BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan teknologi, sebagian besar pelaku teknik sipil memanfaatkan komputer untuk menyelesaikan pekerjaan analisa struktur. Dalam prakteknya pekerjaan analisa struktur membutuhkan waktu yang lama dan tingkat keakuratan yang rendah jika menggunakan kalkulator. Kecepatan dan keakuratan yang dimiliki komputer ini dimanfaatkan oleh para ahli teknik sipil untuk menciptakan software analisa struktur. Beberapa software analisa struktur telah banyak diciptakan seperti SAP 2000, PCACOL, STAADPRO, PCABEAM, ETABS dan sebagainya. Pada kenyataannya software teknik sipil yang digunakan di Indonesia sebagian besar bukan full licensed. Hasil yang dikeluarkan dari software tersebut tidak seakurat software yang full licensed. Hal ini menyisakan kekhawatiran terhadap nilai yang dihasilkan dari proses running program. Sehingga sebagai pengguna, kita hanya bisa mendapatkan hasil dari proses running program tanpa bisa mengembangkan software tersebut. Selain itu masalah lainnya adalah semakin ketatnya peraturan tentang penggunaan aplikasi komputer berlisensi (Sumber : Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta). Karena ketatnya peraturan tersebut dikhawatirkan program analisa struktur tersebut akan sulit dan mahal untuk didapatkan, sedangkan proses pembangunan tidak mungkin terhenti karena masalah di atas. Berdasarkan masalah di atas maka perlu dibuat software analisa struktur yang bersifat open source. Yang dimaksud software yang bersifat open source disini adalah software yang membuka/membebaskan source code-nya untuk dilihat orang lain dan membiarkan orang lain mengetahui cara kerja software tersebut (sharing knowledge). Keunggulan dari software yang bersifat open source adalah setiap orang dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada pada software dan meng-update software sesuai dengan peraturan yang berlaku (SNI 03-2847-2002 dan ACI 318-2005) secara gratis. Software analisa struktur yang dibuat diharapkan mampu untuk menganalisa struktur sehingga menghasilkan gaya-gaya dalam dan menghasilkan jumlah tulangan lentur dan geser kolom yang dibutuhkan. Untuk menganalisa struktur sehingga menghasilkan gaya-gaya dalam maka digunakan metode kekakuan langsung yang merupakan bagian dari metode elemen hingga. Ada beberapa alasan mengapa direct stiffness method digunakan. Yang pertama adalah pendekatannya bisa menyeluruh dan berlaku untuk semua jenis struktur. Alasan kedua
adalah pendekatan ini merupakan perangkat yang efisien dalam menjabarkan berbagai langkah dalam analisa sehingga langkah-langkah ini dapat dengan mudah diprogram pada komputer. Pemakaian matriks dalam metode ini diperlukan untuk menemukan gayagaya dalam pada perhitungan dengan komputer, karena himpunan bilangan yang banyak jumlahnya dapat dimanipulasi secara sederhana dan efisien. (Weaver,1996) Gaya dalam yang telah dihasilkan pada perhitungan metode kekakuan langsung kemudian dijadikan sebagai data masukan untuk menghitung jumlah tulangan lentur dan geser kolom yang dibutuhkan berdasarkan perhitungan perencaan beton bertulang sesuai peraturan yang berlaku (SNI 032847-2002 dan ACI 318-2005). 1.2 Rumusan Permasalahan Rumusan Permasalahan yang akan dibahas dalam tugas akhir ini antara lain : 1. Bagaimana menganalisa struktur frame dengan menggunakan metode elemen hingga dengan bantuan bahasa pemrograman Visual Basic sehingga dapat menghasilkan output berupa gaya momen, aksial, geser dan torsi? 2. Bagaimana menganalisa kekuatan suatu elemen kolom dengan menggunakan perhitungan perencaan beton bertulang sesuai SNI yang berlaku dengan bantuan bahasa pemrograman Visual Basic sehingga dapat menghasilkan output berupa jumlah desain tulangan kolom yang optimal? 3. Apakah nilai output software yang telah dibuat dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya melalui perbandingan dengan software professional yang lain? 4. Bagaimana membuat program analisa struktur yang dapat dipelajari dan dikembangkan oleh semua orang? 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan tugas akhir ini antara lain : 1. Menganalisa struktur space frame dengan menggunakan metode elemen hingga dengan bantuan bahasa pemrograman Visual Basic sehingga dapat menghasilkan output berupa gaya momen, aksial, geser, dan torsi 2. Menganalisa struktur elemen kolom dengan menggunakan perhitungan perencanaan kolom beton bertulang dengan bantuan bahasa pemrograman Visual Basic sehingga dapat menghasilkan output berupa jumlah desain tulangan lentur kolom yang optimal. 3. Mengetahui bahwa nilai output dari software yang telah dibuat dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
4.
