BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang Setiap provinsi di Indonesia memiliki cerita rakyat yang berbeda-beda. Sebagai
salah satu dari keragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia, cerita rakyat tentu patut untuk dilestarikan keberadaannnya. Pada umumnya, cerita rakyat adalah sebuah kisah yang menceritakan mengenai asal muasal sebuah tempat atau suatu kejadian disebuah tempat yang diceritakan secara turun temurun secara lisan maupun tertulis. Dalam segi cerita, sebuah cerita rakyat mengandung nilai moral kehidupan yang ingin disampaikan dari generasi ke generasi selanjutnya melalui jalan cerita yang ditampilkan secara eksplisit maupun implisit dan sejalan dengan adat istiadat dimana cerita rakyat tersebut tumbuh. Melalui penceritaan tersebut, penanaman nilai-nilai moral diharapkan dapat lebih diterima dan menimbulkan kesan tersendiri di benak penerimanya. Tanpa disadari, banyak sekali manfaat berupa nilai etika yang bisa dipetik dari suatu cerita rakyat indonesia, misalnya tentang kebaikan, tolong menolong, keberanian, keramahan, keteguhan hati, kesabaran, pengorbanan, dan lain lain. Karena itulah mengapa cerita rakyat Indonesia mempunyai nilai dan peran yang penting untuk ditanamkan kepada setiap masyarakat Indonesia sejak dini. Hal tersebut didukung oleh Drs. Sulistiyono, dosen Universitas Muhamadiyah Jember dalam acara Seminar Nasional Dongeng, beliau menyatakan bahwa dongeng maupun cerita rakyat memiliki pesan-pesan moral yang sangat penting bagi perkembangan pola pikir anak. Selain itu, tema cerita dapat memberikan kesan mendalam pada perkembangan anak selanjutnya. Sebagai salah satu provinsi di Indonesia, Provinsi Nusa Tenggara Barat juga memiliki cerita rakyat yang berkembang di masyarakatnya. Ada banyak cerita rakyat yang berkembang di kalangan Suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok seperti, Dewi Anjani, Cupak Gerantang, dan masih banyak lainnya. Salah satu diantara cerita tersebut adalah Cerita rakyat Putri Mandalika yang juga menjadi legenda untuk tradisi tahunan suku Sasak, yaitu tradisi Bau Nyale yang pada saat ini tengah dikembangkan sebagai salah satu wisata budaya tahunan di Pulau Lombok. Dengan dikembangkannya tradisi tersebut, cerita rakyat Putri Mandalika dianggap sebagai salah satu cerita rakyat yang dikenal secara meluas oleh masyarakat di Pulau Lombok. Namun, pada kenyataannya keberadaan cerita rakyat Putri Mandalika ini ternyata tidak sepenuhnya dikenal. Berbanding terbalik dengan tradisi Bau Nyale yang semakin gencar dipromosikan dari 1
tahun ke tahun, cerita rakyat Putri Mandalika justru tidak mengalami promosi yang serupa. Akibatnya, meskipun cerita rakyat ini masih tetap di kenal secara meluas, ternyata kebanyakan dari mereka, khususnya para remaja, hanya mengenalnya sebatas pada sebuah cerita mengenai seorang putri yang melompat ke dalam laut yang kemudian berubah menjadi Nyale, mereka tidak mengetahui keseluruhan dari cerita. Cerita rakyat Putri Mandalika dapat dijadikan sebagai alat untuk memberikan contoh kepada anak, terutama dalam menanamkan pesan moral serta pembelajaran mengenai kehidupan. Cerita ini melalui tokoh Putri Mandalika salah satunya mengajarkan mengenai pengambilan suatu keputusan. Melalui serangkaian peristiwa yang terjadi dalam cerita, sang putri diceritakan berhadapan dengan situasi yang sulit dan membuatnya harus mengambil keputusan demi mencegah terjadinya perang diantara para pangeran yang memperebutkannya. Setelah menimang berbagai keputusan dengan memikirkan orang tuanya, rakyatnya, para pangeran, dan dirinya sendiri, sang putri pada akhirnya mengambilan keputusan yang dirasanya sebagai jalan terbaik untuk kebaikan semua orang dan dirinya sendiri. Pembelajaran mengenai pengambilan keputusan ini dapat dikemas dan diperkenalkan kepada anak dalam bentuk yang menarik dengan bantuan media informasi. Salah satu media yang pada saat ini tengah berkembang pesat dan dapat menarik minat anak adalah media animasi. Dalam animasi 2D salah satu unsur terpenting adalah karakter. Menurut Pardew (2008:193), karakter adalah bagian penting dalam sebuah animasi yang dapat menarik minat serta perhatian audience terhadap suatu film animasi. Semakin kuat suatu karakter meninggalkan kesan pada audience-nya maka semakin mudah bagi audience untuk memahami kepribadian dan pesan yang ditampilkan di dalam karakter. Maka dari itu, perlu adanya perancangan karakter animasi 2D dari tokoh Putri Mandalika untuk menyampaikan kepribadian dan pembelajaran kehidupan yang tertanam dalam kepribadian Putri Mandalika sehingga bisa menjadi karakter panutan bagi anak dalam kehidupannya sehari-hari. 1.2
Identifikasi Masalah
a.
