BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida adalah zat pengatur dan perangsang tumbuh, bahan lain, serta organisme renik, atau virus yang digunakan untuk melakukan perlindungan tanaman. Pestisida merupakan bahan yang banyak memberikan manfaat sehingga banyak dibutuhkan masyarakat pada bidang pertanian (pangan, perkebunan, perikanan, peternakan), penyimpanan hasil pertanian, kehutanan (tanaman hutan dan pengawetan hasil hutan), rumah tangga dan penyehatan lingkungan, pemukiman, bangunan, pengangkutan dan lain-lain. Di samping manfaat yang diberikan, pestisida juga sekaligus memilki potensi untuk dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan (Undang-Undang No. 12 Tahun 1992). Penggunaan pestisida dalam upaya penyelamatan pruduksi pertanian dari gangguan hama dan penyakit tanaman masih sangat besar, terutama apabila terjadi wabah atau telah melebihi ambang batas pengendalian hama atau ambang batas ekonomi. Pestisida dengan cepat menurunkan populasi organisme pengganggu tanaman pada saat timbulnya eksplosi, sehingga meluasnya serangan hama- hama pada tanaman dapat dicegah dalam waktu singkat. Kerugian dunia akibat organisme pengganggu setiap tahunnya sebesar US$ 100 Milyar. Oleh karena itu penggunaan pestisida dirasakan masih sangat perlu untuk dapat memperkecil kerugian, dengan dampak yang nyata. Namun pestisida memiliki resiko terhadap lingkungan dan manusia yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan pestisida. Diseluruh dunia menggunakan pestisida sekitar 3 Milyar kg setiap tahunnya dengan biaya pembelian sekitar US$ 40 Milyar. Di Amerika, diperkirakan menggunakan 500 Juta Kg pestisida dengan 600 jenis yang berbeda dan menghabiskan biaya pertahun US$ 10 Milyar. Walaupun dosis yang direkomendasikan telah disosialisasikan dan diterapkan penggunaannya pada lahan pertanian, namun hama (serangga, patogen tanaman, dan rumput liar) tetap merusak 37% dari seluruh lahan pertanian potensial. Serangga merusak 13%, patogen tanaman 12%, dan rumput liar 12%. Pada umumnya, setiap dollar yang diinvestasikan pada control pestisida menghasilkan laba sekitar US$ 4 pada lahan yang terpelihara.
1
Meskipun pada umumnya pestisida menguntungkan di sektor pertanian namun penggunaannya tidak selalu menurunkan kerugian hasil panen. Di Amerika dari tahun 1945
hingga
tahun
2000
telah
meningkatkan
jumlah
pemakaian
pestisida
(organochlorines, organophosphates and carbamates) hingga 10 kali lipat, namun total kerugian hasil panen yang telah dirusak oleh hama malah terjadi peningkatan dari 7% menjadi 13%. Meningkatnya kerugian hasil panen dikarenakan praktek dari pertanian itu sendiri. Dalam kaitannya dengan pembangunan yang berkelanjutan pada dasarnya harus memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan karena kerusakan dimasa sekarang akan semakain parah pada masa yang akan datang. Inilah pada hakekatnya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan itu menaikkan mutu hidup dan sekaligus menjaga dan memperkuat lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkesinambungan (Soemarwoto, 2008). Penggunaan pestisida yang berdampak pada lingkungan dan kesehatan akan berpengaruh pada pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development). Biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki lingkungan yang telah tercemar akan lebih tinggi dibandingkan dengan biaya mencegah terjadinya pencemaran. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dari permasalahan diatas maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana penggunaan pestisida yang secara langsung maupun secara tidak langsung telah mencemari lingkungan membahayakan makhluk hidup yang berada di lingkungan tersebut. 2. Perlunya diketahui biaya yang dikeluarkan untuk menilai kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida pada lingkungan dan makhluk hidup sehingga diketahui berapa besar masalah yang telah ditimbulkan dari penggunaan pestisida.
