Bab I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Setiap hari selalu ada perbaikan dari apa yang telah didapat di hari sebelumnya. Perbaikan demi perbaikan terus dilakukan untuk menuju suatu kemajuan. Begitu pula halnya dengan perkembangan ekonomi di Indonesia yang terus berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Salah satu indikasi bahwa Indonesia telah mengalami perkembangan ekonomi adalah gaya hidup masyarakat yang semakin konsumtif yang menghabiskan banyak biaya untuk keberlangsungan hidupnya. Kebutuhan yang sebelumnya masuk ke dalam kategori tersier kini menjadi kebutuhan primer. Mendadak mereka menjadi tidak bisa hidup hanya dengan kebutuhan yang dulu dianggap primer. Gedung-gedung tinggi yang semakin banyak bermunculan seperti apartemen, kantor, hotel dan pusat perbelanjaan sebagai simbolisasi perkembangan ekonomi Indonesia sekaligus sebagai simbol gaya hidup masyarakat Indonesia saat ini. Ironinya, di tengah-tengah perkembangan ekonomi Indonesia yang semakin membaik, masih ada saja tunas bangsa yang sama sekali tidak merasakan “angin segar” dari perkembangan ekonomi Indonesia. Tak lain mereka adalah anak-anak yang menghabiskan hari-harinya di jalanan. Di jalanan, mereka bernyanyi, tertawa, bermain bahkan tidur. Intervensi antara jalanan dengan dengan dirinya bahkan dapat melebihi makna rumah bagi mereka. Banyak kegiatan yang mereka lakukan di jalan karena sepanjang waktunya mereka habiskan di jalan. Oleh karena itu, mereka mendapat predikat sebagai anak jalanan karena keseharian hidupnya yang mereka habiskan di jalanan.
1
Di balik gedung-gedung megah yang tinggi mereka mencari rejeki. Tak ada suatu apa pun yang mereka nanti di jalanan selain uang Rp. 500,- atau Rp. 1.000,- dari tiap para pemberi, itu pun jika mereka berhasil memikat hati atau memaksa para pemberi untuk memberi. Anak-anak jalanan ini dengan terpaksa rela menukar waktu bermain dengan bekerja. Tentu seharusnya hal semacam ini harus dihentikan sebelum menggelinding dan menjadi bertambah besar layaknya bola salju, karena adikadik atau anak-anak mereka nantinya juga tidak harus merasakan dan melakukan seperti mereka. Harus ada suatu cara yang dilakukan untuk menghentikan budaya hidup di jalanan ini. Setidaknya perkembangan ekonomi di Indonesia yang begitu timpang ini tidak melulu memihak golongan tertentu. Harus ada perhatian khusus yang diberikan pada mereka. Mereka yang juga merupakan bagian dari bangsa, mereka adalah bibit. Oleh karena itu, sebagai bibit, anak harus diperlakukan dengan benar agar tidak rusak, membusuk dan mati. Secepatnya bibit ini harus segera ditanam dan kemudian dipupuk dan disiram, sehingga pada saat bibit ini harus tumbuh menjadi tanaman yang baru, haruslah menjadi tanaman yang dapat menghasilkan sesuatu yang berguna. Diperlukan adanya suatu wadah untuk menaungi mereka serta memfasilitasi segala aktivitas sesuai dengan karakter mereka.
1.2.
Rumusan Masalah Bagaimana cara mewadahi anak-anak jalanan yang memiliki karakter, perilaku dan aktivitas yang berbeda dari masyarakat pada umumnya ke dalam sebuah sanggar singgah yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya mereka dengan cara membekali anak-anak jalanan dengan berbagai pengetahuan, keterampilan dan terapi terhadap trauma yang dimiliki serta
2
memberi wadah atau ruang ekspresi (berdimensi besar) pada mereka untuk dapat bebas “menuangkan” segala apa yang ingin mereka ungkapkan dan segala apa yang mereka senangi atau minati dengan fleksibilitas struktur sebagai respons terhadap kepribadian anak yang cenderung spontan?
1.3.
Tujuan Merancang sebuah Sanggar Singgah Anak Jalanan di Bantul dengan menyesuaikan aktivitas, perilaku, karakter dan kebutuhan anak-anak jalanan yang berbeda dari masyarakat pada umumnya ke dalam sebuah sanggar singgah dengan fleksibilitas struktur sebagai respons terhadap kegiatankegiatan spontan anak-anak jalanan.
