BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku yang relatif. Dalam proses ini perubahan tidak terjadi secara sekaligus tetapi terjadi secara bertahap tergantung pada faktor - faktor pendukung belajar yang mempengaruhi siswa. Faktor -faktor ini umumnya dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern berhubungan dengan segala sesuatu yang ada pada diri siswa yang menunjang pembelajaran, seperti inteligensi, bakat, kemampuan motorik pancaindra dan skema berpikir. Faktor ekstern merupakan segala sesuatu yang berasal dari luar diri siswa yang mengkondisikannya dalam pembelajaran, seperti pengalaman, lingkungan sosial, model belajar - mengajar, strategi belajar - mengajar, fasilitas belajar dan dedikasi guru. Keberhasilannya memungkinkannya
mencapai untuk
suatu
tahap
hasil
belajar
belajar
lebih
lancar
dalam
mencapai tahap selanjutnya. Secara umum prestasi belajar siswa
ditentukan
oleh
kemampuan
kognitifnya
dalam
memahami sebaran materi pelajaran yang telah ditentukan. Praktek pembelajaran yang terjadi di sebagian besar sekolah selama ini cenderung pada pembelajaran berpusat pada guru (teacher oriented). Guru menyampaikan materi 1
pelajaran
dengan
menggunakan
model
ceramah
atau
ekspositori sementara siswa mencatatnya pada buku catatan. Begitu pula dalam pembelajaran matematika, pembelajaran sering dianggap sebagai proses penyampaian fakta, materi, baik rumus maupun contoh soal kepada siswa. Siswa akan dianggap berhasil dalam belajar apabila mampu mengingat banyak fakta, materi (rumus, contoh soal) dan mampu menyampaikan
kembali
fakta-fakta
dan
materi
tersebut
kepada orang lain atau menggunakannya untuk menjawab soal-soal dalam ujian. Hiebert & Carpenter (1992) menyatakan bahwa salah satu komponen dari penalaran matematika adalah
kemampuan
melihat
keterkaitan
antara
ide
matematika dan menerapkannya dalam pemahaman lanjutan atau penyelesaian masalah. Kemampuan untuk mengamati berbagai tertentu,
model
penyelesaian,
kemudian
atas
menirunya,
suatu
dan
permasalahan
diakhiri
dengan
memodifikasinya. Bagi siswa Sekolah Dasar mereka masih memiliki kesulitan dalam memahami konsep pelajaran matematika. Sehingga hal ini membuat siswa
SD cenderung memiliki
kebiasaan meniru segala kegiatan yang ada di sekitar ketika tidak ada aturan-aturan yang membatasi mereka. Contohnya adalah ketika seorang guru bertanya kepada seorang siswa “apa yang kalian lakukan setelah pulang dari sekolah?” seorang siswa menjawab “membantu orang tua” dari jawaban tersebut anak yang lain akan cenderung meniru jawaban dari teman sebelumnya. Padahal belum tentu mereka membantu 2
orang tua, mungkin bermaian atau melakuakan kegiatan lainnya. Begitu juga dalam pembelajaran matematika, ketika seorang anak menjawab sebuah soal matematika dengan cara A dan anak lain pun akan mengikutinya karana mereka mereka menganggap cara A adalah cara terbaik selama guru tidak membatasinya. Bersumber dari permasalahan yang dialami
oleh
menawarkan
siswa model
tersebut, Penemuan
maka
penulis
terbimbing
mencoba
dan
model
pemecahan masalah untuk menyelesaikan suatu soal atau permasalahan
dalam
matematika.
Model
Penemuan
Terbimbing adalah model pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaanya dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjukpetunjuk guru. Petunjuk diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing (Ali, 2004: 87). Sebuah model pembelajaran dimana siswa dihadapkan untuk menyelidiki dan menarik kesimpulan. Sedangkan menurut Markaban (2006: 9), belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model penemuan terbimbing adalah model pembelajaran yang dimana siswa berpikir aktif secara mandiri sehingga dapat ”menemukan” hasil yang diinginkan dengan bimbingan dan tuntunan dari guru berupa pertanyaan yang mengarahkan dalam penyelesaian sebuah soal matematika.