2
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Definisi Lingkungan Lingkungan adalah istilah yang dapat digunakan mencakup segala makhluk hidup dan tidak hidup di alam yang ada di bumi atau bagian dari bumi, yang berfungsi secara alami tanpa campu tangan manusia yang berlebihan. Sedangkan lingkungan hidup adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia atau makhluk hidu yang memiliki hubungan timbale balik dan komplek serta saling mempengaruhi antar satu komponen dengan komponen yang lainnya (Suprihatin dan Daryanto, 2013). Ekonomi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari kegiatan manusia dalam memanfaatkan lingkungan sedemikian rupa sehingga fungsi atau peran lingkungan dapat dipertahankan atau bahkan dapat ditingkatkan dalam penggunaannya untuk jangka panjang (Suparmoko dan Ratnaningsih, 2012). 2.2 Pencemaran Lingkungan Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain kedalam air atau udara. Pencemaran juga bias berarti berubahnya tatnan atau komposisi air atau udara olh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air atau udarra menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh berbagai aktivitas industry dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan (Suprihatin dan Daryanto, 2013). Pencemaran lingkungan akan sangat terasa dampaknya pada ketidaknyamanan kehidupan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung. Memburuknya kualitas air yaitu bila air itu tercemar oleh zat- zat yang tidak cocok untuk peruntukkannya tentu akan menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi manusia, hewan maupun tumbuh- tumbuhan. Misalnya pestisida yang digunakan sebagai obat pemberantas hama akan terlarut bersama- sama dengan air permukaan dan dapat pula meresap menjadi satu dengan air tanah yang akhirnya tidak menguntungkan bahkan berbahaya bagi kesehatan manusia maupun hewan yang mengkonsumsinya (Suparmoko dan Ratnaningsih, 2012). 3
2.3 Lingkungan Dan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development) Pembangunan yang berkelanjutan, diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti- hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak boleh lebih buruk atau justru harus lebih baik dari pada tingkat hidup generasi saat ini. Keberlanjutan pembangunan ini dapat didefinisikan dalam arti lunak yaitu bahwa generasi yang akan datang harus berada dalam posisi yang tidak lebih buruk dari pada generasi sekarang, apapun yang dilakukan oleh generasi sekarang. Sedangkan definisi yang lebih kaku atau lebih sempit, pembangunan berkelanjutan ini (sustainability) dimaksudkan sebagai penolakan semua kegiatan sekarang yang dapat merusak lingkungan (ekologi) walaupun ada penciptaan sumber daya manusia maupun capital buatan manusia, meskipun berakibat pada peningkatan kesejahteraan generasi yang akan datang. Pembangunan di bidang ekonomi yang berhasil berarti akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk melindungi lingkungannya. Kondisi lingkungan yang rusak merupakan beban yang berat dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit serta harus dipikul oleh Negara yang bersangkutan. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa dengan memelihara lingkungan yang baik maka biaya pembangunan akan lebih ringan dan dengan sendirinya dana yang telah dipupuk akan dapat diinvestasikan lebih jauh lagi. Hal ini jelas membutuhkan kebijakan pemerintah yang tepat. Maka dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa segala usaha yang menyatukan ekonomi dan ekologi merupakan prasyarat bagi terlaksananya
konsep pembangunan berkelanjutan.
Kelestarian pembangunan diperlukan untuk pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk kelestarian lingkungan. Oleh karena itu perlu dicari keseimbangan dalam melakukan usaha pembangunan dan pelestarian lingkungan untuk menjamin adanya pembangunan yang berkelanjutan (Suparmoko dan Ratnaningsih, 2012).
4
BAB III PEMBAHASAN 1. Efek Paparan Pestisida Pada Kesehatan Masyarakat 1.1 Keracunan Akut Keracunan dan penyakit yang timbul pada manusia merupakan harga mahal yang harus dibayarkan pada seluruh penggunaan pestisida. Dampak aplikasi
suatu
pestisida
dapat
berakibat
timbulnya
berbahaya
pada
manusia.Jumlah total dari keracunan pestisida di Amerika dapat diperkirakan sekitar 300.000 orang/ tahun. Di seluruh dunia, penggunaan 3 Juta ton m 2 pestisida menyebabkan lebih dari 26 juta kasus keracunan tidak fatal. Dari seluruh keracunan pestisida, sekitar 3 juta kasus yang masuk rumah sakit dan ada sekitar 220.000 yang fatal dan sekitar 750.000
