BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata telah menjadi potensi andalan dan menjadi prioritas pengembang perekonomian bagi setiap negara, terlebih bagi negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan daya tarik wisata yang cukup besar, hingga banyaknya keindahan alam, aneka warisan sejarah budaya, dan kehidupan masyarakat (etnik). Menurut UU No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut. Pariwisata juga merupakan sektor yang sangat kompleks yang terdiri atas berbagai komponen seperti atraksi, turis, transportasi, akomodasi, promosi, dan sebagainya ( Mill & Morrison, 1985 and Gunn, 1988). Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, dimana didominasi dengan batas berupa bentang lahan gunung yang kemudian menjadikan Kabupaten Sleman menjadi daerah penghasil produk-produk pertanian untuk Provinsi DIY. Namun demikian, sektor pertanian tidak lagi menjadi sektor yang memberikan sumbangan terbesar bagi PDRB (Produk Domestik
Regional
Bruto)
Kabupaten
Sleman.
Sektor
Tersier
seperti
Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan penyumbang utama dalam PDRB Kabupaten Sleman. Dari sektor hotel/penginapan di Kabupaten Sleman, hingga saat ini terdapat lima puluh delapan hotel yang terdapat di Kecamatan Depok. Mengingat jumlah hotel/penginapan yang mencapai lima puluh delapan buah, mulai dari yang yang berbintang hingga non bintang, serta banyaknya kunjungan wisata baik asing maupun domestik, Pemerintah Daerah setempat dalam hal ini khususnya Kecamatan Depok harus melakukan kegiatan untuk membenahi dan memperindah sarana dan prasarana penunjang pariwisata, memberikan informasi yang mempermudah wisatawan untuk menuju kawasan
1
wisata, dimana untuk saat ini Pemerintah Kabupaten Sleman belum menyediakan informasi tersebut. Peta klasifikasi hotel ini untuk mempermudah Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman menginformasikan kepada wisatawan dalam memilih hotel berdasarkan aksesibilitas sarana pendukungnya. Dengan memanfaatkan sistem informasi geografis, maka berbagai jenis hotel dapat diakses dengan mudah. Data yang didapat dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman masih berupa data sekunder akan dijadikan acuan dalam pembuatan peta, dan dengan pengecekan lapangan akan didapatkan titik koordinat dari lokasi hotel dan sebaran sarana prasarana pariwisata di Kecamatan Depok. Oleh karena itu, melalui perancangan dan pembuatan peta persebaran hotel diharapkan dapat memberikan informasi dan memudahkan wisatawan untuk mengambil keputusan dalam memilih hotel. Maka dalam tugas akhir ini akan dibangun Peta Klasifikasi Hotel Berdasarkan Aksesibilitas Sarana Pendukung.
1.2 Perumusan Masalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang menyimpan berbagai macam potensi wisata, salah satunya adalah Kecamatan Depok yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sleman yang memililiki sarana dan prasarana pendukung pariwisata sangat memadahi untuk menunjang pelayanan kepada wisatawan. Letaknya yang sangat strategis dalam jalur pariwisata ditambah dengan terdapat Bandara Internasional Adisucipto sebagai gerbang masuk utama wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Seiring perkembangan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta, mendorong pelaku sektor usaha jasa dan sarana pariwisata menanamkan modalnya di Kecamatan Depok. Perkembang di sektor sarana pariwisata membuat pertumbuhan hotel, café, restoran dan minimarket sangatlah pesat. Jumlah hotel yang terdapat di Kecamatan Depok mencapai lima puluh satu tempat yang tersebar, dari sekian banyak hotel memiliki sarana dan prasarana berbeda yang dimiliki tiap-tiap hotel dan juga tingkat jangkauan terhadap sarana pendukung yang berbeda.
2
Melihat begitu cepatnya perkembangan di sektor jasa dan sarana pariwisata, muncul pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: Bagaimana tingkat aksesibilitas hotel terhadap ketersediaan sarana pendukung hotel di Kecamatan Depok.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: Memetakan hotel berdasarkan aksesibilitas terhadap sarana pendukung hotel di Kecamatan Depok.
