BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga menjadikan wilayah pesisir mempunyai sumber daya hayati yang tinggi seperti pasir, ikan, terumbu karang, dan rumput laut. Keberagaman sumber daya hayati merupakan sumber daya tarik yang dapat menciptakan tingginya aktivitas di wilayah pesisir, seperti aktivitas pada sektor perikanan, aktivitas sektor perhubungan, aktivitas sektor permukiman, dan aktivitas sektor pariwisata. Untuk itu, tidak dipungkiri jika keunikan bentang alam yang beragam pada kawasan pesisir menjadi tujuan destinasi wisata alam maupun wisata budaya favorit. Pemanfaatan bentang alam pesisir untuk aktivitas wisata dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu (1) wisata rekreasi yang memanfaatkan lingkungan seperti diving, snorkeling, dan obyek wisata pantai sebagai kegiatan untuk berkunjung dan menikmati keindahan alam, (2) wisata yang memanfaatkan olahraga dan aktivitas luar sebagai daya tarik seperti memancing, (3) wisata budaya yang memanfaatkan
aktivitas
budaya
di
kawasan
pesisir
sebagai
tempat
penyelenggaraan budaya, (4) wisata pendidikan yang memanfaatkan sumberdaya ilmu pengetahuan sebagai atraksi wisata berdasarkan kondisi lingkungan pesisir seperti tambak, museum bahari, kampung nelayan dengan keaslian pola kehidupan penduduk nelayan dan taman laut nasional, dan (5) wisata makanan khas daerah dan daya tarik suasana tempat yang mengundang para wisatawan untuk berkunjung (Sumber: http://indonesiadevelopmentmagz.com/2015/09/11/ wisata-kawasan-pesisir/ diakses pada 27 Juni 2016). Kawasan pesisir Karangkebagusan terletak pada pesisir bagian barat dari Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Kawasan ini sama halnya dengan kawasan pesisir pada umumnya, terdapat berbagai sektor yang beraktivitas seperti sektor permukiman, sektor pendidikan, sektor perhubungan, sektor perikanan, sektor
1
pertanian, dan sektor pariwisata. Selain itu, pada kawasan pesisir ini juga terdapat potensi yang sekiranya dapat dikembangkan dengan unsur pariwisata seperti pantai, sungai, dan budaya masyarakat nelayan. Pantai yang dimaksud memiliki pasir putih, pemandangan yang indah, serta ombak yang tenang. Namun kenyataannya pantai tersebut belum dilirik sebagai prioritas pengembangan kawasan sebagai sebuah obyek wisata. Hal ini ditinjau dari belum adanya sarana maupun prasarana pendukung kegiatan wisata. Selain pantai, potensi fisik lain yang dimiliki yaitu sungai. Kondisi eksisting saat ini masih terdapat bangunanbangunan yang memadati bagian sempadannya. Selain itu pada bagian hilir sungai juga banyak dijumpai kapal-kapal nelayan yang berlabuh sehingga memadati sungai dan memberi kesan kumuh pada kawasan hilir sungai. Selain potensi fisik, terdapat pula potensi budaya masyarakat seperti umumnya yang ditemukan pada masyarakat nelayan di kawasan pesisir. Potensi budaya masyarakat yang dimaksud antara lain melaut, kegiatan pengasapan ikan, kerajinan pembuatan kapal, serta aktivitas merakit jaring.