penyakit kronis setiap
tahunnya. Korban dari keracunan kronis pestisida adalah petani dan konsumen yang mengkonsumsi hasil pertanian yang menggunakan pestisia tersebut. Pada kasus petani sendiri meskipun telah menggunakan alat pelindung diri pada saat penyemprotan paparan dari hasil semprotan dapat terhisap melalui hidung dan kulit pada saat pencucin alat penyemprot pestisida. Berbagai prosedur penggunaan pestisida telah disusun guna meminimalisir timbulya kemungkinan terjadinya keracunan. 1.2 Kanker dan Efek Kronis Lainnya Banyak bukti menyangkut carsinogenic dapat mengancam berbagai hal yang berhubungan dengan penggunaan pestisida. Gangguan kesehatan kronis dari pestisida termasuk efek neurologi, gangguan pernapasan dan reproduksi serta kanker. Ada beberapa bukti bahwa pestisida dapat menyebabkan gangguan sensorik yang biasa disebut dengan efek kognitif seperti hilang ingatan, gangguan berbicara, dan lemah dalam belajar. Selain hal tersebut, 15% dari pemakai pestisida professional mengidap penyakit asma, sinusitis kronis dan masalah reproduksi. Sebuah studi menyatakan bahwa pestisida dapat menyebabkan disfungsi seksual dan kemandulan, Data dari Amerika
5
menunjukkan bahwa 18% dari seluruh insektisida dan 90% dari seluruh fungisida adalah karsinogenik. Efek negative pestisida pada kesehatan anak lebih membahayakan dibandingkan dengan orang dewasa. Pertama, anak- anak memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dibanding dengan orang dewasa, dan kemampuan mereka mengaktivasi, mendetoksifikasi serta mengekskresi racun pestisida berbeda dari orang dewasa. Anak- anak juga mengkonsumsi makan lebih banyak dari pada orang dewasa dan tentu saja dapat mengkonsumsi pestisida lebih banyak. Masalah utamanya adalah karena otak anak- anak lima kali lebih besar proporsinya dari pada berat tubuhnya dibandingkan dengan otak orang dewasa. Studi di California, 40% anak yang bekerja di lahan pertanian tingkat cholinesterase darah dibawah normal. Cholinesterase sendiri merupakan enzim esterase non spesifik yang disintesis oleh hati. Pemeriksaan yang biasa dilakukan untuk mengevaluasi enzim fungsi hati. Meskipun tidak dapat memvaluasikan kehidupan manusia, namun biaya ekonomi dari manusia untuk keracunan pestisida telah diperkirakan sesuai dengan tabel dibawah. Perkiraan dengan menggunakan standar EPA (Environmental Protection Agency) adalah U$ 3,7 juta setiap orangnya. Di Amerika biaya estimasi yang disarankan untuk keracunan pestisida dan penyakit yang terkait adalah U$ 1 milyar per tahunnya. 2. Residu Pestisida Pada Makanan Mayoritas makanan yang dijual di supermarket dapat diketahui tingkat residu pestisidanya. Sebagai contohnya beberapa ratus sampel makanan diuji yang terdiri dari 8 jenis buah- buahan dan 12 jenis sayuran terdapat 73% mengandung residu pestisida. Pada hasil panen apel, persik, pir, stroberi, dan seledri didapati bahwa 90% mengandung residu pestisida dan yang menarik adalah pada buah apel terdeteksi 37 jenis residu pestisida yang berbeda. Pada tahun 1997, lebih dari 5% yang diuji terkontaminasi residu pestisida yang melebihi ambang batas yang ditentukan oleh FDA (Food and Drug Administration). Meskipun makanan-makanan tersebut melanggar batas toleransi residu pestisida pada makanan yang diterapkan di Amerika namun makanan tersebut dikonsumsi oleh masyarakat luas. Hal ini dikarenakan sampel makanan yang dianalisa merupakan makanan yang telah dijual di supermarket. 6
3. Hewan yang Keracuanan dan Produk Peternakan yang Terkontaminasi Selain masalah pestisida yang mempengaruhi manusia, ratusan hewan juga tidak sengaja keracunan pestisida setiap tahunnya, dengan jumlah terbesar adalah kucing dan anjing. Sebagai contohnya, 250.000 kasus keracuanan yang melibatkan hewan, persentase terbesar adalah kasus yang berkaitan dengan pestisida. Anjing dan kucing merupakan jumlah terbesar dalam kasus keracunan pestisida ini, karena anjing dan kucing bebas berkeliaran di sekitar rumah dan lahan pertanian sehingga dapat terpapar langsung pestisida. Perkiraan terbaik yang dapat ditunjukkan adalah 20% dari nilai moneter produksi hewan atau sekitar US$ 4.2 milyar, adalah kerugian karena hewan yang sakit termasuk keracunan pestisida. Mnurut laporan 5.5% dari hewan yang sakit dan 0.04% dan seluruh kematian hewan yang dilaporkan dari