BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan ini terdiri dari alasan pemilihan judul dalam latar belakang yang dilengkapi dengan fakta-fakta pendukungnya yang mendasari penulisan topik pada kajian seminar tugas akhir ini. Selanjutnya dijelaskan rumusan masalah berisikan masalah yang diidentifikasi, tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini, teknik penulisan.
1.1 LATAR BELAKANG Bangunan multifungsi atau istilah asingnya disebut “mixed-use building” yang menjadi tren property pada masa kini. Diciptakan bangunan miltifungsi (mixed-use building) dapat meningkatkan kemajuan pada suatu daerah baik dalam sektor ekonomi maupun pariwisata. Bangunan multifungsi (Mixeduse building) mengacu kepada kombinasi fungsi retail/komersial, apertemen atau pelayanan publik digabungkan dengan fungsi hotel dalam satu bangunan atau dalam satu site (indonesiadesign, 2004). Secara sangat sederhana memang cukup dikatakan sebagai ruang luas yang menampung berapa fungsi seperti mall dan hotel yang dikombinasikan dalam satu bangunan atau dua fungsi atau lebih dalam satu tapak. Bangunan multifungsi (mixeduse building) Idealnya dikembangkan pada daerah perkotaan maupun daerah straegis pariwisata merupakan daerah yang banyak dikunjungi wisatawan dunia. Bangunan multi fungsi diciptakan dengan sekala luas, namun tidak merusak lingkungan sekitar tapak. Keberadaan bangunan multifungsi pada suatu daerah, dapat meningkatkan perekonomian daerah dan sekaligus mampu menjadi fasilitas pendukung kawasan strategis pariwisata untuk wsatawan yang berwisata pada suatu daerah. Pada umumnya bangunan multifungsi (mixed-use building) mengacu pada penggabungan fungsi pelayanan publik dengan fungsi akomondasi dan fungsi perumahan dan fungsi perkantoran (wisma, karya dan suka). Sefesifiknya, bangunan multi fungsi (mixed-use building) pada suatu kawasan strategis pariwisata mengacu pada penggabungan fungsi suka yaitu pelayanan fublik
1
berupa shoping mall dan fungsi wisma yang berorientasi pada fasilitas akomondasi berupa hotel, karena sasaranya adalah wisatawan yang mengunjungi daerah wisata. Bangunan multi fungsi (mixed-use building) di dunia sudah banyak dikembangkan di kota-kota besar maupun di daerah strategis pariwisata contohnya di Dubai dan Amerika serikat. Perkembangan bangunan multifungsi (mixed-use building) di dunia mulai dikembangkan sejak tahun 1950-an. Tujuan dikembangkan bangunan multifungsi di Negara tersebut umumnya adalah untuk kemajuan sektor ekonomi dan kepariwisataan dunia. Di Indonesia telah berkembang bangunan multifungsi (mixed-use building)sajak tahun 1960. Perkembangan bangunan multi fungsi di Indonesia dipengaruhi oleh kesembrawutan tata ruang sehingga memerlukan alternatif untuk memperbaiki tata ruang yaitu dikembangkannya bangunan yang berkonsep mixed-use development . Selain itu menunjukan suatu bentuk kemajuan ekonomi pada suatu Negara dan meningkatkan kualitas visual lingkungan. Pada saat ini perkembangan bangunan multifungsi (mixed-use building) di Indonesia sudah cukup banyak baik di pusat ibukota Indonesia yaitu
Jakarta maupun di kota-kota besar yang terdapat di
Indonesia. Di kota-kota besar seperti Jakarta sudah terdapat mixed-use building seperti wisma nusantara-hotel niko, plaza Indonesia-ex, center-grand hayatt. Disediakan
fasilitas
tersebut
mampu
mempermudah
jangkauan
kegiatan
