BAB I PENDAHULUAN Pada Bab I ini akan diuraikan tentang latar belakang yang menjadi dasar pertimbangan
dalam penyusunan laporan ini. Serta akan diuraikan mengenai
rumusan masalah, tujuan, metode penelitian, serta metode perancangan. 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara agraris, Indonesia memiliki kekayaan alam dan hayati yang sangat beragam yang jika dikelola dengan tepat, kekayaan tersebut mampu menjadi andalan perekonomian nasional. Kondisi agroklimatik di wilayah Indonesia sangat sesuai untuk pengembangan komoditas tropis dan sebagian sub tropis pada ketinggian antara nol sampai ribuan meter diatas permukaan laut. Komoditas pertanian (mencakup tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan) dengan keragaman dan keunikannya yang bernilai tinggi serta diperkuat oleh kekayaan kultural yang sangat beragam mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, sehingga keseluruhannya sangat berpeluang besar menjadi andalan dalam perekonomian Indonesia.
1
Salah satu hasil pertanian yang termasuk produk unggulan Indonesia adalah kopi. Saat ini, kopi Indonesia menduduki peringkat ke 4 di dunia dari sisi tingkat output produksinya. Data yang didapatkan dari Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia (Ditjenbun, 2011) jumlah lahan yang digunakan sebagai area kebun kopi dan hasil produksi kopi terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, terdapat 1.308.000 Ha lahan kopi dengan hasil produksi sebesar 709.000 ton/tahun. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 3,65% dari data tahun sebelumnya. (Tesavrita dan Martaleo, 2013:6-13) Kopi Arabika merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat yang mendiami wilayah dataran tinggi Ngada di pulau Flores bagian tengah pada koordinat antara 120°05‟ BT – 121°03‟ BT dan 08°45‟ LS – 08°52‟ LS Dataran tinggi Ngada merupakan kawasan pertemuan dua lereng gunung api, yaitu Gunung Inerie dan Gunung Abulobo. Secara administratif kawasan tersebut merupakan wilayah dua kecamatan, yaitu Kecamatan Bajawa dan Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di dataran tinggi Ngada kopi ditanam pada ketinggian antara 1.000 – 1.550 m d.p.l. pada tanah vulkanik jenis Andosol yang subur. Suhu udara rata-rata 15 – 25 ºC dan pada saat-saat tertentu suhu udara sangat dingin (< 10 ºC) karena pengaruh hembusan angin muson tenggara dari Benua Australia. Kawasan ini memiliki tipe iklim kering dengan curah hujan rata-rata sekitar 2.500 mm per tahun dan terdapat 3 – 5 bulan kering yang tegas pada bulan Juni – Oktober. (BPS Kabupaten Ngada 2014). Kopi Arabika Flores Bajawa, telah menjuarai Kontes yang diadakan oleh Association Of Indonesian Coffee Exporters And Pabrikes (AICE) pada tahun 2009. Kontes ini melombakan cita rasa khas dari berbagai jenis kopi di Indonesia. Kopi Arabika Flores Bajawa dinilai mempunyai cita rasa khas yaitu rasa madu. Kopi Arabika Flores Bajawa juga telah melalui pengujian di laboratorium Sucofindo dan dinyatakan layak ekspor. Sucofindo merupakan Laboratorium Pengujian, Terbaik di seluruh Indonesia. Sucofindo memiliki laboratorium terlengkap dan modern untuk memastikan mutu yang diinginkan. (Sumarno, 2009:8) Kopi Arabika hasil olahan kelompok tani ini juga ternyata tergolong dalam mutu spesialti (specialty coffee) karena citarasanya yang enak, khas, dan unik. Sebagian besar kopi Arabika dari kawasan ini jika disangrai pada tingkat sedang
2
(medium roasting) secara umum memiliki komponen-komponen citarasa utama sebagai berikut: bau kopi bubuk kering (fragrance) dan bau kopi seduhan (aroma) kuat bernuansa bau bunga (floral), perisa (flavor) enak dan kuat, kekentalan (body) sedang sampai kental, keasaman (acidity) sedang, serta kesan rasa manis (sweetness) kuat. (Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis,2011:14-17) Kehadiran pabrik pengolahan kopi mentah menjadi kopi olahan bagi masyarakat kabupaten Ngada merupakan sebuah solusi untuk mengatasi ketimpangan yang dialami petani antara modal yang dikeluarkan dan hasil yang didapat. Jika melihat aspek finansial, hasil yang didapat dari menjual biji kopi olah akan lebih besar dari hasil menjual biji kopi mentah. Berdasarkan hasil wawancara awal di lapangan, didapatkan bahwa petani hanya mendapat Rp 12.000,- s.d. Rp. 17.000,- untuk satu kg biji kopi mentah. Sedangkan jika petani bisa mengolah sendiri biji kopi mentah menjadi biji kopi olahan, maka harga jualnya akan naik menjadi Rp 55.000,- s.d 70.000,- per kg. Namun, untuk dapat mengolah biji kopi mentah menjadi biji kopi olah, diperlukan suatu system produksi pengolahan kopi yang terintegrasi didalam suatu pabrik pengolahan kopi modern. Masalah lain yang dihadapi para petani adalah ketidaksanggupan mereka