diagnose laboratorium kedokteran hewan merupakan keracunan pestisida. (Tabel 2, pada lampiran). Alasan kerugian ekonomi terjadi karena daging, susu dan telur terkontaminasi pleh pestisida. Di Amerika, semua ternak yang disembelih untuk konsumsi manusia seperti daging dan unggas jika di impor ke luar Amerika harus diperiksa oleh USDA (United States Department Of Agriculture) untuk memastikan hewan bahwa seluruh daging dan produk di diberi label dengan baik dan tidak memberikan resiko kesehatan. Pada tahun 1982, di Oahu, Hawaii, 80% suplai susu dengan nilai lebih dari US$ 8.5 juta, disalahkan oleh pegawai kesehatan karena terkontaminasi oleh pestisida heptaklor. Kejadian ini dengan segera mempengaruhi seluruh industry susu di pulau tersebut. 4. Musnahnya Predator Dan Parasit Alami Yang Menguntungkan Pada ekosistem alami dan pertanian banyak terdapat spesies, khususnya predator dan parasit, yang membantu mengontrol populasi atropoda. Tentu saja, spesies alami yang menguntungkan akan memelihara ekosistem tetep hijau. Seperti halnya populasi hama, musuh alami yang menguntungkan dan biodeversitas (predator dan parasit) akan mengalami kerugian karena pestisida. Fungisida juga dapat memberikan kontribusi ledakan hama saat terjadi pengurangan jamur pathogen yang merupakan parasit alami pada serangga. Saat terjadi ledakan kedua pada hama karena musuh alami mereka mati oleh pestisida, 7
menyebabkan dosis yang digunakan lebih tinggi dari pada penyemprotan yang pertama untuk menstabilkan efek dari ledakan hama tersebut. Hal ini menyebabkan biaya keseluruhan dari pengendalian hama dengan pestisida meningkat tajam. Diperkirakan memerlukan biaya tambahan US$ 520 juta untuk pengaplikasian pestisida dan meningkatkan kerugian hasil panen, yang diikuti dengan musnahnya musuh alami hama oleh berbagai jenis pesttisida yang digunakan di lahan pertanian (Tabel 3, pada Lampiran). 5. Ketahanan Hama Terhadap Pestisida Selain menghancurkan populasi musuh alami, penggunaan pestisida secara ekstensif seringkali menyebabkan perkembangan dan evolusi dari resistensi terhadap pestisida pada hama, patogen tumbuhan, dan gulma. Sebuah laporan oleh Program Lingkungan dari PBB (The United Nations Environmental Program) menyebutkan bahwa resistensi terhadap pestisida menempati salah satu peringkat dari 4 masalah lingkungan di dunia. Sekitar 520 serangga dan spesies tungau, total hampir 150 tanaman spesies patogen, dan sekitar 273 spesies gulma sekarang resisten terhadap pestisida. Penelitian oleh Carrasco-Tauber (1989) menunjukkan besarnya biaya yang terkait dengan resistensi pestisida. Mereka melaporkan bahwa kerugian tahunan sebesar US$ 45-120/ hektar resistensi pestisida pada tanaman kapas di California. Sebanyak 4.2 juta hektar tanaman kapas dipanen pada tahun 1984, dengan asumsi kerugian sebesar US$ 82.50 per hektar atau mengalami kerugian sekitar US$ 348 juta dari tanaman kapas di California. Sekitar US$ 3.6 milyar dari tanaman kapas Amerika dipanen pada tahun 1984, mengalami kerugian akibat resistensi untuk tahun itu adalah sekitar 10%. Dengan asumsi kerugian 10% pada hasil panen lainnya yang menerima penyemprotan pestisida dosis tinggi di Amerika, kerugian hasil tanaman panen karena resistensi pestisida diperkirakan sekitar US$ 1,5 miliar per tahun. Total biaya eksternal yang dikaitkan dengan pengembangan pada resistensi pestisida diperkirakan berkisar antara 10 dan 25% dari biaya pengobatan pestisida saat ini, atau lebih dari US$ 1.5 miliar setiap tahun di Amerika. Dengan kata lain, setidaknya 10% dari pestisida yang digunakan di Amerika digunakan hanya untuk memerangi peningkatan resistensi pada beberapa spesies hama. Meskipun biaya resistensi pestisida yang tinggi di Amerika, namun biaya di negara berkembang tropis secara signifikan lebih besar, karena pestisida tidak hanya 8