1.4 Sasaran Penelitian Sasaran penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Data sebaran lokasi hotel/penginapan Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. 2. Peta lokasi hotel/penginapan di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman 3. Peta klasifikasi jangkauan dan prasarana pendukung hotel di Kecamatan Depok Kabupaten Sleman. 4. Data dan peta sebaran lokasi pendukung pariwisata (cafe, minimarket, ATM, tempat peribadatan, rumah makan dan lain sebagainya)
1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut : 1. Mengembangkan pemahaman penulis terhadap aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi, serta pemanfaatan analisis jaringan
jalan
untuk
pemetaan
hotel/penginapan
berdasarkan
aksesibilitas terhadap sarana pendukung pariwisata di Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman. 2. Sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah dalam pembangunan sarana dan prasarana pendukung pariwisata. 3. Sebagai masukan bagi pengembang industri sarana dan prasarana periwisata dalam menentukan lokasi pendirian usaha.
3
4. Sebagai alat informasi bagi wisatawan dan tamu hotel dalam memilih penginapan atas jangkauan pelayanan sarana pendukung hotel.
1.6 Dasar Teori 1.6.1 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh ialah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, daerah atau gejala yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979). Didalam interpretasi citra, penafsir citra mengkaji citra melalui proses penalaran untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan menilai arti penting obyek yang tergambar pada citra. Dengan kata lain maka penafsir citra berupaya untuk mengenali obyek yang tergambar pada citra dan menterjemahkannya kedalam disiplin ilmu tertentu. Ada tiga rangkaian kegiatan yang diperlukan didalam mengenali obyek yang tergambar pada citra, yaitu deteksi, identifikasi, dan analisis. Deteksi ialah pengamatan atas adanya suatu obyek. Identifikasi ialah upaya mencirikan obyek yang telah dideteksi dengan menggunakan keterangan yang cukup. Sehubungan dengan contoh tersebut maka berdasarkan bentuk, ukuran dan letaknya. Pada tahap analisis dikumpulkan keterangan lebih lanjut. Data satelit penginderaan jauh memiliki keunggulan yang memungkinkan pemanfaatan diberbagai sektor pembangunan dan untuk bermacam-macam tujuan, yaitu antara lain : 1. Data satelit penginderaan jauh dapat mencakup daerah pengamatan yang sangat luas dan secara periodik dengan kisaran waktu tertentu. 2. Data satelit penginderaan jauh dapat digunakan untuk tujuan analisis kewilayahan secara dimensi keruangan, sehingga dapat diperoleh informasi yang representatif dan akurat. 3. Data satelit penginderaan jauh dapat dimanfaatkan untuk beragam tujuan diberbagai sektor pembangunan, yang dapat diproses dengan menerapkan
4
berbagai macam metode yang masing-masing dapat diarahkan agar dapat diperoleh informasi untuk suatu tujuan tertentu. 4. Data satelit penginderaan jauh mempunyai tingkat kompatibilitas yang fleksibel, sehingga mudah untuk dilakukan integrasi dengan jenis data lainnya.
1.6.2 Sistem Informasi Geografi Sistem informasi geografis (SIG) adalah sebuah sistem untuk pengolahan, penyimpanan, pemrosesan atau manipulasi, analisis dan penayangan data, dimana data tersebut secara spasial (keruangan) terkait dengan muka bumi (Linden, 1987 dalam Suharyadi, 1991). SIG memiliki kelebihan yang membedakan dengan sistem informasi lainnya, yaitu SIG bukan saja mampu menangani data atribut (kualitatif dan kuantitatif), sekaligus mampu menangani data spasial (keruangan) yang berwujud titik garis dan poligon. Kelebihan ini menjadikan SIG memiliki prospek pengembangan dan pemakaian yang lebih potensial sebagai sistem pengambilan keputusan untuk berbagai aplikasi. Secara umum SIG berfungsi sebagai berikut yaitu melakukan perhitungan sejumlah operasi/perhitungan, display (layer peta – warna, ukuran, bentuk dan lain-lain), kompilasi data base non-spasial, overlay, buffering, memperbaiki dan memperbaharui data atau tayangan tabel (SQL), membuat hubungan-hubungan keruangan dan mebuat peta tematik dan peta arahan yang berguna untuk perencanaan pembangunan wilayah. Kemudahan yang diperoleh dari pemakaian SIG dalam melakukan analisis spasial menyebabkan sistem ini menjadi sangat populer dan digunakan oleh berbagai kalangan baik bisnis, institusi perguruan tinggi maupun pemerintah. Pemanfaatan dari SIG juga mengalami perkembangan yang pesat sehingga definisi dari SIG juga berbeda-beda tergantung dari tingkat kegunaannya. SIG dapat dirinci menjadi 4 (empat) macam subsistem yang saling terkait, yaitu masukan data, managemen data, manipulasi dan analisis data, dan keluaran data.