perekonomian pada suatu daerah. Di Bali, sudah ada fasilitas yang berkonsep mixed-use development baik sekala kawasan maupun bangunan. Contoh bangunan multifunsi di Bali adalah beach walk dan sheraton hotel merupakan penggabungkan dua fungsi menjadi satu bangunan. Namun ada sinergi pada setiap ruang yang dihubungkan dengan sirkulasi yang luas dan terbuka. Pembangunan bangunan multifungsi di Bali mengarah pada sektor pariwisata yang tentunya di bangun pada daerah strategis pariwisata seperti pada kawasan pariwisata Kuta, Kabupaten Badung. Pengembangan sektor pariwisata di Bali tumbuh dengan pesat sejak tahun 1990-an. Pembangunan sektor pariwisata di Bali tumbuh seiring adanya peningkatan wisatawan yang berkunjung ke Bali, karena tujuannya untuk menikmati keindahan alam dan seni budaya yang khas. Keindahan alam dan seni budayanya, sehingga Bali mendapatkan julukan “Bali is the last Paradise”. Perkembangan pembangunan sektor pariwisata di Bali, sampai saat ini meningkat pesat karena adanya ledakan jumlah wisatawan berkunjung ke Bali. Perekonomian terus meningkat sehingga memancing touris dan investor untuk datang 2
ke Bali. Dengan adanya peningkatan jumlah wisatawan tentu disediakan fasilitas pendukungnya berupa fasilitas komersil baik fasilitas akomondasi dan fasilitas Publik lainnya. Pembangunan sektor pariwisata berorientasi pada daerah Bali selatan (Kabupaten badung dan kota Denpasar). Pada sisi lain, pertumbuhan perekonomian yang sangat pesat, adanya wisata alam yang menarik, budaya Bali yang khas, peninkatan lapangan pekerjaan sehingga masyarakat dalam berbagai kalangan datang dan bekerja. Adanya peningkatan penduduk dan wisatawan ke bali selatan sehingga diperlukan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan wisatawan yang berkunjung. Peningkatan pembangunan yang terdapat pada daerah Bali pada saat ini ternyata tidak se ide-al bayangan orang pada masa lalu. Kini Bali berujung pada permasalahan tata ruang yang tidak ideal dan tidak terjadi keseimbangan pembangunan pada daerah Bali pada setiap sudut. Masalah tersebut berkembang pada daerah Bali selatan (Kabupaten Badung dan Kota Denpasar). Cara mengatasi perkembangan masalah tersebut maka perlu
dilakukan
program
pemerataan
pembangunan,
tujuannya
untuk
memproduktifkan daerah yang baru berkembang maupun yang belum berkembang. daerah yang perlu di produktifkan terutama berada pada kawasan strategis pariwisata seperti pada kawasan strategis pariwisata Lovina yang terdapat di Kabupaten Buleleng. Dengan adanya program pemerataan pembangunan maka terjadinya keharmonisan pembangunan tata ruang Bali. Kabupaten Buleleng
perlu dikembangkan dan diproduktifkan
pada sektor
pariwisata, dengan demikian mampu meningkatkan perekonomian sehingga mampu memancing orang untuk datang ke daerah Bali Utara. Namun pambangunan sektor pariwisata Kabupaten Buleleng harus disesuaikan dengan
peraturan tata ruang
Kabupaten Buleleng, supaya untuk kedepan tidak terjadi permasalahan Tata ruang yang menimbulknan kesembrawutan.
Kabupaten Buleleng merupakan Kabupeten
terluas dan memiliki daerah strategis pariwisata yaitu kawasan Lovina yang merupakan tonggak awal pengembangan kawasan strategis pariwisata di Kabupaten Buleleng. Selain berkembangnya kawasan strategis pariwisata, tentunya Kabupaten Buleleng memiliki keindahan alam dan budaya Bali yang khas, sehingga sangat potensial menarik wisatawan dunia untuk datang ke Buleleng. Jumlah wisatawan yang datang ke Kabupaten Buleleng pada tahun 2013 mencapai 666.829 atau setiap tahunnya berkembang 10,33% (Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Buleleng, 2014).
