Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sasaran utama perancangan transportasi massal adalah jumlah manusia atau barang yang dapat diangkut per satuan waktu. Pada moda transportasi darat, pengertiannya menjadi jumlah manusia yang melewati suatu ruas jalan per satuan waktu yang nilainya akan bergantung pada sarana (kendaraan) yang digunakan. Contohnya sebuah bus berkapasitas 60 penumpang memakan panjang jalan tiga kali lipat sebuah mobil sedan berkapasitas 5 penumpang, sehingga pada kecepatan yang sama, bus tersebut dapat mengangkut penumpang empat kali lebih cepat daripada sedan. Berbeda dengan transportasi, sasaran utama perancangan lalu-lintas adalah jumlah unit kendaraan yang lewat per satuan waktu. Pengertian lalu-lintas tidak sama dengan transportasi sehingga solusi persoalan lalu-lintas dan transportasi akan berbeda. Solusi persoalan lalu-lintas adalah pada manusia, prasarana (jalan), regulasi pemerintah, dan penunjang sedangkan solusi persoalan transportasi adalah pada sarananya. Kemacetan merupakan persoalan lalu-lintas yang umum terjadi di kota-kota besar di Indonesia serta berdampak besar pada pemborosan energi dan polusi udara. Kemacetan timbul akibat jumlah unit kendaraan yang lewat melebihi kapasitas jalan. Salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan adalah dengan menambah ruas jalan dan mengurangi jumlah kendaraan yang lewat. Persoalannya adalah jumlah penumpang yang harus dipindahkan tidak mungkin dikurangi sehingga apabila jumlah kendaraan hendak dikurangi maka jumlah penumpang yang diangkut satu unit kendaraan harus ditambah. Cara untuk menambah kapasitas angkut penumpang per kendaraan adalah dengan menggunakan moda transportasi massal. Contohnya 200 sedan (panjang 5 m) yang digunakan untuk mengangkut 1000 penumpang dan memakan panjang
1
jalan 1 km dapat digantikan oleh 17 bus (panjang 12 m) yang hanya memakan panjang jalan 200 m. Di Indonesia jumlah moda transportasi yang mampu mengangkut banyak penumpang masih kurang. Moda transportasi massal yang jumlahnya paling banyak di kota besar Indonesia saat ini adalah angkot dan bus kecil padahal kotakota besar di negara maju pada umumnya menggunakan kereta bawah tanah dan trem sebagai moda transportasi massal yang memerlukan jalur khusus serta bus tempel sebagai moda transportasi massal yang memakai jalan aspal. Dengan kemampuan finansial yang rendah, Indonesia akan sulit membiayai prasarana dan penunjang kereta bawah tanah dan trem. Oleh karena itu, bus tempel merupakan alternatif lebih baik sebagai moda transportasi massal yang layak diaplikasikan di sejumlah kota besar di Indonesia. Jika akan menggunakan bus tempel maka investasi infrastruktur yang harus dilakukan hanya mengubah sistem lalulintas, menghilangkan objek-objek yang dapat menghalangi gerakan bus tempel, dan menempatkan halte khusus apabila diperlukan. Pemerintah dapat langsung membeli bus dari produsen luar negeri dengan harga cukup mahal. Dari pandangan akademis, penulis tertarik pada bagaimana cara membuat bus tempel di dalam negeri hingga dapat menekan harga. Articulated bus atau bus tempel adalah salah satu sarana transportasi massal yang sudah dikenal secara luas. Bus tempel adalah bus yang berbadan dua, berkapasitas sekitar 180 penumpang (berdiri), memiliki sambungan belok di antara kedua badan bus, dan memiliki koridor yang menghubungkan antara badan bus depan dan belakang. Ada dua jenis bus tempel yang dikenal sampai saat ini, yaitu jenis puller (penarik) dan jenis pusher (pendorong). Masing-masing jenis bus tempel tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, diantaranya adalah: •
Bus tempel tipe penarik 1. konstruksi relatif murah 2. memerlukan ruang berbelok yang lebih sempit
2