digunakan untuk mengendalikan hama pertanian, tetapi juga penting untuk pengendalian penyakit karena arthropoda. Pngeluaran untuk biaya resistensi di negara-negara tropis dikaitkan dengan pengendalian malaria. Pada tahun 1985, setelah penggunaan pestisida terjadi penurunan penyakit sekitar 2 juta kasus dari puncaknya 70 juta kasus di India. Namun, karena nyamuk mengembangkan resistansi pada tubuhnya terhadap pestisida, seperti yang dilakukan parasit malaria terhadap obat-obatan pestisida, maka setelah terjadi penurunan pada awal penggunaan pestisida namun pada akhirnya terjadi ledakan penyakit malaria di India menjadi sekitar 60 juta kasus per tahun. Masalah yang sama tidak hanya terjadi di India tetapi juga di seluruh Asia, Afrika, dan Amerika Selatan. Jumlah total kasus malaria di dunia sekarang 2.4 milyar. 6. Lebah yang Keracunan Pestisida akan Mengurangi Tingkat Penyeburkan Lebah madu dan lebah liar sangat penting untuk penyerbukan buah-buahan, sayuran, dan tanaman lainnya. Lebah sangat penting untuk produksi sekitar sepertiga tanaman pangan di Amerika dan dunia. Manfaatnya untuk pertanian di Amerika diperkirakan sekitar US$ 40 milyar per tahun. Karena sebagian besar insektisida yang digunakan dalam pertanian adalah racun bagi lebah, maka pestisida berdampak besar pada populasi lebah madu dan lebah liar. Diperkirakan bahwa sekitar 20% dari seluruh koloni lebah madu yang dipengaruhi oleh pestisida. Termasuk sekitar 5% dari koloni lebah madu yang dibunuh langsung atau mati selama musim dingin karena paparan pestisida. Sehingga kerugian tahunan secara langsung mencapai US$ 13.3 juta per tahun. Sedangkan 15% dari koloni lebah madu melemah oleh pestisida atau menderita kerugian ketika peternak lebah (apiculturists) harus memindahkan koloni untuk menghindari oleh kerusakan pestisida. Taksiran kerugian tahunan dari lebah madu yang mati, mengurangi produksi madu, ditambah biaya memindahkan koloni total sekitar US$ 25.3 juta per tahun. Diperkirakan kerugian tahunan dalam produksi madu potensial di wilayah ini adalah sekitar US$ 27 juta tiap tahun (Tabel 4, pada Lampiran). 7. Kerugian Hasil Panen Kerusakan tanaman dapat terjadi bahkan ketika dosis yang direkomendasikan herbisida dan insektisida diterapkan untuk tanaman di kondisi lingkungan yang
9
normal. Takaran insektisida yang digunakan pada tanaman digunakan untuk menekan pertumbuhan dan hasil panen utnuk kapas dan tanaman stroberi. Peningkatan kerentanan beberapa tanaman terhadap serangga dan penyakit karena penggunaan normal 2,4-D (merupakan salah satu jenis herbisida yang dapat membunuh rumput liar, namun dapat merusak tanaman buahdan sayur) dan herbisida lainnya telah terbukti. Kondisi Selanjutnya, ketika cuaca atau tanah tidak sesuai untuk aplikasi pestisida, penggunaan herbisida dapat menyebabkan pengurangan yield berkisar antara 2 sampai 50%. Terjadinya kerusakan tanaman lain akibat dari pola penanaman tamanan yang polikultur. Misalnya, di bagian barat daya Texas pada tahun 1983 dan 1984, hampir US$ 20 juta pada kapas hancur akibat dari 2,4-D herbisida yang disemprotkan pada ladang gandum yang berdekatan dengan lahan kapas tersebut.. Karena masalah penyimpangan tersebut, kebanyakan aplikator 2,4-D herbisida pada lahan komersial memiliki asuransi yang biaya sekitar US$ 245 juta per tahun (Tabel 5, pada Lampiran). Kerugian rata-rata tahunan di Amerika sekitar 0,1% dalam produksi jagung, kedelai, kapas, dan gandum, dan sekitar 90% kerugian tersebut berasal dari herbisida dan insektisida yang digunakan dalam pertanian Amerika, senilai US$ 35.3 juta pada tahun 1987. Dengan asumsi bahwa hanya sepertiga dari kasus yang melibatkan kerugian hasil panen akibat pestisida yang dilaporkan kepada pihak berwenang, nilai total dari seluruh kerugian hasil panen karena pestisida dapat tiga kali lebih tinggi dari jumlah tersebut, atau sekitar US$ 106 juta per tahun. Namun, jumlah US $ 106 juta tidak memperhitungkan kerugian tanaman lainnya, juga tidak mencakup kerugian besar-besaran yang terjadi dalam satu musim di Iowa (US$ 25-30 juta), di Texas (US$ 20 juta), dan krisis di California akibat dari insektisida aldicarb pada semangka (US$ 8 juta). Kerugian rata-rata berulang ini sekitar US$ 30 juta per tahun, meningkatkan estimasi rata-rata nilai kerugian hasil panen dari penggunaan pestisida menjadi sekitar $ 136 juta setiap tahun. Investigasi khusus dan pengujian kontaminasi pestisida diperkirakan menghabiskam biaya negara lebih dari US$ 10 juta setiap tahun. 8. Terkontaminasinya Tanah dan Air Permukaan Pestisida tertentu yang diaplikasikan pada dosis yang telah dianjurkan untuk tanaman pada akhirnya akan larut dalam tanah dan air permukaan. Tiga pestisida
10