Meskipun tokoh Putri Mandalika dikenal oleh seluruh masyarakat suku Sasak, namun pada kenyataannya,
tokoh Putri Mandalika kebanyakan hanya dikenal
sebagai seorang putri yang berubah menjadi Nyale tanpa mengenal kisahnya. b.
Perlu adanya perancangan karakter animasi 2D untuk mengemas sosok Putri Mandalika agar dapat menarik minat dan perhatian dari anak sehingga sosok Putri Mandalika dapat dikenal dan dipahami oleh anak. 2
1.3
Rumusan Masalah a. Bagaimana proses adaptasi cerita rakyat Putri Mandalika ke dalam media animasi? b. Bagaimana merancang karakter tokoh Putri Mandalika berdasarkan cerita rakyat Putri Mandalika dalam bentuk animasi 2D?
1.4
Ruang Lingkup Dalam penelitian ini, untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dibahas,
maka fokus perancangan pengkaryaan ini berfokus pada perancangan karakter Putri Mandalika yang dapat menarik minat serta perhatian dari target audience. Adapun ruang lingkup tersebut dijabarkan sebagai berikut: a.
Adaptasi cerita rakyat Putri Mandalika ke dalam media animasi dengan versi cerita yang dapat menarik minat dan ketertarikan target audience, yaitu anak usia 11-13 tahun.
b.
Perancangan karakter Putri Mandalika yang ditujukan untuk menarik minat dan ketertarikan anak usia 11-13 tahun.
c.
Perancangan karakter ini ditujukan kepada anak yang tinggal di Kota Selong, Kabupaten Lombok Timur, Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan target audience anak pada kisaran umur 11 tahun hingga 13 tahun.
1.5
Tujuan Penelitian Memperkenalkan kembali tokoh Putri Mandalika dalam bentuk yang sejalan
dengan kemajuan zaman yang disukai oleh khalayak sasaran, yaitu remaja pada rentang usia 11 tahun hingga 13 tahun sehingga anak dapat mengenal sosok Putri Mandalika. 1.6
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah memperkenalkan kembali cerita
rakyat Putri Mandalika kepada remaja sehingga anak dapat mengenal sosok Putri Mandalika baik sifat maupun kepribadiannya yang dapat dijadikan pembelajaran mengenai kehidupan sehari-hari.
3
1.7
Metodologi Penelitian
1.7.1
Metode Pengumpulan Data Metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berfokus pada analisis untuk mendeskripsikan data-data yang diperoleh melalui serangkaian pengumpulan data seperti wawancara, observasi, kajian pustaka, dan lain-lainnya. Hasil dari penelitian dengan metode ini dapat berbeda pada setiap orangnya meskipun memiliki topik yang sama, tergantung pada batasan masalah-masalah yang dikehendaki oleh peneliti serta informasi yang didapat. Pendekatan dari penelitian kualitatif yang digunakan adalah pendekatan studi kasus. Menurut Creswell (2014) dalam bukunya yang berjudul Penelitian Kualitatif & Desain Riset menyatakan bahwa studi kasus adalah satu jenis desain dalam penelitian kualitatif yang dapat berupa objek penelitian juga hasil dari penelitian tersebut dimana peneliti mengeksplorasi kehidupan-nyata, sistem terbatas-kontemporer (kasus) atau beragam sistem terbatas (berbagai kasus) melalui pengumpulan data yang bersifat detail dan mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi dan melaporkan deskripsi kasus dan tema kasus. Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut: a.
