwa
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
53
pendidikan tinggi belum menjadi jaminan kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan. Rendahnya kesempatan kerja di Kabupaten Bandung tidak saja dirasakan oleh mereka yang berpendidikan rendah, namun juga bagi mereka yang berpendidikan tinggi. Pada akhirnya orangtua lebih memilih untuk mempekerjakan anaknya guna membantu usaha orang tua atau meringankan beban ekonomi keluarga ketimbang menyekolahkannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Grafik 4.5. Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan dan Jenis kelamin di Kabupaten Bandung, Tahun 2012-2013
5,72
22,53
9,78
< SD
6,04 13,22 21,98 34,32 24,44
23,81
SD 38,16
SLTP SLTA PT
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2011-2012
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
54
Dari sisi pemerataan pendidikan khususnya bagi penduduk perempuan masih relatif rendah dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Menurut data survei tahun 2013, penduduk perempuan usia 10 tahun keatas yang mampu melanjutkan pendidikan SLTP keatas sekitar 49,32 persen, sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2012, yaitu 49,42 persen. Namun kondisi ini jauh lebih tinggi dibandingkan kondisi tahun 2010 dan 2011 masing-masing sebesar 46,47 dan 44,95 persen. Ada sedikit perbedaan atara penduduk laki-laki dan perempuan dalam melanjutkan pendidikannya. Pada tahun 2013, penduduk laki-laki yang mampu menyelesaikan pendidikan SLTP keatas mencapai 54,80 persen, sedangkan penduduk perempuan sebesar 49,32 persen. Atau selisih sebesar 5,48 persen. Dari perkembangan data pendidikan yang ditamatkan, dapat terlihat bahwa masih ada sebagian masyarakat yang mengedepankan pendidikan anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan, namun tidak terlalu mencolok. Hal ini ditandai oleh kondisi pada setiap jenjang pendidikan terutama sampai dengan tingkat SLTP, kesenjangan pendidikan antara penduduk laki-laki dan perempuan relatif tidak jauh berbeda. Menurut data survei tahun 2013, persentase penduduk perempuan yang tamat SD mencapai 40,21 persen relatif lebih baik dibandingkan laki-laki yang hanya mencapai 36,12 persen. Pola yang sama terjadi pula pada tingkat pendidikan SLTP, persentase penduduk perempuan yang tamat SLTP mencapai 23,91 persen sedikit diatas penduduk laki-laki yang mencapai 23,71 persen.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
55
Perbedaan mulai terlihat pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Pada tingkat pendidikan SLTA, pada tahun 2013 persentase penduduk perempuan yang menamatkan pendidikan SLTA baru mencapai 20,05 persen jauh lebih rendah dibandingkan penduduk laki-laki yang mencapai 25,01 persen. Kondisi ini dapat dimaklumi, karena pada umumnya lokasi sekolah SLTA relatif lebih jauh, sehingga ada kecenderungan orang tua untuk lebih berani mengirimkan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan untuk bersekolah ke tempat yang relatif jauh. Selain itu karena ada pemikiran bahwa suatu saat setelah dewasa, anak laki-laki lebih berkewajiban untuk mencari nafkah bagi keluarganya, sehingga perlu bekal pendidikan yang cukup sebagai bekal untuk mencari nafkah pada saat memasuki dunia kerja. Pendidikan
merupakan
elemen
penting
pembangunan
dan
perkembangan sosial-ekonomi masyarakat. Pendidikan juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup individu, masyarakat dan bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan kebutuhan jaman. Penduduk yang memiliki kemampuan dan keahlian sesuai jalur pendidikannya diharapkan dapat meningkatkan partisipasinya dalam berbagai kegiatan, sehingga dimasa mendatang mereka dapat hidup lebih layak.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
56
4.2. Capaian Pendidikan
Capaian pembangunan manusia dalam bidang pendidikan di Kabupaten Bandung selama lima tahun terkahir (periode 2009-2013) masih perlu ditingkatkan lagi terutama dalam peningkatan rata-rata lama sekolah. Peranan komponen indeks pendidikan memang paling tinggi dibandingkan dua komponen IPM lainnya, yaitu kesehatan dan daya beli. Nilai IPM Kabupaten Bandung yang telah mencapai angka 75,40 di tahun 2013, ditopang oleh indeks pendidikan yang mencapai 85,23. Kondisi pendidikan jauh lebih baik jika dibandingkan dengan indeks kesehatan yang baru mencapai 75,56, maupun indeks daya beli yang mencapai sebesar 65,42. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa Pemerintah Kabupaten Bandung masih memiliki tugas besar untuk meningkatkan percepatan/akselerasi
pembangunan
dibidang
kesehatan
dan
perekonomian masyarakat guna mendukung daya beli. Tingginya indeks pendidikan dibandingkan dengan dua komponen lainnya belum cukup menunjukkan bahwa kemajuan pembangunan manusia Kabupaten Bandung dibidang pendidikan sudah baik. Bila dilihat dari laju perkembangannya, terlihat adanya penurunan pertumbuhan komponen pendidikan pada periode tahun 2009-2013 dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Pembangunan di bidang pendidikan cenderung mengalami perlambatan pertumbuhan dari periode sebelumnya karena pada komponen rata-rata lama sekolah sangat rentan dipengaruhi oleh perpindahan/mutasi penduduk.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
57
4.2.1. Angka Melek Huruf
Indikator melek huruf menggambarkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) yang diukur dari aspek pendidikan. Angka melek huruf yang digunakan pada bahasan berikut adalah dihitung pada penduduk dewasa (berumur 15 tahun keatas) yang dapat membaca dan menulis minimal kata-kata/kalimat sederhana aksara tertentu, baik mampu membaca dan menulis huruf latin atau maupun huruf lainnya.
Grafik 4.6. Angka Buta Huruf Penduduk di Kabupaten Bandung Tahun 2013
1,8
1,59
1,6
1,52 1,31
1,4
1,16
1,2 1
1,13
0,8
0,6 0,4 0,2 0
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
58
Secara umum pembangunan pendidikan di Kabupaten Bandung sudah berjalan sesuai perencanaan. Hal ini ditunjukkan dengan semakin meningkatnya persentase penduduk yang melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Menurut data Suseda, persentase penduduk dewasa (usia 15 tahun keatas) yang melek huruf di Kabupaten Bandung pada tahun 2009 mencapai 98,87 persen. Dan pada tahun 2010, angka melek huruf terkoreksi berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2010 menjadi 98,41 persen. Dan pada tahun 2011 mencapai 98,48 persen. Pada tahun 2012 dan 2013 masing masing-mencapai 98,69 dan 98,84 persen. Pencapaian pembangunan manusia dari komponen pendidikan diperlihatkan bahwa laju pertumbuhan komponen pendidikan yaitu AMH belum dapat mengejar pretasi yang telah dicapai pada periode sebelumnya. Pada periode 2008-2009 naik sebesar 0,03 poin. Dan kemudian pada tahun 2010 terkoreksi sebesar 0,46 poin. Pencapaian AMH yang relatif lambat kenaikan setiap tahunnya, serta belum tercapainya bebas buta huruf, kemungkinan disebabkan oleh masih ada penduduk berusia diatas 15 tahun yang sudah berusia lanjut dan tidak bisa membaca dan menulis. Ada anggapan pada masyarakat awam, bahwa kebutuhan untuk bisa membaca dan menulis adalah dalam kaitannya untuk kepentingan bekerja. Sehingga apabila mereka sudah berumur tua dan tidak akan bekerja lagi, atau pekerjaannya tidak memerlukan kecakapan membaca dan menulis, maka mereka menganggap tidak perlu lagi untuk belajar membaca dan menulis. Untuk itu tetap harus disusun strategi intervensi penanganan buta huruf, sehingga kedepannya
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
59
tidak lagi menjadi beban dalam pencapaian pembangunan di bidang pendidikan. Perlu kajian lebih mendalam terkait peningkatan melek huruf di Kabupaten Bandung yang berjalan relatif lebih lambat. Apakah akibat sasaran pemberantasan buta huruf yang mayoritas sudah diluar usia produktif? Ataukah banyak yang sudah terbebas dari buta huruf saat gebyar keaksaraan fungsional tidak dilestarikan kemampuan baca tulisnya? Menurut data hasil survei, pencapaian AMH Kabupaten Bandung pada tahun 2009 mencapai 98,87 persen. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penyandang buta huruf di Kabupaten Bandung terkoreksi. Dan setelah disesuaikan, maka AMH pada tahun 2010 adalah sebesar 98,41 persen. Kemudian pada tahun 2011 AMH naik 0,07 poin menjadi 98,48 persen. Hal yang sama terjadi pada tahun 2012, dimana AMH kembali meningkat menjadi 98,69. Demikian pula di tahun 2013, AMH penduduk Kabupaten Bandung tumbuh positif sebesar 0,15 poin hingga mencapai 98,69. Peningkatan AMH di Kabupaten Bandung relatif melambat. Hal ini dikarenakan penduduk buta huruf yang ada kemungkinan sudah berada di luar usia produktif dan jumlahnya sangat sedikit. Jika dilihat menurut kecamatan, terdapat 15 kecamatan yang memiliki AMH diatas rata-rata angka Kabupaten Bandung yakni Kecamatan Margahayu (99,79), Dayeuhkolot (99,74), Cileunyi (99,61), Katapang (99,45), Cicalengka (99,43), Rancaekek (99,43), Soreang (99,40), Pameungpeuk (99,35), Pasir Jambu (99,31), Bojongsoang (99,24),
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
60
Margaasih (99,21), Cangkuang (99,17), Baleendah (99,10), Solokanjeruk (99,01), Nagreg (98,91). Sementara itu, sisanya sebanyak 16 kecamatan memiliki AMH dibawah kecamatan yakni Kecamatan Ciparay (98,80), Banjaran (98,78), Cikancung (98,76), Ciwidey (98,73), Majalaya (98,54), Kutawaringin (98,52), Cimenyan (98,50) , Cilengkrang (98,39), Ibun (98,27), Rancabali (98,26), Paseh (98,20), Pacet (97,96), Pangalengan (97,80), Kertasari (97,64), Arjasari (97,50) dan Cimaung (97,06).
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
61
Grafik 4.7. Pencapaian Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2013 Margahayu Dayeuhkolot Cileunyi Katapang Cicalengka Rancaekek Soreang Pameungpeuk Pasirjambu Bojongsoang Margaasih Cangkuang Baleendah Solokanjeruk Nagreg Kab. Bandung Ciparay Banjaran Cikancung Ciwidey Majalaya Kutawaringin Cimenyan Cilengkrang Ibun Rancabali Paseh Pacet Pangalengan Kertasari Arjasari Cimaung
95,00
96,00
97,00
98,00
99,00
100,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
62
4.2.2. Rata-Rata Lama Sekolah
Pada awal tahun 1972, ketika program life long education disosialisasikan, kesadaran akan pembangunan manusia ini telah disuarakan oleh Edgar Faure, Ketua The International Commision for Education Development, yang menekankan bahwa pendidikan merupakan tugas negara yang paling penting. Hal senada oleh pemerintah telah dituangkan pada Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab IV (Hak Dan Kewajiban Warga Negara, Orang Tua, Masyarakat Dan Pemerintah) pasal 6 ayat 1, yang mengatakan bahwa “Setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar”, dan pasal 11 ayat 2 “Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin tersedianya dana, guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.” Hal ini berarti bahwa sepatutnya sudah tidak ada lagi anak usia 7-15 tahun yang tidak bersekolah, atau tingkat partisipasi sekolahnya 100 persen.
Bila kondisi tersebut tercapai, maka dapat
dijadikan modal yang kuat untuk memperkuat daya saing dibidang pendidikan,
sehingga
di
masa mendatang kualitas kesejahteraan
masyarakat Kabupaten Bandung, utamanya dibidang pendidikan tidak hanya berbicara pada skala provinsi tetapi juga ditingkat nasional. Pada tahun 2013, pemerintah pusat telah mencanangkan program lanjutan dari wajib belajar 9 tahun yaitu Pendidikan Menengah Universal (PMU) atau wajib belajar 12 tahun sehingga diharapkan anak-anak usia sekolah mampu mengikuti pendidikan hingga tamat SLTA. Apabila
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
63
program ini sudah ditindaklanjuti juga oleh pemerintah daerah, maka diharapkan sebagaian besar penduduk Kabupaten Bandung minimal berpendidikan SLTA. Hal ini menjadi tugas bersama untuk mewujudkan keberhasilan program wajib belajar 12 tahun yang akan tercermin dari indikator
rata-rata
lamanya
sekolah
harus
setara
dengan
telah
menyelesaikan jenjang pendidikan SLTA. Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu membutuhkan berbagai program pendidikan yang mumpuni dan tepat sasaran yang akan diterapkan dalam jangka waktu yang panjang. Undang-undang mengamanahkan kepada penyelenggara negara untuk menyediakan anggaran setidaknya 20 persen untuk dialokasikan bagi pembiayaan pendidikan. Hal ini masih sulit untuk dipenuhi, karena minimnya anggaran pemerintah secara keseluruhan maka besaran 20 persen baru terpenuhi untuk keseluruhan anggaran pendidikan (termasuk gaji). Pemerintah masih harus membiayai pembangunan di sektor lain yang harus dilakukan secara sejalan. Namun hal ini setidaknya menunjukkan keseriusan pemerintah terhadap arti penting pendidikan bagi warganya. Keadilan dalam memperoleh pendidikan memang belum merata. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengenyam pendidikan dirasa relatif mahal. Padahal kondisi tersebut akan merendahkan martabat pendidikan itu sendiri sebagai salah satu media pembebasan manusia dari cengkraman kemiskinan. Hal itu mungkin terjadi akibat komersialisasi pendidikan yang mereduksi hakikat pendidikan sehingga akan meminggirkan kalangan tidak mampu.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
64
Grafik 4.8 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk di Kabupaten Bandung Tahun 2009-2013
14,00 12,00 10,00
8,87
9,02
8,62
8,67
8,70
2009
2010
2011
2012
2013
8,00 6,00 4,00 2,00
0,00
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
Kondisi capaian rata-rata lama sekolah di Kabupaten Bandung, pada tahun 2009 mencapai 8,87 tahun. Pada tahun 2010, rata-rata lama sekolah meningkat menjadi 9,02 tahun. Sementara itu di tahun 2011, rata-rata lama sekolah penduduk turun secara signifikan menjadi 8,62 tahun. Kemudian pada tahun 2012, angka RLS dapat naik kembali menjadi sebesar 8,67 tahun. Berdasarkan survei terakhir pada tahun 2013, rata-rata lama sekolah penduduk mencapai 8,70 tahun, atau setara dengan telah menyelesaikan kelas 2 SLTP. Untuk komponen RLS, pertumbuhan RLS periode 2009-2010 naik 0,15 poin. Pada periode 2009-2010 menurun signifikan sebesar 0,40 poin.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
65
Dua tahun berikutnya, kembali dapat ditingkatkan walaupun cenderung melambat hingga secara berturut-turut mencapai 0,05 poin dan 0,03 poin.. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kondisi pada tahun 2011 relatif lebih rendah. Beberapa alasan yang mungkin terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut: Bahwa rata-rata lama sekolah dihitung dari populasi penduduk dewasa (berumur 15 tahun atau lebih). Seperti kita ketahui, bahwa mobilitas penduduk dewasa cukup tinggi. Perpindahan penduduk dapat terjadi akibat mencari pekerjaan (umumnya pindah ke wilayah perkotaan/ sentra-sentra industri /perekonomian), atau untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang
yang
lebih
tinggi
(karena
umumnya
di
pedesaan,
infrastrukturnya sangat terbatas), dan untuk alasan lain. Oleh karena itu, apalagi di beberapa wilayah/kecamatan di Kabupaten Bandung merupakan daerah tujuan mencari kerja atau tujuan melanjutkan pendidikan, maka fluktuasi pada angka rata-rata lama sekolah adalah sangat memungkinkan. Apabila diasumsikan di suatu daerah migrasi masuk dan migrasi keluar mempunyai kualitas pendatang yang seimbang, dari mutu SDM yang telah ada, di daerah perkotaan cenderung relatif lebih baik dibanding daerah perdesaan, hal ini terjadi karena akses ke berbagai fasilitas dan pelayanan masyarakat, terutama yang berhubungan dengan pendidikan, lebih mudah diperoleh. Kondisi ekonomi juga cenderung lebih baik sehingga kesempatan untuk meningkatkan mutu SDM lebih terbuka bagi penduduk perkotaan. Telah ditentukan segmentasi
usia yang harus
mendapatkan
kesempatan sekolah terletak pada selang usia 7-18 tahun, secara
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
66
operasional kelompok umur tersebut dipilah menjadi tiga; yaitu usia 7-12 tahun untuk tingkat Sekolah Dasar (SD), usia 13-15 tahun untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan umur 16-18 tahun untuk tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Pada penduduk kelompok umur 7-12 tahun, secara umum perbedaan partisipasi sekolah antara penduduk perkotaan dengan perdesaan relatif tidak mencolok. Hal ini kemungkinan karena gencarnya promosi program pendidikan dasar yang dilakukan pemerintah di berbagai daerah secara luas dengan disertai oleh bermacam penyaluran dana bantuan pendidikan, mulai dari yang hanya terbatas pada kelompok masyarakat sangat miskin (seperti: Program Keluarga Harapan), hingga yang sifatnya menyeluruh seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), maupun beasiswa bagi siswa dari keluarga miskin. Setelah anggaran bidang pendidikan diperbesar, serta berbagai bantuan disalurkan, maka permasalahan putus sekolah di pendidikan dasar harus sudah dapat diselesaikan. Dengan kata lain, ratarata lama sekolah penduduk Kabupaten Bandung harus sudah stabil (tidak fluktuatif) dapat melewati angka 9 tahun. Untuk penduduk yang memiliki kemampuan secara ekonomi, harus terus didorong untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.Karena memiliki ijazah SLTP saja tidak cukup untuk bersaing memperoleh lapangan pekerjaan yang lebih layak. Perkembangan pencapaian RLS yang belum begitu besar dan cenderung melambatlaju pertumbuhannya, kemungkinan disebabkan karena masih cukup besarnya penduduk yang tingkat pendidikannya rendah. Dengan komposisi penduduk yang relatif besar diusia muda,
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
67
tampaknya perlu dipersiapkan sarana penunjang pendidikan yang memadai, utamanya ditujukan bagi penduduk usia 10-14 tahun. Intervensi dalam menaikkan RLS dengan program pendidikan dasar 9 tahun masih terus perlu dipacu. Salah satunya adalah dengan perluasan akses terhadap infrastruktur pendidikan. Disamping terus dijalankan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) seperti program paket A, B dan C untuk menanggulangi anak yang putus sekolah pada usia 15 tahun keatas. Banyak anggapan yang mengatakan bahwa hanya negara yang mempunyai SDM berkualitas sajalah yang akan mampu bersaing dengan negara lain dalam era globalisasi. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah khususnya pemerintah daerah perlu lebih mengedepankan upaya peningkatan kualitas SDM melalui program-program yang lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pendidikan baik formal maupun non formal. Karena bagaimanapun juga SDM yang bermutu merupakan syarat utama bagi terbentuknya peradaban yang baik. Begitupula sebaliknya akan melahirkan kehidupan masyarakat yang buruk.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
68
Grafik 4.9. Sebaran Capaian Rata-rata Lama Sekolah Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2013 Margahayu Cimenyan Dayeuhkolot Cileunyi Pameungpeuk Rancaekek Cicalengka Ciparay Bojongsoang Cikancung Majalaya Cangkuang Kab. Bandung Banjaran Cilengkrang Baleendah Solokanjeruk Kertasari Katapang Margaasih Soreang Nagreg Pangalengan Pacet Rancabali Ibun Pasirjambu Arjasari Paseh Cimaung Ciwidey Kutawaringin 0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
69
Pola yang hampir serupa terjadi pada rata-rata lama sekolah. Hampir separuh kecamatan di Kabupaten Bandung yang memiliki rata-rata lama sekolah diatas angka Kabupaten. Kondisi tersebut tentunya belum cukup membanggakan karena target pendidikan adalah untuk mencapai tuntas pendidikan dasar ( RLS = 9 tahun). Dan disparitas/kesenjangan antara kecamatan yang memiliki rata-rata lama sekolah paling tinggi dengan kecamatan yang memiliki rata-rata lama sekolah terendah ternyata masih cukup besar, yaitu mencapai sebesar 3,39 tahun. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa kesempatan menikmati pendidikan di beberapa wilayah masih begitu rendah dibandingkan wilayah lainnya. Dengan sebaran wilayah yang sangat luas, kabupaten Bandung memang akan memiliki kendala dalam membangun fasilitas pendidikan yang memadai dan mudah dijangkau oleh penduduknya. Peranan strategis guru dan pemuka masyarakat di daerah terpencil masih sangat diperlukan dalam mempromosikan pentingnya mencapai pendidikan yang memadai untuk meningkatkan kualitas hidup. Pemerintah daerah tentunya memiliki komitmen kuat untuk secara terus-menerus mendorong peningkatan partisipasi sekolah di daerah terpencil sehingga terjamin
kelangsungan
proses
belajar
mengajar.