paling umum ditemukan dalam air tanah adalah aldicarb, alachlor, dan atrazin. Diperkirakan bahwa hampir setengah dari air tanah dan air sumur di Amerika memiliki potensi untuk terkontaminasi pestisida. EPA (1990) melaporkan bahwa 10% dari sumur masyarakat dan 4% dari sumber air pedesaan terdeteksi setidaknya mengandung satu jenis pestisida dari 127 jenis pestisida yang diuji dalam survei nasional. Perkiraan biaya untuk pengambilan sampel dan memonitor air tanah untuk residu pestisida adalah US$ 1100 per tahun. Dengan 16 juta sumur di Amerika, biaya pemantauan seluruh sumur untuk residu pestisida akan menelan biaya sebesar US$ 17.7 milyar setiap tahunnya. Pemantauan pestisida terlarut dalam air tanah hanya sebagian dari biaya total pencemaran air tanah. Selain itu terdapat biaya pembersihan residu pestisida terlarut yang sangat tinggi. Misalnya, di Pegunungan Rocky, Arsenal dekat Denver, pembersihan pestisida dari air tanah dan tanah diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 2 milyar. Jika semua air tanah yang terkontaminasi pestisida dibersihkan sebelum dikonsumsi manusia, maka akan menghabiskan biaya menjadi sekitar US$ 500 juta per tahun. Dengan cacatan proses pembersihan membutuhkan survey kualitas air untuk mengetahui target dari air yang telah terkena dampak larutnya pestisida untuk pembersihan yang tepat sasaran. Dengan demikian, di samping biaya monitoring dan pembersihan, total biaya pencemaran tanah oleh pestisida diperkirakan sekitar US$ 2 milyar per tahun. US$ 17.7 milyar merupakan biaya total yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih tanpa adanya kontaminasi pestisida terlarut, bagaimana mungkin dengan biaya yang sangat tinggi tersebut mengharapkan masyarakat untuk membayar air sumur bebas pestisida. 9. Kerugian pada Perikanan Pestisida terlarut ke dalam ekosistem perairan oleh limpasan air dan erosi tanah. Sekitar 13 hektar lahan pertanian per tahun terkena paparan pestisida dan limpasan air dari tanah yang tercemar pestisida kemudian mencemari sungai dan danau disekitar lahan pertanian tersebut. Pestisida juga dapat melayang selama proses penyemprotan dan mencemari sistem perairan. Beberapa pestisida larut dengan mudah tercuci ke aliran sungai dan danau. Hanya 6-14 juta ikan yang dilaporkan mati oleh pestisida setiap tahun. Namun, kematian ikan tersebut masih dianggap remeh oleh pihak berwenang sehingga penyelidikan terhadap kasus tersebut lambat dan tidak akurat. Dan juga bila ikan 11
berada di daerah aliran sungai yang arusnya bergerak cepet maka pestisida akan cepat terlarut dan sulit untuk diidentifikasi. Banyak ikan tenggelam ke bawah sungai dan tidak dapat dihitung. Valuasi ikan terbaik adalah senilai US$ 10. Hal ini didasarkan pada EPA (Environmental Protection Agency) yang menyatakan bahwa nilai dari ikan terindikasi pencemaran pestisida pada sungai adalah US$ 10. Dengan demikian, estimasi valuasi ikan yang mati setiap tahun hanya US$ 10-24 juta setiap tahunnya. Hal ini merupakan estimasi paling minimal yaitu sekitar US$ 100 juta per tahun. 10. Burung Liar dan Mamalia Burung liar dan mamalia yang mati dan terkontaminasi pestisida baik yang terkena paparan langsung dari pestisida maupun keracunan akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi pestisida, hal tersebut mengurangi pertumbuhan, kelangsungan hidup, dan tingkat reproduksi dari satwa liar. Selain itu terjadi pengurangan habitat tempat tinggal para satwa liar karena berkurangnya sumber makanan yang telah terkontaminasi. Di Amerika, sekitar 3 kg pestisida diaplikasikan per hektar lahan dengan jumlah total lahan pertanian 160 juta hektar. Dengan penggunaan dosis tinggi pestisida akan berdampak sangat signifikan pada hewan liar. Elang Botak (lambang Amerika) dan burung predator lainnya mengalami tingkat kematian tinggi karena DDT (insektisida sintetis) dan insektisida chlorinated lainnya. Populasi Elang Botak menurun karena pestisida dan ditempatkan pada daftar spesies hampir punah. Setelah pengaplikasian DDT dan insektisida chlorinated lainnya dilarang pada tahun 1972, butuh waktu hampir 30 tahun memulihkan populasi burung Elang tersebut. Elang Botak Amerika baru-baru ini dihapus dari daftar spesies hampir punah. Diasumsikan nilai burung sekitar US$ 30 berdasarkan informasi yang disajikan, ditambah fakta bahwa nilai ikan adalah sekitar US$ 10, bahkan untuk ikan berukuran 1 inchi. Dengan demikian, dampak ekonomi total yang dakibatkan pestisida pada burung diperkirakan US$ 2.1 milyar tiap tahun. Perkiraan ini tidak termasuk burung yang mati akibat dari kematian salah satu induknya dan pada gilirannya kematian anakan burung yang masih berada disarangnya karena tidak diberi makan indukannya. Hal ini juga tidak termasuk anakan burung yang mati karena diberi cacing yang terkontaminasi pestisida.