Wisatawan yang datang ke Kabupaten 3
Buleleng sudah mengalami perkembangan, tetapi kalau dibandingkan dengan Bali selatan jauh lebih sedikit wisatawan yang datang ke Kabupaten Buleleng. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan
ke Kabupaten Buleleng, maka perlu dilakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan wisatawan dunia dan direncanakan
sebuah
alternatif untuk menarik minat wisatawan yang datang ke Kabupaten Buleleng. Alternatif yang direncanakan berupa menambah pengembangan pembangunan sektor pariwisata berupa adanya fasilitas komersil berupa bangunan multifungsi (mixed-use Building). Pembangunan sektor itu akan mampu meningkatkan lapangan pekerjaan pada bidang pariwisata yang kini banyak di minati oleh masyarakat Bali. Pendidikan pada bidang ini sudah berkembang di Kabupaten Buleleng baik dari tingkat smk maupun sekolah tinggi. Sumber daya manusia yang dihasilkan sudah cukup banyak, sehingga sangat potensial dikembangkan fasilitas komersial sebagai penunnjang kawasan pariwisata. Pembangunan mixed-use building berorientasi pada sektor pariwisata yaitu fungsi resort hotel berbintang digabung menjadi satu kesatuan dengan mall. Dalam penciptaan bangunan, harus ada sinergi antar bangunan hotel dengan bangunan mall. Ketinggian bangunan disesuaikan dengan lingkungan sekitar dan perda, tujuannya utuk keserasian dan keharmonisan arsitektur. Pembangunan bangunan multifungsi (mixed-use Building) diciptakan pada daerah strategis pariwisata yaitu Kawasan Lovina. Ijin untuk mendirikan bangunan tersebut sudah ada, namun belum tersedianya fasilitas tersebut. Tersedianya fasilitas tersebut nantinya akan mampu menarik minat orang untuk datang ke Kabupaten Buleleng. Relevannya wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Buleleng utamanya melihat wisata alam dan budayanya. Dengan demikian perlu dibuatkan sebuah banguan multifungsi yang mampu mewadahi wisatawan baik menginap maupun berekreasi. Pembangunan fasilitas disesuaikan dengan lokasi yang sudah di tentukan yaitu daerah strategis pariwsata Lovina. Tujuan di rencanakan bangunan multifungsi di Kabupaten Buleleng adalah untuk menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Kabupaten Buleleng, serta menjadi bangunan percontohan fasilitas pendukung. Tujuan fisik tentunya akan mampu menambah nilai visual yang baik. Namun semua itu konsisten dengan peraturan tata ruang yang telah dibuat, baik KDB,GSB,KLB. Pembangunan Mixed-Use Building yang mengacu pada sektor pariwisata diharapkan menjadi percontohan dan permodelan fasilitas di daerah pariwisata di masa depan dengan mengaplikasikan nilai-nilai nusantara pada perancangan. Dengan demikian akan mampu meningkatkan produktivitas kawasan 4
pariwisata yang datang ke Kabupaten Buleleng. jadi pada perinsipnya perlu mencari lokasi lain selain di Bali selatan (Denpasar dan Kabupaten Badung) yang orientasinya mendukung pemerataan pembangunan yang terdapat di Bali. Di masa depan diharapkan Bali menjadi sektor pariwisata terbesar dunia, namun tidak meninggalkan betapa pentingnya nilai budaya dan tetap mempertahankan keindahan alamnya.
1.2 RUMUSAN MASALAH Penulis merumuskan masalah yang muncul dan melatarbelakangi penulisan seminar tugas akhir ini. Pada rumusan masalah ini nantinya akan dibahas dan dicari solosinya. Pemecahan masalah disesuaikan dengan kuantitas masalah. Berikut merupakan rumusan masalah, diantaranya: 1.2.1 Fasilitas apa saja yang diperlukan pada bangunan Mixed-use Building yang mewadahi wisatawan dunia? 1.2.2 Dimana idealnya bangunan mixed-use building dikembangkan sebagai fasilitas yang orientasinya pada sektor pariwisata? 1.2.3 Bagaimana kereteria perancangan mixed-use building di kawasan strategis pariwisata Lovina? 1.2.4 Bagaimana konsep perancangan Mixed-use Building, yang dapat dikatakan ideal sesuai konteks lokasi dan civitas, namun tetap selaras dengan arsitektur setempat? 1.2.5 Bagaimana mengaplikasikan konsep berbasis nisantara pada pada bangunan Mixed -use Building?
1.3 TUJUAN Perancangan bangunan mixed-use Building memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pada pembangunan bangunan Mixed-Use Building yang diharapkan adalah: 1.3.1 Konsep perancangan mixed- use building dapat menjadi alternative pengembangan fasilitas di kabupaten buleleng 1.3.2 Pengembangan mixed-use bulding yang yang berorientasi pada sektor pariwisata diharapkan bisa menjadi pecontohan bangunan komersil sebagai pendukung kawasan wisata di masa depan
5
1.3.3 Adanya sebuah wacana mengenai pemerataan pembanguanan, maka dengan dikembangkan
fasilitas
ini
akan
mampu
mendukung
pemerataan
pembangunan utamanya pada sektor pariwisata 1.3.4 Tujuan
dikembangkan
Mixed-Use
Building
adalah
membangkitkan
produktivitas kawasan strategis pariwisata lovina, Kabupaten Buleleng. dalam mencapai tujuan umum tersebut terdapat juga tujuan-tujuan khusus pada perancangan Mixed-Use Building diantaranya: A. Menentukan fasilitas pada perancangan bangunan Mixed-Use Building, B. Menentukan site atau tata letak ideal perancangan Mixed-Use Building, C. Menentukan program yang dilihat dari jenis dan peruses kegiatan civitas pada bangunan Mixed-Use Building, D. Menentukan konsep perancangan secara umum pada site dan khusus pada bangunan, E. Menerapkan nilai nusantara pada perancangan.