Pada
akhirnya
kesemuanya akan mampu meningkatkan indeks pendidikan di wilayahnya.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
70
BAB V PEMBANGUNAN MANUSIA DI BIDANG EKONOMI
5.1. Kondisi Ekonomi Masyarakat Pembangunan Manusia yang ditinjau dari sisi ekonomi dimaknai dengan meningkatnya taraf hidup manusia yang menempatkan kapasitas ekonomi sebagai prasyarat utamanya. Kapasitas ekonomi masyarakat tercermin dari partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi yang produktif. Berjalannya kegiatan ekonomi yang produktif menjadi media bagi masyarakat untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan yang diperoleh akan digunakan untuk membiayai kehidupannya. Dengan terpenuhinya segala kebutuhan baik primer, sekunder maupun tersier diharapkan taraf hidup akan meningkat dan kesejahteraaan akan tercapai. Setiap individu memiliki naluri untuk mempertahankan hidupnya. Namun, tidak semua usia mampu untuk melakukan aktivitas ekonomi sebagai jembatan guna memperoleh pendapatan
dalam rangka
mempertahankan hidupnya. Pada umumnya kegiatan ekonomi dapat dijalankan secara produktif oleh penduduk dalam rentang usia 15-64 tahun. Penduduk yang berusia 15 tahun ke bawah belum produktif untuk bekerja sementara penduduk yang sudah tua (65 tahun ke atas) biasanya sudah tidak produktif lagi. Pada umumnya penduduk dalam rentang usia 15-64 tahun dapat berperan secara maksimal dalam menyerap lapangan pekerjaan untuk menciptakan pendapatan. Struktur penduduk Kabupaten
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
71
Bandung menurut umur dan jenis kelamin dapat digambarkan oleh piramida penduduk berikut ini:
Grafik 5.1. Piramida Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2013
65+ 60 - 64 55 - 59 50 - 54 45 - 49 40 - 44 35 - 39 30 - 34 25 - 29 20 - 24 15 - 19 10 - 14 05 - 09 00 - 04 200.000 150.000
100.000
50.000
50.000
0 L
100.000
150.000 200.000
P
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
Bila mencermati perbandingan panjang batang piramida pada kelompok umur 0-4 tahun yang lebih pendek dibandingkan kelompok umur 5-9 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa masih terjadi penurunan tingkat fertilitas selama kurun waktu lima tahun terakhir. Namun perlu
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
72
dicermati, bahwa selisih jumlah penduduk 0-4 tahun dengan usia 5-9 tahun relatif sedikit. Hal ini berarti bahwa upaya pengendalian penduduk di Kabupaten Bandung perlu lebih ditingkatkan. Informasi penting lainnya yang dapat diperoleh dari piramida penduduk adalah angka beban ketergantungan (Dependency Ratio). Angka beban ketergantungan menunjukkan seberapa jauh penduduk yang berusia produktif/aktif secara ekonomi harus menanggung penduduk yang belum produktif dan pasca produktif. Angka beban ketergantungan merupakan perbandingan antara penduduk yang belum/tidak produktif (usia 0 – 14 tahun dan usia 65 tahun ke atas) dibanding dengan penduduk usia produktif (usia 15 – 64 tahun). Grafik 5.2. Angka Beban Ketergantungan Penduduk Kabupaten Bandung, Tahun 2009-2013
054
053 052 051
049
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber : BPS Kabupaten Bandung. Survei Khusus IPM 2009-2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
73
Berdasarkan grafik 5.2 dapat dilihat bahwa angka beban ketergantungan penduduk dalam kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan tren yang menurun. Angka beban ketergantungan penduduk di Kabupaten Bandung pada tahun 2009 tercatat sebesar 48,95. Kemudian pada tahun 2010 terjadi peningkatan yang cukup signifikan hinggan mencapai 54,10. Namun pada tahun 2011, angka beban ketergantungan penduduk dapat diturunkan hingga mencapai 53,17. Demikian pula dalam dua tahun terakhir ini, angka beban ketergantungan penduduk menurun kembali masing-masing menjadi sebesar 52,13 dan 51, 47 yang artinya adalah pada setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 52 penduduk yang tidak produktif. Dengan semakin menurunnya angka beban ketergantungan penduduk menunjukkan semakin rendahnya beban yang harus ditanggung penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk yang tidak produktif. Beban ekonomi yang semakin ringan ini akan semakin mempermudah langkah-langkah menuju tercapainya kesejahteraan ekonomi masyarakat. Capaian kesejahteran masyarakat di suatu wilayah sangat tergantung kepada potensi sumber daya yang dimiliki dan bagaimana potensi yang ada dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Kualitas sumber daya manusia (SDM) akan sangat berperan untuk menciptakan dan menggerakkan aktivitas perekonomiannya. Peranan sumber daya manusia dalam mengelola perekonomian suatu wilayah dapat ditunjukkan oleh indikator ketenagakerjaan. Salah satu indikator yang biasa dipakai dalam melihat atau menggambarkan tingkat perekonomian masyarakat adalah laju pertumbuhan angkatan kerja yang terserap di lapangan
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
74
pekerjaan. Tingginya angkatan kerja di suatu daerah akan menggerakan perekonomian daerah tersebut. Gambaran kondisi ketenagakerjaan seperti persentase angkatan kerja yang bekerja, dan distribusi lapangan pekerjaan sangat berguna untuk melihat prospek ekonomi Kabupaten Bandung. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat apakah benar-benar digerakan oleh produksi yang melibatkan tenaga kerja daerah atau karena pengaruh faktor lain. Banyaknya penduduk yang bekerja akan berdampak pada peningkatan kemampuan daya beli dan peningkatan pendapatan penduduk untuk pemenuhan kebutuhan hidup yang layak. Secara sederhana untuk melihat kualitas pembangunan manusia dapat disandarkan kepada dua pendapat Ramirez dkk (1998): Pertama, bahwa kinerja ekonomi mempengaruhi pembanguan manusia, khususnya melalui aktivitas rumahtangga dan pemeritah, aktivitas rumahtangga yang memiliki kontribusi langsung terhadap pembangunan manusia antara lain kecenderungan rumahtangga untuk membelanjakan pendapatan bersih untuk memenuhi kebutuhan (pola konsumsi), tingkat dan distribusi pendapatan antar rumahtangga, dan makin tinggi tingkat pendidikan terutama pendidikan perempuan akan semakin positif bagi pembangunan manusia berkaitan dengan andil yang tidak kecil dalam mengatur pengeluaran rumah tangga. Kedua, pembangunan manusia yang tinggi akan mempengaruhi perekonomian
melalui
produktifitas
dan
kreatifitas
masyarakat.
Pendidikan dan kesehatan penduduk sangat menentukan kemampuan untuk mengelola dan menyerap sumber-sumber pertumbuhan ekonomi.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
75
Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi berhubungan secara simultan, dengan kata lain tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disertai pemerataan distribusi pendapatan, maka tingkat daya beli, kesehatan dan pendidikan akan lebih baik. Dan pada giliranya akan memperbaiki tingkat produktifitas tenaga kerja yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Karakteristik suatu wilayah dapat pula dilihat dari aspek pendidikan, dimana tingkat pendidikan dapat mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh seorang pekerja, maka pekerja tersebut akan memiliki produktivitas yang relatif lebih baik dan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi. Target pertumbuhan ekonomi sebenarnya tidak hanya untuk mencapai tinggi angka pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi yang diinginkan adalah pertumbuhan yang berkualitas dan digerakkan oleh peningkatan
kapasitas
produksi
masyarakat.
Walaupun
angka
pertumbuhannya tidak terlalu tinggi, namun apabila kualitas capaiannya jauh lebih tinggi, maka akan mempengaruhi capaian pembangunan manusia. Pertumbuhan yang berkualitas adalah yang dapat menggerakan pendapatan perkapita, dan menyerap tenaga kerja, yang pada akhirnya dapat memperbaiki pola distribusi pendapatan antar kelompok masyarakat. Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi yang berkualitas mengakibatkan banyak penduduk yang memiliki cukup uang untuk memenuhi kebutuhannya untuk
membiayai kebutuhan makanan, pendidikan,
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
76
kesehatan dan perumahan sehingga dapat mempercepat pembangunan manusia. Pertumbuhan ekonomi merupakan sarana utama (principal means) bagi
pembangunan
manusia
untuk
dapat
berlangsung
secara
berkesinambungan. Hal ini sejalan dengan banyak bukti empiris yang menunjukkan bahwa tidak ada suatu negara pun yang dapat membangun manusia secara berkesinambungan tanpa tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Walaupun demikian tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi pembangunan manusia. Antara keduanya tidak ada hubungan otomatis tetapi berlangsung melalui berbagai jalur antara lain dari sisi ketenagakerjaan. Artinya, pertumbuhan ekonomi akan dapat ditransformasikan menjadi peningkatan kapabilitas manusia, jika pertumbuhan itu berdampak secara positif terhadap penciptaan lapangan kerja atau usaha. Lapangan kerja yang diciptakan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan rumahtangga yang memungkinkannya “membiayai” peningkatan kualitas manusia anggota rumahtangganya. Kualitas manusia yang meningkat pada sisi lain akan berdampak pada peningkatan kualitas tenaga kerja, yang pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat dan kualitas pertumbuhan ekonomi. Secara singkat
dapat
dikatakan
bahwa
pertumbuhan
mempengaruhi
ketenagakerjaan dari sisi permintaan (menciptakan lapangan kerja) dan sisi penawaran (meningkatkan kualitas tenaga kerja). Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kabupaten Bandung pada tahun 2012 sebesar 52,13 persen, dan menurun menjadi 50,78 persen pada tahun 2013. Jika dilihat berdasarkan perspektif jender, TPAK
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
77
perempuan pada tahun 2013 di Kabupaten Bandung yang mencapai 28,71 persen relatif jauh tertinggal dibandingkan dengan penduduk laki-laki yang mencapai lebih dari 72,83 persen. Terdapat ketimpangan yang sangat tajam dalam pasar kerja, dimana perempuan cenderung kurang memiliki akses untuk memasuki dunia kerja. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sebagian besar perempuan usia produktif di kabupaten Bandung berada pada posisi sebagai ibu rumah tangga. Kondisi tersebut menunjukkan perempuan masih mengalami perlakuan tidak berimbang dengan laki-laki dalam dunia kerja, dimana laki-laki lebih diprioritaskan daripada perempuan, sehingga kesempatan kerja bagi perempuan cenderung sangat kompetitif. TPAK merupakan indikator yang menggambarkan seberapa banyak dari angkatan kerja yang aktif secara ekonomi. Pendapatan rumahtangga perlu diberi perhatian lebih, mengingat dampaknya yang luas terhadap taraf kesejahteraan terhadap kemiskinan. Kemiskinan sangat dipengaruhi oleh pendapatan rumahtangga karena hampir semua rumahtangga mengandalkan upah/gaji (bagi yang berstatus buruh/karyawan) atau keuntungan usaha (bagi yang berstatus berusaha). Dengan demikian masalah ketenagakerjaan secara langsung berkaitan dengan masalah kemiskinan.
Implikasi
logisnya
jelas
bahwa
upaya
pengentasan
kemiskinan yang merupakan keprihatinan nasional bahkan global (tercermin dari sasaran pertama dan utama Millenimum Development Goals, MDG) mestinya harus ditempuh melalui upaya penyelesaian masalah ketenagakerjaan. Dalam hal ini masalah ketenagakerjaan, paling
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
78
tidak mengandung dua aspek pokok yakni penyediaan lapangan kerja/usaha dan peningkatan produktifitas tenaga kerja. Berdasarkan hasil survei tahun 2013 tingkat pengangguran terbuka di Kabupaten Bandung sebesar 10,15 persen. Angka pengangguran ini mengalami penurunan dibandingkan kondisi tahun 2012 yang mencapai 10,38 persen. Angka pengangguran ini masih tergolong tinggi, sehingga harus terus diupayakan penyediaan lapangan pekerjaan. Tingkat pengangguran terbuka masih didominasi oleh penduduk perempuan yang mencapai sebesar 13,96 persen. Kondisi tersebut lebih banyak disebabkan karena lapangan kerja yang ada belum sesuai dengan ketersediaan kualitas tenaga kerja perempuan di Kabupaten Bandung. Untuk meningkatkan daya saing kaum perempuan, maka peningkatan kualitas pekerja perempuan menjadi mutlak terus dilakukan, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka kaum laki-laki yang tercatat sebesar 8,65 persen menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk yang terserap oleh lapangan pekerjaan adalah penduduk laki-laki. Hal ini dikarenakan lapangan kerja yang ada sudah sesuai dengan ketersediaan kualitas tenaga kerja laki-laki di Kabupaten Bandung. Tingkat kesempatan kerja dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren yang meningkat. Sejalan dengan hal itu, tingkat pengangguran pun semakin menurun. Hal ini menunjukkan bahwa kapangan kerja yang tersedia di Kabupaten Bandung sudah semakin banyak menyerap tenaga kerja yang ada baik laki-laki maupun perempuan. Perluasan lapangan
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
79
pekerjaan terbukti dapat menciptakan kesempatan kerja bagi penduduk sehingga dapat menekan jumlah pengangguran di Kabupaten Bandung.
Grafik 5.3. Tingkat Kesempatan Kerja dan Pengangguran di Kabupaten Bandung, Tahun 2009-2013
100,00 90,00 80,00 70,00
89,85 87,49
89,80
89,31
89,62
60,00 50,00 40,00 30,00 20,00
12,51
10,20
10,69
10,38 10,15
10,00 0,00 2009
2010
2011 TKK
2012
2013
Pengangguran
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
Pergeseran penyerapan lapangan pekerjaan ke sektor industri dapat menjadi indikator meningkatnya kesejahteraan masyarakat suatu wilayah. Berdasarkan data pada grafik 5.4 diperlihatkan bahwa lapangan pekerjaan penduduk 15 tahun ke atas mengalami pergeseran dari sektor pertanian ke sektor industri, perdagangan, dan jasa. Persentase lapangan usaha di sektor
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
80
industri mengalami peningkatan pada tahun 2011 dari 29,23 persen menjadi 32,47 persen. Berdasarkan surevi tahun 2013, penduduk yang bekerja di sektor industri meningkat dari tahun sebelumnya hingga mencapi 32,77 persen. Meningkatnya kontribusi penyerapan tenaga kerja pada sektor industri diindikasikan pada usaha industri kecil dan mikro yang cukup mampu menyerap tenaga kerja.
Grafik 5.4. Persentase Lapangan Pekerjaan Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas, Tahun 2009-2013
100% 90% 80% 70% 60%
15,25
14,31
10,79
13,48
12,56
21,76
19,44
32,44
32,77
17,02
17,22
12,49
14,14
18,75
20,5
29,87
29,23
21,87
18,91
22,2
18,01
2010
2011
2012
19,29
15,36
50% 40% 30%
32,47
20% 10%
19,87
0%
2009
Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
2013
Lainnya
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
81
Pada tahun 2013, proporsi penduduk yang bekerja di sektor perdagangan menurun dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 19,44 persen.Sedangkan yang bekerja di sektor jasa mencapai 12,56 persen. Sementara iru, proporsi penduduk yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2013 tercatat sebesar 19,87 persen. Fluktuasi penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian masih belum menunjukkan perubahan yang berarti, bahkan ada indikasi perpindahan lapangan usaha penduduk dari sektor pertanian ke sektor-sektor lainnya (pertambangan, listrik gas dan air, angkutan dan komunikasi, koperasi dan lembaga keuangan), sehingga proporsi sektor lainnya mencapai 15,36 persen.
5.2. Capaian Daya Beli Tingkat daya beli dapat menggambarkan kesejahteraan ekonomi penduduk di suatu wilayah. Kemampuan daya beli penduduk merupakan salah satu indikator penting dalam mengukur indeks pembangunan manusia. Kemajuan angka IPM Kabupaten Bandung selama beberapa periode ternyata sangat ditunjang oleh adanya peningkatan komponen kemampuan daya beli masyarakat. Capaian daya beli penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 565.320. Kemudian pada tahun 2010, kemampuan daya beli penduduk meningkat hingga mencapai Rp.572.910. Pada tahun 2011 dilakukan penyesuaian metode penghitungan daya beli, sehingga penghitungan daya beli pada tahun 2011, 2012 dan 2013 masing-masing sebesar Rp.641.810, Rp.642.190, dan Rp.643.090.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
82
Grafik 5.5 Daya Beli Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2009-2013
2009 Rp.565.320
2010 Rp.572.910
2011 Rp. 641.810
2012 Rp.642.190
2013 Rp.643.090
Sumber : Survei Khusus IPM Kabupaten Bandung, 2009-2013
Komponen daya beli memang dipengaruhi pula oleh kondisi perekonomian nasional, dimana kenaikan BBM turut berpengaruh terhadap perekonomian regional. Nilai tukar rupiah yang tidak stabil dan inflasi yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya tampaknya telah memberi tekanan terhadap daya beli masyarakat. Meskipun pertumbuhan ekonomi telah mengarah kepada situasi yang menggembirakan, namun secara riil daya beli peningkatannya tidak terlalu besar. Menurut data Survei Khusus IPM 2013, dari 31 kecamatan di kabupaten
Bandung
terdapat
sebanyak
15
kecamatan
memiliki
kemampuan daya beli masyarakatnya di atas rata-rata kabupaten, dan ada sebanyak 16 kecamatan yang nilai daya belinya berada di bawah rata-rata kabupaten. Kecamatan yang memiliki kemampuan daya beli masyarakat tertinggi adalah Kecamatan Baleendah yang mencapai Rp.671.380, kemudian disusul oleh Kecamatan Bojongsoang dan Cileunyi, yang
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
83
masing-masing daya belinya sebesar Rp.660.600 dan Rp.659.440 (selengkapnya lihat Gambar 5.6). Sampai dengan tahun 2013 beberapa kecamatan tampaknya masih perlu
mendapat
prioritas
agar
mampu
mengejar
ketertinggalan
kemampuan daya beli masyarakatnya. Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Kertasari dengan daya beli sebesar Rp. 610.750 dan Kecamatan: Pacet, Cikancung, dan Cicalengka dengan daya beli masingmasing sebesar Rp623.350; Rp.628.160; Rp.630.980. Dalam upaya meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat, maka pengembangan usaha skala kecil/mikro tampaknya masih menjadi pilihan untuk mendongkrak pendapatan masyarakat yang relatif tertinggal.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
84
Grafik 5.6. Pencapaian PPP Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2013 Baleendah Bojongsoang Cileunyi Dayeuhkolot Rancaekek Pasirjambu Rancabali Ibun Cilengkrang Pameungpeuk Soreang Margahayu Banjaran Pangalengan Arjasari Kab. Bandung Majalaya Paseh Cimaung Kutawaringin Cimenyan Nagreg Solokanjeruk Ciwidey Cangkuang Ciparay Katapang Margaasih Cicalengka Cikancung Pacet Kertasari 580,00
600,00
620,00
640,00
660,00
680,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
85
BAB VI CAPAIAN PEMBANGUNAN MANUSIA DI KABUPATEN BANDUNG
6.1. Capaian IPM Kabupaten Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan pembangunan yang menggunakan paradigma Human Centered Development. IPM adalah ukuran agregat dari dimensi dasar pembangunan manusia yang mencakup dimensi kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Dimensi kesehatan mencakup umur panjang dan kehidupan yang sehat dengan indikator utamanya angka harapan hidup. Dimensi pendidikan diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Sedangkan dimensi ekonomi dilihat dari standar hidup layak yang diukur dengan kemampuan daya beli penduduk. Ketiga dimensi tersebut merupakan sektor pembangunan yang dominan dan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam membentuk kualitas sumber daya manusia. Kabupaten Bandung merupakan salah satu daerah penyangga ibukota propinsi Jawa Barat. Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung cukup potensial dimana pada tahun 2013 tercatat sebesar 3.415.700 jiwa yang terdiri dari 1.712.839 jiwa penduduk laki-laki dan 1.702.861 jiwa penduduk perempuan. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung menunjukkan tren yang
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
86
meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013, pertumbuhan penduduk Kabupaten Bandung mencapai 1,93 persen.
Grafik 6.1 Komposisi Penduduk Kabupaten Bandung Tahun 2013
1.712.839 JIWA
1.702.861 JIWA
3.415.700 JIWA Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
Dengan potensi jumlah penduduk yang cukup besar tersebut, Kabupaten Bandung memiliki modal sumber daya manusia yang besar yang akan menjadi penggerak sektor perekonomian khususnya sektor industri, perdagangan serta jasa. Pengembangan usaha pada ketiga sektor ini dapat berimplementasi langsung terhadap meningkatnya penyerapan tenaga kerja serta pendapatan perkapita. Dengan posisi strategis serta kekayaan alam yang cukup potensial, Kabupaten Bandung cukup berpeluang menjadi kabupaten termaju.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
87
Permasalahan terbesar terletak pada kesiapan sumber daya manusia yang dimiliki Kabupaten Bandung dalam menjawab tantangan tersebut. Meskipun banyak kesempatan kerja yang diciptakan, bila kualitas SDM Kabupaten Bandung lebih rendah dan tidak dapat memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan oleh lapangan kerja yang ada, maka lambat laun peluang kerja akan diisi oleh para pendatang. Jawaban dari permasalahan tersebut adalah melalui strategi pembangunan yang berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat agar tercapai pemerataan hasil-hasil pembangunan secara lebih berkeadilan. Hal tersebut ternyata tidak mudah untuk diwujudkan pada daerah-daerah yang sedang berkembang, seperti di Kabupaten Bandung. Fokus pembangunan yang masih berpusat pada daerah-daerah yang cepat pertumbuhan ekonominya, mengakibatkan daerah-daerah yang relatif tertinggal menjadi kurang mendapat perhatian. Karena ada pemikiran, hasil pertumbuhan ekonomi yang tinggi pada daerah tertentu suatu saat diharapkan akan memberi efek tetesan ke bawah pada daerahdaerah periferal tersebut, yang pada akhirnya diharapkan berdampak kuat pada upaya pemberantasan kemiskinan (Denis A. Rondinelli dan Shahir G. Cheema : 1983). Dalam upaya untuk mengurangi kesenjangan tersebut, peningkatan infrastruktur dan SDM yang handal menjadi solusi dan salah satu modal utama dalam proses pembangunan. Upaya peningkatan kualitas SDM yang dalam skala luas disebut sebagai pembangunan manusia ditunjang
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
88
dengan adanya upaya perbaikan derajat kesehatan, tingkat pengetahuan dan keterampilan penduduk serta kemampuan daya beli masyarakat.
Grafik 6.2 Pertumbuhan IPM Kabupaten Bandung Tahun 2009-2013 2 1,8 1,6 1,4 1,2 1 0,8 0,6
0,89
0,85
0,77 0,23
0,4
0,16
0,2 0 2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2009-2013
Gambaran pembanguan manusia yang tercermin dengan pencapaian angka IPM Kabupaten Bandung dapat dilihat pada Gambar 6.1. Selama periode lima tahun terakhir, IPM Kabupaten Bandung menunjukkan pertumbuhan yang positif dari tahun ke tahun, namun pertumbuhannya terlihat agak melambat. Hal tersebut belum berarti menunjukkan bahwa kemajuan pembangunan manusia Kabupaten Bandung sudah optimal. Hal ini dapat dilihat dari sisi laju perkembangannya dimana kenaikan masih
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
89
disekitar 0,7 poin setiap tahunnya, bahkan dua tahun terakhir rata-rata pertumbuhannya mencapai 0,2 poin. Nilai IPM yang berkisar antara 0 hingga 100 menunjukkan bahwa semakin mendekati 100, dapat diindikasikan pembangunan manusia semakin baik. Berdasarkan nilai IPM, UNDP mengkategorikan status pembangunan manusia kedalam tiga kriteria yang dapat dilihat dalam grafik 6.2. berikut ini :
Grafik 6.3 Status Pembangunan Manusia Menurut UNDP
Tinggi IPM ≥ 80 Sedang/Menengah IPM 50-79,9
Rendah IPM < 50
Nilai IPM Kabupaten Bandung pada tahun 2013 mencapai 75,40 termasuk kategori sedang atau menengah menurut skala internasional
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
90
(UNDP). Nilai IPM ini meningkat dari tahun sebeleumnya yang hanya mencapai 75,24. Dalam periode lima tahun terakhir nilai IPM selalu menujukkan tren yang meningkat. Peningkatan pencapaian angka IPM ini sangat ditunjang oleh kontribusi dari indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks daya beli.
