1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri
merupakan
salah
satu
penggerak
perekonomian
negara.
Keberadaan industri memberikan manfaat secara ekonomi kepada masyakat karena menyediakan lapangan pekerjaan. Pembangunan industri yang tidak mempertimbangan aspek lingkungan dan tata ruang akan memengaruhi kualitas lingkungan. Menurut Kodim dan Sampurno (2010) lingkungan hidup dan sumber daya alam merupakan modal pembangunan dan penopang sistem kehidupan. Kemajuan dan pembangunan industri yang tidak meperhatikan aspek lingkungan seringkali membuat lingkungan hidup semakin kritis. Hal ini dapat dilihat dari sumbangan sektor industri terhadap pencemaran udara di kota-kota besar yang mencapai 20%. Pencemaran udara yang terjadi mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Berdasarkan laporan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2006) diacu dalam Turyanti (2011) biaya ekonomi akibat pencemaran udara di DKI Jakarta yang dihitung dalam bentuk biaya kesehatan dan kehilangan produktivitas pada 2015 diperkirakan mencapai US$ 400 juta per tahun. Kota besar lain seperti Bandung biaya kesehatan akibat pencemar PM10 mencapai Rp 12,7 miliar per tahun. Kerugian ekonomi ini tidak menutup kemungkinan juga akan dialami Kabupaten Bogor yang merupakan kota satelit dengan pertumbuhan industri yang cukup tinggi. Berdasarkan laporan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO 2006) diacu dalam Turyanti (2011) menunjukkan bahwa terjadi dua juta kematian mendadak setiap tahun berkaitan dengan dampak polusi udara, baik outdoor maupun indoor, dan lebih dari setengahnya terjadi di negara-negara berkembang. Kasus kematian anak banyak terjadi di Indonesia dengan penyebab utama adalah diare dan ISPA yang terkait dengan gangguan gizi (Kodim & Sampurno 2010). Kabupaten Bogor merupakan kabupaten dengan pertumbuhan industri yang cukup tinggi. Terdapat dua kawasan industri di Kabupaten Bogor. Kawasan industri tersebut yaitu Cibinong Center Industrial Estate (CCIE) dengan luas kawasan mencapai 140 ha dan Kawasan Industri Sentul dengan luas 100 ha
2
(BKPM 2012). Kawasan industri ini akan menjadi penyumbang pencemaran udara di Kabupaten Bogor hal ini sesuai dengan Karyono (2005) yang menyatakan bahwa Bogor mempunyai tingkat polusi udara yang tinggi. Gunung Putri merupakan salah satu desa di Kabupaten Bogor yang berada di kawasan industri. Desa Gunung Putri mengalami perkembangan industri yang pesat menjadi tantangan tersendiri dalam menjaga kualitas lingkungan. Sebagian besar penduduk desa ini merupakan pendatang yang belum mempunyai rumah sendiri. Jumlah penduduk yang semakin banyak menyebabkan kebutuhan akan lahan untuk pembangunan rumah juga semakin meningkat. Perkembangan industri di Desa Gunung Putri yang semakin meningkat akan pencemaran udara yang terjadi. Hal ini dapat dikurangi dengan adanya Ruang Terbuka Hijau (RTH).
Pekarangan merupakan salah satu bentuk RTH
yang paling dekat dengan manusia akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kualitas kesehatan. Saat ini kecenderungan masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk pembangunan rumah atau kontrakan sehingga pohon dan vegetasi semakin berkurang. Berdasarkan kondisi di atas maka penelitian valuasi RTH tipe pekarangan perlu untuk dilakukan guna mengetahui nilai manfaat pekarangan yang diberikan untuk manusia dalam meningkatkan kualitas lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah ada maka penelitian ini tidak menguji hubungan antara kerapatan vegetasi dengan kualitas udara serta hubungan antara vegetasi dan pohon. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilaksanakan Septiyani (2010) dan Wawo (2010) menunjukkan bahwa keberadaan pohon di pekarangan dapat mengurangi pencemaran udara terutama debu.