5
1. Masukan data. Subsistem masukan data adalah fasilitas dalam SIG yang dapat digunakan untuk memasukkan data, tidak semua format data dapat langsung digunakan sebagai data masukan dalam SIG. Dalam subsistem ini juga dilengkapi dengan fasilitas untuk mengubah format data yang tadinya tidak dapat digunakan menjadi dapat digunakan sebagai masukan. Data masukan dalam SIG biasanya terdiri dari dua macam, yaitu data grafis (spasial) dan data atribut (tabular). Data tersebut saling terkait dan disimpan dalam bentuk penyimpanan digital. a. Data atribut Data ini berupa informasi numerik yang dapat berasal dari data statistik, data sensus, catatan lapangan, dan data tabuler lainnya. b. Data grafis Data ini berupa data spasial yang berasal dari peta analog, foto udara dan citra penginderaan jauh lainnya dalam bentuk cetak kertas. 2.
Manajemen data Manajemen data adalah suatu subsistem dalam SIG yang berfungsi untuk mengorganisasi data keruangan, mengambil dan memperbaiki data dasar dengan cara menambah, mengurangi atau memperbaharui.
3.
Manipulasi dan analisis data. Manipulasi dan analisis data berfungsi untuk menentukan informasi yang akan dihasilkan dari SIG. Kegiatan yang termasuk dalam subsistem ini antara lain pembuatan Digital Elevation Model (DEM), pengukuran jarak dan tumpang susun peta.
4.
Keluaran data Keluaran data hasil pengolahan dengan SIG mempunyai mutu yang bagus
baik
dalam
kuantitas,
ukuran
dan
kemudahan
dalam
menggunakannya. Subsistem ini berfungsi untuk menayangkan informasi maupun hasil analisis data geografis secara kuantitatif maupun kualitatif.
6
Keluaran ini dapat berupa peta cetak warna, peta digital maupun data tabuler. Melalui keluaran ini pengguna dapat melakukan identifikasi informasi
yang
diperlukan
dalam
pengambilan
kebijakan
atau
perencanaan.
1.6.3 Analisis Jaringan Network/jaringan biasa dianggap sebagai suatu akses arus, dimana banyak kenyataan di muka bumi pergerakan atau arus secara logis hanya dapat melalui jaringan tersebut. Sebagai contoh perlalulintasan jalan, dimana kendaraan roda empat hanya dapat melalui akses jalan tersebut, karena pada banyak kenyataan walau secara fisik lokasi dengan jarak lurus lebih dekat (bisa digunakan dengan model buffer/range) ternyata harus memalui suatu jalur tertentu yang mungkin membutuhkan waktu atau jarak yang lebih lama atau jauh. Analisa jaringan memanfaatkan segmen atau fitur garis sebagai suatu cara untuk analisa tersebut. Aplikasi yang digunakan untuk analisa jaringan berupa penentuan jalur/rute terbaik dimana ketercapaian dari suatu obyek ke obyek yang lain dilakukan dengan melalui proses aritmetik garis-garis penghubung yang memiliki atribut (baik panjang maupun bobot) serta turn simpangan dan belokan. Network (jaringan), di dalam konteks perangkat lunak sistem informasi geografis, dapat diartikan sebagai suatu sistem dimana komponen-komponennya (unsur-unsur geografis) saling terhubung secara linier. Atau, dalam pengertian lain, network merupakan sekumpulan unsur-unsur garis yang terhubung dan sering disebut juga link. Di dalam ArcView, Network akan bergantung pada struktur (unsur-unsur) data garis yang membentuk sebuah theme Network yang bersangkutan. Oleh karena itu, semua fungsi atau analisis Network yang berlaku pada suatu theme yang bertipe polyline (atau line) ini dilakukan berdasarkan keberadaan berbagai atribut yang biasanya ditempatkan pada arcs dan nodes baik di dalam pengertian terminologi topologi umum maupun topologi yang telah diimplementasikan khusus untuk coverage ArcInfo yang juga dapat secara langsung dibaca ArcView yang menjadi pendukung theme Network terkait. Sebagaimana telah diketahui, arc merupakan unsur-unsur linier yang diawali dan