melalui perbandingan dengan software professional yang lain. Membuat sebuah program yang open source listing sehingga dapat dipelajari dan dikembangkan lagi oleh semua orang
1.4 Batasan Masalah Pada penulisan Tugas Akhir ini penulis hanya membatasi permasalahan yang dibahas pada hal-hal berikut ini : 1. Struktur yang dapat dianalisa dengan software ini terbatas hanya pada frame 2. Penampang kolom yang dianalisa berbentuk persegi dan lingkaran 3. Metode yang digunakan adalah metode elemen hingga 4. Beban yang dikenakan pada struktur adalah beban statis berupa beban terpusat pada titik nodal dan beban terbagi rata penuh pada frame 5. Program yang dibuat menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6. Output program berupa desain tulangan lentur dan geser kolom 7. Tidak memperhitungkan gempa dan hubungan balok kolom
simetris, pusat plastisnya sama dengan pusat geometrisnya. h h a h M n = Pn e = C c − + C s − d ' + Ts d − 2 2 2 2
Cc = 0,85 f 'c ba C s = A' s f ' s = As ( f s − 0,85 fc' ) Ts = As f s Pn = 0,85 f 'c ba + A's f 's − As f s
(
)
(
a M n = 0,85 f ' c ba y − + A' s f ' s y − d ' + As f s d − y 2
2.2 Analisa Struktur
Manfaat yang bisa kita dapatkan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah : 1. Penyusunan program ini akan melengkapi program yang telah disusun sebelumnya 2. Adanya sebuah program analisa struktur alternatif yang dapat digunakan untuk keperluan desain dan kontrol struktur bangunan yang lebih murah dan mudah untuk didapatkan tanpa perlu rasa khawatir karena terjamin keasliannya. 3. Tugas Akhir ini dapat menjadi referensi untuk pengembangan secara terus-menerus program-program bantu lain yang lebih kompleks demi terciptanya kemajuan di bidang structural engineering Indonesia yang lebih maju.
Direct stiffness method adalah bagian dari metode elemen hingga yang paling sering digunakan. Metode kekakuan langsung lebih sering digunakan karena formulasi dan prosedur hitungan yang dihasilkan sistematis sehingga sangat sesuai untuk diprogramkan dalam bahasa komputer. Dalam menggunakan metode ini sistem yang akan dianalisa harus dimodelkan dalam satu perangkat elemen yang sederhana dan saling terhubung pada titik-titik nodalnya. Pada metode kekakuan langsung variabel yang tidak diketahui adalah perpindahan titik simpul struktur (rotasi dan defleksi). Jadi jumlah variabel dalam metode kekakuan langsung sama dengan derajat ketidaktentuan kinematis struktur. Prosedur hitungan yang harus dilakukan dalam implementasi metode kekakuan langsung adalah sebagai berikut : 1. Data input diidentifikasi ke dalam matriks data 2. Menentukan matriks transformasi batang 3. Menentukan matriks kekakuan struktur 4. Menentukan matriks beban luar 5. Menghitung deformasi ujung-ujung aktif struktur 6. Menghitung gaya-gaya batang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III METODOLOGI
1.5 Manfaat
2.1 Kolom 3.1 Perhitungan Analisa Struktur
Gaya tahan aksial nominal P dalam keadaan runtuh : Pn = Cc + Cs – T Momen tahanan nominal M n , yaitu sebesar Pn e, dapat diperoleh dengan menuliskan keseimbangan momen terhadap pusat plastis penampang. Untuk kolom yang penulangannya
Dalam proses analisa struktur dibutuhkan beberapa data. Beberapa data tersebut diambil dari data yang (2.4) diisikan oleh pengguna program. Data yang telah diisikan itu kemudian diidentifikasikan ke dalam matriks-matriks data. Beberapa data yang diidentifikasikan ke dalam matriks-matriks data adalah :
)
1. Data material yang berisi young modulus E dan modulus geser G. 2. Data nodal beserta koordinatnya. 3. Data frame yang berisi informasi nodal pengapit. 4. Data joint restraint atau perletakan 5. Data beban terpusat pada joint dan beban terbagi rata pada frame
