BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam merupakan Ilmu tentang alam atau cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga tujuan pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsepkonsep, tetapi untuk mengembangkan ketrampilan sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk pengetahuan itu, hal ini dikemukakan oleh Powler (Khalimah, 2014). Hasil pembelajaran IPA bukan hanya sebagai produk, tetapi juga pengembangan proses. Mata pelajaran IPA di SD bermanfaat langsung kepada siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.
IPA memberikan
pengalaman langsung untuk mengembangan potensi siswa untuk mampu memahami dan menjelajahi alam sekitar secara ilmiah. Proses
pembelajaran
yang
sering
diterapkan
merupakan
proses
pembelajaran konvesional, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses belajar mengajar di dalam kelas banyak didominasi oleh kegiatan belajar siswa menghafal informasi yang didapat. Siswa dituntut untuk menghafal berbagai informasi yang didapat . Siswa tidak diarahkan untuk memahami daan menghubungan informasi yang diingatnya dengan kehidupan sehari-hari, Ratna Aini (2009). Menurut pengalaman lapangan penulis dalam pembelajaran IPA dengan kompetensi dasar “Memahami berbagai bentuk energi dan penggunaannya” dan dengan materi “ energi bunyi” di kelas IV SDN 2 Ngropoh Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung pada semester II tahun 2013- 2014 bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah. Hal ini ditandai antara lain dengan hasil ulangan evaluasi harian yang belum memuaskan. Dari 15 siswa hanya terdapat 7 siswa yang memiliki nilai diatas KKM yaitu diatas nilai 70,00, sementara 8 siswa lainnya mendapat nilai dibawah KKM atau belum mengalami pembelajaran tuntas. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman dan motivasi belajar siswa terhadap pelajaran IPA, sehingga perlu ditunjang adanya motivasi dan
pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPA ini. Kurangnya pemahaman siswa ini dikarenakan pembelajaran oleh guru masih konservatif dan tidak menyesuaikan dengan kompetensi yang akan disampaikan sehingga pembelajaran kurang bermakna bagi siswa. Guru dalam proses pembelajaran selalu menggunakan pembelajaran yang berorientasi pada ceramah dan hafalan saja, dan siswa tidak berperan aktif di dalam pembelajaran (teacher centered). Dan penjelasan guru juga masih abstrak, guru dalam menyampaikan pembelajaran tidak memberikan suatu contoh yang nyata (konkrit), kita tahu bahwa usia anak sekolah dasar masih dalam tahapan operasional konkrit (7- 11 th). Kegiatan belajar mengajar (KBM) yang dilakukan saat ini masih belum bermakna, karena selama mengikuti pembelajaran di sekolah siswa jarang bersentuhan dengan pendidikan yang beorientasi pada alam sekitar (Abdurrahman 2007: 100). Siswa kurang termotivasi untuk mempelajari mata pelajaran IPA yang ditunjukkan dengan sikap bosan mengikuti proses pembelajaraan. Pembelajaran yang biasa dilakukan hanya mendengarkan dan memperhatikan diubah lebih menyenangkan dengan model team games tournament (TGT). Pada setiap akhir materi pembelajaran selesai diadakan game atau permainan kelonpok yang sesuai dengan materi. Pendekatan kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe pendekatan kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement. Aktivitas belajar dengan permainan
yang
dirancang
dalam
pembelajaran
kooperatif
tipe
TGT
memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) membagi siswa dalam tim belajar yang beranggotakan 4 orang yang merupakan campuran menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Dalam metode Teams Games Tournaments (TGT), siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim masing-masing (Slavin, 2005).