7
diakhiri oleh sebuah node. Dengan demikian, kehadiran arc dapat memberikan faktor arah tehadap unsur-unsur theme yang bertipe garis diatas. Contoh yang paling umum untuk masalah network ini adalah jaringan transportasi (jalan raya dan jalan kereta api), jaringan telekomunikasi seluler dan non-seluler (misalkan kabel telepon rumah, distribution point, base station, cell station dan sebagainya), jaringan listrik (kabel, tiang dan gardu dan properties lainnya di bidang kelistrikan yang memiliki dimensi ruang/geografis yang signifikan) dan jaringan drainase. Hampir semua tipe jaringan ini memiliki beberapa ciri yang mirip, di antaranya adalah : (1) memiliki fenomena-fenomena dimana terdapat obyek atau resource yang bergerak di dalam jaringan yang bersangkutan; (2) memiliki fenomena-fenomena dimana perpindahan dari lokasi awal ke lokasi tujuan suatu obyek atau resource di dalam jaringan memerlukan jalur keterhubungan (connected path) antara lokasi awal dan lokasi tujuan. Sehubungan dengan pentingnya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan di atas analisis-analisis spasial di dalam jaringan maka dikembangkanlah sebuah modul khusus (extension) “ Network Analyst” ArcView; memungkinkan penggunanya untuk memberikan solusi terhadap tiga kelompok permasalahan analisis-analisis spasial di dalam jaringan : (1) menemukan rute terbaik; (2) menemukan fasilitas terdekat dan (3) menemukan servis area. Meskipun demikian, bagi pengguna yang memerlukan analisis yang sedikit lebih kompleks daripada ketiga kelompok analisis ini, dapat dikombinasikan fungsionalitas yang diperolehnya secara langsung dari user interface extension (menu, tool dan button) ArcView, di dalam masalah analisis spasial di dalam jaringan, sering menggunakan terminologi ‘stop’ dan ‘event’ dari pada arc dan node, hal ini disebabkan karena shapefile ArcView adalah data spasial digital non-topologi, sementara analisis spasial di dalam konteks jaringan sangat memerlukan topologi. Oleh karena itu, di dalam jaringan sangat memerlukan topologi. Oleh karena itu, di dalam analisis jaringannya, sebelum melakukan analisis yang sebenarnya, pengguna diharuskan untuk membangun topologi, jika menggunakan shapefile ArcView sebagai theme dasar. Walaupun demikian, terkadang di dalam konteks
8
bahasan analisis spasial jaringan dengan menggunakan ArcView-pun tidak terhindarkan penggunaan istilah-istilah topologi, arc dan node. Di dalam ‘Network Analyst’, terkadang terminologi arc dan node digunakan untuk merujuk pada pendekatan pembangun topologi yang dilakukan terhadap shapefile ArcView (sebagai pengganti struktur topologi yang sebenarnya) yang diperlukan di dalam analisis spasial di atas jaringan. Sementara stops dan atau event oleh ArcView diimplementasikan ke dalam theme(s) yang terpisah dari theme jaringannya (dimana di dalamnya terdapat node dan arc). Masalah pencarian rute terbaik di dalam ArcView, melibatkan proses pencarian jalur (path) dengan ‘biaya’ atau ‘hambatan’ yang terkecil (least cost impedance path) di dalam jaringan di antara dua atau lebih ‘stop’. Masalah pencarian fasilitas terdekat diselesaikan dengan bantuan proses penentuan jarak terdekat (didalam jaringan) dari sebuah ‘event’ ke fasilitas yang dicarinya atau sebaliknya menghitung jarak terdekat dari sebuah fasilitas ke salah satu ‘event’ atau bahkan beberapa ‘event’. Sementara itu, masalah pencarian ‘service area’ diselesaikan dengan penentuan area-area dimana fasilitas tertentu (yang dicari) dapat melayani di dalam kerangka waktu dan biaya yang bisa dipenuhi oleh para penggunanya. Sebagaimana telah disinggung, model jaringan dasar di dalam konteks