BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menyampaikan storytelling ada berbagai macam jenis cerita yang dapat dipilih oleh pendongeng untuk didongengkan kepada audience. Sebelum acara storytelling dimulai, biasanya pendongeng telah mempersiapkan terlebih dahulu jenis cerita yang akan disampaikan agar pada saat mendongeng nantinya dapat berjalan lancar. Dalam hal ini, penulis menyebut bercerita atau storytelling sebagai tuturan tentang kisah fiktif dan nyata. Sementara itu, mendongeng yang merupakan bagian dari cerita adalah menuturkan cerita fiktif seperti fabel, kisah, atau legenda. Menurut Echols (Aliyah, 2011) storytelling terdiri atas dua kata yaitu story berarti cerita dan telling berarti penceritaan. Penggabungan dua kata storytelling berarti penceritaan cerita atau menceritakan cerita. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Ikranegarkata & Hartatik), cerita adalah kisah, dongeng, sebuah tutur yang melukiskan suatu proses terjadinya peristiwa secara panjang lebar, karangan yang menyajikan jalannya kejadian-kejadian, lakon yang diwujudkan dalam pertunjukan (tentang drama, film, dan sebagainya). Pada dasarnya sebuah cerita merupakan teks yang telah di konstruksikan dengan cara tertentu, sehingga merepresentasikan satu sama lain secara logis atau memiliki jalinan tersendiri. Rangkaian narasi bisa benar-benar berdasarkan fakta, seperti dalam berita surat kabar atau sesi psikoanalisis, atau fiksi sebagaimana yang ada dalam novel, dongeng, dan lain-lain. Berdasarkan definisi diatas, bercerita atau storytelling yang merupakan bagian dari cerita adalah menuturkan cerita fiktif seperti fabel, kisah, atau legenda. Dongeng itu intinya hanya di kekuatan kata-kata. Dalam penelitian ini, jenis storytelling yang digunakan adalah cerita yang mempunyai misi tanggung jawab sosial (Coorporate Social Responbility). Storytelling disini bukan hanya berfungsi sebagai hiburan semata tetapi juga memiliki nilai sosial dan pertanggung jawaban perusahaan terhadap masyarakat di dalamnya. Coorporate Sosial Responbility (CSR) menjadi hal penting seiring dengan bermunculan tuntutan komunitas terhadap korporat. Korporat sadar bahwa keberhasilannya dalam mencapai tujuan bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal melainkan juga oleh komunitas yang berada disekelilingnya. Salah satu usaha yang dapat dilakuan oleh korporat
untuk menjalin hubungan kemitraan yang baik dengan komunitas adalah melalui kegiatan CSR. Sehingga bisnis yang dijalankan oleh perusahaan tidak hanya bermanfaat bagi para pemilik modal saja namun juga bagi masyarakat sekitar perusahaan maupun masyarakat luas. (Rahman, 2009:5) Salah satu perusahaaan di Indonesia yang menerapkan program CSR adalah PT. Unilever Indonesia. PT. Unilever Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak dibidang Home and Personal Care serta Food and Ice Cream. PT. Unilever Indonesia memiliki tujuan perusahaan yaitu bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari. Program CSR yang dibuat PT. Unilever Indonesia berbeda dari program CSR perusahaan lainnya karena PT. Unilever Indonesia melakukan kegiatan CSR dengan cara mengajak masyarakat Indonesia untuk bergabung dalam Program CSR yang dinamakan Project Sunlight. Project Sunlight adalah sebuah inisiatif global untuk menginspirasi dan mengajak masyarakat untuk melakukan tindakan nyata guna mewujudkan masa depan cerah bagi generasi mendatang. Program Project Sunlight diluncurkan bertepatan pada ulang tahun PT. Unilever Indonesia yang ke-80 Pada Bulan november 2014 lalu. Project Sunlight merupakan inisiasi Unilever Global yang dilaksanakan pertama pada tahun 2013. Tahun 2014, PT. Unilever Indonesia kembali meluncurkan Project Sunlight dengan berfokus pada masa depan sehat. Pada Project Sunlight tahun 2014, Unilever mengetengahkan isu kondisi sanitasi di Indonesia karena kondisi yang kurang memadai kerap memupuskan mimpi anak akan masa depan yang lebih cerah. Terdapat fakta yang menyatakan bahwa ribuan anak menderita atau meninggal karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah, dan penyebab utamanya adalah kesulitan mendapatkan akses untuk sanitasi yang layak dan air minum yang higenis dan bersih. Memahami fakta mencengangkan tersebut, Unilever peduli dan tergerak untuk menyoroti masalah sanitasi. Unilever memahami bahwa kondisi sanitasi yang kurang memadai dapat mempengaruhi edukasi, angka kelahiran dan angka kematian serta membatasi mimpi-mimpi anak untuk meraih masa depan yang lebih baik.