12
11. Dana pemerintah untuk pengendalian pencemaran pestisida Biaya utama yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah lingkungan adalah biaya untuk penegakan kebijakan pemerintah oleh negara bagian masing- masing, serta program untuk memonitor penggunaan pestisida untuk mengendalikan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh pestisida. Secara khusus biaya untuk lingkungan ini dipergunakan untuk mengurangi adanya bahaya pestisida dan untuk lingkungan serta masyarakat sehingga dampak negative yang diakibatkan oleh pestisida tidak semakin menyebar. Sekitar US$ 10 juta digunakan untuk biaya pelatihan bagi aplikator pestisida yang dibiayai oleh pemerintah Negara bagian dan federal Amerika, dan lebih dari US$ 60 juta setiap tahunnya yang dihabiskan oleh EPA untuk mendaftarkan ulang jenis pestisida yang akan digunakan. Selain itu, sekitar US$ 400 juta yang digunakan pemerintah untuk memantau buah-buahan, sayuran, biji-bijian, daging, susu, air, dan produk pertanian dan peternakan lainnya dari kontaminasi pestisida. Dengan demikian, setidaknya US$ 470 juta diinvestasikan oleh pemerintah negara bagian dan federal untuk masalah pestisida. Meskipun biaya yang digunajan untuk mengurangi pencemaran oleh pestisida sangat besar, namun masih banyak biaya- biaya tidak terduga lainnya yang ditimbulkan dari pencamaran tersebut dan tidak diperhitungkan. Selin itu, dari pencemaran pestisida ini menimbulkan banyak masalah lingkungan dan sosial yang masih perlu dikoreksi kebijakannya oleh pemerintah setempat. 12. Critical Review Pada dasarnya, pengaplikasian pestisida adalah untuk melindungi tanaman dari hama sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian, tapi sebaliknya tanaman juga dapat rusak akibat pengaplikasian pestisida. Hal ini terjadi ketika (1) dosis yang dianjurkan menekan tanaman pertumbuhan, perkembangan, dan hasil; (2) pemberian pestisida dari tanaman yang ditargetkan merusak tanaman yang berdekatan; (3) herbisida residual baik mencegah chemical sensitive tanaman dari yang ditanam; dan / atau (4) residu pestisida yang berlebihan terakumulasi pada tanaman, yang pada akhirnya mengakibatkan kerugian hasil panen. kerugian keuangan dialami oleh petani, distributor, grosir, transporter, pengecer, pengolah makanan, dan lain-lain. Potensi keuntungan dan investasi besar di bidang pertanian dan pengolahan pangan yang hilang. 13
Dari pemaparan sebelumnya telah diketahui kerugian-kerugian yang terjadi akibat pencemaran yang diakibatkan dari pemakaian pestisida meskipun penggunaan pestisida telah sesuai dengan takaran yang dianjurkan ole pemerintah Amerika. Dampak yang ditimbulkan tidak hanya bagi lingkungan namun juga ekonomi dan sosial. Hal tersebut akan mempengaruhi pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berkelanjutan sendiri dipengaruhi oleh 3 aspek yaitu, ekonomi, sosial dan lingkungan. Terjadinya resistensi tanaman terhadap pestisida dikarenakan pola penanaman yang monokultur sehingga tanaman rentan terhadap penyakit, serangan hama dan tumbuhnya gulma, serta revolusi hijau pada pertanian yang sangat bergantung pada penggunaan pestisida kima. Revolusi hijau sendiri di prakarsai oleh yayasan Rockefeller di Kota New York pada tahun 1940 (Mayer, 2001). Revolusi hijau bertujuan untuk mendanai penelitian dalam bidang pertanian di Meksiko untuk mencegah kelaparan yang terjadi pada jutaan orang. Awalnya revolusi hijau membawa dampak positif pada pertanian. Hasil panen meningkat sehingga sesuai dengan tujuan yayasan Rockefeller untuk mencegah kelaparan. Namun, revolusi hijau tersebut membawa dampak buruk pada lingkungan, khususnya dampak penggunaan pestisida kimia. Sekarang setelah lebih dari 50 tahun penggunaannya, beberapa dampak lingkungan yang diakibatkannya terlihat nyata. Dari waktu ke waktu, gulma, serangga, dan penyakit yang disebabkan oleh hama mengalami peningkatan tingkat resistensi terhadap pestisida kimia. Secara individu, hama akan berubah secara genetic menjadi lebih resisten sehingga dapat bertahan dan bereproduksi dan yang tidak data bertahan akan mati, inilah yang disebut dengan proses seleksi alam. Setelah beberapa generasi dari hama yang telah berubah sevcara genetic tersebut akan semakin resisten terhadap pestisida dan memaksa petani untuk menggunakan pestisida dengan takaran yang lebih tinggi atau menggantinya dengan jenis yang baru dan umumnya yang lebih mahal. Lahan pertanian yang disemprot dengan pestisida akan menimbulkan residu yang diakibatkan oleh pengaplikasian pestisida. Residu tersebut kadang terdetekdi dalam makanan. Pada tahun 1989 di Amerika, ditemukan bahwa apel dapat menyebabkan kanker pada anak yang memakan atau meminum sari apel tersebut. Pengaturan penggunaan pestisida sulit untuk dilakukan karena merupakan salah satu parameter
dari
revolusi
hijau
pertanian.
Menghilangkan
atau
membatasi
penggunaannya dalam beberapa kasus dapat mengurangi hasil pertanian yang dapat 14
menyebabkan kesulitan ekonomi pada petani dan meningkatkan resiko kelaparan di beberapa Negara. Solusi yang diambil untuk tetap dapat mendapatkan hasil pertanian yang maksimal diluar program revolusi hijau pertanian adalah dengan Pengelolaan Hama Terpadu (Integrated Pest Management). Pengelolaan hama terpadu ini tidak memberantas hama namun melakukan pengendalian dan kemudian pengelolaan (Soemarwoto,
2004).