2. Mencari letak balance point (cb) dengan menggunakan persamaan segitiga.
εs =
cb d = 0,003 0,003 + f y / E s
3. Mencari regangan tulangan baja c
−d '
b
ε 'sn = bc Start
ε cu
d '−c
ε sn = c b ε cu
Input
b
4. Mencari tegangan tulangan baja Menentukan DOF Matriks Transformasi [R]
f sn = E s ε sn 5. Menghitung gaya pada kolom
Cc = 0,85 f c ' bβ1c
Csn = Asn ( f sn − 0,85 f c ' )
Matriks Kekakuan tiap Elemen [Kn] dan Matriks Kekakuan Struktur [Ks]
Ts = As f y Pn = Cc + Csn + Ts M n = Cc h − a + Csn h − d .' + T d − h 2 2 2 2
Matriks Beban {Ps} = [Ks] {Us} Displacement struktur {Us} = [Ks]-1 {Ps} dan Displacement masing-masing batang {un} = [Rn] {Un}
6. Mencari titik-titik yang lain dengan memilih nilai c yang lain. Pu
Pu
Gaya akhir elemen {fs} = [Kn] {un} + {fo}
e'
e
d''
Gambar 3.1 Flowchart perhitungan analisa struktur
0,85f 'c c
f 's a= β1c
d Αs εs b
Regangan
fs
P0 = 0,85 f c ' Ag − Ast + f y . Ast
Pn = φP0
T
fs
Tegangan Aktual Tegangan Ekivalen
Gambar 3.2 Diagram regangan dan tegangan kolom
3.2 Metoda Perhitungan Tulangan Lentur Kolom Metode yang digunakan dalam menganalisa kolom yang mengalami lentur biaksial adalah dengan metode analisis eksak. Kolom yang mengalami lentur biaksial adalah kolom pada sudut bangunan atau dapat juga terjadi akibat ketidakseimbangan beban. Berikut ini adalah tahapan perhitungan kuat kolom untuk menghasilkan diagram interaksi P-M : 1. Beban aksial maksimum yang diijinkan
Cs Cc
f 's
Pusat plastis
h
Finish
d'
Α's
εc = 0,003 ε's
3.3 Metoda Perhitungan Tulangan Geser Kolom Tulangan Lateral Spiral Tulangan lateral spiral berguna di dalam meningkatkan daktilitas atau ketangguhan karena itu
Gaya
tulangan lateral tipe spiral ini merupakan suatu keharusan pada daerah resiko gempa bumi tinggi (Nawy 2010). Untuk menentukan jumlah tulangan spiral yang tepat, diperhitungkan sumbangan kekuatan penutup beton sebesar
0,85 f c ' (Ag − Ac )
= dimana Ag dan Ac masing-masing merupakan luas bruto beton dan luas beton yang berada di dalam daerah inti. Sebaliknya, karena tulangan spiral sedikitnya dua kali lebih efektif dibandingkan dengan tulangan utama, secara konservatif dapat diperoleh sumbangan kekuatan oleh tulangan spiral sebesar
2ρ A f
s c sy = disini fsy merupakan kekuatan leleh dari tulangan spiral, ρ s adalah harga perbandingan volume dari tulangan spiral terhadap volume inti beton, untuk setiap satuan panjang kolom. Dengan menyamakan persamaan (2.16) dengan persamaan (2.17) didapat
ρ s = 0,425
f c ' (Ag − Ac )
(A
g
/ A c − 1) f c ' f sy
Rasio tulangan spiral dapat ditulis sebagai
ρs =
V n = Vc + V s Dimana : V n = gaya geser nominal V c = gaya geser yang disumbangkan oleh beton V s = gaya geser yang ditahan oleh sengkang Untuk lebih jelasnya, prosedur hitungan tulangan geser (sengkang) kolom dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Dihitung gaya geser perlu kolom (V u )
