BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kawasan Kota Tua merupakan salah satu kawasan potensial di Kota Padang. Kawasan ini memiliki posisi yang strategis, nilai sejarah yang vital, budaya
yang beragam,
corak
arsitektur
yang khas,
hingga
berfungsi
menghubungkan daratan Sumatera dengan pulau-pulau kecil di Sumatera Barat seperti Kepulauan Mentawai dan Pulau Sikuai. Dari sisi bentang alam, kawasan ini juga memiliki view yang indah dan dilewati Sungai Batang Arau sebagai salah satu sungai besar di Kota Padang. Namun demikian, meski dengan banyaknya potensi tersebut, saat ini kawasan Kota Tua cenderung ditinggalkan dan tidak dimanfaatkan secara optimal. Dilihat dari sisi sejarah, lokasi kawasan perencanaan yang terletak di daerah pesisir dan dekat dengan pelabuhan, membuat kawasan ini dahulunya dijadikan pusat pertahanan, perdagangan, dan pemerintahan Belanda di Sumatera bagian tengah. Bermula dari kegiatan perdagangan, kawasan ini berkembang dan menjadi tujuan migran dari berbagai etnis yakni pedagang Cina, India, Aceh, bahkan Portugis dan Belanda. Perkembangan perekonomian juga berdampak pada tingginya kebutuhan pekerja kasar dan masuknya suku Nias sebagai budak hasil tawanan perang Belanda ke Kota Padang. Dengan demikian, terbentuklah Kota Padang yang multietnis dan multikultur. Hingga saat ini, nilai sejarah dan keragaman budaya yang ada masih terlihat dari beragamnya kepercayaan, corak arsitektur, event budaya, hingga masakan tradisional yang ada di kawasan perencanaan. Untuk itu, dalam rangka menjaga salah satu peninggalan bersejarah dan hasil kebudayaan yang ada, Kota Padang telah bergabung ke dalam Jaringan Kota Pusaka Indonesia dan ditetapkan 74 bangunan sebagai bangunan pusaka yang dilindungi berdasarkan SK Walikota Padang Nomor 03 Tahun 1998. Nilai sejarah dan budaya yang berkembang di Kota Tua ternyata belum mampu menghadapi tantangan-tantangan yang ada pada kawasan ini. Bencana
gempa bumi pada 2007 dan 2009 memicu muncul banyak kerusakan pada kawasan Kota Tua. Tak hanya kerusakan aristektural namun juga penurunan aktivitas masyarakat pada lokasi terkait. Banyaknya bangunan yang rusak, tidak dimanfaatkan lagi, dan dijual menandai pengurangan aktivitas di kawasan ini. Hingga saat ini, selain fungsi permukiman, sebagian besar bangunan digunakan sebagai gudang dan peternakan burung wallet dengan kondisi tidak terawat. Meski kebangkitan kawasan terlihat dari ditetapkannya Kelurahan Kampung Pondok, pada kawasan Kota Tua, sebagai kelurahan terbaik nasional, diantaranya karena percepatan pembangunan kembali pasca gempa 2009, tidak keseluruhan kawasan Kota Tua Padang mampu bangkit dari kondisi ini. Beberapa area hingga saat ini malah menjadi terlupakan dan terpinggirkan. Dalam RTRW Kota Padang Tahun 2010-2030, kawasan Kota Tua ditetapkan sebagai cagar budaya untuk fungsi pariwisata. Namun demikian, belum ada tanda-tanda berkembangnya kegiatan ekonomi berbasis pariwisata di kawasan terkait. Kebanyakan pendatang memang mengunjungi Kota Tua untuk sekedar melihat-lihat. Belum ada upaya yang dilakukan untuk mengelola potensi pariwisata