BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kampung sering dikaitkan dengan kondisi permukiman yang kumuh serta tak
layak huni, padahal berdasarkan pengertiannya, kampung kotor yang merupakan bentuk permukiman yang unik tidak dapat disamakan dengan slum atau squatter atau juga disamakan dengan permukiman penduduk berpenghasilan rendah (Baros dalam Sutandyo, 2012:2). Pengertian lebih lanjut, kampung merupakan lingkungan tradisional khas Indonesia, ditandai ciri kehidupan yang terjalin dalam ikatan kekeluargaan yang erat (Herbasuki dalam Ridlo, 2014:31). Dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kampung merupakan permukiman tradisional masyarakat Indonesia yang menjadi ciri khas serta memiliki ikatan sosial maupun kekeluargaan yang erat. Kendati demikian, kampung sebagai sarana permukiman masyarakat Indonesia tetap memerlukan perencanaan sebagai bentuk penataan dan pemenuhan kebutuhan permukiman bagi masyarakat. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia semenjak tahun 1969 telah mencanangkan program pengembangan kampung Indonesia yang saat itu dikenal sebagai Kampung Improvement Program (KIP). Berawal dari gagasan Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1969, dilaksanakan program perbaikan kampung sebagai penanggulangan kampung-kampung yang kumuh dan padat terutama pada Kota Jakarta saat itu. Program ini kemudian dikenal dengan nama Proyek Mohammad Husni Thamrin (Proyek MHT) yang menjadi awal dilaksanakannya program KIP. Program ini bermanfaat untuk meningkatkan kualitas fisik kampung, tetapi tidak menjamin peningkatan kualitas sosial dan ekonomi penghuninya (Silas dan Taylor dalam Setiawan, 2010 :10). Hal ini disebabkan karena orientasi KIP waktu itu hanya pada peningkatan kualitas fisik dan sarana-prasaran saja. Pada perkembangan selanjutnya, KIP diperbaiki konsepnya, yakni dengan mengintegrasikan dimensi fisik, ekonomi, dan sosial kampung (Setiawan, 2010 :10). Setelah pelaksanaan program KIP, tahun 1998 pemerintah kembali melaksanakan program perbaikan kampung melalui Program
1
Penanggulangan Kemiskinan Di Perkotaan (P2KP) dengan tujuan pengentasan warga miskin pada kampung-kampung pada lingkungan perkotaan yang kemudian diintegrasikan dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Lebih lanjut, meskipun program PNPM masih berjalan hingga saat ini, pemerintah kembali menerapkan berbagai program lain guna perbaikan kampung termasuk diantaranya adalah program kampung organik. Program Kampung Organik merupakan program perbaikan kampung guna mengatasi isu-isu lingkungan terutama terkait persampahan. Saat ini, beberapa kota di Indonesia tengah gencar melaksanakan program kampung organik termasuk Kota Magelang. Dilatarbelakangi oleh menurunnya daya dukung lingkungan, berkurangnya daya tampung lingkungan akibat sampah, Undang - Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Persampahan, serta Program Nasional Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), program kampung organik
menjadi
program
andalan
pemerintah
Kota
Magelang
dalam
penanggulangan persampahan kota. Sebagai program andalan pemerintah kota, perkembangan kampung organik di Kota Magelang kemudian mengalami peningkatan yang cukup pesat, tercatat dari pelaksanaan program dengan jumlah awal kampung organik sebanyak 1 setiap kelurahan (total 17 kampung organik) menjadi lebih dari 32 kampung organik pada tahun 2014. Dari sejumlah kampung organik di Kota Magelang, penulis kemudian melakukan pemilihan lokasi penelitian pada beberapa kampung organik. Penelitian dilakukan dengan studi kasus tiga kampung organik di Kota Magelang yaitu Kampung Organik Kantil Berseri, Cempaka Jauhari, dan Legok Makmur. Pemilihan studi kasus tersebut didasarkan atas latar belakang dan kemajuan yang dialami oleh ketiga kampung organik tersebut sehingga menjadi kampung organik yang penting di Kota Magelang. Latar belakang serta kemajuan yang dialami ketiga kampung organik studi kasus yaitu sebagai berikut: 1. Kampung Organik Kantil Berseri meraih penghargaan sebagai kampung dengan PHBS terbaik Provinsi Jawa Tengah. 2. Kampung Organik Cempaka Jauhari merupakan kampung organik dengan pengolahan limbah cair yang pertama di Kota Magelang.