Grafik 6.4 Capaian IPM Kabupaten Bandung Menurut Komponennya Tahun 2009-2013 90,00 85,00 80,00
85,23 85,58
85,61
72,50
73,39
75,00 70,00
85,65 74,24
85,05
75,01
75,24
75,10
74,00
73,23
72,36
84,80
75,46
75,40 75,56
65,00
55,00
65,13
63,07
60,00 59,55
65,21
65,42
61,31
50,00 2008
2009
2010
2011
2012
IPM
Indeks Kesehatan
Indeks Pendidikan
Indeks daya Beli
2013
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, IPM 2009-2013
Indeks Kesehatan merupakan konversi angka harapan hidup dalam persen terhadap rentang angka harapan hidup maksimal yang dapat
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
91
dicapai di Indonesia. Pada tahun 2013, angka harapan hidup (AHH) penduduk di Kabupaten Bandung sebesar 70,34 tahun setara dengan 75,56 persen capaian indeks. Nilai indeks kesehatan yang dicapai ini mengindikasikan bahwa AHH penduduk di Kabupaten Bandung masih dapat ditingkatkan. Namun demikian, meningkatkan AHH membutuhkan investasi yang sangat besar dan jangka waktu yang cukup lama sehingga program ini tidak dapat secara langsung dirasakan hasilnya. Hal ini berkaitan dengan komposisi dan struktur umur penduduk dan jumlah penduduk yang menjadi sasaran program di bidang kesehatan. Indeks pendidikan merupakan indikator yang dapat menunjukkan pembangunan pendidikan sebagai rata-rata dari indeks melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Indeks Pendidikan Kabupaten Bandung pada tahun 2013 mencapai 85,23, yang artinya bahwa pencapaian pembangunan bidang pendidikan jika dilihat dari sisi outputnya sebesar 85,23 persen. Indeks
melek
huruf
yang
merupakan
komponen
dalam
menghitung indeks pendidikan memiliki besaran yang sama dengan angka melek huruf. Hal ini dikarenakan capaian maksimal angka melek huruf adalah 100 persen sehingga konversinya tidak memerlukan formula khusus.
Pada tahun 2013, indeks melek huruf Kabupaten Bandung
sebesar 98,84 persen, meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 98,69 persen. Komponen lainnya dalam menghitung indeks pendidikan adalah indeks lama sekolah. Indeks lama sekolah Kabupaten Bandung pada tahun 2013 mencapai 58,01 persen, merepresentasikan rata-rata lama sekolah yang hanya 8,70 tahun. Indeks lama sekolah yang meningkat dari tahun
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
92
sebelumnya menunjukkan bahwa pola pikir penduduk terutama usia tua yang kurang memberi perhatian lebih terhadap pentingnya pendidikan formal serta merasa cukup puas dengan hanya mampu membaca dan menulis akhirnya sedikit demi sedikit berubah. Diharapkan kedepannya para orang tua semakin memahami pentingnya pendidikan dan selalu memberi dukungan kepada anak-anaknya untuk terus bersekolah terutama bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan. Upaya peningkatan ratarata lama sekolah hanya dapat dilakukan dalam jangka panjang dengan memperluas cakupan partisipasi sekolah. Untuk memperluas cakupan partisipasi sekolah ini diperlukan dukungan dari pemerintah dalam bentuk program di bidang pendidikan terutama menambah sarana & prasarana pendidikan serta perlunya memupuk kesadaran para orang tua akan pentingnya pendidikan. Indeks daya beli merupakan indeks yang menggambarkan besar kecilnya kemampuan daya beli penduduk. Semakin besar daya beli penduduk diharapkan kesejahteraan penduduk juga semakin membaik. Indek daya beli penduduk Kabupaten Bandung pada tahun 2013 meningkat dari tahun 2012 (65,21) menjadi sebesar 65,42. Artinya tingkat daya beli penduduk Kabupaten Bandung adalah 65,42 persen dari daya beli maksimal di Indonesia. Jika diukur dalam nilai uang, nilai indeks ini setara dengan 643,09 ribu rupiah.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
93
6.2. Capaian IPM Kecamatan Pada tahun 2012, dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung, 16 kecamatan memiliki angka IPM diatas angka IPM Kabupaten, sedangkan 15 kecamatan lainnya berada dibawah angka kabupaten. Demikian juga pada tahun 2013, sebanyak 16 kecamatan berada di atas angka Kabupaten Bandung, dan sebanyak 15 kecamatan lainnya berada dibawah rata-rata. Kecamatan yang posisi IPM-nya berada diatas angka Kabupaten Bandung adalah
kecamatan
dengan
ketersediaan
infrastruktur
kesehatan,
pendidikan, dan perekonomian yang memadai. Disamping itu, sebagai wilayah tersebut merupakan daerah urban, dan tingkat pendidikan masyarakatnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya, sehingga tingkat kesadaraan akan budaya hidup bersih dan sehat, serta dan kemampuan untuk memperoleh pekerjaan yang memadai jauh lebih baik. Prioritas perhatian pembangunan hendaknya lebih ditekankan terhadap 15 kecamatan yang angka pencapaian IPM-nya masih dibawah rata-rata Kabupaten Bandung (dapat dilihat pada Gambar 6.3). Informasi ini disampaikan kepada para pemangku kebijakan untuk melakukan langkah akselerasi agar ketimpangan yang terjadi antar capaian IPM kecamatan agar tidak terlalu besar.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
94
Grafik 6.5. Sebaran Pencapaian IPM Menurut Kecamatan di Kabupaten Bandung Tahun 2013 Cileunyi Rancaekek Dayeuhkolot Baleendah Margahayu Pameungpeuk Cilengkrang Bojongsoang Ibun Majalaya Pasirjambu Banjaran Soreang Cimenyan Ciparay Cangkuang Kab. Bandung Pangalengan Nagreg Margaasih Rancabali Katapang Cimaung Arjasari Cicalengka Paseh Kutawaringin Ciwidey Solokanjeruk Cikancung Pacet Kertasari
66,00
68,00
70,00
72,00
74,00
76,00
78,00
80,00
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
95
Pencapaian IPM lima kecamatan yang memiliki peringkat terbaik, pada umumnya disumbang oleh pencapaian indeks kemampuan daya beli masyarakat (PPP) yang relatif tinggi dan derajat kesehatan (AHH) yang sudah cukup baik. Hal tersebut dapat dimaklumi karena pada umumnya kecamatan-kecamatan dimaksud merupakan daerah perkotaan yang memiliki akses terhadap pendapatan dan kesehatan yang cukup baik. Sebagai daerah perkotaan mayoritas pendidikan yang ditamatkan umumnya lebih tinggi dibandingkan kecamatan lainnya. Lima besar kecamatan dengan IPM tertingi di Kabuapaten Bandung yaitu Kecamatan Cileunyi, Rancaekek, Dayeuhkolot, Baleendah, Margahayu.
Grafik 6.6. Peringkat Lima Kecamatan dengan IPM Tertinggi Di Kabupaten Bandung Tahun 2013
79,06 78,45 77,88
77,99
76,93
Margahayu
Baleendah Dayeuhkolot Rancaekek
Cileunyi
Sumber: BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
96
Kesenjangan antar wilayah untuk melihat disparitas IPM tiap kecamatan, ditunjukkan oleh rentang antara IPM kecamatan tertinggi dengan kecamatan terendah. Semakin besarnya disparitas pencapaian angka IPM antar kecamatan menunjukkan bahwa bahwa kesenjangan pembangunan antar kecamatan semakin melebar, utamanya pada kecamatan-kecamatan
dianggap berhasil kemajuan pembangunan
manusianya dengan kecamatan yang masih tergolong tertinggal. Kesenjangan antar kecamatan lebih terlihat pada pola antar daerah. Daerah yang bercorak urban seperti Kec. Cileunyi, Kec. Margahayu, Kec. Dayeuhkolot dan Kec. Rancaekek, pada umumnya memiliki IPM cukup tinggi diatas IPM kabupaten. Sementara daerah yang bercorak rural seperti Kecamatan: Kertasari, Rancabali, Pacet, dan
Solokanjeruk memiliki
angka IPM yang relatif rendah. Tidak dapat dipungkiri bahwa kota-desa sampai saat ini masih mewarnai dikotomi dari proses dan distribusi hasilhasil pembangunan. Sejak tahun 2004 rentang sekitar 10,48 poin dan mengalami pergeseran menjadi 11,29 poin pada tahun 2005 dan tahun 2006 menjadi sebesar 10,93 poin serta sebesar 10,87 poin pada tahun 2007. Pada tahun 2008, jaraknya semakin mengecil yaitu sebesar 7,81 poin. Dan sedikit mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu 7,91 poin. Pada tahun 2010 adalah 7,43 poin . Pada tiga tahun terakhir, rentang yang ada adalah sebagai sebesar 7,68; 7,73; dan 7,14 poin. Hal ini menunjukkan bahwa sudah banyak upaya yang dilakukan kepada kecamatan terendah capaian IPM -nya untuk mengejar ketertinggalan.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
97
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
merupakan
indikator
merepresentasikan tiga dimensi penting dalam pembangunan manusia yakni dimensi kesehatan, dimensi pendidikan dan dimensi hidup layak. IPM menggambarkan potret pembangunan manusia dari sisi kondisi fisik manusia
(kesehatan
dan
kesejahteraan),
maupun
sisi
non-fisik
(intelektualitas). Pencapaian pada kondisi fisik manusia tercermin pada angka harapan hidup dan kemampuan daya beli, sedangkan untuk dampak non-fisiknya (intelektualitas) digambarkan oleh angka melek huruf dan tingkat pendidikan yang ditamatkan. Sebagai salah satu indikator pembangunan di Kabupaten Bandung, IPM telah dimanfaatkan untuk pemantauan pencapaian berbagai kegiatan pembangunan yang sasarannya adalah peningkatan derajat dan martabat hidup penduduk di Kabupaten Bandung. Untuk mengevaluasi keberhasilan pencapaian IPM, selayaknya yang dinilai adalah seberapa besar perubahan (pertumbuhan) yang telah dicapai, dan bukan pada posisi berapa IPM suatu daerah saat ini. Pencapaian angka IPM merupakan hasil pencapaian dari proses pembagunan yang berlangsung secara berkesinambungan dalam jangka waktu yang panjang. Peningkatan IPM pada prinsipnya merupakan perubahan pola pikir manusia, yaitu: perubahan untuk semakin berperilaku hidup bersih dan
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
98
sehat (bidang kesehatan); peningkatan intelektual (bidang pendidikan) dan peningkatan kemampuan bersaing secara ekonomi (bidang ekonomi). Meningkatnya angka indikator pada satu bidang, bukan hasil dari kegiatan parsial, sebab pertumbuhan tersebut dipengaruhi pula oleh kondisi yang dicapai pada bidang lainnya. Dengan kata lain pencapaian pada bidang kesehatan bukan hanya hasil kinerja SKPD bidang kesehatan saja, karena pengetahuan hidup sehat juga diberikan di sekolah formal maupun informal. Disamping itu, kemampuan untuk membiayai kesehatannya juga ditunjang oleh SKPD bidang ekonomi. Demikian juga pada bidang pendidikan, peranan kemampuan ekonomi sangat besar dalam mendorong orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Dari berbagai gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat dan indikator IPM Kabupaten Bandung pada tahun 2013, disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada tahun 2013, Angka Harapan Hidup (AHH) sebagai indikator dalam mengukur derajat kesehatan penduduk di Kabupaten Bandung mencapai 70,34 tahun. Interpretasinya adalah seorang bayi yang dilahirkan di Kabupaten Bandung pada tahun 2013 mempunyai harapan untuk hidup selama 70,34 tahun kedepan. AHH terus meningkat seiring dengan penurunan angka kematian bayi dimana kematian bayi di Kabupaten Bandung telah dapat ditekan menjadi 34 bayi per 1.000 kelahiran hidup. Kondisi ini merupakan cerminan dari cakupan pelayanan tenaga kesehatan dalam proses pertolongan kelahiran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Disamping itu, dari sisi asupan gizi, peningkatan kesadaran ibu untuk menyusui
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
99
anaknya, cenderung lebih baik. Perubahan pola asuh ibu tersebut berdampak positif terhadap peningkatan angka harapan hidup dikemudian hari. 2. Salah satu indikator dalam mengukur pembangunan manusia di bidang pendidikan adalah angka rata-rata lama sekolah. Rata-rata lamanya sekolah yang ditempuh penduduk dewasa di Kabupaten Bandung mencapai
8,70
tahun, atau setara dengan hampir
menyelesaikan kelas 3 SLTP. Dengan demikian program wajib belajar 9 tahun yang sudah berjalan selama ini telah menunjukkan capaiannya.
Berbagai
program
yang
dilaksanakan
untuk
meningkatkan tingkat pendidikan terus digulirkan. Program-program Bantuan Operasional Siswa (BOS), Program Keluarga Harapan (PKH), dan Bantuan Siswa Miskin mempunyai kontribusi positif dalam menekan Angka Putus Sekolah. 3. Angka Melek Huruf (AMH) juga merupakan indikator lain untuk mengukur pembangunan manusia di bidang pendidikan. Pada tahun 2013, angka melek huruf baru mencapai 98,84 persen dari penduduk dewasa (berusia 15 tahun keatas). Dapat dikatakan bahwa sebanyak 1,16 persen penduduk dewasa yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Bandung tidak mempunyai kemampuan untuk membaca dan menulis huruf latin, maupun huruf lainnya. 4. Di bidang ekonomi, Tingkat Kesempatan Kerja (TKK) penduduk di Kabupaten Bandung pada tahun 2013 sedikit menurun, saat ini berada pada besaran 89,85 persen, dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mencapai 10,15 persen. Tingkat kesempatan kerja yang semakin
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
100
tinggi berpengaruh terhadap meningkatnya daya beli penduduk Kabupaten Bandung. Meskipun tingkat inflasi pada tahun 2013 mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, namun daya beli masih dapat tumbuh positif. Pada tahun 2013 daya beli penduduk Kabupaten Bandung mencapai Rp.643.090,- perkapita. 5. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, perkembangan kemajuan IPM di Kabupaten Bandung menunjukkan kemajuan yang sangat berarti. Menurut data IPM tahun 2003, angka IPM Kabupaten Bandung mencapai 67,52 dan setelah satu dasawarsa IPM Kabupaten Bandung sudah berada di posisi 75,40. Kontribusi peningkatan IPM ini didukung oleh pertumbuhan ketiga komponennya yakni indeks kesehatan,
indeks
pendidikan
dan
indeks
daya
beli
.
7.2. Saran
Beberapa langkah yang dilakukan guna memelihara pertumbuhan pencapaian IPM Kabupaten Bandung, adalah sebagai berikut :
1. Dalam rangka peningkatan derajat kesehatan penduduk, terutama dalam meningkatkan angka harapan hidup, salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah terus menekan potensi kematian bayi, baik itu selama proses kehamilan maupun persalinan. Efektifitas pelaksanaan Jaminan Persalinan (Jampersal) diharapkan mampu meningkatkan kualitas persalinan, disamping pola kemitraan antara Bidan dan Dukun Bersalin harus terus dikembangkan.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
101
2. Pelayanan dan promosi kesehatan dapat lebih ditingkatkan lagi. Meskipun ada kecenderungan terjadi penurunan keluhan kesehatan masyarakat dibandingkan dua tahun sebelumnya dan lamanya menderita sakit umumnya relatif singkat (dibawah seminggu) namun persentasenya mencapai 27,41 persen. Program pelayanan kesehatan dari pemerintah seperti jamkesmas, jamkesda, BPJS dan lainnya terus digulirkan dan ditingkatkan guna mendukung tercapainya derajat kesehatan yang tinggi penduduk di Kabupaten Bandung. 3. Penurunan angka buta huruf yang telah dilakukan melalui program akselerasi secara besar-besaran selama periode 2006-2008, hendaknya terus ditindaklanjuti dengan berbagai program pelestariannya agar penduduk yang telah terbebas buta huruf, kemampuan membaca menulisnya dapat terus berlanjut. Penataan untuk strategi pengentasan buta huruf harus terus dilakukan. 4. Berbagai bantuan pendidikan melalui BOS, Beasiswa Miskin, dan Program Keluarga Harapan (PKH), masih perlu dikembangkan untuk membantu masyarakat dalam meningkatkan partisipasi sekolah, serta meringankan
beban
pembiayaan
pendidikan
(terutama
untuk
masyarakat miskin). Perluasan cakupan dan pengembangan program tersebut selayaknya dapat didukung oleh pembiayaan APBD. 5. Program Pendidikan Menengah Universal (PMU) atau wajib belajar 12 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah baru-baru ini hendaknya ditindaklanjuti lebih lanjut oleh pemerintah daerah dengan terus meningkatkan berbagai program di bidang pendidikan terutama untuk
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
102
meningkatkan partisipasi penduduk dalam mengenyam pendidikan minimal sampai tamat SLTA. 6. Untuk meningkatkan kemampuan daya saing ekonomi, terutama dengan meningkatnya lapangan usaha di bidang industri (baik formal maupun informal), maka peningkatan kualitas produk usaha-usaha kecil/mikro yang ada di masyarakat merupakan upaya yang harus dilakukan berkesinambungan. Pemberdayaan usaha kecil/mikro masih sangat berpotensi untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
103
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
104
Tabel Lampiran 1. Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2013 Angka Harapan Hidup (3)
Angka Melek Huruf (4)
Rata-rata Lama Sekolah (5)
Daya Beli
IPM
(6)
(7)
