BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pertanian atau sering disebut usahatani pada awalnya merupakan usaha yang
bersifat mandiri (subsistance farm), yaitu usaha yang hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarganya (Mardikanto dan Sutarni, 1982). Pada era global saat ini, telah terjadi peralihan dari usahatani mandiri menuju usahatani komersial (commercial farm), yaitu usaha yang bertujuan untuk menjual seluruh hasil produksinya demi memperoleh uang. Hal ini dilakukan oleh petani untuk meningkatkan kesejahteraan dan mencukupi segala kebutuhan keluarganya baik kebutuhan primer, sekunder, bahkan tersier. Oleh karena itu, petani memerlukan suatu bentuk pendidikan yang efektif dan inovasi-inovasi baru demi menjaga eksistensi dan daya saing secara global. Pendidikan non-formal yang praktis dan mudah diterapkan pada usaha produksi pertanian merupakan pendidikan yang dipandang cocok untuk petani. Pendidikan ini bertujuan untuk menumbuhkan kemandirian dan mengembangkan kemampuan petani yang selama ini dianggap kurang berdaya. Selanjutnya Hariadi (2011) menyatakan bahwa pengembangan sumberdaya manusia pertanian merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan, karena dengan meningkatnya kualitas sumberdaya, petani akan mampu mengatasi berbagai problema pertanian yang penuh resiko baik dalam hal peningkatan produksi maupun dalam peningkatan pendapatan dan pengembangan usaha pertanian. Selain itu, pemberian pendidikan kepada petani dapat mendukung kesuksesan pembangunan nasional. Diharapkan petani dapat mengembangkan pengetahuan dan kreatifitas dalam bertani untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraannya. Penyuluhan pertanian merupakan suatu sistem pendidikan non-formal yang dianggap cocok untuk mengembangkan sumberdaya petani. Penyuluhan pertanian bertujuan untuk mengubah perilaku petani untuk bertani dengan lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment) (Kementerian Pertanian, 2014). Penyuluhan pertanian diharapkan mampu mengembangkan sumberdaya manusia (petani), 1
meningkatkan kesejahteraan petani, menumbuhkan motivasi petani, dan memberikan transfer teknologi (inovasi) secara baik. Pada dasarnya penyuluhan pertanian dilakukan dengan membawa 2 misi, yaitu pengembangan sumber daya manusia (SDM) dan transfer teknologi pertanian. Kedua misi pokok ini merupakan tugas yang perlu dilaksanakan oleh seorang penyuluh pertanian. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) berinti pada pengembangan perilaku dan kemampuan serta pendayagunaan kemampuan petani dalam upaya peningkatan pendapatan, kesejahteraan, penciptaan lapangan kerja, mewujudkan kesehatan
lingkungan
serta
menciptakan
pembangunan
pertanian
nasional
(Sinulingga, 1995). Selain itu pemberian inovasi maupun teknologi baru juga mutlak untuk dilakukan. Pemberian serta pengenalan inovasi baru diyakini dapat memodernisasi usahatani dan menumbuhkan motivasi petani untuk terus berkembang dan maju. Untuk mewujudkan hal tersebut, seorang penyuluh pertanian membutuhkan suatu media penyuluhan agar transfer teknologi yang dilakukan dapat tercapai dan tepat sasaran. Media secara harfiah diartikan sebagai perantara, penyampaian, atau penyaluran. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan media sebagai alat (sarana/peraga) komunikasi seperti koran, televisi, radio, folder, pamflet, poster, spanduk, dan lain sebagainya. Kegiatan penyuluhan pertanian juga tidak dapat dilepaskan dari peran media. Media merupakan sarana yang efektif dalam melakukan transfer ilmu agar informasi yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh petani. Pemilihan media penyuluhan yang tepat merupakan salah satu faktor yang akan mempengaruhi keberhasilan seorang penyuluh dalam mencapai sasaran yang diinginkannya. Keberhasilan penerapan metode penyuluhan sangat ditentukan oleh kemampuan penyuluh dalam memahami metode penyuluhan dan kemampuan memahami sasaran. Pelaksanaan penyuluhan sejatinya tidak hanya dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi saja, namun perlu dilengkapi dengan media penyuluhan. Penggunaan media penyuluhan ini bertujuan agar sasaran lebih sering melihat dan membaca informasi yang disuluhkan, sehingga memudahkan daya tangkap yang pada akhirnya dapat membawa perubahan mindset, pengetahuan, sikap, dan motivasi petani.