Teams Games Turnament (TGT) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan adanya kerjasama antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan belajar. Terdapat empat tahap dalam TGT yaitu mengajar, belajar kelompok, turnamen/perlombaan, dan penghargaan kelompok. Hal yang menarik dari TGT dan yang membedakannya dengan tipe pembelajaran kooperatif yang lain adalah turnamen. Di dalam turnamen, siswa yang berkemampuan akademiknya sama akan saling berlomba untuk mendapatkan skor tertinggi di meja turnamennya. Jadi siswa yang berkemampuan akademiknya tinggi akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya tinggi, siswa yang berkemampuan akademiknya sedang akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya sedang, siswa yang berkemampuan akademiknya rendah akan berlomba dengan siswa yang berkemampuan akademiknya rendah juga. Oleh karena itu, setiap siswa punya kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik di meja turnamennya. Mata pelajaran IPA adalah ilmu tentang alam tentunya kita sebagai pengajar paham bahwa pendekatan di alam sekitar lebih efektif bila diterapkan bagi anak SD karena anak SD masih dalam tahapan operasional konkrit (Jean Piaget) yaitu kemampuan berpikir logis, mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapinya adalah masalah konkrit. Jadi seorang anak akan lebih paham bila seorang anak dapat melihat sesuatu yang konkrit atau nyata.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di
atas,
terdapat
beberapa
permasalahan dalam mata pelajaran IPA, yaitu: 1. Model pembelajaran yang diberikan guru masih konvesional, karena guru di dalam proses pembelajaran hanya menyampaikan pembelajaran metode ceramah dan hafalan saja. 2. Siswa pasif dalam pembelajaran, karena di dalam pembelajaran siswa tidak berperan aktif dan dalam pembelajaran siswa hanya diminta untuk menghafal saja.
3. Penjelasan guru masih abstrak sehingga siswa kurang dapat memahami konsep materi yang disampaikan. 1.3 Pembatasan Masalah Team Games Tournament (TGT) : dalam penelitian team games tournament ini peneliti lakukan dengan melakukan permainan pada setiap pertemuan dalam setiap pembelajaran, dalam kompetensi dasar “Memahami berbagai bentuk energi dan penggunaannya” di kelas VI SDN 2 Ngropoh Kecamatan Kranggan, Kabupaten Temanggung pada semester II tahun pelajaran 2013-2014. Pemahaman:
siswa
mampu
mendapatkan
informasi
dengan
benar,
mengartikan informasi yang siswa dapatkan kemudian diterjemahkan, ditafsirkan dan dibuat kesimpulan atau rangkuman dan dapat menjelaskan dengan kata-kata atau bahasa siswa sendiri.
1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah model pembelajaran team games tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD 2 Ngropoh Kecamatan Kranggan Kabupaten Temanggung ?” 1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian tentang permasalahan maka tujuan penelitian ini adalah: meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV materi pokok “Energi” dalam mata pelajaran IPA dengan model pembelajaran team games tournament (TGT).
1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis serta manfaat praktis pada masyarakat luas, khususnya di bidang pendidikan.
1.6.1
Manfaat Teoretis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan sebagai dasar penelitian lebih lanjut. 2.
Mendukung kajian teori bahwa dengan memberikan pengalaman langsung kepada siswa, pembelajaran akan lebih bermakna karena akan mudah dipahami oleh siswa karena siswa dapat melihat langsung objek yang dipelajarinya.
1.6.2 Manfaat Praktis Penelitian ini memberikan sumbangan bagi guru bidang studi dan siswa. Bagi guru, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat digunakan untuk menyelenggarakan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Bagi siswa, proses pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam. Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait terutama bagi pelaksanan pendidikan di lapangan maupun penentu kebijakan: 1. Bagi Siswa. Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) memberikan pengalaman kepada siswa bekerja sama, meningkatkan kreatifitas, dan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan masalah dan permainan. 2. Bagi Guru. Bagi para Guru terutama, guru matematika SD Negeri 2 Ngropoh untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas yang diampu dan dapat dijadikan pertimbangan apabila penelitian ini dirasakan dapat membantu proses belajar mengajar menjadi lebih baik. 3. Bagi Sekolah. Memberikan masukan bagi sekolah dalam rangka mengefektifkan pembinaan dan pengolahan materi mengajar dalam pelaksanaan pendidikan.
4. Bagi peneliti Wahana latihan pengembangan ilmu pengetahuan melalui kegiatan penelitian. Mutu pendidikan dipengaruhi oleh beberapa hal terutama ketersediaan fasilitas belajar, pemanfaatan waktu, dan penggunaan metode belajar.