1.4 METODE PENULISAN Dalam teknik penulisan ada tiga tahap diantaranya, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik penyimpulan data, penjelasanya sebagai berikut: 1.4.1 Teknik Pengumpulan Data A. Mencari data, literature, dan mentabulasikannya a.
Data sesuai lingkup perancangan dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti media cetak, media elektronik, literature. Studi kasus peroyek sejenis. Data yang sudah terkumpul dan terhimpun kemudian ditabulasikan secara ilmiah.
b. a)
Data terdiri dari data perimer dan data sekunder, berikut penjabarannya: Data perimer, data yang dihimpun secara langsung oleh penulis melalui observasi
lapangan,
foto,
dan
kutipan
spesifikasi
dari
peroduk
pengembangan proyek Mixed-Use Building. b) Data sekunder, merupakan data yang dihimpun secara tidak langsung untuk memperkuat tulisan. Data sekunder meliputi, data dari internet/website, media elektronik, interpretasi maupun simpulan penulis.
6
1.4.2 Teknik Analisis Data A. Mengkaji sumber data ( analisis) a. Data yang sudah terhimpun kemudian dianalisis sesuai konteks dan sesuai dengan teori arsitektur b. Analisis terhadap data dibagi menjadi dua yaitu kualitatif dan kuantitatif. Berikut penjabarannya: a) Kualitatif, analisis kualitatif merupakan data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung atau angka yang dirumuskan. Penelitian
kualitatif
merupakan
suatu
peruses
penyelidikan,
yang
menggabungkan data-data utama dan sekaligus data tambahannya. Analisa data melalui proses deskriptif dan kemudian diteransformasikan ke dalam sekala yang mudah di mengerti, seperti dalam bentuk diagram dan sekema b) Kuantitatif, analisis kuantitatif analisis terhadap semua data yang dapat diukur dan dinyatakan dalam angka-angka, kuantitatif bersifat penilaian obyektif terhadap suatu masalah, pengambilan keputusan menggunakan model matematika dengan menghitung dan menjabarkan tabel atau diagram.
1.4.3 Teknik Penyimpulan Data A. Memperoleh sintesa, membuat program, dan membuat konsep a. Hasil analisis data kemudian dikembangkan ketahap sintesis yaitu studi perancangan arsitektur untuk menjadi spesifik dan dapat dilanjutkan ketahap pemprograman dan ditraspormasikan menjadi konsep desain perancangan mixed use building. B. Menarik kesimpulan dan solusi yang berwujud konsep usulan desain sesuai konteks. a. kesimpulan dan solusi dihasilkan melalui perwujudan konsep usulan desain dari hasil transformasi konsep.
7
1.5 METODOLOGI PERANCANGAN 1.5.1 Model Metodologi Perancangan Perancangan bangunan multifungsi (mixed-use building) di Kawasan Lovina, kabupaten Buleleng, menggunakan metode perancangan campuran (hybrid) merupakan kombinasi metode Glass box dan black box. Berikut penjabaran metodelogi campuran:
A. Metode Glass Box a. Metode glass Box, merupakan meyode pemikiran obyektif dan sistematis dengan pertimbangan penerapan desain yang rasional. Dalam metode ini, berdasarkan fakta dan data yang sudah ada. Metode ini digunakan dalam menyusun sistematika dan data yang dipakai sebagai acuan perancangan, dan analisis secara rasional masalah dalam rancangan yang berdasarkan data nyata yang telah diperoleh. b. Metode black box, merupakan metode pemikiran subnyektif dan bersifat intuitif, penerapannya bilamana ada hal-hal yang susah diteliti dan bagian desain yang membutuhkan interpretasi dan idealime dari perancang.metode ini digunakan untuk mencari bentuk, menyusen detail, dan ornament bangunan dan mencari solusi pembentukan tata bangunan dan lingkungan pada site yang hasilnya berupa layout plan.
1.5.2 Penentuan Gagasan Proyek Dalam pembuatan rancangan arsitektur, langkah pertama yang dilakukan, yaitu pentuan ide atau gagasan berupa judul proyek yang dilengkapai latar belakang pemilihan gagasan tersebut. Proyek yang dipilih sangat berpengaruh terhadap pemilihan teori dan kajian proyek sejenis yang relevan yang terkait dengan judul proyek. Teori yang dikumpulkan akan mampu mendukung judul proyek yang telah dipilih.