69,85 69,44 71,26 70,80 71,22 67,82 67,68 72,15 69,14 66,29 68,54 70,81 72,50 72,23 67,62 70,86 70,98 69,83 71,39 71,10 70,93 69,45 71,11 70,15 70,97 70,21 70,73 69,33 72,82 71,29 69,38
98,73 98,26 99,31 97,06 97,80 97,64 97,96 98,27 98,20 98,76 99,43 98,91 99,43 98,54 99,01 98,80 99,10 97,50 98,78 99,17 99,35 99,45 99,40 98,52 99,21 99,79 99,74 99,24 99,61 98,39 98,50
7,15 7,76 7,72 7,49 8,12 8,53 7,95 7,75 7,60 8,91 9,31 8,21 9,44 8,75 8,54 9,19 8,54 7,72 8,68 8,73 9,63 8,46 8,32 6,85 8,34 10,32 9,96 8,92 9,84 8,65 10,15
637,65 653,76 653,83 640,88 644,85 610,75 623,35 653,40 641,76 628,16 630,98 639,26 658,19 642,15 637,89 636,57 671,38 643,59 644,85 637,62 647,53 635,67 646,38 639,57 635,34 645,51 659,10 660,60 659,44 652,03 639,37
73,54 74,90 76,12 74,20 75,37 71,12 71,66 76,38 73,68 72,14 74,06 75,03 78,45 76,35 73,41 75,55 77,88 74,13 76,10 75,50 76,87 74,30 75,93 73,58 74,97 76,93 77,99 76,45 79,06 76,49 75,59
Kab. Bandung 70,34 98,84 8,70 Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM Tahun 2013
643,09
75,40
No
Kecamatan
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
105
Tabel Lampiran 2. Indikator Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2012 Angka Harapan Hidup (3)
Angka Melek Huruf (4)
Rata-rata Lama Sekolah (5)
Daya Beli
IPM
(6)
(7)
69,85 69,40 71,25 70,79 71,21 67,77 67,65 72,14 69,13 65,63 68,53 70,80 72,47 72,21 67,60 70,81 70,97 69,82 71,38 71,09 70,92 69,44 71,10 70,14 70,96 70,19 70,71 69,32 72,81 71,28 69,35
98,42 98,08 99,00 96,82 97,56 97,27 97,78 97,97 97,85 98,48 99,16 98,45 99,34 98,41 98,76 98,70 99,06 97,27 98,63 99,00 99,18 99,38 99,35 98,32 99,14 99,79 99,60 99,07 99,43 98,06 98,48
7,39 7,80 7,92 7,52 8,05 8,56 7,95 7,53 7,67 8,91 9,42 8,29 9,26 8,60 8,59 9,09 8,34 7,41 8,91 8,88 9,60 8,01 8,11 6,73 8,27 10,13 9,87 8,89 9,70 8,61 10,14
637,59 653,32 653,33 640,42 644,69 610,69 623,02 651,83 640,57 627,39 630,04 638,01 656,76 640,68 636,40 635,63 670,36 642,55 644,25 636,82 645,95 634,43 645,52 638,10 633,91 644,54 658,33 660,15 658,47 651,39 638,83
73,64 74,83 76,15 74,13 75,24 71,03 71,57 76,02 73,56 71,65 74,00 74,88 78,17 76,09 73,27 75,35 77,64 73,77 76,18 75,51 76,69 73,84 75,69 73,33 74,79 76,70 77,82 76,34 78,83 76,33 75,51
Kab. Bandung 70,28 98,69 8,67 Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM Tahun 2013
642,19
75,24
No
Kecamatan
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
106
Tabel Lampiran 3. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2013
(3)
Melek Huruf (4)
Indeks Lama Sekolah (5)
74,76 74,07 77,10 76,34 77,03 71,36 71,14 78,58 73,57 68,82 72,57 76,36 79,16 78,71 71,03 76,43 76,63 74,71 77,32 76,84 76,56 74,09 76,85 75,25 76,62 75,35 76,22 73,89 79,71 77,16 73,97
98,73 98,26 99,31 97,06 97,80 97,64 97,96 98,27 98,20 98,76 99,43 98,91 99,43 98,54 99,01 98,80 99,10 97,50 98,78 99,17 99,35 99,45 99,40 98,52 99,21 99,79 99,74 99,24 99,61 98,39 98,50
47,66 51,75 51,48 49,95 54,17 56,86 52,98 51,69 50,64 59,40 62,09 54,74 62,93 58,35 56,92 61,28 56,95 51,45 57,86 58,19 64,17 56,41 55,49 45,65 55,62 68,79 66,42 59,49 65,61 57,69 67,68
No
Kecamatan
Kesehatan
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
IPM
(6)
Daya Beli (7)
81,71 82,76 83,37 81,36 83,26 84,04 82,97 82,74 82,35 85,64 86,99 84,18 87,27 85,14 84,98 86,29 85,05 82,15 85,14 85,51 87,62 85,11 84,76 80,89 84,68 89,46 88,63 85,99 88,28 84,82 88,23
64,16 67,89 67,90 64,91 65,83 57,95 60,86 67,80 65,11 61,97 62,62 64,54 68,91 65,20 64,22 63,91 71,96 65,54 65,83 64,16 66,45 63,71 66,18 64,61 63,63 65,98 69,12 69,47 69,20 67,49 64,56
73,54 74,90 76,12 74,20 75,37 71,12 71,66 76,38 73,68 72,14 74,06 75,03 78,45 76,35 73,41 75,55 77,88 74,13 76,10 75,50 76,87 74,30 75,93 73,58 74,97 76,93 77,99 76,45 79,06 76,49 75,59
Kab. Bandung 75,56 98,84 58,01 85,23 Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM Tahun 2013
65,42
75,40
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
Pendidikan
(8)
107
Tabel Lampiran 4. Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Bandung Menurut Kecamatan, Tahun 2012
(3)
Melek Huruf (4)
Indeks Lama Sekolah (5)
74,74 73,99 77,08 76,32 77,01 71,29 71,08 78,56 73,55 67,72 72,55 76,33 79,12 78,69 71,00 76,35 76,61 74,69 77,29 76,81 76,54 74,07 76,83 75,23 76,60 75,31 76,18 73,86 79,68 77,13 73,91
98,42 98,08 99,00 96,82 97,56 97,27 97,78 97,97 97,85 98,48 99,16 98,45 99,34 98,41 98,76 98,70 99,06 97,27 98,63 99,00 99,18 99,38 99,35 98,32 99,14 99,79 99,60 99,07 99,43 98,06 98,48
Kab. Bandung 75,46 Sumber : Survei Khusus IPM 2013
98,69
No
Kecamatan
Kesehatan
(1)
(2)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
Pendidikan
IPM
(6)
Daya Beli (7)
49,25 51,97 52,79 50,12 53,66 57,06 52,98 50,21 51,13 59,40 62,80 55,28 61,70 57,31 57,26 60,61 55,62 49,39 59,38 59,21 63,98 53,38 54,08 44,85 55,16 67,52 65,78 59,29 64,68 57,42 67,62
82,03 82,71 83,60 81,26 82,93 83,86 82,85 82,05 82,28 85,45 87,04 84,06 86,80 84,71 84,92 86,00 84,58 81,31 85,55 85,74 87,45 84,04 84,26 80,49 84,48 89,03 88,33 85,81 87,84 84,51 88,19
64,15 67,78 67,79 64,80 65,79 57,93 60,78 67,44 64,84 61,79 62,40 64,25 68,58 64,86 63,88 63,70 71,72 65,30 65,69 63,97 66,08 63,42 65,98 64,27 63,30 65,76 68,94 69,36 68,97 67,34 64,44
73,64 74,83 76,15 74,13 75,24 71,03 71,57 76,02 73,56 71,65 74,00 74,88 78,17 76,09 73,27 75,35 77,64 73,77 76,18 75,51 76,69 73,84 75,69 73,33 74,79 76,70 77,82 76,34 78,83 76,33 75,51
57,78
85,05
65,21
75,24
(8)
108
Tabel Lampiran 5. Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
Laki - laki N
Perempuan %
N
%
Total N
%
1
Ciwidey
37.721
50,00
37.720
50,00
75.441
100,00
2
Rancabali
24.001
48,88
25.102
51,12
49.103
100,00
3
Pasirjambu
41.134
49,82
41.431
50,18
82.565
100,00
4
Cimaung
38.704
50,78
37.513
49,22
76.217
100,00
5
Pangalengan
69.353
48,25
74.376
51,75
143.729
100,00
6
Kertasari
33.808
50,17
33.582
49,83
67.390
100,00
7
Pacet
53.295
50,80
51.609
49,20
104.904
100,00
8
Ibun
40.676
51,43
38.416
48,57
79.092
100,00
9
Paseh
63.689
50,78
61.721
49,22
125.410
100,00
10
Cikancung
42.944
49,06
44.596
50,94
87.540
100,00
11
Cicalengka
62.007
54,39
51.995
45,61
114.002
100,00
12
Nagreg
24.790
49,20
25.597
50,80
50.387
100,00
13
Rancaekek
86.712
49,50
88.481
50,50
175.193
100,00
14
Majalaya
81.332
51,90
75.375
48,10
156.707
100,00
15
Solokanjeruk
39.198
48,72
41.262
51,28
80.460
100,00
16
Ciparay
76.928
48,82
80.636
51,18
157.564
100,00
17
Baleendah
121.985
49,18
126.039
50,82
248.024
100,00
18
Arjasari
47.193
49,67
47.819
50,33
95.012
100,00
19
Banjaran
60.060
50,00
60.059
50,00
120.119
100,00
20
Cangkuang
37.210
51,96
34.406
48,04
71.616
100,00
21
Pameungpeuk
36.460
49,60
37.048
50,40
73.508
100,00
22
Katapang
61.994
51,22
59.041
48,78
121.035
100,00
23
Soreang
54.834
49,37
56.226
50,63
111.060
100,00
24
Kutawaringin
45.638
47,78
49.884
52,22
95.522
100,00
25
Margaasih
73.955
50,78
71.684
49,22
145.639
100,00
26
Margahayu
60.922
49,08
63.210
50,92
124.132
100,00
27
Dayeuhkolot
58.692
51,02
56.355
48,98
115.047
100,00
28
Bojongsoang
59.106
50,38
58.203
49,62
117.309
100,00
29
Cileunyi
98.592
52,09
90.689
47,91
189.281
100,00
30
Cilengkrang
25.150
49,54
25.615
50,46
50.765
100,00
31
Cimenyan
54.756
48,92
57.171
51,08
111.927
100,00
1.712.839
50,15
1.702.861
49,85
3.415.700
100,00
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
109
Tabel Lampiran 6. Penduduk Laki-laki Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
1
Ciwidey
2
Rancabali
3
Pasirjambu
4
Cimaung
5
Kelompok Umur 0 - 14
15 - 64
65 +
Jumlah
10.669
24.733
2.319
37.721
6.841
15.913
1.247
24.001
12.294
26.605
2.235
41.134
11.580
24.864
2.260
38.704
Pangalengan
21.463
44.204
3.686
69.353
6
Kertasari
10.402
21.783
1.623
33.808
7
Pacet
16.580
34.065
2.650
53.295
8
Ibun
12.536
25.964
2.176
40.676
9
Paseh
19.900
40.727
3.062
63.689
10
Cikancung
13.624
27.467
1.853
42.944
11
Cicalengka
18.764
40.558
2.685
62.007
12
Nagreg
7.593
16.042
1.155
24.790
13
Rancaekek
23.946
59.089
3.677
86.712
14
Majalaya
24.324
53.512
3.496
81.332
15
Solokanjeruk
11.222
26.145
1.831
39.198
16
Ciparay
23.069
50.286
3.573
76.928
17
Baleendah
37.297
80.433
4.255
121.985
18
Arjasari
14.457
30.293
2.443
47.193
19
Banjaran
17.810
39.569
2.681
60.060
20
Cangkuang
11.226
24.304
1.680
37.210
21
Pameungpeuk
10.956
23.992
1.512
36.460
22
Katapang
18.104
41.567
2.323
61.994
23
Soreang
15.695
36.756
2.383
54.834
24
Kutawaringin
13.032
30.418
2.188
45.638
25
Margaasih
21.302
50.097
2.556
73.955
26
Margahayu
15.840
42.674
2.408
60.922
27
Dayeuhkolot
15.346
41.303
2.043
58.692
28
Bojongsoang
17.321
39.971
1.814
59.106
29
Cileunyi
28.512
66.787
3.293
98.592
30
Cilengkrang
31
Cimenyan Kab. Bandung
7.297
16.813
1.040
25.150
15.446
36.929
2.381
54.756
504.448
1.133.863
74.528
1.712.839
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
110
Tabel Lampiran 7. Penduduk Perempuan Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
1
Ciwidey
2
Rancabali
3
Kelompok Umur 0 - 14
15 - 64
65 +
Jumlah
10.415
24.529
2.776
37.720
7.399
16.104
1.599
25.102
Pasirjambu
12.157
26.593
2.681
41.431
4
Cimaung
10.995
23.938
2.580
37.513
5
Pangalengan
22.258
47.348
4.770
74.376
6
Kertasari
10.041
21.581
1.960
33.582
7
Pacet
16.196
32.628
2.785
51.609
8
Ibun
11.736
24.361
2.319
38.416
9
Paseh
19.379
38.993
3.349
61.721
10
Cikancung
14.189
28.234
2.173
44.596
11
Cicalengka
15.147
34.163
2.685
51.995
12
Nagreg
7.762
16.469
1.366
25.597
13
Rancaekek
23.632
60.812
4.037
88.481
14
Majalaya
22.864
48.690
3.821
75.375
15
Solokanjeruk
11.603
27.484
2.175
41.262
16
Ciparay
23.785
52.473
4.378
80.636
17
Baleendah
37.892
83.199
4.948
126.039
18
Arjasari
14.522
30.367
2.930
47.819
19
Banjaran
17.341
39.488
3.230
60.059
20
Cangkuang
10.088
22.510
1.808
34.406
21
Pameungpeuk
10.631
24.662
1.755
37.048
22
Katapang
17.377
39.079
2.585
59.041
23
Soreang
16.068
37.221
2.937
56.226
24
Kutawaringin
14.214
32.946
2.724
49.884
25
Margaasih
20.805
47.962
2.917
71.684
26
Margahayu
16.140
44.244
2.826
63.210
27
Dayeuhkolot
14.804
39.318
2.233
56.355
28
Bojongsoang
17.185
38.924
2.094
58.203
29
Cileunyi
25.898
61.267
3.524
90.689
30
Cilengkrang
31
Cimenyan Kab. Bandung
7.299
17.103
1.213
25.615
15.802
38.551
2.818
57.171
495.624
1.121.241
85.996
1.702.861
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
111
Tabel Lampiran 8. Penduduk Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
Kelompok Umur 0 - 14
15 - 64
65 +
Jumlah
1
Ciwidey
21.084
49.262
5.095
75.441
2
Rancabali
14.240
32.017
2.846
49.103
3
Pasirjambu
24.451
53.198
4.916
82.565
4
Cimaung
22.575
48.802
4.840
76.217
5
Pangalengan
43.721
91.552
8.456
143.729
6
Kertasari
20.443
43.364
3.583
67.390
7
Pacet
32.776
66.693
5.435
104.904
8
Ibun
24.272
50.325
4.495
79.092
9
Paseh
39.279
79.720
6.411
125.410
10
Cikancung
27.813
55.701
4.026
87.540
11
Cicalengka
33.911
74.721
5.370
114.002
12
Nagreg
15.355
32.511
2.521
50.387
13
Rancaekek
47.578
119.901
7.714
175.193
14
Majalaya
47.188
102.202
7.317
156.707
15
Solokanjeruk
22.825
53.629
4.006
80.460
16
Ciparay
46.854
102.759
7.951
157.564
17
Baleendah
75.189
163.632
9.203
248.024
18
Arjasari
28.979
60.660
5.373
95.012
19
Banjaran
35.151
79.057
5.911
120.119
20
Cangkuang
21.314
46.814
3.488
71.616
21
Pameungpeuk
21.587
48.654
3.267
73.508
22
Katapang
35.481
80.646
4.908
121.035
23
Soreang
31.763
73.977
5.320
111.060
24
Kutawaringin
27.246
63.364
4.912
95.522
25
Margaasih
42.107
98.059
5.473
145.639
26
Margahayu
31.980
86.918
5.234
124.132
27
Dayeuhkolot
30.150
80.621
4.276
115.047
28
Bojongsoang
34.506
78.895
3.908
117.309
29
Cileunyi
54.410
128.054
6.817
189.281
30
Cilengkrang
14.596
33.916
2.253
50.765
31
Cimenyan
31.248
75.480
5.199
111.927
1.000.072
2.255.104
160.524
Kab. Bandung
3.415.700
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
112
Tabel Lampiran 9. Persentase Penduduk Laki-laki Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
Kelompok Umur 0 - 14
15 - 64
65 +
Jumlah
1
Ciwidey
28,28
65,57
6,15
100,00
2
Rancabali
28,50
66,30
5,20
100,00
3
Pasirjambu
29,89
64,68
5,43
100,00
4
Cimaung
29,92
64,24
5,84
100,00
5
Pangalengan
30,95
63,74
5,31
100,00
6
Kertasari
30,77
64,43
4,80
100,00
7
Pacet
31,11
63,92
4,97
100,00
8
Ibun
30,82
63,83
5,35
100,00
9
Paseh
31,25
63,95
4,81
100,00
10
Cikancung
31,73
63,96
4,31
100,00
11
Cicalengka
30,26
65,41
4,33
100,00
12
Nagreg
30,63
64,71
4,66
100,00
13
Rancaekek
27,62
68,14
4,24
100,00
14
Majalaya
29,91
65,79
4,30
100,00
15
Solokanjeruk
28,63
66,70
4,67
100,00
16
Ciparay
29,99
65,37
4,64
100,00
17
Baleendah
30,58
65,94
3,49
100,00
18
Arjasari
30,63
64,19
5,18
100,00
19
Banjaran
29,65
65,88
4,46
100,00
20
Cangkuang
30,17
65,32
4,51
100,00
21
Pameungpeuk
30,05
65,80
4,15
100,00
22
Katapang
29,20
67,05
3,75
100,00
23
Soreang
28,62
67,03
4,35
100,00
24
Kutawaringin
28,56
66,65
4,79
100,00
25
Margaasih
28,80
67,74
3,46
100,00
26
Margahayu
26,00
70,05
3,95
100,00
27
Dayeuhkolot
26,15
70,37
3,48
100,00
28
Bojongsoang
29,30
67,63
3,07
100,00
29
Cileunyi
28,92
67,74
3,34
100,00
30
Cilengkrang
29,01
66,85
4,14
100,00
31
Cimenyan
28,21
67,44
4,35
100,00
Kab. Bandung
29,45
66,20
4,35
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
113
Tabel Lampiran 10. Persentase Penduduk Perempuan Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
Kelompok Umur 0 - 14
15 - 64
65 +
Jumlah
1
Ciwidey
27,61
65,03
7,36
100,00
2
Rancabali
29,48
64,15
6,37
100,00
3
Pasirjambu
29,34
64,19
6,47
100,00
4
Cimaung
29,31
63,81
6,88
100,00
5
Pangalengan
29,93
63,66
6,41
100,00
6
Kertasari
29,90
64,26
5,84
100,00
7
Pacet
31,38
63,22
5,40
100,00
8
Ibun
30,55
63,41
6,04
100,00
9
Paseh
31,40
63,18
5,43
100,00
10
Cikancung
31,82
63,31
4,87
100,00
11
Cicalengka
29,13
65,70
5,16
100,00
12
Nagreg
30,32
64,34
5,34
100,00
13
Rancaekek
26,71
68,73
4,56
100,00
14
Majalaya
30,33
64,60
5,07
100,00
15
Solokanjeruk
28,12
66,61
5,27
100,00
16
Ciparay
29,50
65,07
5,43
100,00
17
Baleendah
30,06
66,01
3,93
100,00
18
Arjasari
30,37
63,50
6,13
100,00
19
Banjaran
28,87
65,75
5,38
100,00
20
Cangkuang
29,32
65,42
5,25
100,00
21
Pameungpeuk
28,70
66,57
4,74
100,00
22
Katapang
29,43
66,19
4,38
100,00
23
Soreang
28,58
66,20
5,22
100,00
24
Kutawaringin
28,49
66,05
5,46
100,00
25
Margaasih
29,02
66,91
4,07
100,00
26
Margahayu
25,53
70,00
4,47
100,00
27
Dayeuhkolot
26,27
69,77
3,96
100,00
28
Bojongsoang
29,53
66,88
3,60
100,00
29
Cileunyi
28,56
67,56
3,89
100,00
30
Cilengkrang
28,50
66,77
4,74
100,00
31
Cimenyan
27,64
67,43
4,93
100,00
Kab. Bandung
29,11
65,84
5,05
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
114
Tabel Lampiran 11. Persentase Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
Kelompok Umur 0 - 14
15 - 64
65 +
Jumlah
1
Ciwidey
27,95
65,30
6,75
100,00
2
Rancabali
29,00
65,20
5,80
100,00
3
Pasirjambu
29,61
64,43
5,95
100,00
4
Cimaung
29,62
64,03
6,35
100,00
5
Pangalengan
30,42
63,70
5,88
100,00
6
Kertasari
30,34
64,35
5,32
100,00
7
Pacet
31,24
63,58
5,18
100,00
8
Ibun
30,69
63,63
5,68
100,00
9
Paseh
31,32
63,57
5,11
100,00
10
Cikancung
31,77
63,63
4,60
100,00
11
Cicalengka
29,75
65,54
4,71
100,00
12
Nagreg
30,47
64,52
5,00
100,00
13
Rancaekek
27,16
68,44
4,40
100,00
14
Majalaya
30,11
65,22
4,67
100,00
15
Solokanjeruk
28,37
66,65
4,98
100,00
16
Ciparay
29,74
65,22
5,05
100,00
17
Baleendah
30,32
65,97
3,71
100,00
18
Arjasari
30,50
63,84
5,66
100,00
19
Banjaran
29,26
65,82
4,92
100,00
20
Cangkuang
29,76
65,37
4,87
100,00
21
Pameungpeuk
29,37
66,19
4,44
100,00
22
Katapang
29,31
66,63
4,06
100,00
23
Soreang
28,60
66,61
4,79
100,00
24
Kutawaringin
28,52
66,33
5,14
100,00
25
Margaasih
28,91
67,33
3,76
100,00
26
Margahayu
25,76
70,02
4,22
100,00
27
Dayeuhkolot
26,21
70,08
3,72
100,00
28
Bojongsoang
29,41
67,25
3,33
100,00
29
Cileunyi
28,75
67,65
3,60
100,00
30
Cilengkrang
28,75
66,81
4,44
100,00
31
Cimenyan
27,92
67,44
4,64
100,00
Kab. Bandung
29,28
66,02
4,70
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
115
Tabel Lampiran 12. Penduduk Perempuan Usia 15-49 Tahun Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
KELOMPOK UMUR 15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
Jumlah
1
Ciwidey
3.383
2.940
2.942
3.155
2.851
2.532
2.158
19.961
2
Rancabali
2.217
1.863
1.935
2.067
1.924
1.717
1.406
13.129
3
Pasirjambu
3.687
3.331
3.059
3.445
3.023
2.879
2.400
21.824
4
Cimaung
3.432
2.747
2.637
3.086
3.008
2.580
2.141
19.631
5
Pangalengan
6.623
5.407
5.339
5.872
5.816
5.123
4.333
38.513
6
Kertasari
2.999
2.683
2.662
2.780
2.567
2.112
1.883
17.686
7
Pacet
5.904
4.552
