BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penelitian dan pemahaman terhadap redesain GKPB Jemaat Philia di Amlapura.
1.1 Latar Belakang Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) lahir pada tanggal 11 November 1931 dengan dibaptisnya 12 Orang Bali menjadi Kristen oleh Pendeta R.A. Jaffry di Tukad Yeh Poh, Desa Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, Bali. 12 Orang Bali dibaptis menjadi Kristen karena hasil perkabaran injil Tsang To Han dari CMA (Christian Missionary Alliance) yang datang ke Bali tahun 1929 untuk mengembalakan orang-orang Kristen China yang ada di Kota Denpasar melalui seorang perempuan Bali yang nikah dengan orang China di Denpasar Tsang To Han berkenalan dengan 12 Orang Bali tersebut diatas Tahun 1929, beberapa orang di desa Dalung Abianbase dan Untal-Untal mengalami krisis spiritual dan belajar ilmu kebatinan kepada Raden Atmojo Kusuma. Beberapa orang murid Raden Atmojo
Redesain Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura
1
Kusuma ini akhirnya menerima Yesus melalui Tsang To Han karena Raden Atmojo Kusuma tidak diperbolehkan lagi tinggal di Bali oleh Pemerintah Belanda. Dengan lahirnya Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) pada tahun 1931 dan sampai sekarang sudah banyak memiliki gereja-gereja yang berada di Bali. Seluruh Kabupaten yang di Bali sudah ada Gereja yang dibawah naungan denominasi GKPB. Salah satu gereja yang berada dibawah naungan denominasi GKPB adalah GKPB Jemaat Philia yang berada di Amlapura. GKPB Jemaat Philia sampai sekarang ini terus mengalami pertumbuhan maka sebagai salah satu gereja yang terus bertumbuh harus mampu menyediakan gedung yang dapat menampung banyak orang. Kemampuan kapasitas yang disediakan harus dapat memberi kenyaman bagi para jemaat yang beribadah di gereja ini. Kehadiran jemaat pada saat ibadah rutin atau ibadah minggu berbeda jumlah dengan ibadah saat ada perayaan keagamaan Kristen. Hal ini dikarenakan beberapa jemaat yang masih sekolah ataupun bekerja di luar lingkungan Amlapura dan mereka akan pulang pada saat mereka mendapatkan libur hari raya. Kapasitas yang disediakan setelah dilakukannya redesain harus dapat menampung semua orang saat kegiatan ibadah berlangsung. Padahal jika dilihat dari segi kehadiran jemaat untuk beribadah kapasitas gedung gereja saat ini tidak mampu menampung semua jemaatnya. Kegiatan-kegiatan gereja agar berlangsung dengan baik maka fasilitas-fasilitas pendukung harus disediakan pula dengan baik. Fasilitas-fasilitas yang dimaksud yaitu, lahan parkir, halaman gereja, gedung gereja (tempat ibadah umum maupun kategorial), pastori gereja (rumah pendeta), kantor lembaga-lembaga kategorial dan rumah untuk tamu gereja (guest house). Dengan hadirnya Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura yang berlokasi di Jl. Raya Sudirman, Amlapura maka sebagai salah satu wadah untuk penyaluran kasih harus mampu menyatakan pelayanan kasihnya. Berdasarkan itu maka GKPB Jemaat Philia di Amlapura melalui panti asuhan sudah dapat menunjukan pelayanan kasih untuk membantu anak-anak yang kurang mampu. Panti asuhan ini merupakan lembaga sosial yang dimiliki oleh Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) melalui yayasan yang dimilikinya yaitu Yayasan
Redesain Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura
2
Widhya Asih. Yayasan Widhya Asih sudah bekerja sama dengan GKPB Jemaat Philia di Amlapura untuk membantu dalam penyaluran kasih terhadap anak-anak yang kurang mampu. Dimana panti asuhan ini mampu menampung anak-anak yang membutuhkan pelayanan kasih untuk mendapatkan pelayanan dan pendidikan yang layak. Yang menjadi dasar pertimbangan untuk meredesain GKPB Jemaat Philia di Amlapura adalah agar Gereja mampu mewadahi semua kegiataan keagamaan yang berlangsung baik yang digunakan oleh jemaatnya sendiri (intern) maupun dari jemaat lain (ekstern) dengan layanan fasilitas yang memadai. GKPB Jemaat Philia di Amlapura merupakan salah satu anggota jemaat yang masuk wilayan bali timur dengan demikian GKPB Jemaat Philia di Amlapura dituntut mampu menyediakan fasilitas layanan agar mampu mewadahi kegiataan keagaaman yang sewaktu-waktu akan dihadiri oleh jemaat yang berada di wilayah bali timur maupun diluar wilayah bali timur. Adapun jemaat yang berada di wilayah bali timur yaitu, GKPB Jemaat Philia Amlapura, GKPB Jemaat Sabda Urip Sega, GKPB Jemaat Tresna Asih Klungkung dan BPI Tengading.