1.5.3 Metode,Teknik Pengumpulan Data, Analisi Data Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting terhadap perancangan bangunan. Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan lingkup perencanaan dan perancangan peroyek. Berikut penjabaran pengumpulan data:
8
METODA
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA:
PENCARIAN DATA
PENELITAN AWAL
OBSERVASI MENJELAJAH WAWANCARA TIDAK BERANGKA PENCARIAN KAJIAN PUSTAKA
OBSERVASI LANGSUNG SURVEI DAN PENGUMPULAN DATA
WAWANCARA
ANALISIS DATA
ANALISIS KEGIATA DAN FUNGSI
ANALISI DATA
ANALIS RUANG
KUANTITATIF KUALITATIF
ANALIS RUANG
Data yang sudah terkumpul dan mengkajinya, maka dibuatkan kesimpulan berupa pembuatan spesifikasi umum yang merupakan sintesa dari teori dan fasilitas sejenis yang telah di dapat. Spesifikasi yang dijabarkan berupa hakekat, wadah, dan isi.
1.5.4 Metode Studi Pengadaan Proyek Studi pengadaan yang dianalisis ada dua, yaitu data fisik dan data non fisik, serta membuat strategi rancangan berdasarkan analisi S.W.O.T. kemudian pada akhirnya ditemukan Spesifikasi khusus Rancangan yang akan dipergunakan pemprograman. Dalam analisisnya metode yang dipergunakan adalah metode kualitatif dan 9
kuantitatif. Data yang dikumpulkan berdasarkan fakta, baik dari intansi pemerintah maupun majalah yang menjelaskan tentang lokasi perancangan proyek. Berikut penjabaran pengadaan proyek yang akan di studi: A. Data Fisik Data fisik merupakan data pendukung, berupa keadaan visual lokasi. Data fisik yang dijabarkan ,yaitu: a. Geografi Kawasan, merupakan keadaan tata letak dan batas-batas wilayah Kota atau kawasan Lovina, Kabupaten Buleleng. b. Lingkungan Kabupaten dan Kota, merupakan data mengenai fungsional kota yang menjadi acuan perancangan adalah RTRW, RDTR, dan RBTL. c. Data Klimatologi, merupakan data yang berpengaruh terhadap rancangan bangunan yaitu kondisk iklim, suhu dan kelembaban. d. Tinjauan Peraturan Daerah, merupakan tinjauan yang sangat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan kawasan dan site. Data yang dimaksud adalah KDB (kofisien dasar bangunan), sempadan pantai, rencana ketinggian bangunan, GSB ( Garis Sepadan Bangunan). B. Data Non Fisik data non fisik yang dimaksud pada perancangan adalah, data pendukung yang berkaitan social dan budaya. Penjabaran data fisik, sebagai berikut: a. demografi kawasan, merupakan data kependudukan, yaitu jumlah pengunjung maupun jumlah penduduk di kota atau kawasan b. sosial budaya, merupakan data yang berkaitan dengan kondisi social kemasyarakatan dan kondisi kebudayaan kawasan, tentu akan mampu mendukung rancangan berdasarkan potensi social kemasyarakatan dan kebudayaan Kabupaten, Kota, Maupun Kawasan. c. Ekonomi, data yang menyangkut potensi investasi Kabupaten, Kota, Kawasan. C. Menerapkan Strategi Perancangan Berdasarkan Analisis S.W.O.T Strategi S.W.O.T merupakan strategi yang dipergunakan menganalisis potensi pada kawasan lovina yang berguna untuk perancangan bangunan multi fungsi (mixed-use building) untuk kedepannya. S (potensi) yang terdapat pada kawasan Lovina, W (Hambatan) yang dapat berpengaruh terhadap rancangan, O (peluang) yang ditemukan untuk mendirikan bangunan, T (tantangan) yang dimaksud adalah kondisi social masyarakat, fisik, dan kebudayaan.