3
Suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi peserta didik, apalagi dalam matematika. Model kedua yang akan di gunakan oleh penulis adalah model pemecahan masalah Namun semua itu tergantung kepada setiap individu peserta
didik
dan
waktu.
Hudoyo
dan
Sutawidjaya
(1996/1997: 189) menyatakan bahwa pemecahan masalah dapat diartikan sebagai penggunaan matematika baik untuk matematika itu sendiri maupun aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari dan llmu pengetahuan yang lain secara kreatif untuk menyelesaikan masalah-masalah yang belum diketahui penyelesaiannya atau pun masalah-masalah yang belum dikenal. Sedangkan Branca (1980: 3) mengemukakan bahwa kegiatan - kegiatan yang diklasifikasikan sebagai pemecahan
masalah
dalam
matematika
diataranya
menyelesaikan soal cerita dalam buku teks, menyelesaikan soal - soal tidak rutin atau memecahkan masalah teka - teki, penerapan matematika pada masalah yang dihadapi dalam kehidupan
nyata.
Maka
penulis
menyimpulkan
bahwa
pembelajaran dengan pemecahan masalah dalam matematika merupakan
proses
pencarian
jalan
keluar
dengan
pemanfaatan aplikasi matematika yang ada baik untuk menyelesaikan sebuah soal atau yang berkaitan dengan kehidupan sehari - hari. Dari kedua model yang akan dipakai penulis masih memiliki
kendala,
untuk
model
penemuan
terbimbing
memiliki kendalanya antara lain: untuk materi tertentu, waktu yang terpakai lebih lama, tidak semua topik dapat 4
disampaikan dengan model ini. Sedangkan kendala untuk model pemecahan masalah adalah kendala dalam memahami materi pelajaran pada penggunaan kendala
dalam
rumus,
serta
komputasi
menganalisis kendala
atau
konsep dan prinsip,
soal
dalam
menghitung.
dan
aspek Adapun
mengaplikasikan prasyarat kesulitan
pada belajar
tersebut sulit diidentifikasi dan bersifat abstrak, sehingga akan berdampak pada kendala siswa dalam menyelesaikan pemecahan
masalah
mempengaruhi
yang
pada
keberhasilan
akhirnya
pembelajaran.
akan
Dari
latar
belakang permasalahan yang dihadapi siswa tersebut, penulis tertarik
untuk
menerapkan
dua
model
pembelajaran
matematika di SDN Kutowinangun 12 dan SDN Kutowinangun 03 Salatiga. Dua model pembelajaran tersebut adalah Model Penemuan terbimbing dan Model pemecahan masalah. Dalam penerapan kedua model ini penulis menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Pendekatan ini merupakan sebuah
pendekatan
yang
meliputi
masalah,
mencari
masalah
dan
persoalan
dalam
matematika.
aktivitas
pemecahan
mengorganisasi
Gravemeijer
pokok
(1994:
82)
mengungkapkan bahwa “Realistic mathematics education is rooted in Freudenthal’s interpretation of mathematics as an activity”, yang berarti bahwa pendidikan matematika realistik dikembangkan menyatakan
berdasar
pandangan
matematika
sebagai
Freudenthal suatu
yang
aktivitas.