ArcView, di bentuk oleh beberapa link (segmen-segmen arc) yang memiliki sebuah atribut terkait yang dikenal sebagai ‘impedance’ (biaya atau hambatan). Atribut ini (impedance) merepresentasikan nilai-nilai ‘biaya’ perjalanan di sepanjang links yang dilaluinya atau, field ini juga mewakili nilai-nilai ukuran (relatif) resistensi terhadap perpindahan/gerakan di sepanjang links. Pusat-pusat jaringan atau fasilitas umum mewakili lokasi-lokasi baik yang mendistribusikan resource (misalnya toko makanan, minuman dan barang lain dan pelayanan/jasa yang mendatangi konsumen berdasarkan pesanan atau penawaran) maupun yang ‘mengundang’ resource (sebagai contoh toko buku, sekolah, tempat hiburan, rumah sakit, kantor, pasar dan sebagainya yang ‘mengundang’ para konsumen untuk datang). Sementara itu, lokasi-lokasi (masih di dalam jaringan) dimana
9
resource diletakkan atau diambil disebut sebagai ‘stop’. Meskipun demikian, fasilitas selalu diasosiasikan dengan ‘event’ bukan ‘stop’. Pada umumnya, setiap jaringan memiliki aturan tertentu yang harus disepakati oleh para penggunanya. Sebagai contoh, pada persimpangan yang lain, pengguna diperbolehkan untuk belok kanan. Atau, suatu jalan hanya dapat dilalui searah dan dengan kecepatan relatif rendah. Sehubungan dengan pentingnya aturan-aturan ini, ‘Network Analyst’ memungkinkan para penggunanya untuk memodelkan beberapa aturan jaringan seperti berikut : 1. Travel Cost : biaya rata-rata dalam melintasi sebuah link, dimodelkan dalam satuan jarak, waktu, biaya dan satuan lainnya. 2. One-Way Streets : suatu jalan yang hanya dapat dilaui kendaraan satu arah (satu arah tertentu saja). 3. Turns ; tidak boleh berbelok atau memutar –left, right, straight, u-turn. Pada suatu perpotongan jalan tidak boleh berbelok, atau boleh berbelok dengan resiko bobot biaya yang lebih besar. 4. Over-and Underpasses, sebuah jalan yang terletak di atas jembatan (overpass) atau di bawah (underpass) jalan yang lain dimana pengguna tidak dapat berbelok atau memutar ke arahnya (berjalan diatasnya) secara langsung. 5. Closed Streets, jalan yang baru saja ditutup (karena sebab tertentu) untuk lalu lintas (umum) atau tipe jalan tertentu yang tidak memenuhi persyaratan.
1.6.4 Hotel Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Sedangkan pengertian yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing Inc.(1995) dalam buku Agus Sulastiono 2004, yang menyebutkan bahwa : Hotel
10
adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan-pelayanan lain untuk umum. Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lodging Industri bahwa, yang utama hotel terbagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu : 1. Transient Hotel, adalah hotel yang letak / lokasinya ditengah kota dengan jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis. 2.
Residential Hotel, adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahan-kemudahan, seperti : layaknya hotel, seperti : restoran, pelayanan makanan yang diantar ke kamar, dan pelayanan kebersihan kamar.
3. Resort Hotel, adalah hotel yang pada umumnya berlokasi dan juga ruang serta fasilitas konfrensi untuk tamu-tamunya. Dengan mengacu pada pengertian-pengertian tersebut di atas, dan untuk penggolongan hotel di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan dalam surat keputusan Menparpostel, bahwa “hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial”
1.6.5 Citra Satelit Quickbird Citra satelit Quickbird merupakan salah satu citra satelit yang memiliki resolusi tinggi yang dimiliki dan dioperasikan oleh DigitalGlobe, ukuran pixel mencapai 0.61cm. Satelit ini menggunakan sensor BGIS 2000 dan memiliki saluran pankromatik dan multispektral.