10
D. Membuat Spesifikasi Khusus Sefesifikasi khusus merupakan ketentuan-ketentuan yang akan dipergunakan untuk perancangan bangunan multifungsi (mixed-use building) fungsi hotel dan mall. Sfesifikasi yang dijabarkan, sebagau berikut: a. Hakekat, hakekat yang dimaksud adalah pengertian proyek multifungsi, tujuan, lingkup proyek yang diciptakan pada bangunan multi fungsi (mixed-use building). b. Wadah, wadah yang dimaksud adalah fasilitas bangunan multifungsi, kapasitas pada bangunan multifungsi, Pelayanan yang diciptakan pada bangunan multi fungsi ((mixed-use building). c. Isi, yang dimaksud adalah civitas penghuni pada bangunan multi fungsi, pengelola bangunan multifungsi
1.5.5 Metode Pemprograman Pemprograman arsitektur dapat diartikan dari pakar di bidanynya. Sebagai berikut: a. Menurut Mc. Laughlin. Pada kenyataannya pemrograman adalah desain dan merupakan kegiatan analisa untuk mendapatkan kejelasan lebih jauh b. Menurut W.Pena .Pemrograman adalah penelusuran masalah dan pemrograman adalah analisis c. Menurut H.Sanoff .pemrograman merupakan alat untuk berkomunikasi dan juga merupakan metoda pengambilan keputusan, sehingga pemrograman merupakan sistem dari proses desain. d. Menurut Agostini & Preisser. Pemrograman adalah pencarian persoalan dan bukan perancangan (desain), meskipun termasuk bagian kritis dalam proses perancangan- Dari sudut Metodologi Pemrograman merupakan proses yang mengolah dan menterjemahkan secara sistematik, misis dan objective suatu organisasi, kelompok atau individu Dari pengertian diatas dapat disimpulkan pengertian pemprograman adalah Merupakan proses identifikasi & pendefinisian kebutuhan dari suatu proyek dan mengkomunikasikan Pemrograman
dapat
persyaratan-persyaratan membantu
program
penulis/perancang
ke
dalam
desain.
mengumpulkan
dan
mengidentifikasi kebutuhan informasi yang spesifik. Tujuan pemrograman merupakan investigasi dan analisis dari kebutuhan-kebutuhan (data/informasi) untuk proyek. (sifullah, 2013). 11
Peroses pemprogaraman arsitektur, sebagai berikut. (lihat tabel 1.1): Tabel 1.1 Model Proses Pemprograman Arsitektur INFORMASI
INFORMASI
TUJUAN,SASARAN, TIPEKEGIATAN,HUBUNGAN ANTAR KEGIATAN
PERSYARATAN
PROGRAM
PERFORMANSI
RUANG
PERANCANGAN
TINJAUAN LITERATUR
ORGAGANISAS ANALISIS KEGIATAN
E INDIVIDU
V PENDEKA TAN PERFORM ANSI
A INTERAKSI LINGKUNGAN
L
PRILAKU
ANALISIS
U SETING FISIK
RUANG DAN BANGUN AN
A S
KONTEKS
PERANCAN GAN SKEMATIS
I TIPE PROSES
PRA
P.EROGRAM
PROGRAM
PROGRAM
PROGRAM
FUNGSIONAL
PERFORMANSI
ARSITEKTUR
PRA PROGRAM
PEMPROGRAMAN FASILITAS BANGUNAN
Sumber: Penyusunan Program Desain, Universitas Gajah Mada, 2013
A. Pembuatan Tema Tema merupakan suatu ide atau gagasan yang memberikan nuansa dan sifatsifat perancangan berdasarkan potensi-potensi yang telah dipelajari pada Kawasan Lovina. Pendekatan tema perlu dilakukan sebagai dasar konsep perancangan arsitektur bangunan multifungsi dan sebagai program rancangan. Tema dapat berfungsi untuk menciptakan perancangan berbeda dengan yang lainnya dan menciptakan sense of place yang menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan perancangan arsitektur. B. Metode Pemprogram Ruang a. Pemprogram Fungsional Pemrograman Fungsional merupakan suatu tahap penerjemahan secara sistematik misi dan obyektif organisasi, kelompok ( individuals) atau pribadi kedalam hubungan antara kegiatan, personal dan alat. (sifullah, 2013). Peroses pemprograman fungsional, sebagai berikut: a)
Hirarki civitas analisis civitas yang nantinya beraktivitas di dalam ruang Bangunan miltifungsi (mixed-use building). Civitas dapat dikualifikasikan, 12
yaitu pengunjung menginap, pengunjung tidak menginap, pengunjung berekreasa. Berdasarkan jenis civitas dapat dikualifikasikan, yaitu dewasa perempuan, dewasa laki-laki, anak-anak laki-laki, anak-anak perempuan, remaja, usia lanjut, dan pengunjung keterbatasan khusus. b) Aktivitas dan kebutuhan ruang, menganalisis aktivitas dan hasilnya menghasilkan kebutuhan civitas berupa ruang dan peralatan ruang di dalamnya. alur aktivitas civitas, dan menghasilkan kebutuhan, sebagai berikut: civitas