Pembelajaran matematika juga dapat diartikan bekerja dengan matematika
dan
pemecahan
masalah
dalam
kehidupan 5
sehari-hari. Pembelajaran matematika dengan pendekatan PMR
lebih
ditekankan
mengembangkan
kepada
siswa
kemampuan
agar
dapat
informalnya
lebih dalam
pengetahuannya tentang matematika. Sehingga siswa dapat mengeluarkan
ide-ide
menyelesaikan
sebuah
atau problem
gagasan yang
baru
dalam
berkaitan
dengan
matematika. Pada
proses
pembelajaran
dengan
pendekatan
matematika realistik lebih menekankan pada konsepsi yang sudah dikenal oleh siswa. Setiap siswa mempunyai konsep awal tentang ide - ide matematika. Setelah siswa terlibat secara bermakna dalam proses belajar, maka proses tersebut dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi. Pada proses pembentukan pengetahuan baru tersebut, siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri. Peran guru hanya fasilitator belajar. Idealnya, guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif. Guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya, dan secara aktif membantu siswa dalam menafsirkan persoalan real. Upaya menjadikan siswa lebih aktif dapat diwujudkan dengan cara mengoptimalkan keikutsertaan unsur-unsur proses belajar mengajar. Pengoptimalan seluruh siswa dalam proses pembelajaran sangat terkait dengan bagaimana siswa merespon setiap persoalan yang dimunculkan guru dalam kelas, baik respon secara lisan, tertulis atau bentuk-bentuk 6
representasi lain seperti demonstrasi. Selain itu, untuk mengoptimalkan keikutsertaan seluruh siswa juga diperlukan pembelajaran matematika yang kondusif, dalam arti bahwa lingkungan belajar yang kondusif tersebut akan mampu membangkitkan
setiap
siswa
untuk
berpartisipasi
aktif.
Berkomunikasi secara sistematis dan efisien yang “dilatih” melalui pembelajaran matematika realistik, dan dikondisikan dalam sebuah pembelajaran matematika, diharapkan dapat menjadi sebuah kebiasaan yang dimiliki siswa dalam belajar di kelas atau kehidupan keseharian mereka. Hal ini tentunya juga akan menumbuh kembangkan kemampuan mereka.
1.2 Perumusan Masalah Adakah perbedaan pengaruh pembelajaran matematika dengan penerapan model Penemuan terbimbing dan model pemecahan masalah menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) terhadap prestasi belajar
siswa
SDN
Kutowinangun
12
dan
SDN
Kutowinangun 03 Salatiga?
1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui matematika
perbedaan dengan
pengaruh
penerapan
pembelajaran
model
Penemuan
terbimbing dan model pemecahan masalah menggunakan pendekatan
Pendidikan
Matematika
Realistik
(PMR)
terhadap prestasi belajar siswa SDN Kutowinangun 12 dan SDN Kutowinangun 03 Salatiga. 7
1.4 Batasan Masalah Penelitian yang dilakukan penulis kemungkinan akan banyak
berkembang
kemudian,
oleh
permasalahan, pembelajaran
faktor-faktor
karena
yaitu
itu
tentang
matematika
yang
peneliti “perbedaan
dengan
muncul
di
membatasi pengaruh
penerapan
model
Penemuan terbimbing dan model pemecahan masalah menggunakan
pendekatan
Pendidikan
Matematika
Realistik (PMR) terhadap prestasi belajar siswa SDN Kutowinangun 12 dan SDN Kutowinangun 03 Salatiga”.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Pelaksanaan penelitian tentu diharapkan memiliki manfaat. Sehingga manfaat teoritis yang diharapkan dalam penelitian ini antara lain : a). Dapat memperkaya konsep atau teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan tentang pembelajaran matematika, dengan menggunakan
model
penemuan
terbimbing
dan
pemecahan masalah, b). sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru dalam pemahaman konsep-konsep dalam mata pelajaran matematika.
8
1.5.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: a) Bagi
guru,
dengan
penelitian
ini
bagi
guru
diharapkan dapat lebih meningkatkan prestasi hasil belajar
siswa
dengan
memanfaatkan
model
pembelajaran penemuan terbimbing dan
model
pemecahan masalah. b) Bagi
siswa,
dengan
penerapan
kedua
model
pembelajaran ini, diharapkan dapat membantu siswa
lebih
memahami
konsep
konsep
pembelajaran, matematika khususnya dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
9