4.137
4.049
3.441
3.015
2.507
27.605
8
Ibun
3.573
3.147
3.059
3.369
2.769
2.486
1.989
20.392
9
Paseh
5.990
5.223
4.860
5.293
4.496
3.828
3.208
32.898
10
Cikancung
4.416
3.922
3.832
3.792
3.289
2.742
2.155
24.148
11
Cicalengka
5.133
4.240
4.114
4.826
4.188
3.560
2.855
28.916
12
Nagreg
2.601
2.070
2.049
2.278
2.000
1.666
1.307
13.971
13
Rancaekek
7.919
7.990
7.764
8.700
7.477
6.773
5.345
51.968
14
Majalaya
6.837
6.204
6.215
6.766
5.643
5.106
4.127
40.898
15
Solokanjeruk
3.729
3.484
3.569
3.917
3.385
2.855
2.193
23.132
16
Ciparay
7.868
6.560
6.239
7.012
6.267
5.522
4.431
43.899
17
Baleendah
11.419
9.908
9.754
12.567
11.516
9.324
6.777
71.265
18
Arjasari
4.552
3.820
3.422
3.992
3.822
3.297
2.574
25.479
19
Banjaran
5.360
4.651
4.484
5.625
5.158
4.343
3.384
33.005
20
Cangkuang
3.085
2.536
2.492
3.115
2.920
2.650
2.113
18.911
21
Pameungpeuk
3.517
2.968
2.898
3.496
3.204
2.718
1.962
20.763
22
Katapang
4.973
4.822
4.936
5.774
5.282
4.408
3.218
33.413
23
Soreang
4.872
4.458
4.473
5.149
4.639
4.093
3.370
31.054
24
Kutawaringin
4.658
4.266
4.243
4.549
3.841
3.438
2.681
27.676
25
Margaasih
6.673
6.535
6.251
6.671
5.718
5.184
4.124
41.156
26
Margahayu
5.158
5.563
5.818
6.263
5.356
4.664
4.029
36.851
27
Dayeuhkolot
4.418
5.680
5.227
5.897
5.214
4.220
3.183
33.839
28
Bojongsoang
5.099
5.004
4.443
5.435
5.309
4.882
3.638
33.810
29
Cileunyi
7.741
7.553
7.391
8.980
8.260
7.348
5.618
52.891
30
Cilengkrang
2.235
2.121
1.991
2.260
2.275
1.928
1.581
14.391
31
Cimenyan
4.873
4.846
4.837
5.516
4.608
4.053
3.392
32.125
154.944
141.094
137.072
155.696
139.266
121.046
96.082
945.200
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
116
Tabel Lampiran 13. Persentase Penduduk Perempuan Usia 15-49 Tahun Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
KELOMPOK UMUR 15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
Jumlah
1
Ciwidey
16,95
14,73
14,74
15,81
14,28
12,68
10,81
100,00
2
Rancabali
16,89
14,19
14,74
15,74
14,65
13,08
10,71
100,00
3
Pasirjambu
16,89
15,26
14,02
15,79
13,85
13,19
11,00
100,00
4
Cimaung
17,48
13,99
13,43
15,72
15,32
13,14
10,91
100,00
5
Pangalengan
17,20
14,04
13,86
15,25
15,10
13,30
11,25
100,00
6
Kertasari
16,96
15,17
15,05
15,72
14,51
11,94
10,65
100,00
7
Pacet
21,39
16,49
14,99
14,67
12,47
10,92
9,08
100,00
8
Ibun
17,52
15,43
15,00
16,52
13,58
12,19
9,75
100,00
9
Paseh
18,21
15,88
14,77
16,09
13,67
11,64
9,75
100,00
10
Cikancung
18,29
16,24
15,87
15,70
13,62
11,35
8,92
100,00
11
Cicalengka
17,75
14,66
14,23
16,69
14,48
12,31
9,87
100,00
12
Nagreg
18,62
14,82
14,67
16,31
14,32
11,92
9,36
100,00
13
Rancaekek
15,24
15,37
14,94
16,74
14,39
13,03
10,29
100,00
14
Majalaya
16,72
15,17
15,20
16,54
13,80
12,48
10,09
100,00
15
Solokanjeruk
16,12
15,06
15,43
16,93
14,63
12,34
9,48
100,00
16
Ciparay
17,92
14,94
14,21
15,97
14,28
12,58
10,09
100,00
17
Baleendah
16,02
13,90
13,69
17,63
16,16
13,08
9,51
100,00
18
Arjasari
17,87
14,99
13,43
15,67
15,00
12,94
10,10
100,00
19
Banjaran
16,24
14,09
13,59
17,04
15,63
13,16
10,25
100,00
20
Cangkuang
16,31
13,41
13,18
16,47
15,44
14,01
11,17
100,00
21
Pameungpeuk
16,94
14,29
13,96
16,84
15,43
13,09
9,45
100,00
22
Katapang
14,88
14,43
14,77
17,28
15,81
13,19
9,63
100,00
23
Soreang
15,69
14,36
14,40
16,58
14,94
13,18
10,85
100,00
24
Kutawaringin
16,83
15,41
15,33
16,44
13,88
12,42
9,69
100,00
25
Margaasih
16,21
15,88
15,19
16,21
13,89
12,60
10,02
100,00
26
Margahayu
14,00
15,10
15,79
17,00
14,53
12,66
10,93
100,00
27
Dayeuhkolot
13,06
16,79
15,45
17,43
15,41
12,47
9,41
100,00
28
Bojongsoang
15,08
14,80
13,14
16,08
15,70
14,44
10,76
100,00
29
Cileunyi
14,64
14,28
13,97
16,98
15,62
13,89
10,62
100,00
30
Cilengkrang
15,53
14,74
13,84
15,70
15,81
13,40
10,99
100,00
31
Cimenyan
15,17
15,08
15,06
17,17
14,34
12,62
10,56
100,00
16,39
14,93
14,50
16,47
14,73
12,81
10,17
100,00
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
117
Tabel Lampiran 14. Penduduk Laki-laki Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
KELOMPOK UMUR 0-4
5-9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
1
Ciwidey
3.223
3.777
3.669
3.376
2.915
2.875
3.302
2.882
2
Rancabali
2.137
2.252
2.452
2.255
1.845
1.775
2.001
1.814
3
Pasirjambu
4.063
4.143
4.088
3.651
3.205
3.082
3.499
3.025
4
Cimaung
3.951
3.821
3.808
3.609
2.854
2.795
3.120
3.066
5
Pangalengan
6.770
7.361
7.332
6.345
5.216
4.801
5.610
5.143
6
Kertasari
3.324
3.475
3.603
3.239
2.543
2.618
2.786
2.603
7
Pacet
4.822
5.739
6.019
5.911
4.750
4.298
4.331
3.729
8
Ibun
3.908
4.281
4.347
3.830
3.116
3.178
3.616
3.055
9
Paseh
5.975
6.922
7.003
6.195
5.140
5.127
5.624
4.669
10
Cikancung
4.207
4.614
4.803
4.373
3.835
3.591
3.615
3.061
11
Cicalengka
5.613
6.537
6.614
6.166
4.828
5.113
5.493
4.831
12
Nagreg
2.379
2.599
2.615
2.519
1.946
1.995
2.165
1.971
13
Rancaekek
6.697
8.540
8.709
8.170
7.236
6.821
7.848
7.149
14
Majalaya
7.963
8.354
8.007
7.424
6.588
6.807
7.703
6.314
15
Solokanjeruk
3.525
3.808
3.889
3.489
3.331
3.301
3.678
3.045
16
Ciparay
7.250
7.975
7.844
7.460
6.119
6.051
6.764
5.872
17
Baleendah
11.734
13.020
12.543
10.950
9.359
9.329
11.421
10.677
18
Arjasari
4.507
4.994
4.956
4.515
3.763
3.557
4.072
3.546
19
Banjaran
5.723
6.192
5.895
5.307
4.748
4.547
5.425
5.115
20
Cangkuang
3.505
3.856
3.865
3.399
2.797
2.596
3.092
2.979
21
Pameungpeuk
3.634
3.668
3.654
3.250
2.968
2.856
3.398
3.038
22
Katapang
5.675
6.303
6.126
5.493
4.956
4.970
5.983
5.319
23
Soreang
5.162
5.355
5.178
4.710
4.311
4.471
5.211
4.491
24
Kutawaringin
3.916
4.600
4.516
4.295
3.721
3.818
4.179
3.620
25
Margaasih
6.699
7.362
7.241
7.032
6.671
6.654
6.668
6.004
26
Margahayu
5.063
5.431
5.346
4.863
5.248
5.635
6.058
5.189
27
Dayeuhkolot
5.016
5.415
4.915
4.467
6.250
5.260
6.106
5.290
28
Bojongsoang
5.409
5.966
5.946
5.108
5.824
4.468
4.948
4.956
29
Cileunyi
8.546
10.274
9.692
8.411
7.878
7.636
8.961
8.720
30
Cilengkrang
2.336
2.455
2.506
2.334
2.038
1.888
2.092
2.004
31
Cimenyan
5.142
5.137
5.167
4.660
4.419
4.468
5.266
4.378
174.226 172.348 156.806
140.418
Kab. Bandung
157.874
136.381 154.035 137.555
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
118
Tabel Lampiran 14 (Lanjutan) Penduduk Laki-laki Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
KELOMPOK UMUR 40 - 44
45 - 49
50 - 54 55 - 59 60 - 64
65 +
Jumlah
1
Ciwidey
2.710
2.151
1.894
1.429
1.199
2.319
37.721
2
Rancabali
1.832
1.384
1.203
1.013
791
1.247
24.001
3
Pasirjambu
2.970
2.380
2.049
1.571
1.173
2.235
41.134
4
Cimaung
2.702
2.134
1.919
1.434
1.231
2.260
38.704
5
Pangalengan
4.830
4.002
3.290
2.772
2.195
3.686
69.353
6
Kertasari
2.266
1.837
1.645
1.248
998
1.623
33.808
7
Pacet
3.329
2.530
2.202
1.653
1.332
2.650
53.295
8
Ibun
2.759
2.100
1.860
1.380
1.070
2.176
40.676
9
Paseh
4.139
3.194
2.898
2.081
1.660
3.062
63.689
10
Cikancung
2.797
2.093
1.795
1.264
1.043
1.853
42.944
11
Cicalengka
4.379
3.452
2.664
2.126
1.506
2.685
62.007
12
Nagreg
1.684
1.284
1.073
812
593
1.155
24.790
13
Rancaekek
6.734
5.230
4.492
3.164
2.245
3.677
86.712
14
Majalaya
5.632
4.252
3.874
2.832
2.086
3.496
81.332
15
Solokanjeruk
2.831
2.094
1.821
1.434
1.121
1.831
39.198
16
Ciparay
5.312
4.215
3.619
2.736
2.138
3.573
76.928
17
Baleendah
9.582
6.955
5.344
3.999
2.817
4.255
121.985
18
Arjasari
3.325
2.602
2.072
1.547
1.294
2.443
47.193
19
Banjaran
4.594
3.416
2.649
2.234
1.534
2.681
60.060
20
Cangkuang
3.020
2.310
1.860
1.276
975
1.680
37.210
21
Pameungpeuk
2.658
1.971
1.599
1.270
984
1.512
36.460
22
Katapang
4.949
3.734
2.830
1.950
1.383
2.323
61.994
23
Soreang
3.965
3.287
2.746
2.023
1.541
2.383
54.834
24
Kutawaringin
3.221
2.492
2.108
1.694
1.270
2.188
45.638
25
Margaasih
5.389
4.144
3.604
2.317
1.614
2.556
73.955
26
Margahayu
4.648
3.560
3.218
2.654
1.601
2.408
60.922
27
Dayeuhkolot
4.699
3.306
2.558
1.990
1.377
2.043
58.692
28
Bojongsoang
4.757
3.942
2.807
1.897
1.264
1.814
59.106
29
Cileunyi
8.268
6.434
4.854
3.385
2.240
3.293
98.592
30
Cilengkrang
1.985
1.544
1.358
928
642
1.040
25.150
31
Cimenyan
3.969
3.291
2.810
2.178
1.490
2.381
54.756
125.935
97.320
80.715 60.291 44.407
74.528
1.712.839
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
119
Tabel Lampiran 15. Penduduk Perempuan Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
KELOMPOK UMUR 0-4
5-9
10 - 14 15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
1
Ciwidey
3.147
3.481
3.787
3.383
2.940
2.942
3.155
2.851
2
Rancabali
2.441
2.439
2.519
2.217
1.863
1.935
2.067
1.924
3
Pasirjambu
3.814
4.183
4.160
3.687
3.331
3.059
3.445
3.023
4
Cimaung
3.563
3.684
3.748
3.432
2.747
2.637
3.086
3.008
5
Pangalengan
6.963
7.544
7.751
6.623
5.407
5.339
5.872
5.816
6
Kertasari
3.292
3.345
3.404
2.999
2.683
2.662
2.780
2.567
7
Pacet
5.089
5.512
5.595
5.904
4.552
4.137
4.049
3.441
8
Ibun
3.608
3.995
4.133
3.573
3.147
3.059
3.369
2.769
9
Paseh
5.767
6.595
7.017
5.990
5.223
4.860
5.293
4.496
10
Cikancung
4.439
4.832
4.918
4.416
3.922
3.832
3.792
3.289
11
Cicalengka
4.542
5.257
5.348
5.133
4.240
4.114
4.826
4.188
12
Nagreg
2.309
2.761
2.692
2.601
2.070
2.049
2.278
2.000
13
Rancaekek
6.771
8.245
8.616
7.919
7.990
7.764
8.700
7.477
14
Majalaya
7.444
7.800
7.620
6.837
6.204
6.215
6.766
5.643
15
Solokanjeruk
3.790
3.928
3.885
3.729
3.484
3.569
3.917
3.385
16
Ciparay
7.468
7.957
8.360
7.868
6.560
6.239
7.012
6.267
17
Baleendah
11.958
13.252
12.682
11.419
9.908
9.754
12.567
11.516
18
Arjasari
4.658
4.957
4.907
4.552
3.820
3.422
3.992
3.822
19
Banjaran
5.309
6.110
5.922
5.360
4.651
4.484
5.625
5.158
20
Cangkuang
3.096
3.538
3.454
3.085
2.536
2.492
3.115
2.920
21
Pameungpeuk
3.270
3.722
3.639
3.517
2.968
2.898
3.496
3.204
22
Katapang
5.796
5.804
5.777
4.973
4.822
4.936
5.774
5.282
23
Soreang
5.185
5.473
5.410
4.872
4.458
4.473
5.149
4.639
24
Kutawaringin
4.146
5.137
4.931
4.658
4.266
4.243
4.549
3.841
25
Margaasih
6.705
7.095
7.005
6.673
6.535
6.251
6.671
5.718
26
Margahayu
5.352
5.362
5.426
5.158
5.563
5.818
6.263
5.356
27
Dayeuhkolot
4.742
5.119
4.943
4.418
5.680
5.227
5.897
5.214
28
Bojongsoang
5.239
5.946
6.000
5.099
5.004
4.443
5.435
5.309
29
Cileunyi
8.062
9.119
8.717
7.741
7.553
7.391
8.980
8.260
30
Cilengkrang
2.230
2.492
2.577
2.235
2.121
1.991
2.260
2.275
31
Cimenyan
5.105
5.343
5.354
4.873
4.846
4.837
5.516
4.608
Kab. Bandung
155.300 170.027 170.297 154.944 141.094 137.072 155.696 139.266
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
120
Tabel Lampiran 15 (Lanjutan) Penduduk Perempuan Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
KELOMPOK UMUR 40 - 44
45 - 49
50 - 54 55 - 59 60 - 64
65 +
Jumlah
1
Ciwidey
2.532
2.158
1.880
1.436
1.252
2.776
37.720
2
Rancabali
1.717
1.406
1.229
934
812
1.599
25.102
3
Pasirjambu
2.879
2.400
2.019
1.548
1.202
2.681
41.431
4
Cimaung
2.580
2.141
1.743
1.479
1.085
2.580
37.513
5
Pangalengan
5.123
4.333
3.503
3.090
2.242
4.770
74.376
6
Kertasari
2.112
1.883
1.639
1.256
1.000
1.960
33.582
7
Pacet
3.015
2.507
2.148
1.550
1.325
2.785
51.609
8
Ibun
2.486
1.989
1.732
1.243
994
2.319
38.416
9
Paseh
3.828
3.208
2.677
1.970
1.448
3.349
61.721
10
Cikancung
2.742
2.155
1.784
1.287
1.015
2.173
44.596
11
Cicalengka
3.560
2.855
2.268
1.695
1.284
2.685
51.995
12
Nagreg
1.666
1.307
1.074
796
628
1.366
25.597
13
Rancaekek
6.773
5.345
4.024
2.841
1.979
4.037
88.481
14
Majalaya
5.106
4.127
3.431
2.491
1.870
3.821
75.375
15
Solokanjeruk
2.855
2.193
1.919
1.401
1.032
2.175
41.262
16
Ciparay
5.522
4.431
3.731
2.701
2.142
4.378
80.636
17
Baleendah
9.324
6.777
5.291
4.008
2.635
4.948
126.039
18
Arjasari
3.297
2.574
2.114
1.566
1.208
2.930
47.819
19
Banjaran
4.343
3.384
2.784
2.130
1.569
3.230
60.059
20
Cangkuang
2.650
2.113
1.592
1.184
823
1.808
34.406
21
Pameungpeuk
2.718
1.962
1.649
1.329
921
1.755
37.048
22
Katapang
4.408
3.218
2.491
1.862
1.313
2.585
59.041
23
Soreang
4.093
3.370
2.696
2.078
1.393
2.937
56.226
24
Kutawaringin
3.438
2.681
2.242
1.681
1.347
2.724
49.884
25
Margaasih
5.184
4.124
3.123
2.142
1.541
2.917
71.684
26
Margahayu
4.664
4.029
3.414
2.375
1.604
2.826
63.210
27
Dayeuhkolot
4.220
3.183
2.439
1.837
1.203
2.233
56.355
28
Bojongsoang
4.882
3.638
2.398
1.619
1.097
2.094
58.203
29
Cileunyi
7.348
5.618
3.900
2.721
1.755
3.524
90.689
30
Cilengkrang
1.928
1.581
1.218
901
593
1.213
25.615
31
Cimenyan
4.053
3.392
2.987
2.155
1.284
2.818
57.171
121.046
96.082
77.139 57.306 41.596
85.996
1.702.861
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
121
Tabel Lampiran 16. Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
Kecamatan
KELOMPOK UMUR 0-4
5-9
10 - 14 15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
1
Ciwidey
6.370
7.258
7.456
6.759
5.855
5.817
6.457
5.733
2
Rancabali
4.578
4.691
4.971
4.472
3.708
3.710
4.068
3.738
3
Pasirjambu
7.877
8.326
8.248
7.338
6.536
6.141
6.944
6.048
4
Cimaung
7.514
7.505
7.556
7.041
5.601
5.432
6.206
6.074
5
Pangalengan
13.733
14.905
15.083
12.968
10.623
10.140
11.482
10.959
6
Kertasari
6.616
6.820
7.007
6.238
5.226
5.280
5.566
5.170
7
Pacet
9.911
11.251
11.614
11.815
9.302
8.435
8.380
7.170
8
Ibun
7.516
8.276
8.480
7.403
6.263
6.237
6.985
5.824
9
Paseh
11.742
13.517
14.020
12.185
10.363
9.987
10.917
9.165
10
Cikancung
8.646
9.446
9.721
8.789
7.757
7.423
7.407
6.350
11
Cicalengka
10.155
11.794
11.962
11.299
9.068
9.227
10.319
9.019
12
Nagreg
4.688
5.360
5.307
5.120
4.016
4.044
4.443
3.971
13
Rancaekek
13.468
16.785
17.325
16.089
15.226
14.585
16.548
14.626
14
Majalaya
15.407
16.154
15.627
14.261
12.792
13.022
14.469
11.957
15
Solokanjeruk
7.315
7.736
7.774
7.218
6.815
6.870
7.595
6.430
16
Ciparay
14.718
15.932
16.204
15.328
12.679
12.290
13.776
12.139
17
Baleendah
23.692
26.272
25.225
22.369
19.267
19.083
23.988
22.193
18
Arjasari
9.165
9.951
9.863
9.067
7.583
6.979
8.064
7.368
19
Banjaran
11.032
12.302
11.817
10.667
9.399
9.031
11.050
10.273
20
Cangkuang
6.601
7.394
7.319
6.484
5.333
5.088
6.207
5.899
21
Pameungpeuk
6.904
7.390
7.293
6.767
5.936
5.754
6.894
6.242
22
Katapang
11.471
12.107
11.903
10.466
9.778
9.906
11.757
10.601
23
Soreang
10.347
10.828
10.588
9.582
8.769
8.944
10.360
9.130
24
Kutawaringin
8.062
9.737
9.447
8.953
7.987
8.061
8.728
7.461
25
Margaasih
13.404
14.457
14.246
13.705
13.206
12.905
13.339
11.722
26
Margahayu
10.415
10.793
10.772
10.021
10.811
11.453
12.321
10.545
27
Dayeuhkolot
9.758
10.534
9.858
8.885
11.930
10.487
12.003
10.504
28
Bojongsoang
10.648
11.912
11.946
10.207
10.828
8.911
10.383
10.265
29
Cileunyi
16.608
19.393
18.409
16.152
15.431
15.027
17.941
16.980
30
Cilengkrang
4.566
4.947
5.083
4.569
4.159
3.879
4.352
4.279
31
Cimenyan
10.247
10.480
10.521
9.533
9.265
9.305
10.782
8.986
Kab. Bandung
313.174 344.253 342.645 311.750 281.512 273.453 309.731 276.821
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
122
Tabel Lampiran 16 (Lanjutan) Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013
No
KELOMPOK UMUR
Kecamatan
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59 60 - 64
65 +
Jumlah
1
Ciwidey
5 242
4 309
3 774
2 865
2 451
5 095
75 441
2
Rancabali
3 549
2 790
2 432
1 947
1 603
2 846
49 103
3
Pasirjambu
5 849
4 780
4 068
3 119
2 375
4 916
82 565
4
Cimaung
5 282
4 275
3 662
2 913
2 316
4 840
76 217
5
Pangalengan
9 953
8 335
6 793
5 862
4 437
8 456
143 729
6
Kertasari
4 378
3 720
3 284
2 504
1 998
3 583
67 390
7
Pacet
6 344
5 037
4 350
3 203
2 657
5 435
104 904
8
Ibun
5 245
4 089
3 592
2 623
2 064
4 495
79 092
9
Paseh
7 967
6 402
5 575
4 051
3 108
6 411
125 410
10
Cikancung
5 539
4 248
3 579
2 551
2 058
4 026
87 540
11
Cicalengka
7 939
6 307
4 932
3 821
2 790
5 370
114 002
12
Nagreg
3 350
2 591
2 147
1 608
1 221
2 521
50 387
13
Rancaekek
13 507
10 575
8 516
6 005
4 224
7 714
175 193
14
Majalaya
10 738
8 379
7 305
5 323
3 956
7 317
156 707
15
Solokanjeruk
5 686
4 287
3 740
2 835
2 153
4 006
80 460
16
Ciparay
10 834
8 646
7 350
5 437
4 280
7 951
157 564
17
Baleendah
18 906
13 732
10 635
8 007
5 452
9 203
248 024
18
Arjasari
6 622
5 176
4 186
3 113
2 502
5 373
95 012
19
Banjaran
8 937
6 800
5 433
4 364
3 103
5 911
120 119
20
Cangkuang
5 670
4 423
3 452
2 460
1 798
3 488
71 616
21
Pameungpeuk
5 376
3 933
3 248
2 599
1 905
3 267
73 508
22
Katapang
9 357
6 952
5 321
3 812
2 696
4 908
121 035
23
Soreang
8 058
6 657
5 442
4 101
2 934
5 320
111 060
24
Kutawaringin
6 659
5 173
4 350
3 375
2 617
4 912
95 522
25
Margaasih
10 573
8 268
6 727
4 459
3 155
5 473
145 639
26
Margahayu
9 312
7 589
6 632
5 029
3 205
5 234
124 132
27
Dayeuhkolot
8 919
6 489
4 997
3 827
2 580
4 276
115 047
28
Bojongsoang
9 639
7 580
5 205
3 516
2 361
3 908
117 309
29