Proses aktivitass
Kebutuhan ruang
Gambar 1.1 alur aktivitas
c. Pemprogram Performansi Pemrograman performansi Merupakan suatu proses yang menerjemahkan secara sistematik kebutuhan calon pemakai, baik organisasi maupun individualis, didalam suatu institusi ,kedalam pernyataan persyaratan karakteristik respon lingkungan binaan dalam terminologi performansi. (sifullah, 2013). d. Pemprogram Arsitektural Merupakan suatu proses yang menerjemahkan secara efektif program fungsional dan pernyataan performansi kedalam spesifikasi rancangan lingkungan. (wahyu, 2013). proses yang digunakan dalam analisis, sebagai berikut: a)
Studi Kapasitas, menentukan kapasitas civitas pada bangunan multifungsi (mixed-use building). Studi kapasitas didasarkan pada spesifikasi khusus yang telah ditentukan. Studi kapasitas didasarkan oleh perhitungan jumlah pengunjung dan penduduk sesuai jangka waktu yang ditentukan, yaitu 10 tahun. Rumus perhitungan jumlah wisatawan dan penduduk, sebagai berikut : Pt = po. (1+r)n Ket : Pt : Jumlah Proyeksi tahun ke –n Po : Jumlah data tahun terakhir r
: rata-rata pertumbuhan
n
: tahun proyeksi
b) Besaran Ruang, analisis besaran ruang didasarkan oleh kebutuhan civitas dan prilaku civitas pada ruang tersebut di dalam ruang tersebut, yang fisiknya berupa furniture. 13
c)
Hubungan, pengondisian ruang berdasarkan keeratan ruang, yaitu erat, semi erat, tidak erat.
d) Organisasi Ruang, mengorganisasikan ruang berdasarkan hubungan ruang yang telah dihasilkan. e)
Sirkulasi Ruang, sirkulasi civitas pada ruang yang tercipta pada bangunan multifungsi (mixed-use building).
C. Metode Pemprogram site/tapak Program site merupakan program pemilihan site/tapak yang akan dipilih untuk perancangan bangunan multifungsi (mixed-use building). Dalam penentuan site tentu melakukan pembobotan yang bertujuan untuk mencari site yang mempunyai potensi lebih untuk pembangunan proyek. Setelah mentikan site yang terpilih, kemudian menganalisis site, yang bertujuan untuk keperluan perancangan bangunan multifungsi (mixed-use building). Site yang terpilih kemudian dianalisis. Kondisi site yang dianalisis, yaitu a). bentuk site, bentuk site didasarkan oleh penyediaan lahan di Kawasan Lovina, jadi akibatnya bentuk site tidak selalu beraturan. Peruntukan lahan provensi untuk pembangunan fasilitas pendukung pariwisata, menggunakan peraturan daerah yaitu mengetahui GSB (Garis Sepadan Bangunan), KDB (Koefisien Dasar Bangunan), KLB (Koefisien Lantai Bangunan), b) Lingkungan, menganalisis lingkungan site, apa saja yang terdapat pada lingkungan site tersebut dan mencari potensi site yang baik untuk perancangan bangunan multifungsi, c) Iklim, menganalisis kecepatan angin, suhu, letak geografis, posisi matahari yang sangat berpengaruh terhadap perancangan bangunan, penerapanya pada fasad, posisi bukaan, orientasi bangunan, material, dan bentuk bangunan, d) kontur tanah, menganalisis kondisi tanah dan kemiringan site yang sangat berpengaruh terhadap rancangan didalam penataan bangunan, e) jenis tanah, mengetahui jenis tanah, yang tentunya sangat berpengaruh terhadap struktur bangunan, f) flora dan fauna, menganalisis potensi plora dan fauna, melakukan analisi yang mana patut dipertahankan dan yang mana boleh dihilangkan/sifatnya mengganggu, g) sirkulasi dan aksesibilitas, analisis sirkulasi dan aksesibilitas yang baik dan mudah untuk menjangkaunya, h) view, menganalisis potensi view yang nantinya mampu menambah nilai investasi dan visual site yang akan memberikan kenyamanan terhadap pengunjung, i) kebisingan, menganalisis kebisingan yang tentunya berpengaruh tehadap perancangan bangunan, j) utilitas, menganalisis utilitas yang sudah ada pada 14
lingkungan site, seperti jaringan telepon, saluran air bersih, jaringan listrik, drainase.