yang ada dan memperbesar daya tarik kawasan. Dengan demikian, banyaknya kepentingan yang ada, yakni konservasi bangunan bersejarah, perlindungan kebencanaan, dan peluang pariwisata, menyebabkan perlu disusun sebuah rancangan regenerasi dalam rangka pembaruan kawasan dan optimalisasi seluruh potensi yang ada, namun tetap dapat mewadahi keseluruhan kepentingan. Dalam upaya regenerasi kawasan ini, kemudian dilakukan pemilihan terhadap strategi regenerasi yang sesuai. Karena keragaman budaya dan trend pasar wisata budaya (cultural tourism) yang telah beralih pada wisata kreatif (creative tourism), maka cultural quarter dianggap sebagai satu strategi yang sesuai. Adapun cultural quarter merupakan strategi pencitraan kembali (re-imagining) sebuah kota dengan mengutamakan pelestarian budaya lokal dan kreativitas komunitas. Cultural quarter memandang bahwa budaya merupakan modal perekonomian yang besar sehingga perlu dilakukan komodifikasi/komersialisasi. Hal ini yang kemudian dikenal sebagai konsep creative city. Urgensi konsep ini di
Indonesia
diperlihatkan
dengan
ditetapkannya
Tahun
Ekonomi
Kreatif
Departemen Perdagangan dan Perindustrian pada 2009. Dalam konteks kawasan perencanaan, konsep kota kreatif kemudian diturunkan dalam skala kawasan dan diadaptasi untuk kepentingan pariwisata, dikenal dengan konsep wisata kreatif / creative tourism. Dengan demikian, hal ini melatarbelakangi dilakukan upaya regenerasi Kota Tua untuk tujuan wisata menggunakan konsep kawasan kreatif. Upaya ini dilakukan untuk menata, memvitalkan kembali, dan mendorong optimalisasi pemanfaatan potensi kawasan Kota Tua Padang. NILAI SEJARAH KAWASAN
KONSERVASI HERITAGE
ANCAMAN KEBENCANAAN
KETAHANAN BENCANA
KAWASAN TUJUAN WISATA
PENGEMBANGAN PARIWISATA
UPAYA REGENERASI KAWASAN YANG MEWADAHI KESELURUHAN KEPENTINGAN
POTENSI BUDAYA KOTA TUA
REGENERASI KAWASAN KOTA TUA DENGAN KONSEP WISATA KREATIF BERBASIS BUDAYA LOKAL
Gambar 1.1 Latar Belakang Sumber: Analisis Penulis, 2015
1.2 PERMASALAHAN Ada banyak permasalahan yang muncul pada kawasan perencanaan. Secara umum permasalahan tersebut dapat dikelompokan pada 5 permasalahan utama sebagai berikut:
Tabel 1.1 Permasalahan Kawasan Perencanaan No 1
Permasalahan Berada pada kawasan rawan bencana tsunami, gempa bumi, dan banjir. 2 Pendangkalan sungai dan banyaknya sampah di sungai. 3 Banyak bangunan cagar budaya yang rusak pasca gempa 2007 dan 2009. 4 Kurang optimalnya penggunaan bangunan bersejarah. 5 Mahalnya biaya rekonstruksi bangunan bersejarah yang rusak. 6 Terancam hilangnya identitas lokal. 7 Minimnya fungsi parkir. 8 Kerusakan beberapa ruas jalan. 9 Minim akses transportasi publik. 10 Minimnya penerangan jalan hingga muncul hiburan ilegal. 11 Banyak titik penumpukan sampah. 12 Buruknya kualitas air bersih. 13 Belum didukung sarana olahraga dan rekreasi yang bisa diakses publik. 14 Belum terkelolanya atraksi wisata. 15 Belum tertatanya PKL . Sumber: Analisis Penulis, 2015
Kelompok Masalah Potensi Kebencanaan.
Permasalahan Konservasi Heritage.
Permasalahan Bidang Transportasi. Pemenuhan Kebutuhan Dasar.
Permasalahan Kepariwisataan.