Observasi Observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap
aktivitas dan tingkah laku target audience pada lokasi yang telah ditetapkan (Creswell, 2014:231).
Penulis melakukan observasi di wilayah kota Selong
dengan mengamati tingkah laku dan keseharian anak usia 11-13 tahun di wilayah tersebut. Pengamatan ini dimanfaatkan oleh penulis untuk mengumpulkan datadata mengenai pengetahuan anak usia Sekolah Menengah Pertama terhadap cerita rakyat Putri Mandalika. Untuk membantu proses observasi, penulis juga menggunakan teknik kuesioner dalam mengetahui ketertarikan anak terhadap bentuk visual animasi yang lebih diminati. Selain mengamati hal tersebut, penulis juga melakukan observasi kepada karakteristik yang dimiliki oleh wanita suku Sasak sebagai referensi yang dapat membantu dalam studi perancangan karakter Putri Mandalika.
4
b.
Studi Pustaka Pengumpulan data-data literatur yang diperlukan melalui buku teori, jurnal, berita, dan lain-lainnya yang berkaitan dengan penelitian sebagai data pendukung serta menambah bukti terhadap penelitian yang dilakukan. Terdapat beberapa buku yang memuat mengenai cerita rakyat Putri Mandalika yang dipergunakan sebaga referensi diantaranya adalah buku karangan Lalu Wacara berjudul “Nyale di Lombok”, buku karangan Cri Maharani yang berjudul “Cerita Rakyat: Asli Indonesia”. Selain itu, terdapat pula beberapa bentuk animasi dari cerita rakyat Putri Mandalika yang dapat dijadikan referensi lainnya sebagai bahan komparasi dengan animasi cerita rakyat Putri Mandalika yang tengah dirancang.
c.
Wawancara Penulis melakukan wawancara terhadap pihak-pihak terkait yang dapat memberikan penjelasan berkaitan dengan objek penelitian. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan berhadapan secara langsung dan memberikan serangkaian pertanyaan kepada responden untuk memperoleh
informasi yang
berkaitan dengan objek penelitian yang diambil. 1.7.2
Metode Analisis Data Metode Analisis data yang digunakan adalah teori adaptasi. Penggunaan teori ini digunakan untuk membedah konten cerita dari cerita rakyat Putri Mandalika sehingga didapatlah konten yang akan digunakan dalam membangun hasil akhir dari penelitian yang dilakukan.
1.7.3
Metode Perancangan a.
Pra Produksi Tahap pengumpulan data mengenai perancangan yang akan dilakukan,
menyusun konsep, serta melakukan analisis terhadap konten. b.
Produksi Proses pengerjaan karya sesuai dengan konsep yang telah dibentuk dan
analisis konten yang dilakukan. c.
Pasca Produksi Tahap akhir penyelesaian perancangan karya. 5
1.8
Kerangka Penelitian
Gambar 1.1. Kerangka Berpikir Sumber : Dokumentasi Pribadi
6
1.9
Pembabakan
BAB 1 : Pendahuluan Berisikan latar belakang permasalahan, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan perancangan, metode perancangan yang digunakan sebagai acuan dalam perancangan media. BAB II : Kajian Teori Menjelaskan dasar pemikiran dan teori-teori yang releven untuk dipergunakan sebagai dasar untuk melakukan perancangan. BAB III : Data dan Analisis Bab ini memuat berbagai data dan analisis mengenai referensi yang mendukung proses perancangan berdasarkan metode penelitian yang digunakan. BAB IV : Konsep dan Hasil Perancangan Dalam bab ini berisi tentang konsep hingga hasil peracangan berdasarkan peracangan yang telah dilakukan yang disesuaikan dengan penggunaan media. BAB V : Kesimpulan dan Saran Merupakan bab penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran
7