1.5.6 Pembentukan Konsep Arsitektur Konsep arsitektur merupakan gagasan rancangan bangunan yang berguna untuk kehidupan masadepan. Konsep dalam arsitektur dibagi menjadi dua, yaitu Konsep perancangan site, dan konsep perancangan bangunan. Penjabaran konsep arsitektur, dijabarkan sebagai berikut: A. Konsep Perancangan Site Konsep perancangan site merupakan ide atu gagasan untuk menyusun perancangan site dan tata bangunan. Konsep perancangan site dibagi menjadi 7 (tujuh) macam, sebagai berikut: a.
Konsep Zoning Site, melakukan metode pendaerahan pada site yang didasarkan oleh pemprograman ruang.
Metode yang digunakan dalam
penzoningan site adalah meode Buble. b.
Konsep Entrance, menentukan posisi entrance dan membuat bentuk entrance. Dalam mebuat bentuk entrance menggunakan metode black bok, tujuannya mendapatkan bentuk yang indah, namun tetap berfilosofi dan bentuk/tampilan entrance bermakna.
c.
Konsep Pola Masa,menentukan pola masa bangunan dalam site yang sudah dipilih. Pola masa dipengaruhi oleh zonasi dan entrance yang sudah ditentukan.
d.
Konsep Pola Orientasi Masa, merencanakan orientasi masa yang baik dan nyaman bagi pengunjung yang beraktifitas. Konsep orientasi masa dipengaruhi oleh zonasi site, potensi view, dan pola masa bangunan dalam site.
e.
Konsep Sirkulasi Site, merencanakan konsep sirkulasi yang nyaman bagi pengunjung yang akan beraktivitas di dalamnya, baik segi dimensi, pola sirkulasi, maupun penentuan material yang dipilih. Konsep sirkulasi dipengaruhi pola masa, orientasi masa, zoning site.
f.
Konsep Tata Ruang Luar, merencanakan konsep ruang luar yang baik dan mampu menambah kesan visual site. Konsep ruang luar dipengaruhi oleh pola masa, orientasi, zoning site.
15
g.
Konsep Utilitas Site, merencanakan konsep utilitas site, yaitu konsep jaringan telepon, konsep jaringan listrik, konsep saluran air bersih, konsep saluran air kotor, konsep pemadam pada site, konsep pencahayaan ruang luar.
B. Konsep Perancangan Bangunan Konsep perancangan bangunan merupakan ide atu gagasan untuk menyusun perancangan bangunan. Konsep perancangan bangunan dibagi menjadi 7 (tujuh) macam, sebagai berikut: a.
Konsep Zoning Bangunan, melakukan metode pendaerahan pada bangunan yang didasarkan oleh pemprograman ruang. Metode yang digunakan dalam penzoningan site adalah meode Buble.
b.
Konsep Entrance Bangunan, menentukan posisi entrance dan membuat bentuk entrance pada bangunan. Entrance bangunan dipengaruhi oleh zoing bangunan.
c.
Konsep Sirkulasi Banguan, merencanakan konsep sirkulasi yang nyaman bagi pengunjung yang akan beraktivitas di dalamnya, baik segi dimensi, pola sirkulasi, maupun penentuan material yang dipilih. Konsep sirkulasi dipengaruhi pola masa, orientasi masa, zoning bangunan.
d.
Konsep Struktur Bangunan, merencanakan tiga elemen struktur bangunan, yaitu sub struktur, super struktur, dan upper struktur.
e.
Konsep Tampilan Bangunan, merencanakan tampilan bangunan yang sesui dengan lokasi dan kebudayaan Bali. Konsep perancangan tampilan bangunan dipengaruhi oleh peraturan daerah, dan kebudayaan daerah. Dalam pembuatan tampilan bangunan bisa menggunakan metode glass Box, tujuannya untuk mendapatkan konsep yang menarik.
f.
Konsep Ruang Dalam, merencanakan konsep ruang dalam yang menarik dan memiliki nilai-nilai lokalitas Bali. Dalam pembuatan tampilan bangunan bisa menggunakan metode glass Box, tujuannya untuk mendapatkan konsep yang menarik.
g.
Konsep Utilitas Bangunan, merencanakan konsep utilitas bangunan, yaitu konsep jaringan telepon, konsep jaringan listrik, konsep saluran air bersih, konsep saluran air kotor, dan lain-lain.
16