BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Kawat bronjong merupakan salah satu material yang saat ini banyak
dimanfaatkan untuk kebutuhan konstruksi terutama untuk konstruksi perkuatan, misalnya untuk perkuatan tebing tanah maupun tepi sungai. Bangunan bronjong adalah bangunan struktur yang tidak kaku yang dapat menahan gerakan baik vertikal maupun horizontal dan apabila runtuh masih dapat digunakan lagi. Selain itu bronjong mempunyai sifat yang lolos terhadap air, sehingga air dapat terus lewat sementara pergerakan tanah dapat ditahan oleh bronjong. Bronjong dapat dipergunakan untuk berbagai kebutuhan konstruksi antara lain melindungi dan memperkuat tebing tanah, baik lereng sungai maupun lereng tanggul, menjaga tepi sungai terhadap arus aliran air dan usaha menjauhkan arus aliran air dari tepi sungai yang merusak tebing-tebingnya, membuat check dam untuk menangkap sedimen, dan lain sebagainya. Salah satu kegunaan dari bronjong yaitu dapat digunakan untuk membuat check dam, bangunan check dam dari bronjong ini dapat didesain dan dibangun sebagai bendung tetap, bendung gerak, atau kombinasinya, dan harus dapat berfungsi untuk mengendalikan aliran dan muatan di sungai sebagaimana dijelaskan dalam Standar Nasional Indonesia 03-2401-1991 tentang pedoman perencanaan hidrologi dan hiraulik untuk bangunan sungai. Definisi check dam menurut buku Irigasi dan Bangunan Air oleh Sidharta (1997) adalah bangunan yang berfungsi menampung dan atau menahan sedimen dalam jangka waktu sementara atau tetap, dan harus tetap melewatkan aliran air baik melalui mercu maupun tubuh bangunan. Check dam juga digunakan untuk mengatur kemiringan dasar saluran drainase sehingga mencegah terjadinya penggerusan dasar yang membahayakan stabilitas saluran drainase.
Fungsi utama dari check dam adalah untuk menahan atau menangkap sedimen tetapi tetap mengalirkan airnya dan untuk mengendalikan aliran, dan geometri sungai sehingga air dapat dimanfaatkan secara aman, efisien, dan optimal (Mawardi & Memet, 2010). Karena pentingnya fungsi dari check dam tersebut maka diperlukan struktur check dam yang kuat dan kokoh. Pada penelitian kali ini digunakan bronjong sebagai bahan utama check dam untuk menahan sedimen yang terdapat pada aliran debris. Aliran debris adalah aliran air sungai dengan konsentrasi sedimen tinggi pada sungai dengan kemiringan sangat curam. Aliran sungai ini seringkali membawa batu-batu besar dan batang-batang pohon. Aliran debris meluncur dengan kecepatan tinggi, memiliki kemampuan daya rusak yang besar, sehingga mengancam kehidupan manusia, menimbulkan kerugian harta dan benda serta kerusakan lingkungan. Material sedimen yang dibawa aliran debris bisa berasal dari letusan gunung berapi maupun material longsoran bukit atau tebing di bagian hulu. Sebagai kawasan dengan tingkat kerawanan terhadap bencana aliran debris cukup tinggi, Indonesia harus siap menerima kenyataan ini. Hal ini disebabkan oleh kondisi geologis yang kompleks, topografi yang tidak datar, curah hujan tinggi, banyak gunung api aktif, dan bukit dan lereng yang tidak stabil. Penggunaan bronjong kawat sebagai check dam penahan sedimen ini memiliki beberapa keunggulan karena bronjong kawat ini merupakan bangunan yang tidak kaku, oleh karena itu bronjong dapat menahan gerakan baik vertikal maupun horizontal dan apabila runtuh masih bisa dimanfaatkan lagi dengan perbaikan yang relatif murah dan mudah dibandingkan dengan bangunan penahan sedimen yang menggunakan konstruksi sabo yaitu bangunan bendung yang menggunakan bahan dasar beton. Selain itu dalam proses pengaplikasian bronjong pun tidak terlalu sulit, serta bronjong kawat ini memiliki kekuatan yang cukup baik. Melihat banyaknya kelebihan dari kawat struktur bronjong maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kekuatan kawat struktur bronjong yang akan digunakan sebagai check dam untuk menahan sedimen alternatif dari konstruksi sabo yang rusak akibat aliran lahar dingin Merapi.