11
Tabel 1.1 Fitur dari satelit Quickbird Fitur
Keunggulan
Resolusi Sensor komersial paling tinggi yang tersedia
Memperoleh citra kualitas tinggi untuk pemetaan, pendeteksi perubahan lahan
60-cm (2-ft) pankromatik 2.4-m (8-ft) multispectral Industri mementingkan kualitas unggul dalam ketelitian dan akurasi Pemetaan area tanpa harus menggunkan citra
cek lapangan dan tanpa penggunaan GCP (Ground Control Point) Platform stabil dalan akurasi atau ketelitian permukaan. 3-axis stabilized, star tracker/IRU/reaction wheels, GPS
Koleksi area yang besar dan paling cepat
membaharui produk perumpamaan global dengan cepat dibanding sistem kompetitif
16.5-km width imaging swath
mutu gambaran Tinggi
128 Gbits on-board image storage capacity
Citra dengan kualitas tinggi
Luas cakupan target koleksi imaging pantas
Off-axis unobscured design of QuickBird's telescope
dan
interpretabilas
tingkatkan yang
tinggi
sebab
Large field-of-view
gambaran dapat diperoleh pada tingkat
High contrast (MTF)
pencahayaan yang paling rendah tanpa
High signal to noise ratio
menghilangkan kualitas maupun kuantitas
11 bit dynamic range
grafik/gambar
Kuantisasi
11 bits
Tabel 1.2 Profil dan spesifikasi Satelit Quickbird Tanggal: 18 Oktober 2001 Informasi peluncuran
Peluncuran wahana: 1851-1906 GMT (1451-1506 EDT) Kendaraan peluncur: Delta II Lokasi peluncuran: SLC-2W, Vandenberg Air Force Base, California Ketinggian: 450 km - 98 derajat, sun-synchronous inclination Resolusi temporal: 1 sampai 3.5 hari berdasar pada latitude
Orbit
gambaran
Pada resolusi pixel 60-centimeter Viewing angle: Agile spacecraft - in-track and cross-track pointing Periode: 93.4 minutes
12
128 gigabits (approximately 57 single area images)
Koleksi Per Orbit
Nominal swath width: 16.5-kilometers at nadir Accessible ground swath: 544-km centered on the satellite ground track (to ~30° off nadir) Lebar cakupan dan ukuran
Areas of interest:
wilayah Single Area - 16.5 km x 16.5 km Strip - 16.5 km x 165 km
23-meter circular error, 17-meter linear error (tanpa ground control)
Akurasi metrik
Panchromatic
Multispectral 2.4-meter GSD at nadir
60-centimeter GSD (Ground Sample Distance) at nadir Resolusi Sensor & Spectral
Blue: 450 to 520 nanometers
Rentang Black & White: 445 to 900 nanometers
Green: 520 to 600 nanometers Red: 630 to 690 nanometers Near-IR: 760 to 900 nanometers
Julat dinamis
11-bits per pixel Payload Data
Housekeeping
320 Mbps X-band
X-band from 4, 16 and 256 Kbps
Komunikasi 2 Kbps S-band uplink
ADCS Approach
3-axis stabilized, star tracker/IRU/reaction wheels, GPS Accuracy: less than 0.5 milliradians absolute per axis
Pointing and Agility
Knowledge: less than 15 microradians per axis Stability: less than 10 microradians per second
Onboard Storage Masa orbit
128 Gbits capacity Bahan bakar untuk 7 tahun berat 2100 pound, panjang 3.04-meter (10-ft)
Sumber : www.digitalglobe.com/about/quickbird.html, 14 Januari 2014
13
Citra Quickbird diluncurkan oleh DigitalGlobe pada tanggal 18 Oktober 2001 dengan mesin pendorong Boeing Delta II. Peluncuran dilakukan di Pangkalan Angkatan Udara, Vandenberg California. Ketinggian orbit 450 km, waktu orbit 93, 5 menit melewati katulistiwa 10:30 am dan kemiringan 97,2o sun synchronus. Lebar liputan 16, 5 x 16,5 km (single scene). DigitalGlobe berhasil memodifikasi Quickbird untuk meningkatkan resolusi melalui pengaturan orbit terbang satelit , yakni dari 1 meter ke 61 cm (pankromatik) dan dari 4 meter ke 2, 44 meter (multispektral). Sejak diluncurkan dan pengambilan gambar pertama kali, Quickbird ini merupakan satelit komersial yang mempunyai resolusi tertinggi di dunia hingga saat ini. Citra ini mempunyai kemampuan menyimpan 11 bit per piksel (2048 gray scale) ini berarti memberikan kualitas citra yang lebih baik karena gradasi keabuan mengalami peningkatan 8 kali dibandingkan tipe 8 bit yang dimiliki sebagian besar citra yang ada saat ini. Produk citra Quickbird ini dibagi ke dalam tiga level, yaitu :
1. Basic Imagery Produk ini merupakan produk citra yang paling sedikit dilakukan pemerosesan. Didesain untuk pengguna yang mempunyai kemampuan image processing yang handal. Produk ini sudah terkoreksi radiometri, terkoreksi sensor tetapi belum terkoreksi geometrinya. Karena belum terkoreksi geometri, maka proyeksi dan ellipsoid kartografinya belum diketahui.