M u 2 − M u1
Vu =
λk
Dimana :V u = gaya geser perlu kolom M u2 = momen yang besar salah satu ujung kolom M u1 = momen yang kecil salah satu ujung kolom λ k = panjang kolom diukur dari as ke as
Ac f sy
SNI menentukan perbandingan tulangan spiral minimum yang tampaknya lebih besar dari harga yang diberikan dalam persamaan (2.18) sebagai berikut :
ρ s = 0,45
kolom yang disumbangkan oleh gaya tarik dan gaya potong tulangan serta pengaruh kekasaran agregat tidak diperhitungkan. Gaya geser nominal kolom dianggap hanya ditahan oleh serat beton dan begel saja, dan dirumuskan seperti berikut :
a s π ( Dc − d b )
(π / 4)Dc 2 s
2. Dihitung gaya geser yang ditahan oleh beton (V c )
N VC = 1 + uk 14 A g
Dimana :N uk = gaya normal atau aksial pada kolom Ag = luas bruto penampang kolom fc’ = kuat tekan beton b = ukuran lebar penampang kolom d = ukuran panjang efektif (h-d s ) kolom 3. Dihitung gaya geser yang ditahan oleh sengkang (V s )
Vs =
Vu − φVc
φ
Oleh karena itu di dapat selang antara sebagai berikut
s=
s=
a s π ( Dc − d b )
(π / 4)Dc 2 ρ s
4 a s ( Dc − d b ) Dc ρ s 2
fc ' bd 6
dengan φ = 0,75
2 f c 'bd 3 V ≤ Vsmaks Syarat : s Vsmaks =
4. Dihitung luas begel perlu untuk setiap panjang kolom 1000 mm
VS .S fy.d b..S AV = 3. fy
Dimana :h = diameter kolom a s = luasan irisan penampang spiral d b = diameter nominal kawat spiral D c = diameter dari inti beton luar ke luar spiral f yt = kekuatan leleh tulangan spiral
AV =
25 mm ≤ s ≤ 75 mm (SNI 9.10.4.3)
AV =
75. f c 'b..S 1200. fy
Tulangan Lateral Sengkang/Begel Untuk keperluan hitungan tulangan geser (sengkang) kolom, biasanya penahan gaya geser
5. Dipilih sengkang n kaki dengan diameter dp didapat jarak
n .π .dp 2 .S s= 4 Avu
SNI Pasal 9.10.5.1 dp ≥ 10 mm untuk D ≤ 32 mm, dp ≥ 13 mm untuk D ≥ 36
Input 2 : Material Properties (menu Input > Material Properties) Material Name : Beton E = 2531000000, U = 0,2, G = 1054583333.33333, f’c = 27,888, 1 = 0,85
V < 1 / 3 f 'b.d
c dikontrol spasi begel 6. Untuk s s ≤ 16 D, s ≤ 48 dp, s ≤ d/2, s ≤ 600 mm
V < 1 / 3 f 'b.d
c dikontrol spasi begel 7. Untuk s s ≤ 16 D, s ≤ 48 dp, s ≤ d/4, s ≤ 300 mm
BAB V STUDI KASUS 5.1 Studi Kasus 1 Contoh kasus pertama adalah sebuah portal sederhana dengan 2 perletakan jepit. Beban yang dikenakan adalah beban merata sebesar 1000 kg pada balok. Diketahui material Beton dengan : E = 2531000000 kg/m2 G = 1054583333 kg/m2 f’c = 27,8888062786627 Mpa = 0,85 1 U = 0,2 Dimensi kolom 0,5 x 0,5 m2, tinggi kolom = 5 m Dimensi balok 0,4 x 0,4 m2, panjang balok = 5 m q = 1000 kg
5m