1.2
Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh beban berulang akibat sedimen terhadap kawat bronjong check dam. 2. Bagaimana karakteristik tegangan dan regangan kawat bronjong check dam akibat beban dari sedimen. 3. Bagaimana mendapatkan nilai kekuatan optimum dari pola anyaman bentuk kawat bronjong belah ketupat untuk digunakan sebagai struktur check dam penahan sedimen.
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh beban berulang akibat sedimen pada kawat bronjong check dam. 2. Untuk mengetahui karakteristik tegangan dan regangan kawat bronjong check dam akibat beban dari sedimen. 3. Untuk mengetahui nilai kekuatan optimum dari pola anyaman bentuk kawat bronjong belah ketupat untuk digunakan sebagai struktur check dam penahan sedimen.
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam pembangunan
check dam dengan menggunakan kawat bronjong sebagai alternatif pengganti konstruksi sabo yang relatif lebih mahal dan sulit dalam proses pengerjaannya, dengan kekuatan yang optimal terutama untuk menahan sedimen.
1.5
Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan dengan pengujian laboratorium dengan batasan
masalah yang diteliti sebagai berikut : 1. Pengujian bahan kawat bronjong dilakukan di laboratorium meliputi pengujian tarik. 2. Pengujian benda uji struktur kawat bronjong dilakukan di laboratorium meliputi uji tumbuk dan/atau uji pembebanan berulang berupa beban jatuh bebas. 3. Kawat yang digunakan adalah kawat galvanis dengan pola anyaman belah ketupat dengan diameter kawat bronjong 3.4 mm.
1.6
Keaslian Penelitian Penelitian tentang penggunaan kawat struktur bronjong sudah pernah
dilakukan. Beberapa diantaranya adalah : 1. Murri (2014) melakukan penelitian mengenai “Analisis Stabilitas Lereng Dengan Pemasangan Bronjong (Studi Kasus di Sungai Gajah Putih, Surakarta)”, dengan pemasangan bronjong dapat berfungsi memperkuat kaki lereng terhadap bahaya longsor maupun gerusan akibat arus sungai. Selain itu, bronjong dapat menahan erosi tanah yang terjadi pada lereng. 2. Olga (2013) melakukan penelitian mengenai “Analisis Stabilitas Struktur Pelindung Pantai Batu Bronjong” 3. Rosihun (2011) melakukan penelitian mengenai “Analisis Stabilitas Talud Bronjong UIN Kalijaga Yogyakarta”. Penelitian ini menganalisis stabilititas dinding penahan tanah/Talud Bronjong pada Sungai Gadjah Wong UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 4. Penelitian mengenai stabilitas bangunan yang menggunakan bronjong juga telah diteliti oleh Ramli dan Karasu (2013), dengan judul penelitian “The Stability of Gabion Walls for Earth Retaining Structures”. 5. Selain mengenai stabilitas kawat struktur bronjong, penelitian mengenai bahan pengisi struktur dinding penahan bronjong juga pernah dilakukan oleh Beena (2009), dengan judul penelitian “Gabion Retaining walls with
Alternate Fill Materials” dalam penelitian ini Beena mengkombinasikan 60% bahan pengisi kawat bronjong yang biasa digunakan dengan bahan pengisi alternatif. 6. Dari penelitian sebelumnya, belum pernah dilakukan penelitian mengenai kawat struktur bronjong dengan bentuk dan bahan pengisi yang memiliki stabilitas yang baik untuk bendung penahan air.