Gambar 1.1. Kedudukan Kawasan Perencanaan Pada Kabupaten Jepara Sumber: Dokumen RPKPP Kab. Jepara, 2012 Selain
potensi
yang
telah
disebutkan
sebelumnya,
kawasan
Karangkebagusan yang terdiri dari kelurahan Karangkebagusan, kelurahan Demaan, dan kelurahan Bulu ini memiliki keuntungan lain. Dilihat dari letaknya, kawasan Karangkebagusan masuk ke dalam kawasan fungsional perkotaan Jepara (Gambar 1.1). Itu berarti kawasan Karangkebagusan berada pada kawasan dengan
2
pusat kegiatan ekonomi wilayah yang didukung dengan jaringan sarana dan prasarana yang baik. Selain itu, jika dilihat melalui kawasan yang lebih luas, kawasan Karangkebagusan ini juga terletak diantara obyek-obyek wisata yang memanfaatkan area pesisir dan perairan lautnya seperti obyek wisata pantai Tirta Samudra (Kel. Bandengan, Kec. Jepara) dan Pulau Panjang (Kel. Ujungbatu, Kec. Jepara). Keuntungan lain yang dimiliki oleh kawasan Karangkebagusan adalah, di dalam kawasan Karangkebagusan terdapat obyek wisata bahari andalan yang dimiliki oleh Kabupaten Jepara yaitu Taman Wisata Pantai Kartini. Obyek wisata tersebut terletak pada wilayah administrasi kelurahan Bulu. Kondisi obyek wisata yang nyaman, dengan landmark museum kura-kura yang sangat besar, serta dilengkapi dengan berbagai wahana permainan dan pemandangan laut yang indah menjadikan obyek wisata ini sebagai salah satu obyek wisata yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke Jepara. Dilihat dari beragam potensi kawasan yang telah disebutkan di atas, maka dalam menggali potensi-potensi tersebut kawasan perencanaan diarahkan untuk dikembangkan menjadi sebuah kawasan wisata bahari. Wisata bahari merupakan sebuah kawasan wisata yang tidak hanya memanfaatkan area perairan namun juga memanfaatkan area daratan (area pesisir) dalam pengembangan kegiatan wisatanya. Selain itu, pengunjung juga dapat menghabiskan waktunya untuk menikmati keindahan dan keunikan kawasan bahari yang di dalamnya termasuk wisata daratan dan wisata perairan. Pengembangan kawasan wisata bahari ini juga diperkuat dengan pernyataan yang telah tercantum pada dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata yang menyebutkan bahwa kawasan perencanaan diarahkan sebagai kawasan wisata bahari, maka dari itu diperlukan perencanaan yang matang terhadap pengembangan kawasan wisata bahari di Kawasan Karangkebagusan. Perencanaan yang matang pun harus menyesuaikan berbagai hal seperti pasar wisatawan, kondisi eksisting, serta standar dalam hal produk, pengelolaan, dan pelayanannya dimana nantinya hal-hal tersebut akan berpengaruh pada keberlanjutan pariwisata yang jika berhasil dipercaya akan menimbulkan
3
pengaruh dan mendorong pembangunan sektor-sektor lain, termasuk memperluas lapangan pekerjaan dan peluang untuk berusaha.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, adapun permasalahan yang dijadikan penulis sebagai dasar rumusan perencanaan kali ini. Permasalahan inti dari perencanaan ini jika dilihat dari rumusan latar belakang diatas adalah belum adanya integrasi yang baik antara obyek wisata eksisiting dengan aktivitas serta potensi lain yang terdapat pada kawasan perencanaan. Hal ini dibuktikan dengan adanya privatisasi kegiatan pada obyek wisata Pantai Kartini sehingga menyebabkan obyek wisata ini terlihat berdiri sendiri tanpa memaktivitas masyarakat pesisir sebagai potensi atraksi wisata. Hal ini menyebabkan kawasan menjadi kawasan yang sepi dan cenderung tidak memiliki daya tarik bagi wisatawan selain untuk berkunjung ke obyek wisata Pantai Kartini. Adapun
permasalahan
teknis
pada
kawasan
perencanaan
yang
berhubungan dengan masalah utama yaitu integrasi, yang kemudian pada Bab rencana, penulis mempertimbangkan penanganan melalui perencanaan fisik. Permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: 1. Belum adanya integrasi antara obyek wisata di kawasan perencanaan dengan kegiatan lain di dalam kawasan 2. Belum ada sarana-prasarana pada potensi kawasan yang akan dikembangkan 3. Rendahnya kualitas lingkungan permukiman pesisir
1.3. Maksud, Tujuan, dan Output Perencanaan 1.3.1.Maksud Perencanaan Kegiatan perencanaan kawasan wisata bahari Karangkebagusan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kawasan perencanaan menjadi kawasan wisata bahari yang bertumpu pada potensi lokal kawasan.