1.4.
Sasaran 1. Melakukan studi tentang sanggar 2. Melakukan studi tentang rumah singgah 3. Melakukan studi tentang sekolah alternatif 4. Melakukan studi tentang anak jalanan 5. Melakukan studi tentang psikologi anak bermasalah 6. Melakukan studi tentang fleksibilitas struktur yang menunjang fleksibilitas ruang 7. Melakukan studi tentang street art dan urban art
1.5.
Lingkup Pembahasan 1. Sanggar singgah dibatasi pada sanggar dan rumah singgah yang mengangkat issue tentang anak jalanan. 2. Anak jalanan dibatasi pada mereka yang berusia sekitar 0-18 tahun baik yang hanya bekerja di jalanan maupun yang hidup di jalanan.
3
2. Fleksibilitas struktur dibatasi pada penggunaan struktur konstruksi yang mudah dibongkar-pasang dan mampu menunjang beban konstruksi tambahan.
1.6.
Metode 1.6.1. Metode Mencari Data Wawancara Ditujukan kepada para aktifis maupun staf dari LSM yang masih aktif menangani tentang anak jalanan di Yogyakarta serta Kantor Dinas Kesejahteraan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Yogyakarta.
Observasi Pengamatan langsung kepada anak-anak jalanan di Yogyakarta yang berada di persimpangan-persimpangan jalan dan jalan-jalan protokol yang ramai di kota Yogyakarta serta lokasi yang menunjang perkembangan anak-anak jalanan, yang berpotensi memiliki intervensi dengan lingkungan sekitar.
Studi Pustaka Mempelajari buku-buku tentang sanggar, rumah singgah, sekolah alternatif, anak jalanan, psikologis anak, sistem struktur bongkar pasang, bambu, landscape dan material yang memungkinkan untuk dibongkar pasang.
Studi Banding Melakukan studi pada bangunan-bangunan dengan fungsi sebagai sanggar, rumah singgah dan sekolah alternatif khususnya yang berada
4
di Indonesia yang telah difungsikan, yang lebih difokuskan kepada kebutuhan ruang yang berkaitan dengan aktivitas, karakter dan perilaku penghuninya.
1.6.2. Metode Menganalisis Data Kuantitatif Mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan judul dan sub judul dengan cara wawancara dan pengamatan di Yogyakarta. Kualitatif Metode mendapatkan data tentang perilaku, aktivitas dan karakter anak jalanan yang akan digunakan sebagai pertimbangan perancangan bangunan.
1.7.
Sistematika Penulisan BAB I
PENDAHULUAN Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran,
lingkup
pembahasan,
metode
dan
sistematika
penulisan. BAB II
TINJAUAN ANAK JALANAN di YOGYAKARTA Mengungkapkan pemahaman tentang anak jalanan, lembagalembaga penangannya beserta filosofi di tiap lembaga penanganan anak jalanan tersebut dan interaksi antara anak jalanan dengan lembaga-lembaga penanganan anak jalanan tersebut.
BAB
III
TINJAUAN TEORITIS SANGGAR SINGGAH Mengungkapkan tentang psikologi anak bermasalah, kemudian mengungkapkan tentang kebiasaan dan kebutuhan anak jalanan
5
yang akan menghasilkan suatu perancangan arsitektural yang juga mencakup program peruangan. BAB IV
ANALISIS
MENUJU
KONSEP
PERANCANGAN
SANGGAR SINGGAH ANAK JALANAN Mengungkapkan konsep awal Sanggar Singgah Anak Jalanan, mengungkapkan
tentang
tinjauan
fleksibiitas
struktur,
menentukan peruangan yang akan ada dalam Sanggar Singgah Anak Jalanan, melakukan analisis gubahan massa, analisis material bangunan, analisis pola sirkulasi serta analisis citra dan suasana sanggar singgah. BAB
V
KONSEP
PERENCANAAN
dan
PERANCANGAN
SANGGAR SINGGAH ANAK JALANAN Mengemukakan kesimpulan perancangan yang didapat dari perumusan
permasalahan
pada
bab-bab
sebelumnya,
mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada lokasi/site, kemudian membuat rangkuman dan sketsa ide Sanggar Singgah Anak Jalanan.
6