2
3. Kampung Organik Legok Makmur merupakan kampung organik yang pertama di Kota Magelang yang berawal dari perkumpulan PKK pencinta lingkungan. Pada penelitian kali ini akan dijelaskan mengenai sejauh mana implementasi kampung organik di Kota Magelang serta evaluasi terkait pelaksanaan program tersebut sehingga diharapkan dapat menjadi suatu pemikiran dan alternatif dalam pengembangan program kampung organik baik di Kota Magelang maupun di kotakota lain di Indonesia. 1.2
Pertanyaan Penelitian Program kampung organik yang merupakan program penanganan
persampahan Kota Magelang perlu dilihat dalam implementasinya. Oleh karena itu, maka perumusan masalah yang menjadi perhatian dalam penelitian yaitu sebagai berikut : 1. Seperti apa pelaksanaan program kampung organik di Kota Magelang? 2. Bagaimana hasil evaluasi program kampung organik di ketiga lokasi studi kasus? 1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dijelaskan, tujuan penelitian
adalah untuk menilai pelaksanaan program kampung organik sebagai alternatif penanggulangan persampahan Kota Magelang. 1.4
Batasan Penelitian Batasan analisis penelitian akan difokuskan pada evaluasi pelaksanaan
program kampung organik Kota Magelang. Penelitian bersifat mengidentifikasi menilai pelaksanaan program kampung organik di tiga studi kasus kampung organik di Kota Magelang. Penelitian tidak bersifat membandingkan antar kampung organik namun lebih kepada melihat implementasi kampung organik pada ketiga studi kasus. 1. Lokasi dan waktu penelitian Penelitian akan dilakukan di Kota Magelang terkhusus kampung organik Kantil Berseri, Cempaka Jauhari, dan Legok Makmur dengan lingkup waktu adalah data laporan pelaksanaan program kampung organik dari tahun 2011 sampai tahun 2015.
3
2. Fokus Penelitian Fokus penelitian adalah melakukan identifikasi serta penilaian pelaksanaan program dengan melihat terhadap variabel efektifitas, responsifitas, keberlanjutan, serta partisipasi masyarakat terkait pelaksanaan program. 1.5
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan manfaat apabila nantinya
digunakan oleh berbagai pihak. Manfaat yang diberikan dari penelitian dengan fokus pada evaluasi pelaksanaan program kampung organik di Kota Magelang: 1. Bagi Pemerintah Hasil dari penelitian evaluasi pelaksanaan program kampung organik di Kota Magelang diharapkan dapat menjadi masukan serta acuan bagi Pemerintah Kota Magelang dalam mengembangkan program kampung organik sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih terutama dalam pengembangan Kota Magelang kedepan. 2. Bagi Masyarakat Umum Hasil dari penelitian evaluasi pelaksanaan program kampung organik di Kota Magelang diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat umum secara luas tentang pelaksanaan program kampung organik serta dapat meningkatkan pemahaman mengenai langkah – langkah yang dapat terus dikembangkan guna pelaksanaan program kampung organik yang lebih baik sebagai pengembangan Kota Magelang. 1.6
Keaslian Penelitian Terdapat penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan evaluasi program