Gambar 5.3 Jendela Define Material Porperties Input 3 : Section Properties (menu Input > Define Section Properties) Section Name : Kolom Cross Section Area = 0,25 m2 Shear Area = 0.208333333333333 m2 Torsional Constant = 8.80208333333333E-03 Momen Inersia = 5.20833333333333E-03 m4 Use Material : Beton Section Name : Balok Cross Section Area = 0,16 m2 Shear Area = 0.133333342770735 m2 Torsional Constant = 3.60533354822795E-03 Momen of Inertia = 2.13333346048991E-03 m4 Use Material : Beton
5m
Gambar 5.1 Uji perbandingan 1 – Portal sederhana 5.1.1 Perhitungan Studi Kasus 1 Dengan SFAP Input 1 : General Information (menu Input > General Information) Project Name : Portal Sederhana
Gambar 5.4 Jendela Define Section Properties : Kolom Gambar 5.2 Jendela General Information
Gambar 5.7 Jendela Input Frame Properties Gambar 5.5 Jendela Define Section Properties : Balok Input 4 : Nodal Coordinates (menu Input > Nodal Coordinates) Input koordinat X,Y,Z diisi seperti pada gambar 5.6
Input 6 : Joint Restraint (menu Imput > Assign Joint Restraint) Joint Label 1 : Fixed Joint Label 4 : Fixed Tampilan jendela Assign Joint Restraint diperlihatkan pada Gambar 5.8. Input 7 : Distributed Frame Loads (menu Input > Distributed Frame Loads) Frame Label 2 : Force Global Y = -1000 kg/m Tampilan jendela Distributed Frame Loads diperlihatkan pada Gambar 5.9.
Gambar 5.6 Jendela Input Nodal Coordinates Input 5 : Frame Properties (menu Input > Frame Properties) Frame 1 : Start joint = 1, End joint = 2, Section : Kolom Frame 2 : Start joint = 2, End joint = 3, Section : Balok Frame 3 : Start joint = 3, End joint = 4, Section : Kolom
Gambar 5.8 Tampilan Jendela Assign Joint Restraint
Gambar 5.9 Tampilan Jendela Distributed Frame Loads Setelah proses input selesai klik menu Analyze > Run Analysis untuk mendapatkan hasil output dari analisa struktur.
Gambar 5.11 Tampilan Output SFAP Frame 1 2. Frame 2 : fx1 = 511,686 kg fy1 = 2500 kg mz1 = 1721,233 kgm fx2 = -511,686 kg fy2 = 2500 kg mz2 = -1721,233 kgm
Gambar 5.10 Tampilan 3D setelah klik Run Analysis Output Element Forces yang keluar adalah sebagai berikut : 1. Frame 1 : fx1 = 2500 kg fy1 = -511,686 kg mz1 = -837,199 kgm fx2 = -2500 kg fy2 = 511,686 kg mz2 = -1721,233 kg m
Gambar 5.12 Tampilan Output SFAP Frame 2 3. Frame 3 : fx1 = 2500 kg fy1 = 511,686 kg mz1 = 1721,233 kgm fx2 = -2500 kg fy2 = -511,686 kg mz2 = 837,199 kgm
Gambar 5.14 Tampilan jendela Column Reinforcement Setelah semua input diisi klik menu Analyze > Run Column Analysis untuk membuka jendela analisis kolom. Pada menu P-M Curve masukkan data No. Of Interaction Curve = 10 dan sudut putar kolom = 0, setelah itu pilih frame 1 kemudian pilih Unified Design sebagai metoda yang akan digunakan dalam analisis kolom dan kemudian klik run untuk memulai mencari jumlah tulangan yang dibutuhkan. Setelah itu user dapat menganalisa Mx-My Curve dan 3D Surface pada SStab yang telah disediakan.