2. Standard Imagery Produk ini didesain untuk pengguna yang menghendaki akurasi sedang dan atau cakupan area yang sempit. Pengguna yang menggunakan produk ini mempunyai kemampuan image processing yang cukup dan mampu memanipulasi dan memanfaatkan citra untuk berbagai aplikasi. Sudah terkoreksi geometrik maupun radiometrik. Resolusi bervariasi antara 60–70 cm untuk pankromatik dan 2,4–2,8 meter untuk multispektral.
14
3. Orthorectified Imagery Produk ini sudah menghapus kesalahan topografi dan ketelitian posisinyapun lebih baik, merupakan “GIS ready”, sebagai basemap untuk pembuatan atau revisi pemetaan database GIS atau untuk menunjuk keberadaan suatu kenampakan. Produk ini juga dapat digunakan untuk deteksi perubahan dan aplikasi analisis yang lain serta mempunyai kemampuan untuk pembuatan DEM dan GCPs.
1.7 Penelitian Sebelumnya Dian Eka Widiyanti (2011), melakukan penelitian dengan judul “ Aplikasi Sistem Informasi Geografis untuk Menentukan Jalur Kuliner Terdekat dari Hotel Di Inner Ringroad Yogyakarta dengan Network Analyst ( Find Closest Facility )”. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk membuat aplikasi sistem informasi jalur kuliner. Penelitian ini mengkaji pemilihan jalur kuliner terdekat yang dapat digunakan wisatawan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Network Analyst. Analisis jaringan digunakan dengan menganalisa faktor jarak terpendek dan faktor waktu tercepat. Hasil analisa kemudian dibangun peta jalur kuliner terdekat dari hotel Di Inner Ringroad Yogyakarta ke rumah makan menggunakan perangkat lunak ArcView 3.3 Agus Kuntarto (2012), melakukan penelitian dengan judul “ Penggunaan Analisa Jaringan pada Sistem Informasi Geografis untuk Perencanaan Perjalanan Wisata di Kabupaten Sleman”. Penelitian ini memiliki tujuan untuk membuat perencanaan rute terbaik wisata menggunakan analisis jaringan SIG dan membuat model sistem informasi rute wisata. Analisis jaringan digunakan dengan menganalisa faktor pemandangan samping jalan dan faktor gangguan samping jalan. Hasil analisa kemudian dibangun aplikasi menggunakan perangkat lunak kustomisasi ARCGis dengan VBA. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah sistem informasi rute wisata. Ibnu
Rosyadi
(2004),
melakukan
penelitian
dengan
judul
“
Pengembangan Software untuk Pemodelan Jalur Pariwisata di Daerah Inner Ringroad Perkotaan Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model
15
sistem informasi jalur pariwisata yang interaktif, dan memanfaatkan foto udara dan sistem informasi geografis untuk penentuan jalur optimal pariwisata. Data yang digunakan pada penelitian ini meliputi peta RBI skala 1 : 25000 data waktu tempuh,
pemandangan
samping
jalan
dan
gangguan
samping
jalan.