dan pengelolaan persampahan kota, antara lain Mifta Rangga Aditya (2012) dengan judul Evaluasi Program Kerjasama Provinsi Kembar Antara Provinsi DIY dan Prefektur Kyoto. Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama mengevaluasi program / kebijakan pemerintah. Sementara perbedaan penelitian ini adalah pada bidang yang diteliti. Penelitian diatas meneliti tentang implementasi kerjasama luar negeri provinsi kembar sedangkan penelitian ini mengenai implementasi penanggulangan persampahan kota. Selain penelitian tersebut terdapat penelitian serupa yang dilakukan oleh Hanik (2010) dengan judul Evaluasi Pengelolaan
4
Sampah di TPA Gunung Panggung Kabupaten Tuban Menuju Sistem Sanitary Landfill. Persamaan terhadap penelitian yaitu pada bahasan evaluasi mengenai pengelolaan persampahan, sementara perbedaan ada pada lokasi penelitian dimana pada lokasi penelitian yang dilakukan Hanik ada pada TPA Gunung Panggung Kabupaten Tuban, sementara penelitian ini fokus lokasi ada pada kampung organik di Kota Magelang. Penelitian lain yang memiliki kesamaan dilakukan oleh Wulan Tri Eka Sasmita (2009) dengan judul Evaluasi Program Pengelolaan Persampahan Berbasis Masyarakat (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan). Kesamaan dengan penelitian ini adalah sama – sama mengevaluasi program / kebijakan pemerintah dan penelitian pada bidang yang sama yaitu pengelolaan persampahan. Sementara perbedaan penelitian ini adalah pada metode evaluasi yang dipakai dan fokus evaluasi. Pada penelitian di atas meneliti mengenai evaluasi peran serta masyarakat dengan metode evaluasi berupa wawancara sedangkan pada penelitian ini menekankan pada evaluasi program dengan metode evaluasi berdasarkan kriteria evaluasi Dunn, Dale, dan Setiawan. Selain penelitian yang berfokus pada evaluasi, terdapat penelitian lain yang dilakukan oleh Yudie Aprianto. Penelitian tersebut berjudul Tingkat Partisipasi Warga Dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta). Fokus pada penelitian tersebut adalah pada tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan serta faktor yang mempengaruhi, sementara metode yang digunakan berupa metode explanatory kuantitatif-kualitatif yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Mengenai perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
5
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian Nama
Judul
Tahun
Lokasi
Fokus
Metode
Mifta
Evaluasi Program
2012
Provinsi DIY
Evaluasi
Deduktif
Rangga
Kerjasama Provinsi
Program/
Kualitatif
Aditya
Kembar Antara Provinsi
Kebijakan
DIY dan Prefektur Kyoto
Kerjasama Pemerintah
Hanik
Evaluasi Pengelolaan
2010
Sampah di TPA Gunung
Kabupaten
Evaluasi
Deduktif
Tuban
Program/
Kualitatif
Panggung Kabupaten
Kebijakan
Tuban Menuju Sistem
Pengelolaan
Sanitary Landfill
Persampahan
Wulan Tri
Evaluasi Program
Eka Sasmita
2009
Perumahan
Evaluasi
Deduktif
Pengelolaan Persampahan
Pondok
Program/
Kualitatif
Berbasis Masyarakat
Pekayon Indah,
Kebijakan
(Studi Kasus: Pengelolaan
Kelurahan
Pngelolaan
Sampah Terpadu Gerakan
Pekayon Jaya,
Persampahan
Peduli Lingkungan (GPL)
Bekasi Selatan
Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan) Yudie
Tingkat Partisipasi Warga
Aprianto
Dalam
Pengelolaan
2008
Kampung
Tingkat
Eksplanatori
Hijau
Partisipasi
kuantitatifkualitatif
Lingkungan
Berbasis
Rawajati, RW
Masyarakat
Masyarakat
(Kasus:
03, Kelurahan
dalam
Kampung Hijau Rawajati,
Rawajati,
pengelolaan
RW
Kelurahan
Kecamatan
lingkungan
Rawajati,
Kecamatan
Pancoran,
dan
Pancoran,
Kotamadya
Kotamadya
faktor
Jakarta Selatan, Provinsi
Jakarta
mempengaruhi
DKI Jakarta)
Selatan,
03,
Provinsi
faktoryang
DKI
Jakarta Sumber: Analisis Penulis, 2015
6