Cileunyi
15 616
12 052
8 754
6 106
3 995
6 817
189 281
30
Cilengkrang
3 913
3 125
2 576
1 829
1 235
2 253
50 765
31
Cimenyan
8 022
6 683
5 797
4 333
2 774
5 199
111 927
246 981 193 402 157 854 117 597 86 003 160 524
3 415 700
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
123
Tabel Lampiran 17. Persentase Penduduk Laki-laki Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013 KELOMPOK UMUR No
Kecamatan 0-4
5-9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
1
Ciwidey
8,54
10,01
9,73
8,95
7,73
7,62
8,75
7,64
2
Rancabali
8,90
9,38
10,22
9,40
7,69
7,40
8,34
7,56
3
Pasirjambu
9,88
10,07
9,94
8,88
7,79
7,49
8,51
7,35
4
Cimaung
10,21
9,87
9,84
9,32
7,37
7,22
8,06
7,92
5
Pangalengan
9,76
10,61
10,57
9,15
7,52
6,92
8,09
7,42
6
Kertasari
9,83
10,28
10,66
9,58
7,52
7,74
8,24
7,70
7
Pacet
9,05
10,77
11,29
11,09
8,91
8,06
8,13
7,00
8
Ibun
9,61
10,52
10,69
9,42
7,66
7,81
8,89
7,51
9
Paseh
9,38
10,87
11,00
9,73
8,07
8,05
8,83
7,33
10
Cikancung
9,80
10,74
11,18
10,18
8,93
8,36
8,42
7,13
11
Cicalengka
9,05
10,54
10,67
9,94
7,79
8,25
8,86
7,79
12
Nagreg
9,60
10,48
10,55
10,16
7,85
8,05
8,73
7,95
13
Rancaekek
7,72
9,85
10,04
9,42
8,34
7,87
9,05
8,24
14
Majalaya
9,79
10,27
9,84
9,13
8,10
8,37
9,47
7,76
15
Solokanjeruk
8,99
9,71
9,92
8,90
8,50
8,42
9,38
7,77
16
Ciparay
9,42
10,37
10,20
9,70
7,95
7,87
8,79
7,63
17
Baleendah
9,62
10,67
10,28
8,98
7,67
7,65
9,36
8,75
18
Arjasari
9,55
10,58
10,50
9,57
7,97
7,54
8,63
7,51
19
Banjaran
9,53
10,31
9,82
8,84
7,91
7,57
9,03
8,52
20
Cangkuang
9,42
10,36
10,39
9,13
7,52
6,98
8,31
8,01
21
Pameungpeuk
9,97
10,06
10,02
8,91
8,14
7,83
9,32
8,33
22
Katapang
9,15
10,17
9,88
8,86
7,99
8,02
9,65
8,58
23
Soreang
9,41
9,77
9,44
8,59
7,86
8,15
9,50
8,19
24
Kutawaringin
8,58
10,08
9,90
9,41
8,15
8,37
9,16
7,93
25
Margaasih
9,06
9,95
9,79
9,51
9,02
9,00
9,02
8,12
26
Margahayu
8,31
8,91
8,78
7,98
8,61
9,25
9,94
8,52
27
Dayeuhkolot
8,55
9,23
8,37
7,61
10,65
8,96
10,40
9,01
28
Bojongsoang
9,15
10,09
10,06
8,64
9,85
7,56
8,37
8,38
29
Cileunyi
8,67
10,42
9,83
8,53
7,99
7,75
9,09
8,84
30
Cilengkrang
9,29
9,76
9,96
9,28
8,10
7,51
8,32
7,97
31
Cimenyan
9,39
9,38
9,44
8,51
8,07
8,16
9,62
8,00
9,22
10,17
10,06
9,15
8,20
7,96
8,99
8,03
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
124
Tabel Lampiran 17 (Lanjutan) Persentase Penduduk Laki-laki Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013 KELOMPOK UMUR No
Kecamatan
Jumlah 40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 +
1
Ciwidey
7,18
5,70
5,02
3,79
3,18
6,15
100,00
2
Rancabali
7,63
5,77
5,01
4,22
3,30
5,20
100,00
3
Pasirjambu
7,22
5,79
4,98
3,82
2,85
5,43
100,00
4
Cimaung
6,98
5,51
4,96
3,71
3,18
5,84
100,00
5
Pangalengan
6,96
5,77
4,74
4,00
3,16
5,31
100,00
6
Kertasari
6,70
5,43
4,87
3,69
2,95
4,80
100,00
7
Pacet
6,25
4,75
4,13
3,10
2,50
4,97
100,00
8
Ibun
6,78
5,16
4,57
3,39
2,63
5,35
100,00
9
Paseh
6,50
5,01
4,55
3,27
2,61
4,81
100,00
10
Cikancung
6,51
4,87
4,18
2,94
2,43
4,31
100,00
11
Cicalengka
7,06
5,57
4,30
3,43
2,43
4,33
100,00
12
Nagreg
6,79
5,18
4,33
3,28
2,39
4,66
100,00
13
Rancaekek
7,77
6,03
5,18
3,65
2,59
4,24
100,00
14
Majalaya
6,92
5,23
4,76
3,48
2,56
4,30
100,00
15
Solokanjeruk
7,22
5,34
4,65
3,66
2,86
4,67
100,00
16
Ciparay
6,91
5,48
4,70
3,56
2,78
4,64
100,00
17
Baleendah
7,86
5,70
4,38
3,28
2,31
3,49
100,00
18
Arjasari
7,05
5,51
4,39
3,28
2,74
5,18
100,00
19
Banjaran
7,65
5,69
4,41
3,72
2,55
4,46
100,00
20
Cangkuang
8,12
6,21
5,00
3,43
2,62
4,51
100,00
21
Pameungpeuk
7,29
5,41
4,39
3,48
2,70
4,15
100,00
22
Katapang
7,98
6,02
4,56
3,15
2,23
3,75
100,00
23
Soreang
7,23
5,99
5,01
3,69
2,81
4,35
100,00
24
Kutawaringin
7,06
5,46
4,62
3,71
2,78
4,79
100,00
25
Margaasih
7,29
5,60
4,87
3,13
2,18
3,46
100,00
26
Margahayu
7,63
5,84
5,28
4,36
2,63
3,95
100,00
27
Dayeuhkolot
8,01
5,63
4,36
3,39
2,35
3,48
100,00
28
Bojongsoang
8,05
6,67
4,75
3,21
2,14
3,07
100,00
29
Cileunyi
8,39
6,53
4,92
3,43
2,27
3,34
100,00
30
Cilengkrang
7,89
6,14
5,40
3,69
2,55
4,14
100,00
31
Cimenyan
7,25
6,01
5,13
3,98
2,72
4,35
100,00
Kab. Bandung
7,35
5,68
4,71
3,52
2,59
4,35
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
125
Tabel Lampiran 18. Persentase Penduduk Perempuan Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013 KELOMPOK UMUR No
Kecamatan 0-4
5-9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
1
Ciwidey
8,34
9,23
10,04
8,97
7,79
7,80
8,36
7,56
2
Rancabali
9,72
9,72
10,04
8,83
7,42
7,71
8,23
7,66
3
Pasirjambu
9,21
10,10
10,04
8,90
8,04
7,38
8,32
7,30
4
Cimaung
9,50
9,82
9,99
9,15
7,32
7,03
8,23
8,02
5
Pangalengan
9,36
10,14
10,42
8,90
7,27
7,18
7,90
7,82
6
Kertasari
9,80
9,96
10,14
8,93
7,99
7,93
8,28
7,64
7
Pacet
9,86
10,68
10,84
11,44
8,82
8,02
7,85
6,67
8
Ibun
9,39
10,40
10,76
9,30
8,19
7,96
8,77
7,21
9
Paseh
9,34
10,69
11,37
9,70
8,46
7,87
8,58
7,28
10
Cikancung
9,95
10,84
11,03
9,90
8,79
8,59
8,50
7,38
11
Cicalengka
8,74
10,11
10,29
9,87
8,15
7,91
9,28
8,05
12
Nagreg
9,02
10,79
10,52
10,16
8,09
8,00
8,90
7,81
13
Rancaekek
7,65
9,32
9,74
8,95
9,03
8,77
9,83
8,45
14
Majalaya
9,88
10,35
10,11
9,07
8,23
8,25
8,98
7,49
15
Solokanjeruk
9,19
9,52
9,42
9,04
8,44
8,65
9,49
8,20
16
Ciparay
9,26
9,87
10,37
9,76
8,14
7,74
8,70
7,77
17
Baleendah
9,49
10,51
10,06
9,06
7,86
7,74
9,97
9,14
18
Arjasari
9,74
10,37
10,26
9,52
7,99
7,16
8,35
7,99
19
Banjaran
8,84
10,17
9,86
8,92
7,74
7,47
9,37
8,59
20
Cangkuang
9,00
10,28
10,04
8,97
7,37
7,24
9,05
8,49
21
Pameungpeuk
8,83
10,05
9,82
9,49
8,01
7,82
9,44
8,65
22
Katapang
9,82
9,83
9,78
8,42
8,17
8,36
9,78
8,95
23
Soreang
9,22
9,73
9,62
8,67
7,93
7,96
9,16
8,25
24
Kutawaringin
8,31
10,30
9,88
9,34
8,55
8,51
9,12
7,70
25
Margaasih
9,35
9,90
9,77
9,31
9,12
8,72
9,31
7,98
26
Margahayu
8,47
8,48
8,58
8,16
8,80
9,20
9,91
8,47
27
Dayeuhkolot
8,41
9,08
8,77
7,84
10,08
9,28
10,46
9,25
28
Bojongsoang
9,00
10,22
10,31
8,76
8,60
7,63
9,34
9,12
29
Cileunyi
8,89
10,06
9,61
8,54
8,33
8,15
9,90
9,11
30
Cilengkrang
8,71
9,73
10,06
8,73
8,28
7,77
8,82
8,88
31
Cimenyan
8,93
9,35
9,36
8,52
8,48
8,46
9,65
8,06
9,12
9,98
10,00
9,10
8,29
8,05
9,14
8,18
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
126
Tabel Lampiran 18 (Lanjutan) Penduduk Perempuan Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013 KELOMPOK UMUR No
Kecamatan
Jumlah 40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 +
1
Ciwidey
6,71
5,72
4,98
3,81
3,32
7,36
100,00
2
Rancabali
6,84
5,60
4,90
3,72
3,23
6,37
100,00
3
Pasirjambu
6,95
5,79
4,87
3,74
2,90
6,47
100,00
4
Cimaung
6,88
5,71
4,65
3,94
2,89
6,88
100,00
5
Pangalengan
6,89
5,83
4,71
4,15
3,01
6,41
100,00
6
Kertasari
6,29
5,61
4,88
3,74
2,98
5,84
100,00
7
Pacet
5,84
4,86
4,16
3,00
2,57
5,40
100,00
8
Ibun
6,47
5,18
4,51
3,24
2,59
6,04
100,00
9
Paseh
6,20
5,20
4,34
3,19
2,35
5,43
100,00
10
Cikancung
6,15
4,83
4,00
2,89
2,28
4,87
100,00
11
Cicalengka
6,85
5,49
4,36
3,26
2,47
5,16
100,00
12
Nagreg
6,51
5,11
4,20
3,11
2,45
5,34
100,00
13
Rancaekek
7,65
6,04
4,55
3,21
2,24
4,56
100,00
14
Majalaya
6,77
5,48
4,55
3,30
2,48
5,07
100,00
15
Solokanjeruk
6,92
5,31
4,65
3,40
2,50
5,27
100,00
16
Ciparay
6,85
5,50
4,63
3,35
2,66
5,43
100,00
17
Baleendah
7,40
5,38
4,20
3,18
2,09
3,93
100,00
18
Arjasari
6,89
5,38
4,42
3,27
2,53
6,13
100,00
19
Banjaran
7,23
5,63
4,64
3,55
2,61
5,38
100,00
20
Cangkuang
7,70
6,14
4,63
3,44
2,39
5,25
100,00
21
Pameungpeuk
7,34
5,30
4,45
3,59
2,49
4,74
100,00
22
Katapang
7,47
5,45
4,22
3,15
2,22
4,38
100,00
23
Soreang
7,28
5,99
4,79
3,70
2,48
5,22
100,00
24
Kutawaringin
6,89
5,37
4,49
3,37
2,70
5,46
100,00
25
Margaasih
7,23
5,75
4,36
2,99
2,15
4,07
100,00
26
Margahayu
7,38
6,37
5,40
3,76
2,54
4,47
100,00
27
Dayeuhkolot
7,49
5,65
4,33
3,26
2,13
3,96
100,00
28
Bojongsoang
8,39
6,25
4,12
2,78
1,88
3,60
100,00
29
Cileunyi
8,10
6,19
4,30
3,00
1,94
3,89
100,00
30
Cilengkrang
7,53
6,17
4,76
3,52
2,32
4,74
100,00
31
Cimenyan
7,09
5,93
5,22
3,77
2,25
4,93
100,00
Kab. Bandung
7,11
5,64
4,53
3,37
2,44
5,05
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
127
Tabel Lampiran 19. Persentase Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013 KELOMPOK UMUR No
Kecamatan 0-4
5-9
10 - 14
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
1
Ciwidey
8,44
9,62
9,88
8,96
7,76
7,71
8,56
7,60
2
Rancabali
9,32
9,55
10,12
9,11
7,55
7,56
8,28
7,61
3
Pasirjambu
9,54
10,08
9,99
8,89
7,92
7,44
8,41
7,33
4
Cimaung
9,86
9,85
9,91
9,24
7,35
7,13
8,14
7,97
5
Pangalengan
9,55
10,37
10,49
9,02
7,39
7,05
7,99
7,62
6
Kertasari
9,82
10,12
10,40
9,26
7,75
7,83
8,26
7,67
7
Pacet
9,45
10,73
11,07
11,26
8,87
8,04
7,99
6,83
8
Ibun
9,50
10,46
10,72
9,36
7,92
7,89
8,83
7,36
9
Paseh
9,36
10,78
11,18
9,72
8,26
7,96
8,71
7,31
10
Cikancung
9,88
10,79
11,10
10,04
8,86
8,48
8,46
7,25
11
Cicalengka
8,91
10,35
10,49
9,91
7,95
8,09
9,05
7,91
12
Nagreg
9,30
10,64
10,53
10,16
7,97
8,03
8,82
7,88
13
Rancaekek
7,69
9,58
9,89
9,18
8,69
8,33
9,45
8,35
14
Majalaya
9,83
10,31
9,97
9,10
8,16
8,31
9,23
7,63
15
Solokanjeruk
9,09
9,61
9,66
8,97
8,47
8,54
9,44
7,99
16
Ciparay
9,34
10,11
10,28
9,73
8,05
7,80
8,74
7,70
17
Baleendah
9,55
10,59
10,17
9,02
7,77
7,69
9,67
8,95
18
Arjasari
9,65
10,47
10,38
9,54
7,98
7,35
8,49
7,75
19
Banjaran
9,18
10,24
9,84
8,88
7,82
7,52
9,20
8,55
20
Cangkuang
9,22
10,32
10,22
9,05
7,45
7,10
8,67
8,24
21
Pameungpeuk
9,39
10,05
9,92
9,21
8,08
7,83
9,38
8,49
22
Katapang
9,48
10,00
9,83
8,65
8,08
8,18
9,71
8,76
23
Soreang
9,32
9,75
9,53
8,63
7,90
8,05
9,33
8,22
24
Kutawaringin
8,44
10,19
9,89
9,37
8,36
8,44
9,14
7,81
25
Margaasih
9,20
9,93
9,78
9,41
9,07
8,86
9,16
8,05
26
Margahayu
8,39
8,69
8,68
8,07
8,71
9,23
9,93
8,49
27
Dayeuhkolot
8,48
9,16
8,57
7,72
10,37
9,12
10,43
9,13
28
Bojongsoang
9,08
10,15
10,18
8,70
9,23
7,60
8,85
8,75
29
Cileunyi
8,77
10,25
9,73
8,53
8,15
7,94
9,48
8,97
30
Cilengkrang
8,99
9,74
10,01
9,00
8,19
7,64
8,57
8,43
31
Cimenyan
9,16
9,36
9,40
8,52
8,28
8,31
9,63
8,03
9,17
10,08
10,03
9,13
8,24
8,01
9,07
8,10
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
128
Tabel Lampiran 19 (Lanjutan) Persentase Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) Menurut Kecamatan dan Kelompok Umur Kabupaten Bandung Tahun 2013 KELOMPOK UMUR No
Kecamatan
Jumlah 40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
60 - 64
65 +
1
Ciwidey
6,95
5,71
5,00
3,80
3,25
6,75
100,00
2
Rancabali
7,23
5,68
4,95
3,97
3,26
5,80
100,00
3
Pasirjambu
7,08
5,79
4,93
3,78
2,88
5,95
100,00
4
Cimaung
6,93
5,61
4,80
3,82
3,04
6,35
100,00
5
Pangalengan
6,92
5,80
4,73
4,08
3,09
5,88
100,00
6
Kertasari
6,50
5,52
4,87
3,72
2,96
5,32
100,00
7
Pacet
6,05
4,80
4,15
3,05
2,53
5,18
100,00
8
Ibun
6,63
5,17
4,54
3,32
2,61
5,68
100,00
9
Paseh
6,35
5,10
4,45
3,23
2,48
5,11
100,00
10
Cikancung
6,33
4,85
4,09
2,91
2,35
4,60
100,00
11
Cicalengka
6,96
5,53
4,33
3,35
2,45
4,71
100,00
12
Nagreg
6,65
5,14
4,26
3,19
2,42
5,00
100,00
13
Rancaekek
7,71
6,04
4,86
3,43
2,41
4,40
100,00
14
Majalaya
6,85
5,35
4,66
3,40
2,52
4,67
100,00
15
Solokanjeruk
7,07
5,33
4,65
3,52
2,68
4,98
100,00
16
Ciparay
6,88
5,49
4,66
3,45
2,72
5,05
100,00
17
Baleendah
7,62
5,54
4,29
3,23
2,20
3,71
100,00
18
Arjasari
6,97
5,45
4,41
3,28
2,63
5,66
100,00
19
Banjaran
7,44
5,66
4,52
3,63
2,58
4,92
100,00
20
Cangkuang
7,92
6,18
4,82
3,43
2,51
4,87
100,00
21
Pameungpeuk
7,31
5,35
4,42
3,54
2,59
4,44
100,00
22
Katapang
7,73
5,74
4,40
3,15
2,23
4,06
100,00
23
Soreang
7,26
5,99
4,90
3,69
2,64
4,79
100,00
24
Kutawaringin
6,97
5,42
4,55
3,53
2,74
5,14
100,00
25
Margaasih
7,26
5,68
4,62
3,06
2,17
3,76
100,00
26
Margahayu
7,50
6,11
5,34
4,05
2,58
4,22
100,00
27
Dayeuhkolot
7,75
5,64
4,34
3,33
2,24
3,72
100,00
28
Bojongsoang
8,22
6,46
4,44
3,00
2,01
3,33
100,00
29
Cileunyi
8,25
6,37
4,62
3,23
2,11
3,60
100,00
30
Cilengkrang
7,71
6,16
5,07
3,60
2,43
4,44
100,00
31
Cimenyan
7,17
5,97
5,18
3,87
2,48
4,64
100,00
Kab. Bandung
7,23
5,66
4,62
3,44
2,52
4,70
100,00
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
129
Tabel Lampiran 20 Penduduk Laki-laki 15 Tahun Keatas Menurut Kecamatan dan Kegiatan Utama Seminggu Yang Lalu Kabupaten Bandung Tahun 2013 Kegiatan Utama Angkatan Kerja
No Kecamatan
(1)
(2)
Bukan Angkatan Kerja
Bekerja
Mencari Pekerjaan*)
Jumlah
Sekolah
(3)
(4)
(5)
(6)
Mengurus Lainnya RMT (7)
(8)
Jumlah Jumlah (9)
(10) 15+ BEKERJA
1
Ciwidey
17.927
300
18.227
3.034
275
5.516
8.825
27.052
2
Rancabali
13.125
1.255
14.380
1.712
3
Pasirjambu
19.303
360
19.663
5.696
212
856
2.780
17.160
949
2.532
9.177
4
Cimaung
18.520
2.886
21.406
28.840
3.268
1.089
1.361
5.718
5
Pangalengan
31.320
1.793
27.124
33.113
7.278
1.323
6.176
14.777
6
Kertasari
16.308
47.890
877
17.185
3.837
466
1.918
6.221
7
Pacet
23.406
26.210
1.399
27.609
5.559
898
2.649
9.106
8
36.715
Ibun
21.471
1.081
22.552
3.809
740
1.039
5.588
28.140
9
Paseh
36.028
1.564
37.592
3.486
1.937
774
6.197
43.789
10
Cikancung
18.181
1.869
20.050
6.774
357
2.139
9.270
29.320
11
Cicalengka
27.481
3.901
31.382
8.100
1.158
2.603
11.861
43.243
12
Nagreg
8.507
3.266
11.773
3.646
320
1.458
5.424
17.197
13
Rancaekek
31.991
9.417
41.408
11.730
1.097
8.531
21.358
62.766
14
Majalaya
39.805
3.397
43.202
8.903
1.236
3.667
13.806
57.008
15
Solokanjeruk
16.848
3.608
20.456
4.138
426
2.956
7.520
27.976
16
Ciparay
31.657
6.540
38.197
10.664
999
3.999
15.662
53.859
17
Baleendah
58.976
4.394
63.370
17.764
711
2.843
21.318
84.688
18
Arjasari
21.878
3.594
25.472
5.313
388
1.563
7.264
32.736
19
Banjaran
28.232
1.039
29.271
11.682
324
973
12.979
42.250
20
Cangkuang
17.705
2.114
19.819
4.262
264
1.639
6.165
25.984
21
Pameungpeuk
12.162
3.368
15.530
4.517
245
5.212
9.974
25.504
22
Katapang
29.807
3.012
32.819
9.794
426
851
11.071
43.890
23
Soreang
29.070
1.415
30.485
5.732
466
2.456
8.654
39.139
24
Kutawaringin
23.444
1.516
24.960
4.953
381
2.312
7.646
32.606
25
Margaasih
40.086
2.919
43.005
5.568
740
3.340
9.648
52.653
26
Margahayu
34.777
2.912
37.689
2.319
438
4.636
7.393
45.082
27
Dayeuhkolot
23.213
2.639
25.852
8.411
1.009
8.074
17.494
43.346
28
Bojongsoang
29.701
1.381
31.082
4.520
372
5.811
10.703
41.785
29
Cileunyi
42.958
1.308
44.266
14.319
755
10.740
25.814
70.080
30
Cilengkrang
10.652
649
11.301
4.734
339
1.479
6.552
17.853
31
Cimenyan
26.545
378
26.923
9.556
354
2.477
12.387
39.310
Kab. Bandung
803.888
76.151
880.039
205.078
20.694
102.580
328.352
1.208.391
*) Mencari kerja secara aktif (mencari kerja, dan mempersiapkan usaha)
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
130
Tabel Lampiran 21 Penduduk Perempuan 15 Tahun Keatas Menurut Kecamatan dan Kegiatan Utama Seminggu Yang Lalu Kabupaten Bandung Tahun 2013 Kegiatan Utama No
Angkatan Kerja
Kecamatan
(1)
(2)
Bukan Angkatan Kerja
Bekerja
Mencari Pekerjaan*)
Jumlah
Sekolah
Mengurus Lainnya RMT
(3)
(4)
(5)
(6)
(7) 14.504
(8)
Jumlah Jumlah (9)
(10)
751
20.257
27.305
15+ BEKERJA 1
Ciwidey
6.002
1.046
7.048
5.002
2
Rancabali
3.988
1.036
5.024
2.279
9.971
429
12.679
17.703
3
Pasirjambu
4.673
457
5.130
5.841
16.744
1.559
24.144
29.274
4
Cimaung
4.224
1.640
5.864
4.929
15.255
470
20.654
26.518
5
Pangalengan
17.231
1.409
18.640
7.385
23.878
2.215
33.478
52.118
6
Kertasari
11.013
827
11.840
3.786
6.883
1.032
11.701
23.541
7
Pacet
4.801
1.526
6.327
8.754
19.485
847
29.086
35.413
8
Ibun
4.096
389
4.485
2.607
18.994
594
22.195
26.680
9
Paseh
10.684
4.667
15.351
7.310
19.400
281
26.991
42.342
10
Cikancung
4.588
406
4.994
7.765
14.471
3.177
25.413
30.407
11
Cicalengka
9.252
2.591
11.843
8.001
16.254
750
25.005
36.848
12
Nagreg
3.312
1.274
4.586
2.710
10.237
302
13.249
17.835
13
Rancaekek
27.581
4.171
31.752
13.952
18.496
649
33.097
64.849
14
Majalaya
16.326
2.732
19.058
8.564
22.749
2.140
33.453
52.511
15
Solokanjeruk
8.922
2.119
11.041
5.043
13.188
387
18.618
29.659
16
Ciparay
13.051
4.975
18.026
8.156
28.385
2.284
38.825
56.851
17
Baleendah
15.567
3.235
18.802
20.521
46.348
2.476
69.345
88.147
18
Arjasari
6.312
1.074
7.386
5.980
18.603
1.328
25.911
33.297
19
Banjaran
7.784
2.570
10.354
9.081
22.056
1.227
32.364
42.718
20
Cangkuang
3.420
380
3.800
4.788
15.048
682
20.518
24.318
21
Pameungpeuk
6.482
489
6.971
6.482
12.532
432
19.446
26.417
22
Katapang
9.962
1.301
11.263
7.571
21.916
914
30.401
41.664
23
Soreang
13.785
473
14.258
5.848
17.128
2.924
25.900
40.158
24
Kutawaringin
7.182
892
8.074
6.804
20.413
379
27.596
35.670
25
Margaasih
14.236
1.982
16.218
7.428
26.614
619
34.661
50.879
26
Margahayu
9.882
1.364
11.246
4.942
29.647
1.235
35.824
47.070
27
Dayeuhkolot
7.397
1.484
8.881
11.404
19.109
2.157
32.670
41.551
28
Bojongsoang
6.215
622