Dalam rangka mengatasi kelima masalah utama tersebut, dilakukan upaya regenerasi pada kawasan perencanaan. Untuk itu, permasalahan yang diangkat adalah bagaimana perancangan regenerasi kawasan dengan konsep kawasan wisata kreatif yang sesuai untuk diterapkan pada kawasan Kota Tua Padang? 1.3 TUJUAN PERENCANAAN Tujuan dilaksanakannya kegiatan perencanaan ini adalah merumuskan rencana regenerasi kawasan Kota Tua sebagai tujuan wisata kreatif. Rencana ini diharapkan mampu mengoptimalkan potensi yang ada dan dapat menyelesaikan keseluruhan permasalahan pada kawasan perencanaan.
1.4 MANFAAT PERENCANAAN Beberapa manfaat yang dapat diterima dari kegiatan perencanaan ini adalah: a. Mahasiswa mampu memahami konsep kota kreatif yang kemudian diadaptasi untuk kepentingan pariwisata dalam kawasan; b. Mahasiswa mampu merekayasa upaya regenerasi kawasan untuk tujuan wisata kreatif; c. Sebagai sumbangan ide dan pemikiran untuk pengembangan bidang perencanaan, khususnya dalam rekayasa kawasan wisata kreatif. 1.5 RUANG LINGKUP PERENCANAAN 1.5.1 LOKASI Kegiatan perencanaan dilakukan pada kawasan Kota Tua Padang. Luasnya kawasan Kota Tua menyebabkan dilakukan delineasi ulang terhadap kawasan sehingga didapat lokasi perencanaan sebagai berikut:
Gambar 1.2 Peta Lokasi Perencanaan Sumber: Google Maps (2013), UNESCO (2010), Survei Lapangan (2013)
1.5.2 FOKUS Proses perencanaan menitikberatkan pada upaya regenerasi kawasan Kota Tua Padang untuk tujuan wisata kreatif. Meski kegiatan regenerasi merupakan penataan kembali lingkungan secara komprehensif pada berbagai aspek, pada kegiatan perencanaan ini dilakukan penataan hanya pada aspek fisik/spasial. Upaya regenerasi dilakukan dengan mendorong tumbuhnya kegiatan kreatif berbasis budaya lokal dan melengkapi kawasan dengan fasilitas penunjang pariwisata. Hal ini dilakukan dengan merekayasa 4 objek pembangunan kawasan kreatif dan 4 objek pembangunan kawasan wisata kreatif. Objek pembangunan kawasan kreatif yang dimaksudkan adalah jalan dan jalur pedestrian, kondisi arsitektur, ruang kreatif, dan sarana kebutuhan dasar. Sedangkan objek pembangunan kawasan wisata kreatif yang digunakan adalah atraksi, layanan, transportasi, dan informasi. 1.6 PERENCANAAN TERKAIT Ada beberapa kegiatan regenerasi kawasan yang telah dilakukan dan memiliki kemiripan dengan kegiatan perencanaan ini yakni: 1. CV Dinamika Cipta Utama. 2012. Penyusunan Revitalisasi Kawasan Klenteng Kota Padang. Kegiatan ini merupakan agenda BAPPEDA Kota Padang yang dilaksanakan oleh konsultan. Kesamaan dengan kegiatan perencanaan yang penulis lakukan yakni lokasi pada kawasan Kota Tua Padang dengan tujuan meregenerasi kawasan bersejarah. Namun, kegiatan perencanaan ini tidak menekankan pengembangan kegiatan wisata kreatif. 2. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang. 2013. Perencanaan Kawasan Pusat Kuliner di Kota Padang. Kegiatan perencanaan yang dilakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata ini memiliki kemiripan juga dari sisi lokasi yakni kawasan Kota Tua, meski bukan pada kawasan perencanaan yang ditentukan. Namun demikian, perencanaan ini fokus pada salah satu subsektor kreatif yakni kegiatan kuliner tanpa pengembangan subsektor lain.