BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Era globalisasi mendorong peningkatan kebutuhan manusia agar dapat memenuhi keinginannya. Perawatan komponen pada mesin industri penting untuk mendukung kegiatan pengoperasian agar berjalan sesuai yang diharapkan. Salah satu industri yang perlu diterapkan perawatan yang baik adalah industri transportasi. Sistem manajemen perawatan pada industri transportasi menghadapi beberapa tantangan yaitu pertumbuhan infrastruktur yang melambat, infrastruktur yang sudah mulai berumur, munculnya infrastruktur berbasis teknologi tinggi, dan semakin tingginya ekspektasi kepuasan terhadap pelanggan. (Hamilton & Hayman, 2000). Salah satu moda industri transportasi massal yaitu kereta api. Hariyono (2007) mengatakan bahwa kereta api telah banyak beroperasi di beberapa kota besar Indonesia dan merupakan sebuah sistem transportasi darat yang dikelola oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Untuk menjamin kehandalan dari kereta api, maka PT KAI membangun beberapa UPT dan dipo yang tersebar di pulau Jawa dan Sumatra untuk perawatan rangkaian kereta secara berkala. Pulau Jawa memiliki beberapa dipo yaitu Jakarta (Jatinegara), Semarang Poncol, Yogyakarta, Surabaya (Sidotopo), Cirebon, Purwokerto, dan Bandung. Dari ketujuh dipo tersebut, terdapat satu bengkel khusus untuk lokomotif kereta api yang beroperasi yaitu Balai Yasa Yogyakarta. Berdasarkan rekapitulasi, dalam satu hari jarak tempuh lokomotif kereta sekitar 600 km hingga 800 km tergantung pada jalur dan jumlah rute yang ditetapkan. Perusahaan yang menggunakan mesin harus memperhatikan masalah perawatan mesin. Hal ini terjadi karena mesin mempunyai tingkat keandalan (reliability) tertentu terhadap fungsi waktu (Ebeling, 1997). Artinya, apabila semakin lama mesin digunakan, maka mesin tersebut memiliki probabilitas kerusakan yang semakin besar. Penjadwalan perawatan mesin yang optimal perlu dilakukan agar
1
2
komponen tidak mengalami breakdown atau perawatan yang dilakukan sebelum waktunya. Oleh karena itu, perawatan perlu dilakukan dengan waktu yang tepat apabila perusahaan tidak menginginkan kerugian yang lebih besar (Lee dan Chen, 1998). Perawatan mesin ditujukan untuk menjaga atau mengembalikan kondisi mesin agar seperti yang diharapkan mesin minimal berfungsi sesuai spesifikasi atau bahkan dapat mengoptimalkan lifetime mesin tersebut. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukannya antara lain kondisi mesin (reliability), biaya, target produksi, ketersediaan komponen dan lain-lain (Herjanto dan Eddy, 1999). Beberapa metode dikembangkan untuk mengatasi masalah waktu penggantian komponen pada perawatan mesin yang tepat agar tidak terjadi biaya yang berlebih, sehingga hasilnya optimal terhadap waktu operasi dengan biaya yang dikeluarkan di antaranya Equivalent Annual Cost (EAC) (Oliveira dan Duque, 2007), Condition Based Maintenance (CBM) (Zhao dkk, 2009), dan multi-attribute preventive replacement (Azaiez, 2002). Namun, semua mengasumsikan perawatan yang dilakukan adalah perawatan preventif, padahal sebagian besar perbaikan yang dilakukan dan bukan replacement jarang menghasilkan kondisi mesin yang kembali seperti baru (Murthy, 1991). Metode age replacement dapat mengakomodasi solusi interval pada preventive replacement untuk atribut biaya pada penggantian komponen dan atribut kehandalan (Wijaya, 2012). Metode ini sudah banyak diaplikasikan dalam bidang optimasi ataupun diluar itu. Keunggulan dari metode ini adalah dapat menentukan titik optimum pada interval waktu penggantian komponen mesin dan dengan adanya atribut biaya pada preventive replacement dapat diketahui waktu yang tepat untuk penggantian komponen dengan biaya minimum. Masalah perawatan mesin produksi adalah masalah yang kompleks baik batasan maupun asumsi yang digunakan khususnya terkait untuk mengoptimalkan lifetime, oleh karena itu, dalam penelitian ini akan digunakan metode robust design
3
yang digabungkan dengan metode age-based replacement untuk mengetahui titik optimum pada komponen yang akan diteliti.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, perlu dilakukan kajian pada komponen kritis terhadap lokomotif agar dapat mengetahui titik optimumrobust pada preventive replacement terhadap kegagalan. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain. a. Bagaimana menentukan solusi waktu interval pada preventive replacement untuk atribut biaya komponen dan atribut kehandalan, selain itu juga berdasarkan solusi dari titik optimal? b. Bagaimana menentukan sensitivitas pada waktu penggantian komponen agar biaya yang dikeluarkan pada preventive replacement minimal namun komponen tersebut tetap robust?