6.837
9.840
21.234
3.107
34.181
41.018
29
Cileunyi
17.644
629
18.273
16.040
29.942
536
46.518
64.791
30
Cilengkrang
6.659
190
6.849
3.700
7.398
369
11.467
18.316
31
Cimenyan
15.956
454
16.410
8.592
12.275
4.092
24.959
41.369
298.227
48.404
346.631
231.105
589.157
40.344
860.606
1.207.237
Kab. Bandung
*) Mencari kerja secara aktif (mencari kerja, dan mempersiapkan usaha)
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
131
Tabel Lampiran 22 Penduduk Total (Laki-laki dan Perempuan) 15 Tahun Keatas Menurut Kecamatan dan Kegiatan Utama Seminggu Yang Lalu Kabupaten Bandung Tahun 2013 Kegiatan Utama No
Angkatan Kerja
Kecamatan
(1)
(2)
Bukan Angkatan Kerja Mengurus Lainnya RMT
Jumlah
Bekerja
Mencari Pekerjaan*)
Jumlah
Sekolah
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
Jumlah
1
Ciwidey
23.929
1.346
25.275
8.036
14.779
6.267
29.082
54.357
2
Rancabali
17.113
2.291
19.404
3.991
10.183
1.285
15.459
34.863
3
Pasirjambu
23.976
817
24.793
11.537
17.693
4.091
33.321
58.114
4
Cimaung
22.744
4.526
27.270
8.197
16.344
1.831
26.372
53.642
5
Pangalengan
48.551
3.202
51.753
14.663
25.201
8.391
48.255
100.008
6
Kertasari
27.321
1.704
29.025
7.623
7.349
2.950
17.922
46.947
7
Pacet
31.011
2.925
33.936
14.313
20.383
3.496
38.192
72.128
8
Ibun
25.567
1.470
27.037
6.416
19.734
1.633
27.783
54.820
9
Paseh
46.712
6.231
52.943
10.796
21.337
1.055
33.188
86.131
10
Cikancung
22.769
2.275
25.044
14.539
14.828
5.316
34.683
59.727
11
Cicalengka
36.733
6.492
43.225
16.101
17.412
3.353
36.866
80.091
12
Nagreg
11.819
4.540
16.359
6.356
10.557
1.760
18.673
35.032
13
Rancaekek
59.572
13.588
73.160
25.682
19.593
9.180
54.455
127.615
14
Majalaya
56.131
6.129
62.260
17.467
23.985
5.807
47.259
109.519
15
Solokanjeruk
25.770
5.727
31.497
9.181
13.614
3.343
26.138
57.635
16
Ciparay
44.708
11.515
56.223
18.820
29.384
6.283
54.487
110.710
17
Baleendah
74.543
7.629
82.172
38.285
47.059
5.319
90.663
172.835
18
Arjasari
28.190
4.668
32.858
11.293
18.991
2.891
33.175
66.033
19
Banjaran
36.016
3.609
39.625
20.763
22.380
2.200
45.343
84.968
20
Cangkuang
21.125
2.494
23.619
9.050
15.312
2.321
26.683
50.302
21
Pameungpeuk
18.644
3.857
22.501
10.999
12.777
5.644
29.420
51.921
22
Katapang
39.769
4.313
44.082
17.365
22.342
1.765
41.472
85.554
23
Soreang
42.855
1.888
44.743
11.580
17.594
5.380
34.554
79.297
24
Kutawaringin
30.626
2.408
33.034
11.757
20.794
2.691
35.242
68.276
25
Margaasih
54.322
4.901
59.223
12.996
27.354
3.959
44.309
103.532
26
Margahayu
44.659
4.276
48.935
7.261
30.085
5.871
43.217
92.152
27
Dayeuhkolot
30.610
4.123
34.733
19.815
20.118
10.231
50.164
84.897
28
Bojongsoang
35.916
2.003
37.919
14.360
21.606
8.918
44.884
82.803
29
Cileunyi
60.602
1.937
62.539
30.359
30.697
11.276
72.332
134.871
30
Cilengkrang
17.311
839
18.150
8.434
7.737
1.848
18.019
36.169
31
Cimenyan
42.501
832
43.333
18.148
12.629
6.569
37.346
80.679
1.102.115
124.555
1.226.670
436.183
609.851
142.924
1.188.958
2.415.628
Kab. Bandung
*) Mencari kerja secara aktif (mencari kerja, dan mempersiapkan usaha)
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
132
Tabel Lampiran 23 Persentase Penduduk Laki-laki 15 Tahun Keatas Menurut Kecamatan dan Kegiatan Utama Seminggu Yang Lalu Kabupaten Bandung Tahun 2013 Kegiatan Utama No
Kecamatan
(1)
(2)
Angkatan Kerja Mencari Bekerja Pekerjaan*) (3)
Bukan Angkatan Kerja Jumlah
Sekolah
(5)
(6)
(4)
Mengurus Lainnya RMT (7)
(8)
Jumlah Jumlah (9)
(10)
1
Ciwidey
98,35
1,65
100,00
34,38
3,12
62,50
100,00
27.052
2
Rancabali
91,27
8,73
100,00
61,58
7,63
30,79
100,00
17.160
3
Pasirjambu
98,17
1,83
100,00
62,07
10,34
27,59
100,00
28.840
4
Cimaung
86,52
13,48
100,00
57,15
19,05
23,80
100,00
27.124
5
Pangalengan
94,59
5,41
100,00
49,25
8,95
41,79
100,00
47.890
6
Kertasari
94,90
5,10
100,00
61,68
7,49
30,83
100,00
23.406
7
Pacet
94,93
5,07
100,00
61,05
9,86
29,09
100,00
36.715
8
Ibun
95,21
4,79
100,00
68,16
13,24
18,59
100,00
28.140
9
Paseh
95,84
4,16
100,00
56,25
31,26
12,49
100,00
43.789
10
Cikancung
90,68
9,32
100,00
73,07
3,85
23,07
100,00
29.320
11
Cicalengka
87,57
12,43
100,00
68,29
9,76
21,95
100,00
43.243
12
Nagreg
72,26
27,74
100,00
67,22
5,90
26,88
100,00
17.197
13
Rancaekek
77,26
22,74
100,00
54,92
5,14
39,94
100,00
62.766
14
Majalaya
92,14
7,86
100,00
64,49
8,95
26,56
100,00
57.008
15
Solokanjeruk
82,36
17,64
100,00
55,03
5,66
39,31
100,00
27.976
16
Ciparay
82,88
17,12
100,00
68,09
6,38
25,53
100,00
53.859
17
Baleendah
93,07
6,93
100,00
83,33
3,34
13,34
100,00
84.688
18
Arjasari
85,89
14,11
100,00
73,14
5,34
21,52
100,00
32.736
19
Banjaran
96,45
3,55
100,00
90,01
2,50
7,50
100,00
42.250
20
Cangkuang
89,33
10,67
100,00
69,13
4,28
26,59
100,00
25.984
21
Pameungpeuk
78,31
21,69
100,00
45,29
2,46
52,26
100,00
25.504
22
Katapang
90,82
9,18
100,00
88,47
3,85
7,69
100,00
43.890
23
Soreang
95,36
4,64
100,00
66,24
5,38
28,38
100,00
39.139
24
Kutawaringin
93,93
6,07
100,00
64,78
4,98
30,24
100,00
32.606
25
Margaasih
93,21
6,79
100,00
57,71
7,67
34,62
100,00
52.653
26
Margahayu
92,27
7,73
100,00
31,37
5,92
62,71
100,00
45.082
27
Dayeuhkolot
89,79
10,21
100,00
48,08
5,77
46,15
100,00
43.346
28
Bojongsoang
95,56
4,44
100,00
42,23
3,48
54,29
100,00
41.785
29
Cileunyi
97,05
2,95
100,00
55,47
2,92
41,61
100,00
70.080
30
Cilengkrang
94,26
5,74
100,00
72,25
5,17
22,57
100,00
17.853
31
Cimenyan
98,60
1,40
100,00
77,15
2,86
20,00
100,00
39.310
91,35
8,65
100,00
62,46
6,30
31,24
100,00
1.208.391
Kab. Bandung
*) Mencari kerja secara aktif (mencari kerja, dan mempersiapkan usaha)
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
133
Tabel Lampiran 24 Persentase Penduduk Perempuan 15 Tahun Keatas Menurut Kecamatan dan Kegiatan Utama Seminggu Yang Lalu Kabupaten Bandung Tahun 2013 Kegiatan Utama No
Kecamatan
(1)
(2)
Angkatan Kerja Mencari Bekerja Pekerjaan*) (3)
(4)
Bukan Angkatan Kerja Mengurus Lainnya RMT
Jumlah
Sekolah
(5)
(6)
(7)
(8)
Jumlah Jumlah (9)
(10)
1
Ciwidey
85,16
14,84
100,00
24,69
71,60
3,71
100,00
27.305
2
Rancabali
79,38
20,62
100,00
17,97
78,64
3,38
100,00
17.703
3
Pasirjambu
91,09
8,91
100,00
24,19
69,35
6,46
100,00
29.274
4
Cimaung
72,03
27,97
100,00
23,86
73,86
2,28
100,00
26.518
5
Pangalengan
92,44
7,56
100,00
22,06
71,32
6,62
100,00
52.118
6
Kertasari
93,02
6,98
100,00
32,36
58,82
8,82
100,00
23.541
7
Pacet
75,88
24,12
100,00
30,10
66,99
2,91
100,00
35.413
8
Ibun
91,33
8,67
100,00
11,75
85,58
2,68
100,00
26.680
9
Paseh
69,60
30,40
100,00
27,08
71,88
1,04
100,00
42.342
10
Cikancung
91,87
8,13
100,00
30,56
56,94
12,50
100,00
30.407
11
Cicalengka
78,12
21,88
100,00
32,00
65,00
3,00
100,00
36.848
12
Nagreg
72,22
27,78
100,00
20,45
77,27
2,28
100,00
17.835
13
Rancaekek
86,86
13,14
100,00
42,15
55,88
1,96
100,00
64.849
14
Majalaya
85,66
14,34
100,00
25,60
68,00
6,40
100,00
52.511
15
Solokanjeruk
80,81
19,19
100,00
27,09
70,83
2,08
100,00
29.659
16
Ciparay
72,40
27,60
100,00
21,01
73,11
5,88
100,00
56.851
17
Baleendah
82,79
17,21
100,00
29,59
66,84
3,57
100,00
88.147
18
Arjasari
85,46
14,54
100,00
23,08
71,80
5,13
100,00
33.297
19
Banjaran
75,18
24,82
100,00
28,06
68,15
3,79
100,00
42.718
20
Cangkuang
90,00
10,00
100,00
23,34
73,34
3,32
100,00
24.318
21
Pameungpeuk
92,99
7,01
100,00
33,33
64,45
2,22
100,00
26.417
22
Katapang
88,45
11,55
100,00
24,90
72,09
3,01
100,00
41.664
23
Soreang
96,68
3,32
100,00
22,58
66,13
11,29
100,00
40.158
24
Kutawaringin
88,95
11,05
100,00
24,66
73,97
1,37
100,00
35.670
25
Margaasih
87,78
12,22
100,00
21,43
76,78
1,79
100,00
50.879
26
Margahayu
87,87
12,13
100,00
13,80
82,76
3,45
100,00
47.070
27
Dayeuhkolot
83,29
16,71
100,00
34,91
58,49
6,60
100,00
41.551
28
Bojongsoang
90,90
9,10
100,00
28,79
62,12
9,09
100,00
41.018
29
Cileunyi
96,56
3,44
100,00
34,48
64,37
1,15
100,00
64.791
30
Cilengkrang
97,23
2,77
100,00
32,27
64,52
3,22
100,00
18.316
31
Cimenyan
97,23
2,77
100,00
34,42
49,18
16,39
100,00
41.369
Kab. Bandung
86,04
13,96
100,00
26,85
68,46
4,69
100,00
1.207.237
*) Mencari kerja secara aktif (mencari kerja, dan mempersiapkan usaha)
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
134
Tabel Lampiran 25 Persentase Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) 15 Tahun Keatas Menurut Kecamatan dan Kegiatan Utama Seminggu Yang Lalu Kabupaten Bandung Tahun 2013 Kegiatan Utama No
Kecamatan
(1)
(2)
Angkatan Kerja Mencari Bekerja Pekerjaan*) (3)
(4)
Bukan Angkatan Kerja Mengurus Lainnya RMT
Jumlah
Sekolah
(5)
(6)
(7)
(8)
Jumlah Jumlah (9)
(10)
1
Ciwidey
94,67
5,33
100,00
27,63
50,82
21,55
100,00
54.357
2
Rancabali
88,19
11,81
100,00
25,82
65,87
8,31
100,00
34.863
3
Pasirjambu
96,70
3,30
100,00
34,62
53,10
12,28
100,00
58.114
4
Cimaung
83,40
16,60
100,00
31,08
61,97
6,94
100,00
53.642
5
Pangalengan
93,81
6,19
100,00
30,39
52,22
17,39
100,00
100.008
6
Kertasari
94,13
5,87
100,00
42,53
41,01
16,46
100,00
46.947
7
Pacet
91,38
8,62
100,00
37,48
53,37
9,15
100,00
72.128
8
Ibun
94,56
5,44
100,00
23,09
71,03
5,88
100,00
54.820
9
Paseh
88,23
11,77
100,00
32,53
64,29
3,18
100,00
86.131
10
Cikancung
90,92
9,08
100,00
41,92
42,75
15,33
100,00
59.727
11
Cicalengka
84,98
15,02
100,00
43,67
47,23
9,10
100,00
80.091
12
Nagreg
72,25
27,75
100,00
34,04
56,54
9,43
100,00
35.032
13
Rancaekek
81,43
18,57
100,00
47,16
35,98
16,86
100,00
127.615
14
Majalaya
90,16
9,84
100,00
36,96
50,75
12,29
100,00
109.519
15
Solokanjeruk
81,82
18,18
100,00
35,13
52,09
12,79
100,00
57.635
16
Ciparay
79,52
20,48
100,00
34,54
53,93
11,53
100,00
110.710
17
Baleendah
90,72
9,28
100,00
42,23
51,91
5,87
100,00
172.835
18
Arjasari
85,79
14,21
100,00
34,04
57,24
8,71
100,00
66.033
19
Banjaran
90,89
9,11
100,00
45,79
49,36
4,85
100,00
84.968
20
Cangkuang
89,44
10,56
100,00
33,92
57,38
8,70
100,00
50.302
21
Pameungpeuk
82,86
17,14
100,00
37,39
43,43
19,18
100,00
51.921
22
Katapang
90,22
9,78
100,00
41,87
53,87
4,26
100,00
85.554
23
Soreang
95,78
4,22
100,00
33,51
50,92
15,57
100,00
79.297
24
Kutawaringin
92,71
7,29
100,00
33,36
59,00
7,64
100,00
68.276
25
Margaasih
91,72
8,28
100,00
29,33
61,73
8,93
100,00
103.532
26
Margahayu
91,26
8,74
100,00
16,80
69,61
13,58
100,00
92.152
27
Dayeuhkolot
88,13
11,87
100,00
39,50
40,10
20,40
100,00
84.897
28
Bojongsoang
94,72
5,28
100,00
31,99
48,14
19,87
100,00
82.803
29
Cileunyi
96,90
3,10
100,00
41,97
42,44
15,59
100,00
134.871
30
Cilengkrang
95,38
4,62
100,00
46,81
42,94
10,26
100,00
36.169
31
Cimenyan
98,08
1,92
100,00
48,59
33,82
17,59
100,00
80.679
Kab. Bandung
89,85
10,15
100,00
36,69
51,29
12,02
100,00
2.415.628
*) Mencari kerja secara aktif (mencari kerja, dan mempersiapkan usaha)
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
135
Tabel Lampiran 26. Penduduk Laki-laki 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha Kabupaten Bandung Tahun 2013 Lapangan Usaha No
Kecamatan
(1)
(2)
Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Jumlah (8)
1
Ciwidey
6.909
2.704
3.342
1.504
3.468
17.927
2
Rancabali
8.211
363
1.221
690
2.640
13.125
3
Pasirjambu
10.262
4.398
2.663
1.593
387
19.303
4
Cimaung
6.544
2.798
2.716
1.482
4.980
18.520
5
Pangalengan
20.037
1.751
4.280
1.361
3.891
31.320
6
Kertasari
13.144
103
1.057
734
1.270
16.308
7
Pacet
12.837
1.872
6.686
1.872
2.943
26.210
8
Ibun
5.746
7.873
2.249
1.850
3.753
21.471
9
Paseh
8.981
10.914
7.376
3.476
5.281
36.028
10 Cikancung
4.066
4.545
3.789
1.758
4.023
18.181
11 Cicalengka
3.435
7.115
4.662
6.379
5.890
27.481
12 Nagreg
2.222
1.910
1.562
1.215
1.598
8.507
13 Rancaekek
6.120
14.048
4.868
2.782
4.173
31.991
14 Majalaya
3.468
21.257
8.336
3.334
3.410
39.805
15 Solokanjeruk
3.458
7.537
3.015
1.108
1.730
16.848
16 Ciparay
4.711
7.160
6.407
4.146
9.233
31.657
17 Baleendah
4.718
18.872
12.739
8.729
13.918
58.976
18 Arjasari
7.707
5.221
3.928
2.238
2.784
21.878
19 Banjaran
5.087
11.191
5.113
2.797
4.044
28.232
20 Cangkuang
4.722
7.082
2.065
1.181
2.655
17.705
21 Pameungpeuk
1.403
5.473
1.965
1.637
1.684
12.162
22 Katapang
2.274
11.367
4.799
4.042
7.325
29.807
23 Soreang
1.661
12.873
4.983
6.229
3.324
29.070
24 Kutawaringin
4.838
9.304
2.977
1.488
4.837
23.444
25 Margaasih
1.496
20.641
5.983
3.889
8.077
40.086
26 Margahayu
433
14.764
6.890
6.562
6.128
34.777
27 Dayeuhkolot
347
9.354
4.504
2.425
6.583
23.213
28 Bojongsoang
3.193
7.797
5.195
5.569
7.947
29.701
29 Cileunyi
2.046
7.955
9.546
8.865
14.546
42.958
30 Cilengkrang
2.536
1.268
1.522
2.029
3.297
10.652
31 Cimenyan
2.088
2.088
5.965
5.965
10.439
26.545
164.700
241.598
142.403
98.929
156.258
803.888
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
136
Tabel Lampiran 27. Penduduk Perempuan 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha Kabupaten Bandung Tahun 2013 Lapangan Usaha No
Kecamatan
(1)
(2)
Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Jumlah (8)
1
Ciwidey
2.838
514
1.886
583
181
6.002
2
Rancabali
2.766
101
761
332
28
3.988
3
Pasirjambu
3.015
302
905
302
149
4.673
4
Cimaung
1.391
1.165
1.165
291
212
4.224
5
Pangalengan
11.134
1.855
2.651
795
796
17.231
6
Kertasari
8.641
63
1.618
423
268
11.013
7
Pacet
2.016
864
1.296
384
241
4.801
8
Ibun
929
1.989
708
417
53
4.096
9
Paseh
1.409
4.899
3.171
1.093
112
10.684
10 Cikancung
1.275
2.345
255
255
458
4.588
11 Cicalengka
569
3.843
3.131
1.423
286
9.252
12 Nagreg
473
1.577
946
158
158
3.312
1.936
17.178
3.871
3.315
1.281
27.581 16.326
13 Rancaekek 14 Majalaya
323
9.375
5.496
647
485
15 Solokanjeruk
1.144
6.177
915
229
457
8.922
16 Ciparay
1.269
5.438
3.807
1.632
905
13.051
17 Baleendah
1.083
7.716
3.926
2.031
811
15.567
18 Arjasari
1.578
2.254
1.578
451
451
6.312
19 Banjaran
1.184
3.046
2.369
1.015
170
7.784
20 Cangkuang
809
1.306
809
361
135
3.420
21 Pameungpeuk
270
3.709
1.513
810
180
6.482
22 Katapang
728
5.364
1.724
1.954
192
9.962
23 Soreang
1.407
5.908
3.376
2.532
562
13.785
24 Kutawaringin
1.169
2.840
2.172
717
284
7.182
966
6.628
3.928
2.454
260
14.236
26 Margahayu
46
5.193
2.523
1.892
228
9.882
27 Dayeuhkolot
39
2.512
3.070
1.535
241
7.397
28 Bojongsoang
345
2.056
1.774
1.673
367
6.215
29 Cileunyi
380
6.993
4.117
4.799
1.355
17.644
30 Cilengkrang
1.763
2.155
1.175
979
587
6.659
31 Cimenyan
1.373
4.189
5.195
4.020
1.179
15.956
54.268
119.554
71.831
39.502
13.072
298.227
25 Margaasih
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
137
Tabel Lampiran 28. Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha Kabupaten Bandung Tahun 2013 Lapangan Usaha No
Kecamatan
(1)
(2)
Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Jumlah (8)
1
Ciwidey
9.747
3.218
5.228
2.087
3.649
23.929
2
Rancabali
10.977
464
1.982
1.022
2.668
17.113
3
Pasirjambu
13.277
4.700
3.568
1.895
536
23.976
4
Cimaung
7.935
3.963
3.881
1.773
5.192
22.744
5
Pangalengan
31.171
3.606
6.931
2.156
4.687
48.551
6
Kertasari
21.785
166
2.675
1.157
1.538
27.321
7
Pacet
14.853
2.736
7.982
2.256
3.184
31.011
8
Ibun
6.675
9.862
2.957
2.267
3.806
25.567
9
Paseh
10.390
15.813
10.547
4.569
5.393
46.712
10 Cikancung
5.341
6.890
4.044
2.013
4.481
22.769
11 Cicalengka
4.004
10.958
7.793
7.802
6.176
36.733
12 Nagreg
2.695
3.487
2.508
1.373
1.756
11.819
13 Rancaekek
8.056
31.226
8.739
6.097
5.454
59.572
14 Majalaya
3.791
30.632
13.832
3.981
3.895
56.131
15 Solokanjeruk
4.602
13.714
3.930
1.337
2.187
25.770
16 Ciparay
5.980
12.598
10.214
5.778
10.138
44.708
17 Baleendah
5.801
26.588
16.665
10.760
14.729
74.543
18 Arjasari
9.285
7.475
5.506
2.689
3.235
28.190
19 Banjaran
6.271
14.237
7.482
3.812
4.214
36.016
20 Cangkuang
5.531
8.388
2.874
1.542
2.790
21.125
21 Pameungpeuk
1.673
9.182
3.478
2.447
1.864
18.644
22 Katapang
3.002
16.731
6.523
5.996
7.517
39.769
23 Soreang
3.068
18.781
8.359
8.761
3.886
42.855
24 Kutawaringin
6.007
12.144
5.149
2.205
5.121
30.626
25 Margaasih
2.462
27.269
9.911
6.343
8.337
54.322
26 Margahayu
479
19.957
9.413
8.454
6.356
44.659
27 Dayeuhkolot
386
11.866
7.574
3.960
6.824
30.610
28 Bojongsoang
3.538
9.853
6.969
7.242
8.314
35.916
29 Cileunyi
2.426
14.948
13.663
13.664
15.901
60.602
30 Cilengkrang
4.299
3.423
2.697
3.008
3.884
17.311
31 Cimenyan
3.461
6.277
11.160
9.985
11.618
42.501
218.968
361.152
214.234
138.431
169.330
1.102.115
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM Tahun 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
138
Tabel Lampiran 29. Persentase Penduduk Laki-laki 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha Utama Kabupaten Bandung Tahun 2013 Lapangan Usaha No
Kecamatan
(1)
(2)
Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Jumlah (8)
1
Ciwidey
38,54
15,08
18,64