4
1.3.2.Tujuan Perencanaan Tujuan yang ingin dicapai dari perencanaan kali ini adalah untuk mendapatkan rumusan pengembangan wisata bahari pada kawasan pesisir Karangkebagusan, Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. 1.3.3.Output Perencanaan Hasil yang akan dicapai melalui kegiatan perencanaan kawasan wisata bahari Karangkebagusan Kabupaten Jepara ini akan mencakup keluaran pokok sebagai berikut: 1.
Strategi pengembangan kawasan wisata bahari Karangkebagusan
2.
Peta rencana atraksi wisata kawasan wisata bahari Karangkebagusan
3.
Peta rencana amenitas kawasan wisata bahari Karangkebagusan
4.
Pera rencana aksesibilitas kawasan wisata bahari Karangkebagusan
1.4. Batasan Perencanaan 1.4.1.Batasan Substansial Fokus perencanaan kali ini adalah pengembangan kawasan pesisir Karangkebagusan menjadi kawasan wisata bahari. Adapun perencanaan kali ini dibatasi oleh beberapa komponen yaitu atraksi wisata, amenitas, serta aksesibilitas kawasan. Adapun dalam hal analisis ketiga komponen tersebut dianalisis berdasarkan. 1. Atraksi Wisata Fisik Ruang Potensi Alam, dan Potensi Sosial Budaya Masyarakat Hasil analisis dari komponen atraksi wisata meliputi rencana atraksi wisata alam, atraksi wisata budaya lokal, dan atraksi edukatif. 2. Amenitas Fasilitas Akomodasi Fasilitas Perekonomian
5
Fasilitas Kebersihan Ruang Terbuka Fasilitas Pelayanan Pariwisata Lainnya Hasil analisis dari komponen amenitas meliputi rencana fasilitas akomodasi, rencana fasilitas perekonomian, fasilitas kebersihan, dan fasilitas pelayanan pariwisata lainnya. 3. Aksesibilitas Jaringan Jalan Sirkulasi dan Parkir Moda Transportasi Hasil analisis dari komponen aksesibilitas meliputi rencana jaringan jalan, rencana sirkulasi dan parkir, serta rencana moda transportasi. Sebagai tambahan, analisis pasar wisatawan juga dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi keinginan maupun kebutuhan dari calon wisatawan dimasa depan termasuk kebutuhan atraksi wisata, kebutuhan amenitas, dan kebutuhan aksesibilitas. 1.4.2.Batasan Areal Batasan areal kawasan perencanaan secara administratif merupakan 3 kelurahan pesisir di Kecamatan Jepara, yaitu Kelurahan Bulu, Kelurahan Demaan, dan Kelurahan Karangkebagusan. Penentuan delineasi kawasan dipertimbangkan berdasar karakteristik wilayah kelurahan yanghampir sama namun memiliki potensi bahari yang berbeda. Adapun batasan kawasan perencanaan adalah sebagai berikut. Sebelah Utara
: Kelurahan Kauman
Sebelah Timur
: Kelurahan Protoyudan dan Kelurahan Krapyak
Sebelah Barat
: Laut Jawa
Sebelah Selatan
: Kelurahan Tegalsambi
6
Gambar 1.2. Batasan Lokasi Perencanaan Sumber: Google Earth, 2016 1.4.3.Batasan Temporal Proses analisis dan perencanaan untuk pengembangan wisata bahari terpadu pada penataan kawasan pesisir Karangkebagusan dilaksanakan dalam kurun waktu sekitar 6 (enam) bulan. Sedangkan, rencana yang akan disusun ditetapkan sebagai rencana dengan target pelaksanaan selama 10 (sepuluh) tahun.
7
1.5. Posisi Perencanaan Posisi perencanaan kali ini jika ditinjau berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara dan dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata antara lain: 1.
Dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031 Berdasarkan RTRW Kabupaten Jepara, kawasan perencanaan diarahkan utamanya sebagai kawasan permukiman, perdagangan, jasa, perikanan, dan wisata. Adapun terkait dengan pengembangan pariwisata pada kawasan perencanaan terdapat beberapa point yang telah dirumuskan di dalam RTRW Kabupaten Jepara, antara lain:
Kebijakan penataan ruang kabupaten Jepara meliputi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan bertumpu pada budaya lokal.
Strategi pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dengan bertumpu pada budaya lokal meliputi mengembangkan wisata bahari, religi, alam, dan buatan; mengembangkan kawasan perkotaan dengan potensi pariwisata sebagai PKLp; mempercepat pembangunan simpul pariwisata, dan; mengembangkan obyek wisata andalan.
2.
Dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Jepara Tahun 2015 Berdasarkan dokumen RIPP Kabupaten Jepara, arahan dalam pengembangan pariwisata antara lain:
Mengembangkan wisata bahari sebagai produk wisata utama dan potensi wisata alam, budaya, kerajinan, dan agrowisata sebagai penunjang untuk pasar wisata mancanegara dan nusantara
Kawasan prioritas pariwisata barat (termasuk kawasan perencanaan) sebagai Mass Tourism terutama daya tarik wisata pantai dengan segmen pasar masyarakat umum dan wisata sejarah atau budaya untuk segmen pasar pelajar dan umum.
Kawasan sekitar Taman Wisata Pantai Kartini (termasuk kawasan perencanaan) diarahkan pengembangannya sebagai Kawasan Wisata Bahari 8
1.6. Dasar Hukum Perencanaan Dalam pelaksanaan pekerjaan perencanaan Kawasan Wisata Bahari Karangkebagusan Kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara, yang menjadi dasar hukum pelaksanaannya antara lain adalah sebagai berikut: 1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
2.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
3.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
4.
Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jepara Tahun 2011-2031
5.
Peraturan
Menteri
Kebudayaan
dan
Pariwisata
Nomor
PM.96/HK.501/MKP/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Wisata Tirta 6.
Dokumen Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Jepara
1.7. Kerangka Penulisan Agar dapat menjelaskan maksud perencanaan secara baik dan sistematis, maka penulisan laporan dijabarkan melalui beberapa bab sebagai berikut: Bab
1
Pendahuluan:
berisi
tentang
penjelasan
latar
belakang
permasalahan yang menjadi dasar dilakukannya perencanaan kali ini. Selain itu, penulis juga mencantumkan maksud dan tujuannya melakukan perencanaan ini serta output atau keluaran yang ingin dicapai. Pada bab ini juga disebutkan posisi perencanaan terhadap perencanaan lain serta dasar hukum pelaksanaan perencanaan ini. Bab 2 Tinjauan Pustaka: berisi tentang tinjauan terhadap teori-teori yang bersangkutan dengan perencanaan wisata bahari sehingga dijadikan sebagai acuan atau arahan dalam analisis dan perencanaan. Dalam bab ini juga berisi mengenai sikap yang diambil oleh penulis setelah melakukan peninjauan terhadap teori yang bersangkutan serta penarikan variabel.
9
Bab 3 Metode Perencanaan: berisi tentang penjelasan metode atau cara yang dilakukan penulis dalam menyelesaikan kegiatan perencanaan ini, mulai dari tahap persiapan, analisis, hingga perencanaan. Bab 4 Deskripsi Wilayah Perencanaan: berisi mengenai gambaran secara umum kawasan makro serta bagaimana kondisi pariwisata yang ada pada kawasan tersebut. Bab 5 Analisis Perencanaan: berisi tentang penjabaran analisis yang merupakan dasar dilakukannnya perencanaan. Dalam akhir bab ini akan ada rangkuman mengenai kondisi potensi masalah dari masing-masing aspek analisis. Bab 6 Konsep dan Rumusan Rencana: berisi tentang penjabaran konsep perencanaan, 2 (dua) alternatif rencana, pemilihan alternatif rencana dan penataan kawasan perencanaan dengan menggunakan konsep kawasan wisata bahari. Bab 7 Kesimpulan dan Saran: berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan proses yang telah dilakukan serta saran yang dapat diberikan oleh penulis.
10