BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman
hayati
merupakan
jutaan
tumbuhan,
hewan
dan
mikroorganisme, termasuk yang mereka miliki, serta ekosistem rumit yang mereka bentuk menjadi lingkungan hidup (World Wildlife Fund dalam Indrawan dkk., 2007). Keanekaragaman hayati dapat digolongkan menjadi tiga tingkat, yaitu, Keanekaragaman spesies, Keanekaragaman genetik, dan
Keanekaragaman
komunitas. Keterangan mengenai Keanekaragaman hayati di dunia ini telah ternukil dalam firman Allah Swt, Al-Qur’an diantaranya sebagai berikut : QS. Al-Baqarah ayat 31. Allah Swt. berfirman:
Artinya : dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orangorang yang benar!" Dari tafsir Ibnu Katsir, As-Saidi mengatakan dari Ibnu Abbas R A sehubungan dengan makna ddari ayat diatas adalah, Bahwasanya Allah Swt, mengajarkan pada Adam nama-nama semua anaknya seorang demi seorang, dan nama seluruh hewan, misalnya ini keledai, ini unta, ini kuda, dan seterusnya. AdDahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa makna firman ini adalah nama-nama yang dikenal oleh manusia misalnya manusia, hewan, langit, bumi, dataran rendah, laut, kuda keledai dan nama mahluk yang serupa lainnya.
1
Pada QS An-Nur, ayat 45 Allah Swt berfirman :
Artinya : dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendakiNya, Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah Swt. Menyebutkan tentang kekuasaannya yang maha sempurna dan pengaruhnya yang maha agung dalam menciptakan mahluknya yang beraneka ragam bentuk, warna dan sepak terjangnya, yang semuanya itu Dia ciptakan dari satu air. Dari beberapa ayat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa al-Quran telah mengisyaratkan keanekaragaman hayati baik itu hewan dan juga tumbuhan, dan penamaaan dari hewan dan tumbuhan (taksonomi). Salah satu keanekaragaman hayati yang penting adalah fauna tanah. Fauna tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup di permukaan tanah maupun yang terdapat di dalam tanah (Suin, 2003). Fauna tanah merupakan salah satu komponen dalam ekosistem tanah yang dapat berperan dalam memperbaiki struktur tanah melalui penurunan berat jenis (bulk density), peningkatan ruang pori, aerasi, drainase, kapasitas penyimpanan air, dekomposisi sisa organik, pencampuranan partikel tanah dan penyebaran mikroba (Hanafiah dkk., 2003). Keterangan mengenai fauna tanah ini dapat dilihat dari firman Allah Swt. Pad QS AsSyura ayat 29 :
2
Artinya :
di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
makhluk-makhluk yang melata yang Dia sebarkan pada keduanya. dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya. Dalam tafsir Al-Misbah karya Prof. Dr. H. Muhammad Quraish Shihab, MA, dinyatakan bahwa ayat ini mengandung makna bahwa Di antara bukti-bukti kekuasaan Allah dalam mencipta segala seuatu, adalah penciptaan langit dan bumi dalam aturan yang sangat teliti ini dan penciptaan semua binatang yang kelihatan dan disebarluaskan di dalam keduanya. Allah Swt. yang Mahakuasa dalam mencipta semua yang tersebut tadi, Mahakuasa juga untuk mengumpulkan orang-orang yang berkewajiban melakukan ajaran agama pada waktu pembangkitan yang Dia tentukan, untuk diberi balasan. Pada tanah baik dipermukaan ataupun dalam tanah terdapat berbagai jenis fauna tanah dengan berbagai ukuran dan bentuk kehidupan yang sangat kaya. Komponen biotik di dalam tanah memberi sumbangan terhadap proses aliran energi dari ekosistem tanah. Kelompok biotik ini melakukan penguraian sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang telah mati (dekomposisi). Salah satu bagian fauna dari tanah yang berperan dalam dekomposisi tanah adalah makrofauna tanah. Makrofauna tanah merupakan hewan yang berukuran > 2 mm. Contohnya antara lain millipoda, isopoda, insekta, moluska dan cacing tanah (Maftu’ah dkk., 2005). Makrofauna tanah mempunyai peranan penting dalam dekomposisi bahan organik tanah dalam penyediaan unsur hara. Makrofauna akan meremah-remah substansi nabati yang mati, kemudian bahan tersebut akan dikeluarkan dalam bentuk kotoran (Rahmawaty, 2004). Selain makrofauna tanah, bagian lain dari fauna tanah adalah mesofauna tanah. Keberadaan mesofauna tanah sangat bergantung pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam tanah. Dengan ketersediaan energi dan hara bagi mesofauna tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas mesofauna tanah akan berlangsung baik dan timbal baliknya akan memberikan dampak positif bagi kesuburan tanah. Meskipun sebagai penghasil senyawa-senyawa organik tanah dalam ekosistem tanah, namun tidak berarti berfungsi sebagai subsistem produsen. Tetapi, peranan ini merupakan nilai tambah dari mesofauna sebagai sub-sistem konsumen dan sub-sistem dekomposisi. Sebagai sub-sistem dekomposisi, mesofauna tanah sebagai organisme perombak awal bahan makanan, serasah, dan bahan organik lainnya (seperti kayu dan akar), mengkonsumsi bahan-bahan tersebut dengan cara melumatkan dan mengunyah bahan-bahan tersebut. Mesofauna akan melumat