1.3. Asumsi dan Batasan Masalah Dalam melakukan penelitian ini, ada asumsi dan batasan masalah agar penelitian dapat fokus ke satu topik yang mendalam. Asumsi dan batasan yang ada dalam penelitian ini antara lain: a. Penelitian hanya dilakukan pada perawatan di suatu perusahaan yang ditunjuk sebagai studi kasus, yaitu Balai Yasa Yogyakarta milik PT Kereta Api Indonesia (Persero). b. Objek yang diambil pada penelitian ini yaitu lokomotif dengan seri CC 201, CC 203, dan CC204, hal ini dikarenakan lokomotif tersebut menggunakan sistem pendingin dengan tipe yang sejenis. c. Failure mode sama yaitu gagal beroperasi akibat kerusakan pada komponen lokomotif.
4
d. Penelitian hanya dilakukan pada penggantian komponen mesin di suatu perusahaan yang ditunjuk sebagai studi kasus, namun itu hanya sebagai studi kasus, metode ini diharapkan dapat digunakan dalam bidang preventive replacement secara menyeluruh. e. Metode ini hanya dikhususkan pada perawatan satu komponen mesin kritis yang melibatkan berbagai faktor dalam proses analisisnya dan mengabaikan faktor manusia. f. Data yang diambil dalam kurun waktu yang terbatas dapat merepresentasikan kondisi mesin yang sesungguhnya.
1.4. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk membuat model pengukuran terhadap interval pada preventive replacement dengan pertimbangan biaya dan kehandalan
dengan
mengkombinasikan
metode
multi-attribute
age-based
replacement. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk: 1. Tujuan pada penelitian ini untuk menentukan interval waktu untuk preventive replacement dengan menggunakan solusi optimum dari multi-attribute agebased replacement. 2. Tujuan ini dapat digunakan oleh pengambil keputusan dalam menentukan waktu interval yang optimum untuk preventive replacement dan multi attribute age-based replacement.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dengan mengaplikasikan metode age-based preventive replacement dan robust design secara terintegrasi dengan mengambil keuntungan dari masing-masing metode. Dari metode age-based preventive replacement dapat diambil keuntungan yaitu dapat menentukan interval
5
waktu penggantian komponen dengan memperhitungkan biaya penggantian. Sedangkan dari metode robust design dapat diambil keuntungan bahwa metode tersebut dapat menghasilkan waktu yang tepat untuk penggantian komponen agar dengan biaya yang minimal namun komponen tersebut tetap robust. Kemudian, metode robust design dengan age-based preventive replacement juga
dapat
mengetahui
interval
waktu
penggantian
komponen
dengan
memperhitungkan biaya yang minimal namun komponen tersebut robust. Selain itu, diharapkan akan memberi kontribusi bidang science karena membuktikan tingkat keefektifan metode tersebut dalam bidang yang tergolong baru, sehingga kedepannya metode ini menjadi
rujukan yang dipakai oleh perusahaan untuk mengetahui
probabilitas penggantian komponen dalam jadwal sistem maintenance perusahaan dengan kondisi biaya yang optimal namun tetap robust. Penelitian ini juga diharapkan dapat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam melakukan perawatan secara berkala atau sesuai dengan jadwal penggantian komponen yang menjadi output dari penelitian ini. Perusahaan akan mendapatkan keuntungan karena kerusakan komponen mesin pada saat beroperasi dapat diminimalisasi.