3. bising karena lokasi mesin di bawah lantai penumpang 4. lantai bus tidak dapat dibuat rendah (low deck) •
Bus tempel tipe pendorong 1. lantai bus dapat dibuat rendah 2. tidak bising karena lokasi mesin di badan bus belakang 3. memerlukan ruang berbelok yang lebih lebar 4. harga bus lebih mahal daripada bus tempel tipe penarik
Gambar 1.1 Lay out dan kondisi berbelok bus tempel tipe penarik (a) dan tipe pendorong (b)
1.2 Tujuan dan Sasaran Dalam penelitian ini penulis menetapkan dua tujuan, yaitu: 1. mempelajari parameter perancangan bus tempel tipe pendorong 2. menentukan karakteristik dinamik bus tempel tipe pendorong Untuk mencapai tujuan tersebut, penulis menetapkan beberapa sasaran: 1. membandingkan karakteristik dinamik bus tempel tipe pendorong empat gandar dengan bus tempel tipe pendorong tiga gandar yang telah ada 2. mempelajari pengaruh jarak antargandar terhadap karakteristik dinamk bus tempel 3. membandingkan karakteristik dinamik bus tempel tipe pendorong tanpa peredam dengan yang dilengkapi peredam
3
4. melakukan interpretasi hasil analisis dan merumuskan karakteristik dinamik bus tempel tipe pendorong 1.3 Metodologi Penyelesaian Masalah Penulis merumuskan metodologi dalam beberapa tahapan: 1. Metodologi pengumpulan data Data-data yang diperlukan diantaranya adalah data lay out bus tempel yang sudah (Volvo B9-LA dan Mercedes Benz Citaro-G), data layout chassis (MAN), serta data peredam (ATG dan SKD). Data-data tersebut diperoleh dari penelusuran internet. 2. Metodologi penentuan lay out bus tempel empat gandar Lay out bus tempel empat gandar yang akan dibandingkan ditentukan dengan metode menggabungkan dimensi bus tempel tiga gandar yang sudah ada dengan bus standar yang meliputi jarak antargandar dan panjang overhang. Untuk memudahkan dalam memperkirakan letak titik berat maka pada lay out yang dibuat tidak ada penumpang berdiri. 3. Metodologi analisis dinamik Analisis dinamik yang dilakukan mencakup tire dynamics untuk menentukan gaya-gaya yang bekerja pada roda, analisis Ackerman geometry untuk memperkirakan hubungan sudut stir antara bus bagian depan (header) dan bus bagian belakang (pusher), dan lateral dynamics untuk menghasilkan fungsi transfer bus tempel untuk memperkirakan kestabilan kendaraan pada sumbu lateral. Kestabilan kendaraan arah lateral ini mencakup respon kendaraan ketika melaju dengan kecepatan tertentu jika diberi input sudut stir kecil dari unit depan (header).
4
1.4 Sistematika Penulisan Tugas sarjana ini terdiri dari lima bab. Bab pertama yaitu Pendahuluan membahas mengenai latar belakang, tujuan, metodologi, dan sistematika penulisan tugas ini. Bab kedua yaitu Kajian Analisis Dinamik Bus Tempel Tipe Penarik Empat Gandar memuat hasil tugas akhir sebelumnya. Bab ketiga yaitu Perancangan Lay Out dan Perumusan Parameter-parameter Bus Tempel Tipe Pendorong meliputi perancangan dimensi dan geometri Ackerman, perkiraan letak titik berat, dan perumusan hubungan antar sudut. Bab keempat yaitu Analisis Dinamik menguraikan analisis dinamik sebagai inti dari tugas sarjana ini. Keluaran analisis dinamik ini adalah interpretasi kestabilan bus tempel tipe pendorong pada arah lateral kendaraan. Bab kelima, yaitu Kesimpulan dan Pengembangan Lanjut sebagai penutup tugas sarjana ini. Bab ini berisi mengenai kesimpulan yang merujuk pada tujuan tugas sarjana yang telah ditetapkan pada bab pertama serta menyertakan kesimpulan-kesimpulan lain yang diperoleh selama pengerjaan tugas ini. Bab ini pun menyertakan saran yang berkaitan dengan kelanjutan pengembangan teknologi bus tempel di Indonesia. Di bagian terakhir, yaitu lampiran, berisi penurunan persamaan-persamaan yang digunakan dalam tugas sarjana ini dan teori dasar yang digunakan dalam analisis dinamik.
5