untuk memenuhi kuota permintaan pasar yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan oleh fasilitas berupa mesin pengolahan yang masih belum memadai. Kuota permintaan pasar adalah 1000 ton/tahun sedangkan petani di Ngada saat ini hanya mampu menghasilkan 100 ton/tahun. Kopi arabika yang dikembangkan di kabupaten Ngada turut mengundang para wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung dan melihat secara langsung proses pengolahan biji kopi arabika. Namun para wisatawan terkadang dihadapkan pada keterbatasan fasilitas seperti tempat-tempat kedai kopi atau coffee shop untuk menikmati seduhan kopi arabika. Hal ini membuat kopi yang dihidangkan dan dinikmati para wisatawan mancanegara pun masih sangat sederhana dan bersifat tradisional. Tentunya hal ini menjadi sebuah masalah manakala para wisatawan yang berkunjung telah terbiasa menikmati hidangan kopi dengan varian rasa yang beraneka macam. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis berkeinginan memberikan sebuah solusi melalui perencanaan dan perancangan pusat pengolahan kopi arabika yang
3
terdiri atas sebuah pabrik pengolahan biji kopi mentah lengkap dengan area coffee shop yang terintegrasi. Adapun pembahasan terkait perancangan akan dibahas secara lebih terperinci pada bagian selanjutnya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan permasalahan pada tulisan ini adalah: a. Bagaimana spesifikasi umum dan khusus untuk sebuah pabrik pengolahan Kopi Arabika di Kabupaten Ngada, Flores? b. Apa tema yang sesuai untuk sebuah pabrik pengolahan Kopi Arabika di Kabupaten Ngada? c. Bagaimana program ruang dan tapak untuk perancangan pabrik pengolahan Kopi Arabika di Ngada? d. Bagaimana konsep perancangan yang tepat untuk pabrik pengolahan Kopi Arabika di Kabupaten Ngada?
1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah : a. Menghasilkan model desain pabrik yang baik menurut kaidah-kaidah arsitektur yang dapat diaplikasikan. b. Mengangkat konsep arsitektur lokal dan dipadukan dengan arsitektur modern sehingga dapat diaplikasikan pada konsep serta tema bangunan yang akan dirancang sehingga selain bertujuan mengangkat komoditas kopi yang ada pengadaan pabrik juga membawa dampak positif bagi kelestarian arsitektur lokal. c. Membantu masyarakat meningkatkan produksi kopi arabika sehingga secara langsung dapat memperbaiki tingkat pendapatan masyarakat setempat. d. Untuk membantu melestarikan komoditi unggul masyarakat Ngada, Flores melalui konsep desain pabrik yang tepat dan berwawasan lingkungan.
4
1.4 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan didalam menyusun karya ilmiah ini dibagi menjadi tiga yaitu teknik pengumpulan data, pengolahan data, dan penyimpulan data. 1.4.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan didalam penyusunan laporan ini adalah: a. Study Literatur Study literatur dilakukan untuk :
Melakukan pendekatan masalah melalui kajian pustaka untuk menambah pemahaman mengenai pengertian-pengertian akan aspek-aspek yang akan terlibat didalam perancangan, serta teknis perancangan pabrik dan coffe shop.
Mencari kajian-kajian teoritis mengenai aspek-aspek yang potensial menjadi solusi permasalahan desain dalam rangka menguji kelayakannya menjadi koridor perancangan sekaligus mendalaminya jika nanti telah terbukti layak.
b. Pengamatan Lapangan Pengamatan lapangan dilakukan untuk :
Mendapatkan data-data mengenai kondisi lahan, potensi lokasi serta permasalahannya terhadap daerah sekitar, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi atau menjadi batasan-batasan dalam proses perancangan nantinya.
Mempelajari karakter lokasi dan merasakan langsung situasi dan kondisi ketika berada pada site sehingga memudahkan penulis mentransformasikan ide-ide kedalam konsep perancangan.
c. Wawancara Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait dengan perkembangan kopi dan usaha pengolahan kopi arabika dengan nara sumber yang dapat dipercaya seperti pihak pemerintah dan pengusaha kopi arabika “Flores Bajawa”.
5
d. Data Instasional Pengumpulan data dari instansi-instansi pemerintah terkait, yang berhubungan dengan proyek yang akan dibuat.
1.4.2 Teknik Pengolahan Data Dalam teknik pengolahan data terdapat tiga tahapan yang dilakukan, diantaranya: a. Kompilasi Data Data yang telah dikumpulkan dikelompokan dengan kriteria data masing-masing yang kemudian dicari kaitannya antara yang satu dengan lainnya. b. Analisis Data Berdasarkan
kompilasi
data,
kemudian
dilakukan
penguraian
setiap
permasalahan dengan dukungan data yang telah didapat. c. Sintesis Mengintegrasikan setiap permasalahan yang ada ke dalam kelompok-kelompok beserta faktor pengaruhnya sebagai jalan keluar terbaik untuk memecahkan permasalahan.
6