Pembanggunan model sistem informasi ini menggunakan perangkat lunak ArcView dengan bahasa pemrograman Aveneu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menghitung nilai impedensi (hambatan). Hasil akhir yang diperoleh dari penelitian ini adalah model sistem informasi jalur pariwisata interaktif yang dapat memberikan informasi obyek pariwisata dan informasi jalur pariwisata. Tabel 1.3 Perbandingan Penelitian Sebelumnya dan Penelitian Ini
Penelitian Sebelumnya Nama Peneliti
Tahun
Dian Eka
2011
Widiyanti
Judul
Tujuan
Metode
Hasil
Aplikasi Sistem
Membuat aplikasi
Analisis
Sistem informasi
Informasi
sistem informasi
jaringan
jalur
Geografi untuk
jalur kuliner
digunakan
terdekat.
Menentukan Jalur
menggunakan
dengan
Kuliner Terdekat
analisis jaringan
menganalisa
dari Hotel Di
SIG
faktor
kuliner
jarak
Inner Ringroad
terpendek dan
Yogyakarta
faktor
dengan Network
tercepat
waktu
Analyst Agus Kuntarto
2012
Penggunaan
- Membuat
- Analisa
Sistem
Analisa Jaringan
perencanaan rute
jaringan
Informasi
Pada Sistem
terbaik wisata
dengan
Wisata
Informasi
menggunakan
Pemandangan
Geografis untuk
analisis jaringan
samping
Perencanaan
SIG
Jalan
Perjalanan Wisata
- Membuat model
- Analisa
Sistem Informasi
jaringan
di Kabupaten
16
Rute
Sleman
Rute Wisata
dengan gangguan samping jalan - Kustomisasi ArcGis dengan VBA
Ibnu Rosyadi
2004
Pengembangan
- Membuat
Menghitung
Model Sistem
Software untuk
model sistem
nilai impedansi
Informasi Jalur
Pemodelan Jalur
informasi jalur
(hambatan)
Pariwisata
Pariwisata di
pariwisata yang
Daerah Inner
interaktif
Ringroad
- Memanfaatkan
Perkotaan
foto udara dan
Yogyakarta
sistem
Interaktif
informasi geografis untuk penentuan jalur optimal pariwisata Penelitian Ini Nama Peneliti
Tahun
Judul
Tujuan
Ardika Surya
2014
Analisis Jaringan
Memetakan hotel
Analisis
Klasifikasi Hotel
untuk Pemetaan
sesuai dengan
Jaringan
Berdasarkan
Aksesibilitas
sarana pendukung dengan Metode
Aksesibilitas
Hotel Terhadap
yang dimiliki
Sarana
Sarana dan
serta dapat
Pendukung
Prasarana
mengasilan peta
Pariwisata
Pendukung Di
sebaran hotel
Kusuma
Kecamatan Depok
17
Metode
Service Area
Hasil
1.8 Batasan Istilah
Hotel : hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, makan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial (surat keputusan Menparpostel)
Pariwisata : dari kata “pari” dan “wisata” yaitu; pari berarti banyak, berkali-kali, berputar, lengkap; sedangkan wisata berarti perjalanan, berpergian, yang bersinonim dengan kata travel dalam bahasa Inggris. Menurut Gamal Suwantoro (1997: 3) istilah pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan bukan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan upah.
Sarana pendukung hotel : adalah sarana publik yang dibangun baik oleh pemerintah maupun perusahaan swasta yang menunjang keberadaan hotel serta memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung. Seperti rumah makan, kafe, minimarket
Prasarana (infrastructures) : adalah semua fasilitas yang menungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Seperti jalan raya dan jalur kereta api, terminal, pelabuhan. Menurut Prof. Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management
Analisis Jaringan : dalam GIS merupakan pemodelan jaringan untuk menganalisa fasilitas terdekat, area layanan, rute dan arah perjalanan yang mengunakan sekumpulan unsur garis (line) yang saling terhubung dan memiliki aturan tertentu seperti travel cost, one way streets, turn closed, max speed yang disesuaikan dengan kondisi sebenarnya.
Rute : jalur, garis, jalan atau path perjalanan pada jaringan yang menghubungkan suatu lokasi (posisi, titik atau node) dengan lokasi lain; jalur yang memiliki 2 stop; yaitu titik awal/asal (origin) dan titik tujuan (destination). (Sistem Informasi Geografis Tools dan Pluggins. Bab XVIII, Hal – 369 -395). 18