Gambar 5.13 Tampilan Output SFAP Frame 3
Setelah selesai melakukan analisis struktur klik menu Input > Assign Reinforcement List > Column, untuk memasukkan data tulangan kolom yang akan direncanakan. Data yang digunakan kolom untuk perbandingan dengan PCAColumn adalah sebagai berikut : 1. Diameter tulangan longitudinal = 24 mm 2. Decking = 40 mm 3. fy = 420 MPa 4. Es = 200000 MPa
Gambar 5.15 Tampilan jendela Analisis Kolom
Langkah berikutnya kemudian klik Lateral Reinforcement pada SStab dan klik run untuk memulai proses perhitungan tulangan lateral yang dibutuhkan kolom.
Gambar 5.16 Tampilan jendela Mx-My Curve Gambar 5.18 Tampilan SSTab Lateral Reinforcement 5.1.2 Pebandingan Perhitungan Studi Kasus 1 Untuk mengecek kebenaran dari program SFAP maka perlu dilakukan perbandingan dengan program ETABS 9. Dibawah ini adalah tabel output dari hasil perhitungan analisa struktur yang dilakukan oleh ETABS 9. Tabel 5.1 Output Element Force ETABS 9 Frame
Joint
1 2 3
fx 1 -2500 2 -2500 2 -511.69 3 -511.69 3 -2500 4 -2500
fy -511.69 -511.69 -2500 -2500 511.69 511.69
mz -837.199 1721.233 -1721.233 -1721.233 1721.233 837.199
Tabel 5.2 Output displacement titik dalam ETABS 9 Frame 1 2 3
Gambar 5.17 Tampilan jendela 3D Surface
Joint 1 2 2 3 3 4
Translasi Rotasi x Y (SFAP) = Z (ETABS) Z (SFAP) = Y (ETABS) Z (SFAP) = Y (ETABS) 0 0 0 0 0.000003 -0.00002 0 -0.000168 0.000003 -0.00002 0 -0.000168 -0.000003 -0.00002 0 0.000168 -0.000003 -0.00002 0 0.000168 0 0 0 0
Tabel 5.3 Output reaksi perletakan dalam ETABS 9 Point FX FY FZ MX MY 1 511.69 0 2500 0 837.199 2 -511.69 0 2500 0 -837.199
Tabel 5.9 Selisih output reaksi perletakan SFAP dengan ETABS MZ FX FY FZ MX MY MZ 0 Point 0 1 -0.0036 0 0 0 -0.001 0 2 0.0036 0 0 0 0.001 0
Dibawah ini adalah tabel output dari hasil perhitungan analisa struktur yang dilakukan oleh SFAP.
Dari Tabel 5.7 – 5.9 dapat dilihat bahwa selisih output antara SFAP dan ETABS sangat kecil atau nol. Tabel 5.4 Output Element Force SFAP Setelah melakukan cek validitas perhitungan Frame Joint fx fy mzanalisa struktur antara SFAP dengan ETABS perlu dilakukan cek validitas analisis kolom antara SFAP 1 2500 -511.686 -837.199 1 dan PCAColumn 3.63. Gambar 5.19 adalah gambar 2 -2500 511.686 -1721.23 diagram P-M yang dihasilkan oleh PCAColumn. 2 511.686 2500 1721.233 Diagram P-M yang dihasilkan kemudian ditulis dalam 2 3 -511.686 2500 -1721.23 bentuk tabel supaya bisa dibandingkan dengan output dari SFAP. Tabel 5.10 adalah tabel perbandingan 3 2500 511.686 1721.233 3 output antara SFAP dengan PCAColumn. 4 -2500 511.686 837.199 Tabel 5.5 Output displacement titik dalam SFAP Frame Joint 1 2 3
1 2 2 3 3 4
Translasi Rotasi x Y (SFAP) = Z (ETABS) Z (SFAP) = Y (ETABS) Z (SFAP) = Y (ETABS) 0 0 0 0 0.00000315 -0.000019755 0 -0.000167655 0.00000315 -0.000019755 0 -0.000167655 -0.00000315 -0.000019755 0 0.000167655 -0.00000315 -0.000019755 0 0.000167655 0 0 0 0