Berdasarkan Karyono
(2005) pohon sangat membantu bagi kesehatan manusia, disamping menyerap gas polutan dan debu di udara juga menghasilkan gas oksigen yang diperlukan untuk kelangsungan hidup manusia 1.2 Perumusan Masalah Pencemaran udara merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang terjadi di kawasan industri. Kondisi udara yang tercemar akan memengaruhi kondisi kesehatan manusia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara,
3
Pencemaran udara merupakan masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Udara tercemar merupakan nilai/ kadar zat, energi dan/atau kompenen lain di udara ambien lebih besar dari baku mutunya. Hal ini menjadi permasalahan lingkungan yang harus segera ditanggulangi karena kualitas udara akan memengaruhi kondisi kesehatan masyarakat terutama organ pernapasan karena organ ini yang pertama berhubungan dengan bahan pencemar (Satriyo 2008) Salah satu langkah yang dapat digunakan untuk mengurangi pencemaran udara yaitu dengan memperluas RTH. RTH akan menyerap dan menjerap pencemar udara.
Pekarangan merupakan salah satu bentuk RTH yang dekat
dengan masyarakat. Dewasa ini dengan semakin meningkatnya kebutuhan lahan keberadaan pekarangan semakin terdesak. Manfaat yang diberikan pekarangan untuk menjerap dan menyerap zat pencemar akan semakin berkurang. Sehingga yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini yaitu: 1. Berapa nilai ekonomi pekarangan berdasarkan pendekatan biaya kesehatan? 2. Bagaiamana persepsi masyarakat tentang permasalahan lingkungan dan terhadap pekarangan?
1.3 Tujuan Tujuan penelitian ini antara lain: 1. Menentukan nilai ekonomi RTH tipe pekarangan berdasarkan pendekatan biaya kesehatan. 2. Mengidentifikasi persepsi masyarakat tentang pekarangan dan masalah lingkungan.
1.4 Manfaat Manfaat hasil penelitian ini antara lain: 1. Hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah dan masyarakat dalam pemanfaatan ruang.
4
2. Hasil penelitian dapat dijadikan pertimbangan bagi institusi terkait seperti Dinas Kesehatan dan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. 3. Memberikan informasi tentang nilai ekonomi pekarangan sehingga menimbulkan kesadaran untuk mempertahankan atau meningkatkan fungsi pekarangan.
1.5 Kerangka Pemikiran Pembangunan
kawasan
industri
yang
semakin
meningkat
akan
memengaruhi kualitas lingkungan. Salah satu permasalahan lingkungan yang muncul adalah pencemaran udara (Soemarwoto 2004). Permasalahan lingkungan ini akan berpengaruh terhadap kesehatan dan produktivitas kerja masyarakat. Hal ini akan menimbulkan kerugian secara ekonomi.
Kerugian ini dapat diatasi
dengan pembangunan ruang terbuka hijau yang dekat dengan kehidupan masyarakat. Pekarangan merupakan salah satu bentuk RTH yang paling dekat dengan masyarakat. Keberadaan pekarangan juga dapat mengurangi pencemaran udara yang terjadi serta memberikan manfaat lain seperti keindahan dan kesejukan. Keberadaan pekarangan dapat mengurangi kerugian ekonomi yang ditimbukan akibat pencemaran udara dengan menjerap dan menyerap zat pencemar. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan karena pencemaran ini berupa biaya untuk berobat, biaya untuk pencegahan dari penyakit serta berkurangnya produktivitas kerja (Fuady 2003). Biaya kesehatan yang harus dibayarkan karena penyakit akibat pencemaran udara merupakan nilai manfaat yang diberikan pekarangan untuk penyehatan lingkungan (Djajadiningrat et al. 2011). Nilai ini dapat dilihat dari biaya yang harus dikeluarkan oleh masyarakat yang tinggal di lokasi dengan kerapatan vegetasi rendah dibandingkan dengan kerapatan vegetasi tinggi. Kerangka penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
5
Perkembangan industri
Pencemaran udara
Dampak negatif tehadap kesehatan
Penyakit Reduksi penyakit Vegetasi pekarangan
Kerapatan rendah
Perbedaan kemampuan reduksi polutan udara
Perbedaan intensitas penyakit
Perbedaan - Biaya pengobatan - Biaya pencegahan - Pendapatan yang hilang
Valuasi pekarangan
Gambar 1 Kerangka pemikiran.
Kerapatan tinggi