3
bahan dan mencampurkan dengan sisa-sisa bahan organik lainnya, sehingga menjadi fragmen berukuran kecil yang siap untuk didekomposisi oleh mikroba tanah (Handayanto, 1996). Peran fauna tanah sangat penting bagi keberlangsungan ekosistem, seperti halnya ekosistem hutan. Adanya perbedaan keadaan lingkungan biotop (satuan geografi terkecil habitat yang dicirikan oleh biotanya) mengakibatkan perbedaan struktur maupun sifat fauna tanah dari biotop tersebut. Karena ketergantungan fauna tanah akan lingkungan biotop yang beragam mengakibatkan Beberapa jenis fauna permukaan tanah dapat digunakan sebagai indikator terhadap kesuburan tanah atau keadaan tanah (Suharjono dan Adisoemarto, 1997). Keanekaragaman jenis adalah suatu karakteristik tingkatan komunitas berdasarkan organisasi biologisnya dan dapat digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Konsep keanekaragaman jenis lazim digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil walaupun ada gangguan terhadap komponen-komponennya. suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas itu disusun oleh banyak spesies dengan kelimpahan spesies yang sama atau hampir sama. sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit spesies, dan jika hanya sedikit saja spesies yang dominan, maka keanekaragaman jenisnya rendah. Kelimpahan relatif adalah persentase dari jumlah individu suatu spesies terhadap jumlah total individu yang terdapat di daerah tertentu. Analisis kelimpahan digunakan untuk menghubungkan kestabilan suatu organisme dengan fluktuasi lingkungannya. Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim. (Subahar, 2004) Selain itu, menurut Boror (1994), kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Keanekaragaman fauna tanah dan fungsi ekosistem menunjukkan hubungan yang sangat kompleks dan belum banyak diketahui, serta perhatian untuk melakukan konservasi terhadap keanekaragaman makrofauna tanah masih sangat terbatas (Lavelle dkk., 1994 dalam Sugiyarto, 2008). Penelitian mengenai fauna tanah sudah dilakukan di beberapa tempat seperti hutan alam produksi (Hardini, 2006), lahan pertanian dan hutan tanaman (Retnowati, 2004), hutan alam 4
dan lahan terbuka (Sebayang dkk, 2001), hutan mangrove (Rachmawati, 2005), hutan homogen dan heterogen (Ruslan, 2009), dan hutan tropis dataran rendah (Sari, 2014). Namun penelitian fauna tanah di kawasan hutan lindung belum banyak dilakukan. Hutan lindung Gunung Manglayang merupakan salah satu kawasan hutan yang penting di wilayah Bandung Timur. Kawasan hutan lindung Gunung Manglayang sangat besar manfaatnya bagi masyarakat setempat. Pada kawasan hutan lindung Gunung Manglayang terdapat mata air yang dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari, Wanawisata Curug Cilengkrang (air terjun), dan banyak area atau wilayah dari kawasan hutan Gunung Manglayang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Salah satu diantaranya adalah pertanian kopi juga penyadapan getah pinus. Menurut UU No. 41 Tahun 1999 hutan lindung merupakan suatu kawasan hutan yang berfungsi sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah. Banyaknya aktivitas manusia yang berkaitan langsung dengan ekosistem hutan lindung sangat berpengaruh terhadap komunitas yang ada pada ekosistem tersebut, Mengingat pentingnya keberadaan fauna tanah bagi kelangsungan ekosistem maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai studi keanekaragaman fauna tanah di kawasan hutan lindung Gunung Manglayang, Desa Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. 1.2
Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah yang dapat diuraikan dalam
tulisan ini adalah: 1. Bagaimana keanekaragaman fauna tanah di kawasan hutan lindung Gunung Manglayang, Desa Cilengkrang, Bandung, Jawa Barat? 2. Bagaimana kelimpahan fauna tanah di kawasan hutan lindung Gunung Manglayang, Desa Cilengkrang, Bandung, Jawa Barat? 3. Bagaimana korelasi antara keanekaragaman dan kelimpahan fauna tanah dengan faktor lingkungan? 1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui keanekaragaan fauna tanah di kawasan hutan lindung Gunung Manglayang, Desa Cilengkrang, Bandung, Jawa Barat. 2. Mengetahui kelimpahan fauna tanah di kawasan hutan lindung Gunung Manglayang, Desa Cilengkrang, Bandung, Jawa Barat. 5
3. Mengetahui korelasi antara keanekaragaman dan kelimpahan fauna tanah dengan faktor lingkungan.
1.4
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Melengkapi informasi dan data mengenai keanekaragaman fauna tanah di kawasan hutan lindung Gunung Manglayang, Desa Cilengkrang, Bandung, Jawa Barat.
Sebagai bahan acuan pengelolaan kawasan hutan lindung Gunung Manglayang, Desa Cilengkra
6