1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang, maka dapat diambil rumusan masalah yaitu adalah sebagai berikut: A. Mengapa Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura perlu di redesain? B. Sarana dan prasarana keagamaan serta sarana penunjang apa yang harus direncanakan kembali sehingga mampu menciptakan suasana nyaman bagi penggunanya? C. Bagaimana spesifikasi serta hasil redesain GKPB Jemaat Philia di Amlapura? D. Bagaimana program ruang GKPB Jemaat Philia di Amlapura? E. Bagaimana konsep redesain GKPB Jemaat Philia di Amlapura?
Redesain Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura
3
1.3 Tujuan Tujuan redesain Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura adalah untuk merancang sarana dan prasarana keagamaan yang dapat mewadahi aktifitas gereja sebagai salah satu tempat bersekutu dan beribadah bagi umat Kristen. Dengan adanya sarana dan prasarana yang baik dan memadai maka kehadiran umat Kristiani yang beribadah dan bersekutu akan dapat meraskan kenyaman yang baik pula. Karena dengan adanya kenyamanan, suasana batin pada umat Kristiani yang beribadah dan bersekutu akan menjadi tentram dan damai. Sehingga dalam melakukan peribadahan maupun kegiatan keagamaan Kristiani akan terjalin hubungan yang baik dengan para umat dan Yesus Kristus yang mereka percayai sebagai Tuhan.
1.4 Metode Penelitian Metodelogi Penelitian berasal dari kata “Metode” yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; dan “Logos” yang artinya ilmu atau pengetahuan. Jadi metodelogi artinya cara melakukan sesuatu dengan menggunakan pikiran secara saksama untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan “Penelitian” adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporan. Adapun metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini yaitu: 1.4.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang diperlukan dalam pemecahan permasalahan, yaitu: a.
Pengumpulan Data Primer Pengumpulan data primer merupakan data yang dihasilkan dari pengamatan langsung di lapangan melalui proses observasi wawancara dan kuesioner.
Redesain Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura
4
-
Observasi (pengamatan) Merupakan pengumpulan data berkaitan dengan GKPB Jemaat Philia yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematika hal-hal yang diselidiki. Tempat observasi (pengamatan) yang dilakukan yaitu: 1. GKPB Jemaat Philia di Amlapura 2. GKPB Galang Ning Hyang di Abianbase 3. GKPB Tirta Empul di Kerobokan
-
Wawancara (interview) Merupakan proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan kepada pendeta, majelis, jemaat dan pegawai bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan. Wawancara yang dilakukan mengenai kondisi fisik dan non fisik GKPB Jemaat Philia.
-
Kuesioner (angket) Merupakan metode yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai permasalahan yang ada pada GKPB Jemaat Philia untuk memperoleh data. Kuisioner disebarkan kepada responden (pendeta, majelis, jemaat dan pegawai). Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berkaitan dengan kondisi gedung gereja, kondisi lingkungan, kapasitas gedung, fasilitas-fasilitas pendukung dan kegiatan-kegiatan keagamaan.
b.
Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang tidak diusahakan sendiri oleh peneliti melainkan dibuat atau dikumpulkan oleh pihak lain, tetapi masih dapat digunkan untuk kepentingan penelitian dalam pemecahan topik permasalahan. Data yang dimaksud berupa studi literatur yang bersumber dari media cetak dan internet.
Redesain Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura
5
1.4.2 Teknik Pembahasan Pada tahap pembahasan ini dilakukan berdasarkan teori, studi banding, survey lokasi dan konsep dasar yang menjadi pedoman dalam melakukan analisis program tapak dan program ruang.
1.4.3 Teknik Penarikan Kesimpulan Dari pembahasan yang sudah dilakukan maka akan mendapatkan bahan untuk diambil kesimpulan dari Redesain Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura dalam bentuk konsep perancangan arsitektur baik perancangan tapak maupun perancangan bangunan.
1.5 Pemahaman Terhadap Redesain GKPB Jemaat Philia di Amlapura Kata Re-desain berasal dari Re dan Design, dimana kata Re artinya ulang atau terlahir kembali, sedangkan kata Design artinya penataan, tatanan, perancangan. Arti dari Gedung Gereja terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Gedung dan Gereja. “Gedung berarti tempat untuk mewadahi kegiatan”, sedangkan “Gereja adalah persekutuan orang-orang kudus yaitu jemaat Kristen yang percaya dan mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan”. Sehingga Gedung Gereja berarti wadah tempat berkumpul jemaat Krsiten untuk beribadah dan bersekutu. Gereja : Persekutuan orang-orang kudus yang percaya dan mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan
Gedung : Wadah kegiatan
Gedung Gereja : Wadah tempat berkumpulnya jemaat Kristen untuk bersekutu dan beribadah
Sumber: Wawancara dengan Pdt. I Wayan Dedy, S.Th selaku gembala jemaat GKPB Philia.
Redesain Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura
6
Dengan demikian, pengertian redesain Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura adalah merancang kembali seluruh bangunan gedung beserta fasilitas penunjangnya dengan cara yang berbeda dari apa yang telah ada sebelumnya, yang dipergunakan oleh umat Kristen yang berdomisili di Amlapura dan sekitarnya untuk beribadah dan bersekutu dibawah naungan Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB).
Redesain Gereja Kristen Protestan di Bali (GKPB) Jemaat Philia di Amlapura
7