8,39
19,35
100,00
2
Rancabali
62,56
2,77
9,30
5,26
20,11
100,00
3
Pasirjambu
53,16
22,78
13,80
8,25
2,00
100,00
4
Cimaung
35,33
15,11
14,67
8,00
26,89
100,00
5
Pangalengan
63,98
5,59
13,67
4,35
12,42
100,00
6
Kertasari
80,60
0,63
6,48
4,50
7,79
100,00
7
Pacet
48,98
7,14
25,51
7,14
11,23
100,00
8
Ibun
26,76
36,67
10,47
8,62
17,48
100,00
9
Paseh
24,93
30,29
20,47
9,65
14,66
100,00
10 Cikancung
22,36
25,00
20,84
9,67
22,13
100,00
11 Cicalengka
12,50
25,89
16,96
23,21
21,43
100,00
12 Nagreg
26,12
22,45
18,36
14,28
18,78
100,00
13 Rancaekek
19,13
43,91
15,22
8,70
13,04
100,00
8,71
53,40
20,94
8,38
8,57
100,00
15 Solokanjeruk
20,52
44,74
17,90
6,58
10,27
100,00
16 Ciparay
14,88
22,62
20,24
13,10
29,17
100,00
8,00
32,00
21,60
14,80
23,60
100,00
18 Arjasari
35,23
23,86
17,95
10,23
12,73
100,00
19 Banjaran
18,02
39,64
18,11
9,91
14,32
100,00
20 Cangkuang
26,67
40,00
11,66
6,67
15,00
100,00
21 Pameungpeuk
11,54
45,00
16,16
13,46
13,85
100,00
22 Katapang
7,63
38,14
16,10
13,56
24,57
100,00
23 Soreang
5,71
44,28
17,14
21,43
11,43
100,00
20,64
39,69
12,70
6,35
20,63
100,00
25 Margaasih
3,73
51,49
14,93
9,70
20,15
100,00
26 Margahayu
1,25
42,45
19,81
18,87
17,62
100,00
27 Dayeuhkolot
1,49
40,30
19,40
10,45
28,36
100,00
28 Bojongsoang
10,75
26,25
17,49
18,75
26,76
100,00
4,76
18,52
22,22
20,64
33,86
100,00
23,81
11,90
14,29
19,05
30,95
100,00
7,87
7,87
22,47
22,47
39,33
100,00
20,49
30,05
17,71
12,31
19,44
100,00
14 Majalaya
17 Baleendah
24 Kutawaringin
29 Cileunyi 30 Cilengkrang 31 Cimenyan Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM Tahun 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
139
Tabel Lampiran 30. Persentase Penduduk Perempuan 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha Utama Kabupaten Bandung Tahun 2013 Lapangan Usaha No
Kecamatan
(1)
(2)
Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Jumlah (8)
1
Ciwidey
47,28
8,56
31,42
9,71
3,02
100,00
2
Rancabali
69,36
2,53
19,08
8,32
0,70
100,00
3
Pasirjambu
64,52
6,46
19,37
6,46
3,19
100,00
4
Cimaung
32,93
27,58
27,58
6,89
5,02
100,00
5
Pangalengan
64,62
10,77
15,39
4,61
4,62
100,00
6
Kertasari
78,46
0,57
14,69
3,84
2,43
100,00
7
Pacet
41,99
18,00
26,99
8,00
5,02
100,00
8
Ibun
22,68
48,56
17,29
10,18
1,29
100,00
9
Paseh
13,19
45,85
29,68
10,23
1,05
100,00
10 Cikancung
27,79
51,11
5,56
5,56
9,98
100,00
6,15
41,54
33,84
15,38
3,09
100,00
14,28
47,61
28,56
4,77
4,77
100,00
13 Rancaekek
7,02
62,28
14,04
12,02
4,64
100,00
14 Majalaya
1,98
57,42
33,66
3,96
2,97
100,00
12,82
69,23
10,26
2,57
5,12
100,00
16 Ciparay
9,72
41,67
29,17
12,50
6,93
100,00
17 Baleendah
6,96
49,57
25,22
13,05
5,21
100,00
18 Arjasari
25,00
35,71
25,00
7,15
7,15
100,00
19 Banjaran
15,21
39,13
30,43
13,04
2,18
100,00
20 Cangkuang
23,65
38,19
23,65
10,56
3,95
100,00
21 Pameungpeuk
4,17
57,22
23,34
12,50
2,78
100,00
22 Katapang
7,31
53,84
17,31
19,61
1,93
100,00
23 Soreang
10,21
42,86
24,49
18,37
4,08
100,00
24 Kutawaringin
16,28
39,54
30,24
9,98
3,95
100,00
25 Margaasih
6,79
46,56
27,59
17,24
1,83
100,00
26 Margahayu
0,47
52,55
25,53
19,15
2,31
100,00
27 Dayeuhkolot
0,53
33,96
41,50
20,75
3,26
100,00
28 Bojongsoang
5,55
33,08
28,54
26,92
5,91
100,00
29 Cileunyi
2,15
39,63
23,33
27,20
7,68
100,00
26,48
32,36
17,65
14,70
8,82
100,00
8,60
26,25
32,56
25,19
7,39
100,00
18,20
40,09
24,09
13,25
4,38
100,00
11 Cicalengka 12 Nagreg
15 Solokanjeruk
30 Cilengkrang 31 Cimenyan Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM Tahun 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
140
Tabel Lampiran 31. Persentase Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Kecamatan dan Lapangan Usaha Utama Kabupaten Bandung Tahun 2013 Lapangan Usaha No
Kecamatan
(1)
(2)
Pertanian
Industri
Perdagangan
Jasa
Lainnya
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Jumlah (8)
1
Ciwidey
40,73
13,45
21,85
8,72
15,25
100,00
2
Rancabali
64,14
2,71
11,58
5,97
15,59
100,00
3
Pasirjambu
55,38
19,60
14,88
7,90
2,24
100,00
4
Cimaung
34,89
17,42
17,06
7,80
22,83
100,00
5
Pangalengan
64,20
7,43
14,28
4,44
9,65
100,00
6
Kertasari
79,74
0,61
9,79
4,23
5,63
100,00
7
Pacet
47,90
8,82
25,74
7,27
10,27
100,00
8
Ibun
26,11
38,57
11,57
8,87
14,89
100,00
9
Paseh
22,24
33,85
22,58
9,78
11,55
100,00
10 Cikancung
23,46
30,26
17,76
8,84
19,68
100,00
11 Cicalengka
10,90
29,83
21,22
21,24
16,81
100,00
12 Nagreg
22,80
29,50
21,22
11,62
14,86
100,00
13 Rancaekek
13,52
52,42
14,67
10,23
9,16
100,00
6,75
54,57
24,64
7,09
6,94
100,00
15 Solokanjeruk
17,86
53,22
15,25
5,19
8,49
100,00
16 Ciparay
13,38
28,18
22,85
12,92
22,68
100,00
7,78
35,67
22,36
14,43
19,76
100,00
18 Arjasari
32,94
26,52
19,53
9,54
11,48
100,00
19 Banjaran
17,41
39,53
20,77
10,58
11,70
100,00
20 Cangkuang
26,18
39,71
13,60
7,30
13,21
100,00
21 Pameungpeuk
8,97
49,25
18,65
13,12
10,00
100,00
22 Katapang
7,55
42,07
16,40
15,08
18,90
100,00
23 Soreang
7,16
43,82
19,51
20,44
9,07
100,00
19,61
39,65
16,81
7,20
16,72
100,00
25 Margaasih
4,53
50,20
18,24
11,68
15,35
100,00
26 Margahayu
1,07
44,69
21,08
18,93
14,23
100,00
27 Dayeuhkolot
1,26
38,77
24,74
12,94
22,29
100,00
28 Bojongsoang
9,85
27,43
19,40
20,16
23,15
100,00
29 Cileunyi
4,00
24,67
22,55
22,55
26,24
100,00
24,83
19,77
15,58
17,38
22,44
100,00
8,14
14,77
26,26
23,49
27,34
100,00
19,87
32,77
19,44
12,56
15,36
100,00
14 Majalaya
17 Baleendah
24 Kutawaringin
30 Cilengkrang 31 Cimenyan Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM Tahun 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
141
Tabel Lampiran 32. Penduduk Laki-laki 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Kabupaten Bandung Tahun 2013 Ijazah tertinggi yang dimiliki No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Kab. Bandung
Tdk/blm punya Ijazah
SD / setara SD
SLTP / SLTA / Perguruan setara SLTP setara SLTA tinggi
Jumlah
2.986 1.847 3.132 3.501 7.158 3.912 5.704 4.078 4.704 4.388 5.224 2.032 5.565 7.062 3.373 4.982 8.355 5.255 4.256 2.465 2.431 4.319 3.284 3.559 6.379 2.312 2.914 3.125 2.176 1.409 3.560
16.641 12.537 18.361 13.006 25.555 15.043 22.424 17.399 25.406 15.478 16.884 9.290 18.124 22.412 13.871 22.236 28.811 15.342 13.354 9.536 7.727 15.173 16.723 18.343 18.075 10.246 10.805 10.978 14.141 8.206 16.537
7.254 3.508 6.181 7.817 13.550 5.981 8.681 5.415 11.590 7.142 12.286 4.770 19.196 15.264 7.873 15.824 24.640 9.314 13.758 7.353 8.909 13.173 9.531 9.171 13.467 10.718 12.262 10.327 19.943 3.696 8.814
3.413 1.307 4.505 5.905 7.169 1.682 5.142 4.693 8.410 5.867 13.617 3.353 23.995 18.137 5.998 16.435 28.747 6.661 14.057 8.829 8.811 13.911 11.747 5.241 17.720 19.091 18.300 16.055 31.546 4.683 10.310
427 413 749 703 1.790 391 783 902 682 1.248 1.846 367 4.595 2.140 750 2.226 6.678 1.120 2.720 1.666 1.280 3.440 3.032 808 4.253 8.061 3.980 7.246 11.966 2.365 5.256
30.721 19.612 32.928 30.932 55.222 27.009 42.734 32.487 50.792 34.123 49.857 19.812 71.475 65.015 31.865 61.703 97.231 37.692 48.145 29.849 29.158 50.016 44.317 37.122 59.894 50.428 48.261 47.731 79.772 20.359 44.477
125.447
498.664
327.408
345.337
83.883
1.380.739
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
142
Tabel Lampiran 33. Penduduk Perempuan 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Kabupaten Bandung Tahun 2013 Ijazah tertinggi yang dimiliki No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Kab. Bandung
Tdk/blm punya Ijazah
SD / setara SD
SLTP / SLTA / Perguruan setara SLTP setara SLTA tinggi
Jumlah
5.308 2.798 3.036 5.800 11.002 3.811 5.877 4.402 6.058 2.945 3.616 3.017 5.929 5.326 4.424 5.915 8.082 4.791 4.726 2.512 2.585 4.685 3.182 7.225 4.541 3.311 3.942 3.992 5.415 1.890 4.051
16.671 12.989 20.361 13.116 27.968 16.038 22.878 16.947 26.477 18.565 15.492 9.374 22.246 26.405 13.278 25.788 33.849 17.059 16.697 10.674 10.265 16.467 19.602 20.654 21.988 12.720 11.442 11.142 18.669 8.536 19.528
5.688 3.111 5.849 7.062 13.460 5.336 7.755 5.370 9.293 8.831 11.333 5.063 21.470 15.151 9.826 17.192 28.197 9.434 13.648 7.166 9.310 12.774 10.065 7.808 13.419 11.509 13.160 10.646 16.817 4.690 8.987
3.033 1.126 3.443 3.565 6.465 1.453 3.856 2.994 6.217 4.140 10.248 2.669 20.811 11.488 5.171 13.648 25.646 5.887 11.144 6.083 6.636 10.916 9.965 4.164 13.396 17.364 14.473 15.081 21.693 3.837 9.607
392 198 745 723 974 307 642 1.100 1.314 844 1.507 404 3.009 1.761 845 2.668 5.055 1.033 2.425 1.337 1.260 2.599 2.754 750 4.540 7.592 3.477 6.157 10.914 1.940 4.550
31.092 20.222 33.434 30.266 59.869 26.945 41.008 30.813 49.359 35.325 42.196 20.527 73.465 60.131 33.544 65.211 100.829 38.204 48.640 27.772 30.056 47.441 45.568 40.601 57.884 52.496 46.494 47.018 73.508 20.893 46.723
144.194
553.885
329.420
276.219
73.816
1.377.534
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
143
Tabel Lampiran 34. Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Kabupaten Bandung Tahun 2013 Ijazah tertinggi yang dimiliki No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Ciwidey Rancabali Pasirjambu Cimaung Pangalengan Kertasari Pacet Ibun Paseh Cikancung Cicalengka Nagreg Rancaekek Majalaya Solokanjeruk Ciparay Baleendah Arjasari Banjaran Cangkuang Pameungpeuk Katapang Soreang Kutawaringin Margaasih Margahayu Dayeuhkolot Bojongsoang Cileunyi Cilengkrang Cimenyan Kab. Bandung
Tdk/blm punya Ijazah
SD / setara SD
SLTP / SLTA / Perguruan setara SLTP setara SLTA tinggi
Jumlah
8.294 4.645 6.168 9.301 18.160 7.723 11.581 8.480 10.762 7.333 8.840 5.049 11.494 12.388 7.797 10.897 16.437 10.046 8.982 4.977 5.016 9.004 6.466 10.784 10.920 5.623 6.856 7.117 7.591 3.299 7.611
33.312 25.526 38.722 26.122 53.523 31.081 45.302 34.346 51.883 34.043 32.376 18.664 40.370 48.817 27.149 48.024 62.660 32.401 30.051 20.210 17.992 31.640 36.325 38.997 40.063 22.966 22.247 22.120 32.810 16.742 36.065
12.942 6.619 12.030 14.879 27.010 11.317 16.436 10.785 20.883 15.973 23.619 9.833 40.666 30.415 17.699 33.016 52.837 18.748 27.406 14.519 18.219 25.947 19.596 16.979 26.886 22.227 25.422 20.973 36.760 8.386 17.801
6.446 2.433 7.948 9.470 13.634 3.135 8.998 7.687 14.627 10.007 23.865 6.022 44.806 29.625 11.169 30.083 54.393 12.548 25.201 14.912 15.447 24.827 21.712 9.405 31.116 36.455 32.773 31.136 53.239 8.520 19.917
819 611 1.494 1.426 2.764 698 1.425 2.002 1.996 2.092 3.353 771 7.604 3.901 1.595 4.894 11.733 2.153 5.145 3.003 2.540 6.039 5.786 1.558 8.793 15.653 7.457 13.403 22.880 4.305 9.806
61.813 39.834 66.362 61.198 115.091 53.954 83.742 63.300 100.151 69.448 92.053 40.339 144.940 125.146 65.409 126.914 198.060 75.896 96.785 57.621 59.214 97.457 89.885 77.723 117.778 102.924 94.755 94.749 153.280 41.252 91.200
269.641
1.052.549
656.828
621.556
157.699
2.758.273
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
144
Tabel Lampiran 35. Persentase Penduduk Laki-laki 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Kabupaten Bandung Tahun 2013 Ijazah Tertinggi yang Dimiliki No
Kecamatan
Tdk/blm SD / SLTP / SLTA / Perguruan punya Ijazah setara SD setara SLTP setara SLTA tinggi
Jumlah
1
Ciwidey
9,72
54,17
23,61
11,11
1,39
100,00
2
Rancabali
9,42
63,93
17,89
6,66
2,11
100,00
3
Pasirjambu
9,51
55,76
18,77
13,68
2,27
100,00
4
Cimaung
11,32
42,05
25,27
19,09
2,27
100,00
5
Pangalengan
12,96
46,28
24,54
12,98
3,24
100,00
6
Kertasari
14,48
55,70
22,14
6,23
1,45
100,00
7
Pacet
13,35
52,47
20,31
12,03
1,83
100,00
8
Ibun
12,55
53,56
16,67
14,45
2,78
100,00
9
Paseh
9,26
50,02
22,82
16,56
1,34
100,00
10
Cikancung
12,86
45,36
20,93
17,19
3,66
100,00
11
Cicalengka
10,48
33,86
24,64
27,31
3,70
100,00
12
Nagreg
10,26
46,89
24,08
16,92
1,85
100,00
13
Rancaekek
7,79
25,36
26,86
33,57
6,43
100,00
14
Majalaya
10,86
34,47
23,48
27,90
3,29
100,00
15
Solokanjeruk
10,59
43,53
24,71
18,82
2,35
100,00
16
Ciparay
8,07
36,04
25,65
26,64
3,61
100,00
17
Baleendah
8,59
29,63
25,34
29,57
6,87
100,00
18
Arjasari
13,94
40,70
24,71
17,67
2,97
100,00
19
Banjaran
8,84
27,74
28,58
29,20
5,65
100,00
20
Cangkuang
8,26
31,95
24,63
29,58
5,58
100,00
21
Pameungpeuk
8,34
26,50
30,55
30,22
4,39
100,00
22
Katapang
8,64
30,34
26,34
27,81
6,88
100,00
23
Soreang
7,41
37,73
21,51
26,51
6,84
100,00
24
Kutawaringin
9,59
49,41
24,71
14,12
2,18
100,00
25
Margaasih
10,65
30,18
22,48
29,59
7,10
100,00
26
Margahayu
4,58
20,32
21,25
37,86
15,99
100,00
27
Dayeuhkolot
6,04
22,39
25,41
37,92
8,25
100,00
28
Bojongsoang
6,55
23,00
21,64
33,64
15,18
100,00
29
Cileunyi
2,73
17,73
25,00
39,55
15,00
100,00
30
Cilengkrang
6,92
40,31
18,15
23,00
11,62
100,00
31
Cimenyan
8,00
37,18
19,82
23,18
11,82
100,00
9,09
36,12
23,71
25,01
6,08
100,00
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
145
Tabel Lampiran 36. Persentase Penduduk Perempuan 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Kabupaten Bandung Tahun 2013 Ijazah Tertinggi yang Dimiliki No
Kecamatan
Tdk/blm SD / SLTP / SLTA / Perguruan punya Ijazah setara SD setara SLTP setara SLTA tinggi
Jumlah
1
Ciwidey
17,07
53,62
18,29
9,75
1,26
100,00
2
Rancabali
13,84
64,23
15,38
5,57
0,98
100,00
3
Pasirjambu
9,08
60,90
17,49
10,30
2,23
100,00
4
Cimaung
19,16
43,34
23,33
11,78
2,39
100,00
5
Pangalengan
18,38
46,72
22,48
10,80
1,63
100,00
6
Kertasari
14,14
59,52
19,80
5,39
1,14
100,00
7
Pacet
14,33
55,79
18,91
9,40
1,57
100,00
8
Ibun
14,29
55,00
17,43
9,72
3,57
100,00
9
Paseh
12,27
53,64
18,83
12,60
2,66
100,00
10
Cikancung
8,34
52,55
25,00
11,72
2,39
100,00
11
Cicalengka
8,57
36,71
26,86
24,29
3,57
100,00
12
Nagreg
14,70
45,67
24,67
13,00
1,97
100,00
13
Rancaekek
8,07
30,28
29,22
28,33
4,10
100,00
14
Majalaya
8,86
43,91
25,20
19,10
2,93
100,00
15
Solokanjeruk
13,19
39,58
29,29
15,42
2,52
100,00
16
Ciparay
9,07
39,55
26,36
20,93
4,09
100,00
17
Baleendah
8,02
33,57
27,97
25,44
5,01
100,00
18
Arjasari
12,54
44,65
24,69
15,41
2,70
100,00
19
Banjaran
9,72
34,33
28,06
22,91
4,99
100,00
20
Cangkuang
9,05
38,43
25,80
21,90
4,81
100,00
21
Pameungpeuk
8,60
34,15
30,98
22,08
4,19
100,00
22
Katapang
9,88
34,71
26,93
23,01
5,48
100,00
23
Soreang
6,98
43,02
22,09
21,87
6,04
100,00
24
Kutawaringin
17,80
50,87
19,23
10,26
1,85
100,00
25
Margaasih
7,85
37,99
23,18
23,14
7,84
100,00
26
Margahayu
6,31
24,23
21,92
33,08
14,46
100,00
27
Dayeuhkolot
8,48
24,61
28,30
31,13
7,48
100,00
28
Bojongsoang
8,49
23,70
22,64
32,07
13,09
100,00
29
Cileunyi
7,37
25,40
22,88
29,51
14,85
100,00
30
Cilengkrang
9,05
40,86
22,45
18,37
9,29
100,00
31
Cimenyan
8,67
41,80
19,23
20,56
9,74
100,00
10,47
40,21
23,91
20,05
5,36
100,00
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
146
Tabel Lampiran 37. Persentase Penduduk (Laki-laki dan Perempuan) 10 Tahun ke Atas Menurut Kecamatan dan Ijazah Tertinggi Yang Dimiliki Kabupaten Bandung Tahun 2013 Ijazah Tertinggi yang Dimiliki No
Kecamatan
Tdk/blm SD / SLTP / SLTA / Perguruan punya Ijazah setara SD setara SLTP setara SLTA tinggi
Jumlah
1
Ciwidey
13,42
53,89
20,94
10,43
1,32
100,00
2
Rancabali
11,66
64,08
16,62
6,11
1,53
100,00
3
Pasirjambu
9,29
58,35
18,13
11,98
2,25
100,00
4
Cimaung
15,20
42,68
24,31
15,47
2,33
100,00
5
Pangalengan
15,78
46,50
23,47
11,85
2,40
100,00
6
Kertasari
14,31
57,61
20,98
5,81
1,29
100,00
7
Pacet
13,83
54,10
19,63
10,74
1,70
100,00
8
Ibun
13,40
54,26
17,04
12,14
3,16
100,00
9
Paseh
10,75
51,80
20,85
14,60
1,99
100,00
10
Cikancung
10,56
49,02
23,00
14,41
3,01
100,00
11
Cicalengka
9,60
35,17
25,66
25,93
3,64
100,00
12
Nagreg
12,52
46,27
24,38
14,93
1,91
100,00
13
Rancaekek
7,93
27,85
28,06
30,91
5,25
100,00
14
Majalaya
9,90
39,01
24,30
23,67
3,12
100,00
15
Solokanjeruk
11,92
41,51
27,06
17,08
2,44
100,00
16
Ciparay
8,59
37,84
26,01
23,70
3,86
100,00
17
Baleendah
8,30
31,64
26,68
27,46
5,92
100,00
18
Arjasari
13,24
42,69
24,70
16,53
2,84
100,00
19
Banjaran
9,28
31,05
28,32
26,04
5,32
100,00
20
Cangkuang
8,64
35,07
25,20
25,88
5,21
100,00
21
Pameungpeuk
8,47
30,38
30,77
26,09
4,29
100,00
22
Katapang
9,24
32,47
26,62
25,47
6,20
100,00
23
Soreang
7,19
40,41
21,80
24,16
6,44
100,00
24
Kutawaringin
13,87
50,17
21,85
12,10
2,00
100,00
25
Margaasih
9,27
34,02
22,83
26,42
7,47
100,00
26
Margahayu
5,46
22,31
21,60
35,42
15,21
100,00
27
Dayeuhkolot
7,24
23,48
26,83
34,59
7,87
100,00
28
Bojongsoang
7,51
23,35
22,14
32,86
14,15
100,00
29
Cileunyi
4,95
21,41
23,98
34,73
14,93
100,00
30
Cilengkrang
8,00
40,58
20,33
20,65
10,44
100,00
31
Cimenyan
8,35
39,54
19,52
21,84
10,75
100,00
9,78
38,16
23,81
22,53
5,72
100,00
Kab. Bandung
Sumber : BPS Kabupaten Bandung, Survei Khusus IPM 2013
BPS Kabupaten Bandung Tahun 2013
147