Tabel 5.6 Output reaksi perletakan dalam SFAP Point FX FY FZ MX MY 1 511.6864 0 2500 0 837.198 2 -511.686 0 2500 0 -837.198
MZ 0 0
Selisih antara output dari ETABS 9 dan output dari SFAP ditunjukkan dalam Tabel 5.7 – Tabel 5.9. Tabel 5.7 Selish output element force SFAP dengan ETABS
Frame 1 2 3
Joint 1 2 2 3 3 4
fx 0 0 -0.004 0.004 0 0
fy 0.004 -0.004 0 0 -0.004 -0.004
Tabel 5.8 Selisih output displacement SFAP dengan ETABS Frame Joint 1 2 3
1 2 2 3 3 4
x 0.00000000 0.00000015 0.00000015 -0.00000015 -0.00000015 0.00000000
mz 0‘ 0 0 0 0 0 Gambar 5.19 Diagram P-M dari PCAColumn 3.63
Translasi Rotasi Y (SFAP) = Z (ETABS) Z (SFAP) = Y (ETABS) Z (SFAP) = Y (ETABS) 0.00000000 0.00000000 0.00000000 0.00000025 0.00000000 0.00000034 0.00000025 0.00000000 0.00000034 0.00000025 0.00000000 -0.00000034 0.00000025 0.00000000 -0.00000034 0.00000000 0.00000000 0.00000000
Tabel 5.10 Tabel perbandingan output SFAP dan PCAColumn
SFAP P
M
3454.64 3454.64 3163.21 2871.79 2580.36 2288.94 1997.51 1706.09 1612.20 1517.39 1181.14 787.42 393.71 0.00 -62.18 -124.37 -186.55 -248.73 -310.91 -373.10 -435.28 -497.46 -559.65 -621.83 -684.01
0.00 177.05 221.44 257.39 285.56 306.80 322.18 333.06 363.10 396.04 361.76 299.79 227.54 148.90 136.21 123.50 110.77 98.04 85.31 72.58 59.28 45.01 30.37 15.36 0.00
PCAColumn P M 3454.60 3454.60 3163.00 2872.00 2580.00 2289.00 1998.00 1706.00 1612.00 1517.00 1181.00 787.00 394.00 0.00 -62.00 -124.00 -187.00 -249.00 -311.00 -373.00 -435.00 -497.00 -560.00 -622.00 -684.00
3500.00 3000.00 2500.00
Selisih
0.00 177.00 221.00 258.00 285.00 307.00 322.00 338.00 363.00 397.00 361.00 300.00 228.00 149.00 137.00 124.00 110.00 99.00 86.00 73.00 60.00 45.00 30.00 16.00 0.00
P 0.04 0.04 0.21 0.21 0.36 0.06 0.49 0.09 0.20 0.39 0.14 0.42 0.29 0.00 0.18 0.37 0.45 0.27 0.09 0.10 0.28 0.46 0.35 0.17 0.01
M 0.00 0.05 0.44 0.61 0.56 0.20 0.18 4.94 0.10 0.96 0.76 0.21 0.46 0.10 0.79 0.50 0.77 0.96 0.69 0.42 0.72 0.01 0.37 0.64 0.00
SFAP 4000.00 3500.00 3000.00 2500.00 2000.00 1500.00
SFAP
1000.00 500.00 0.00 -500.00
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
-1000.00
PCAColumn 4000.00 3500.00 3000.00 2500.00 2000.00 1500.00
PCAColumn
1000.00 500.00 0.00 -500.00
0.00
100.00
200.00
300.00
400.00
500.00
-1000.00
Grafik 5.1 Output dari SFAP dan PCAColumn 3.63
2000.00 1500.00 1000.00 500.00 0.00 -500.00
0.00
50.00
100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.
-1000.00 SFAP
PCAColumn
Grafik 5.2 Perbandingan Output SFAP dan PCAColumn Dari Tabel 5.10 dapat dilihat bahwa selisih nilai output yang dikeluarkan oleh PCAColumn dengan nilai output yang dikeluarkan oleh SFAP adalah kecil atau nol. Grafik 5.1 dan Grafik 5.2 juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat kecil sekali antara output yang dikeluarkan oleh PCAColumn dengan output yang dikeluarkan oleh SFAP.