Pengelolaan
itu
dilakukan
secara
terpadu
dengan
memanfaatkan musuh alami hama tersebut. Pengelolaan mengandung arti Cost Effective.Dengan penerapan PHT, penggunaan pestisida berkurang sehingga biaya yang dikeluarkan untuk meningkatkan dosis pestisida atau beralih ke jenis lain yang lebih mahal berkurang atau malah tidak mengeluarkan biaya tambahan tersebut. Selain itu pencemaran lingkungan juga akan berkurang. Mayer (2001) menyatakan dalam buku Environmental Science, usaha pemerintah Indonesia melalui PHT berhasil untuk mengontrol wereng cokelat, hama yang menyebabkan kerusakan berat pada sawah pada tahun 1980. Dengan penerapan PHT pemerintah Indonesia telah menghemat anggaran Negara sebesar US$ 120 juta per tahun. Pemerintah Amerika menginvestasikan dana sebesar US$ 10 milyar untuk mengontrol penggunaan pestisida sehingga dapat menghemat sekitar US$ 40 milyar untuk lahan pertanian, berdasarkan cost and benefit dari control pestisida. Dari data yang ada pada Tabel 6 (Lampiran) untuk biaya lingkungan dan kesehatan masyarakat dalam penanggulangan masalah pestisida totalnya adalah US$ 9 milyar tiap tahunnya. Pengguna pestisida harus membayar biaya langsung sebesar US$ 3 milyar untuk mengatasi masalah yang timbul akibat dari resistensi hama terhadap pestisida dan penghancuran musuh alami hama. Malasah dapat berupa peningkatan kadar pestisida atau mengganti jenis pestisida lain. Sehingga pada akhirnya masyarakat harus membayar US$ 3 milyar ditambahkan dengan US$9 milyar untuk biaya lingkungan dan kesehatan masyarakat. Ada banyak biaya yang tidak dapat dihitung dengan pasti nilainya untuk mengetahui kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Sebagai contoh, bagaimana menghitung nilai dari kematian seseorang atau penyakit kanker yang ditimbulkan oleh pestisida dan nilai dari burung- burung dan kehidupan satwa liar lain yang mati karena pestisida. Semua hal tersebut tidak termasuk dalam jumlah US$ 12 milyar tersebut. Jika seluruh biaya tersebut dihitung termasuk biaya
15
lingkungan dan kesehatan masyarakat maka totalnya akan lebih dari dua kali lipat US$ 12 milyar. Jika pemerintah Amerika menerapkan system PHT dengan konsisten maka penghematan terhadap kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dapat dilakukan. Biaya lingkungan yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi lebih tinggi dibandingkan dengan pencegahan kerusakan. Karena telah terjadi kerusakan lingkungan akibat pestisida, maka pemerintah Amerika harus mengeluarkan biaya lebih untuk memperbaiki keadaan tersebut. Dengan PHT maka subsidi pestisida dapat berkurang drastis dan musuh alami hama tidak musnah. Selain itu produk pertanian yang dihasilkan akan lebih sehat karena penggunaan pestisida yang terbatas.
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari penulisan mengenai “Environmental and Economic Costs of the Application of Pesticide Primarily in The United States” dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penggunaan pestisida telah membawa dampak pada makhluk hidup dan lingkungan. Residu pestisida secara langsung akan berdampak pada tanah dan air yang terkena paparan langsung serta aplikator pestisida di lahan pertanian. Dampak tidak langsung residu pertanian akan berimbas pada kehidupan makhluk hidup di air dan tanah yang tercemar serta adanya residu pada hasil pertanian dan peternakan yang mebahayakan kesehatan yang mengkonsumsi. 2. Biaya total yang dibutuhkan pemerintah Amerika dalam penanganan masalah pencemaran lingkungan oleh pestisida akan lebih dari US$ 12 milyar untuk
16
biaya lingkungan dan kesehatan masyarakat serta biaya- biaya lain yang terkena dampak dari pencemaran. 4.2 Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penulisan diatas maka dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Penerapan system Pengelolaan Hama Terpadu akan membantu pemerintah Amerika untuk menekan biaya penanggulangan pencemaran yang diakibatkan oleh pestisida. Selain itu penerapan system PHT ini akan lebih ramah lingkungan dan pencemaran yang telah berlangsung selama ini dapat berkurang sehingga pendapatan petani meningkat dan kesehatan masyarakat lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Carrasco-Tauber, C. 1989. Pesticide Productivity Revisited. M.S. Thesis, Amherst, MA, University of Massachusetts. Mayer, Richaard. 2001. Connection in Environmental Science: A Case Study Approache. McGraw-Hill. New York Soemarwoto, Otto. 2008. Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Djambatan. Klaten. Soemarwoto, Otto. 2004. Atur Diri Sendiri: Paradigma Baru Pengelolaan Lingkungan Hidup. UGM Press. Yogyakarta. Suparmoko dan Ratnaningsih, Maria. 2012. Ekonomika Lingkungan. Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. BPFE-Yogyakarta. Suprihatin, Agung dan Daryanto. 2013. Pengantar Pendidikan Lingkungan Hidup. Gava Media. Yogyakarta.
17
Pimentel, David. 2003. Environmental And Economic Costs On The Application Of Pesticidea Primarily In The United States. Environment, Development And Sustainability Journal (2005) 7: 229–252. Springer. Undang-Undang No. 12 Tahun 1992. Tentang Sistem Budidaya Tanaman. Dalam Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Jenderal Prasarana Dan Sarana Pertanian. Direktorat Pupuk Dan Pestisida. Kementerian Pertanian. 2001.
18
Lampiran
19