2
Penggunaan media penyuluhan dapat meningkatkan perhatian dari sasaran terhadap materi yang disuluhkan. Selain itu, pesan yang diberikan akan lebih mudah ditangkap melalui beberapa panca indera. Dari sisi pemberi informasi, penggunaan media penyuluhan dapat membuat suatu informasi disusun dengan lebih menarik dan sistematis. Selain itu, penggunaan media penyuluhan juga dapat mengurangi penafsiran yang keliru terhadap pesan yang disampaikan. Dengan adanya media penyuluhan diharapkan proses adopsi, difusi, dan diseminasi inovasi dapat berjalan lebih efektif. Adapun macam-macam media penyuluhan yang sering digunakan oleh seorang penyuluh pertanian antara lain : lembar informasi pertanian (liptan), komik, siaran radio, video, foto, folder, presentasi, dan lain sebagainya. Media cetak merupakan media yang paling sering digunakan oleh seorang penyuluh pertanian. Penggunaan media cetak ini memiliki keunggulan, yaitu dapat dibaca dan dilihat berulang kali. Penggunaan media cetak ini diyakini akan lebih meningkatkan perhatian dan memori sasaran terhadap materi yang diberikan, dibandingkan dengan penggunaan media audio maupun audio visual. Dari berbagai jenis media cetak, liptan merupakan media yang paling lazim digunakan dalam penyuluhan pertanian baik kepada petani maupun keluarganya. Penggunaan liptan dianggap lebih mempermudah penyusunan informasi secara lengkap dan sistematis. Seiring perkembangan media cetak, Kementerian Pertanian melakukan terobosan baru dengan menjadikan komik sebagai media cetak pendukung penyuluhan pertanian. Penggunaan komik diharapkan mampu meningkatkan perhatian sasaran dibandingkan dengan penggunaan liptan. Hal ini terjadi karena komik disajikan dalam bentuk lembaran yang berisi gambar dengan alur cerita, sehingga diyakini akan memudahkan penangkapan sasaran terhadap materi yang diberikan. Selain itu, penggunaan komik juga bertujuan agar mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat (baik dari segi jenis kelamin, umur, maupun tingkat pendidikan). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta menggunakan liptan dan komik sebagai media dalam menyuluhkan hasil inovasinya, yakni Ayam Kampung Unggul Balitbang (KUB). Ide inovasi ini didasari karena ayam buras (ayam kampung biasa) dirasa kurang produktif dan rentan terhadap berbagai penyakit. Ayam KUB merupakan ayam kampung unggul yang berasal dari perkawinan ayam kampung unggul yang ada di Jawa Barat, seperti : ayam Depok, ayam Ciawi, ayam Sentul, dan
3
ayam Cigudeg. Proses perkawinan berbagai jenis ayam ini telah dilakukan selama 10 tahun. Hasil dari penelitian tersebut menghasilkan ayam dengan berbagai sifat unggul dari semua ayam kampung yang dikawinkan. Sifat unggul yang dihasilkan yakni ayam KUB jinak dan sifat mematuk rendah, sifat mengeram induk betina ayam KUB rendah (hanya 2-3 hari), pertumbuhan ayam KUB yang relatif cepat, tahan terhadap penyakit, bertelur banyak, dan memiliki bobot badan yang berat (Widayadi, 2013). BPTP Yogyakarta merupakan instansi pemerintah yang diberi tugas untuk mengkampanyekan pembudidayaan ayam KUB di D.I. Yogyakarta. Pembudidayaan ayam KUB ini, dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan memberikan transfer inovasi kepada peternak ayam buras di D.I. Yogyakarta. Dalam melaksanakan tugas pembudidayaan ayam KUB, BPTP Yogyakarta memusatkan percontohan yang berlokasi di Berbah, Sleman. Lokasi ini dipilih karena Berbah merupakan lokasi dengan petani ayam buras yang cukup besar. Keberhasilan pembudidayaan ayam KUB di Berbah, membuat BPTP Yogyakarta melakukan ekspansi dengan memberikan penyuluhan kepada kelompok peternak ayam buras di Kabupaten Sleman dan Bantul. Untuk mengambil sampel, BPTP Yogyakarta memilih kelompok peternak ayam buras untuk diberikan penyuluhan mengenai inovasi ayam KUB. Adapun dalam memberikan penyuluhan, digunakan media cetak (liptan dan komik). Pemilihan kedua media tersebut karena BPTP Yogyakarta ingin mengetahui pengaruh jenis media terhadap motivasi petani dalam penerapan inovasi ayam KUB. Atas dasar pemikiran tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai seberapa besar pengaruh penyuluhan dengan media cetak terhadap motivasi petani dalam penerapan inovasi ayam KUB di Kabupaten Sleman dan Bantul. Dalam penelitian ini digunakan media cetak berupa liptan dan komik. Adapun dalam melaksanakan penelitian ini, penulis mengambil 4 sampel kelompok peternak ayam buras, yang terdiri 2 kelompok di Kabupaten Sleman dan 2 kelompok di Kabupaten Bantul. Dengan begitu akan diketahui seberapa besar media liptan dan komik dalam mempengaruhi motivasi petani dalam penerapan inovasi ayam KUB dan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani tersebut.
4
1.2.
Tujuan Penelitian Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :
1.
Pengaruh karakteristik petani terhadap pengetahuan tentang penerapan inovasi ayam KUB.
2.
Pengaruh karakteristik petani terhadap sikap dalam penerapan inovasi ayam KUB.
3.
Pengaruh karakteristik petani, pengetahuan, dan sikap terhadap motivasi dalam penerapan inovasi ayam KUB.
4.
Perbedaan skor rerata penyuluhan dengan liptan dan komik terhadap pengetahuan, sikap, dan motivasi petani dalam penerapan inovasi ayam KUB.
1.3.
Kegunaan Pelaksanaan penelitian ini memiliki kegunaan antara lain :
1.
Bagi peneliti, sebagai sarana memperluas wawasan dan pengetahuan ilmiah serta sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana (S1) di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
2.
Bagi Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan BPTP Yogyakarta, sebagai informasi keefektifan penggunaan media cetak dalam penyebaran informasi ayam KUB kepada anggota kelompok peternak ayam buras di Kabupaten Sleman dan Bantul.
3.
Bagi pemerintah Kabupaten Sleman dan Bantul, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan penyuluhan pertanian, khususnya dalam penerapan inovasi ayam KUB.
5