(http://www.unilever.co.id, di akses pada 27 April 2015 pukul 23:41 WIB). Project Sunlight meluncurkan Tantangan Sustainable Living, untuk membantu keluarga-keluarga guna hidup secara lebih sehat dan lestari di rumah. Kegiatan ini menginspirasi keluarga untuk melestarikan lingkungan, meningkatkan kualitas kesehatan keluarga serta menyebarkan kebiasaan baik mereka ke komunitas sekeliling untuk menciptakan dampak yang lebih besar. Di Indonesia, ada 50 keluarga di 5 kota besar yang menerima tantangan untuk menerapkan Tantangan Sunlight Living. Tantangan yang diberikan terdiri atas tiga hal yakni:
melestarikan lingkungan dengan mengelola sampah rumah tangga, meningkatkan kualitas kesehatan keluarga dengan membangun pola hidup bersih dan sehat, serta mengajak komunitas sekeliling untuk turut serta dalam gerakan pelestarian lingkungan khususnya melalui program bank sampah. Ada dua jenis artikel story telling dalam Project sunlight yang menarik perhatian peneliti yaitu “Menyebarkan Kebiasaan Baik”, dan ”Simak Tips”. Diambil dari website resmi PT. Unilever Indonesia, ketiga kegiatan tersebut merupakan salah satu program CSR yang dilakukan PT. Unilever Indonesia dengan melibatkan langsung masyarakat untuk melaksanakan kegiatan ini dengan berbagai macam aktivitas didalamnya salah satunya dengan menceritakan pengalaman dalam melakukan kegiatan tersebut. Aktivitas tersebut dibuat dengan maksud untuk membantu keluarga-keluarga untuk hidup secara lebih sehat dan lestari di rumah (https://brightfuture.unilever.co.id, diakses pada tanggal 27 April 2015 pukul 23:43 WIB). Dari penjelasan diatas dapat terlihat bahwa adanya bentuk unsur naratif yang dilakukan pada kegiatan diatas. Baik dalam penulisan berita maupun karya fiksi seperti cerita pendek (cerpen), novel, atau film, semuanya pada dasarnya memiliki kesamaan, yakni bahwa teks tersebut mempunyai struktur narasi. Dengan kata lain, semua teks ditulis dengan cara bercerita. Dan, dengan bercerita berarti sebetulnya tengah melakukan komunikasi naratif (Sobur, 2014: V). Griffin (Sobur, 2014:VI) 2014) seorang pakar komunikasi, menempatkan naratif sebagai salah satu paradigma (narrative paradigm) dalam konteks group and public communication. Naratif juga berasal dari kata narasi yaitu suatu cerita tentang peristiwa atau kejadian. Menurut Ricoeur (1981), sebuah narasi masih harus disatukan sebagai sebuah keseluruhan dan dikembalikan ke dalam komunikasi naratif. Narasi atau Naratif (Eriyanto, 2013: 2) adalah representasi dari peristiwa-peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Dengan demikian, sebuah teks baru bisa disebut sebagai narasi apabila terdapat beberapa peristiwa atau rangkaian dari peristiwa-peristiwa. Dalam penulisan berita maupun karya fiksi seperti cerita pendek (cerpen), novel, atau film, semuanya pada dasarnya memiliki kesamaan, yakni bahwa teks tersebut mempunyai struktur narasi. Dengan kata lain, semua teks ditulis dngan cara bercerita. Dengan bercerita berarti kita sebetulnya tengah melakukan komunikasi naratif.. Dalam artikel Story telling Project Sunlight terdiri dari artikel yang mengandung informasi yang memiliki alur cerita tersembunyi di dalamnya. Hal ini menarik perhatian penulis untuk melakukan analisis terhadap struktur naratif dan alur cerita yang dibentuk
didalam artikel story telling Project Sunlight dengan menggunakan analisis terhadap struktur naratif Algirdas Greimas. Dilihat dari analisis struktural naratif, artikel story telling dalam Project Sunlight ingin mengajak langsung masyarakat ikut bergabung dalam melaksanakan Program CSR melalui konsep alur cerita yang dibentuk dalam story telling. Konsep cerita yang dalam artikel Project Sunlight merupakan program CSR yang ingin melibatkan langsung masyarakat untuk melaksanakan program tersebut. Dalam artikel story telling Project Sunlight terdapat unsur narasi yang didalamnya terdapat pesan tersembunyi. Narasi berasal dari kata Latin narre, yang artinya “membuat tahu”. Dengan demikian, narasi berkaitan dengan upaya untuk memberitahu sesuatu atau peristiwa. Setiap cerita pasti terdapat peristiwa di dalamnya. Rangkaian peristiwa tersebut tidak asal-asalan, tetapi peristiwa satu dirangkai dengan peristiwa lain sehingga mempunyai makna tertentu. (Eriyanto, 2013:15) Asumsi dasar model aktan adalah tindakan manusia mengarah pada tujuan tertentu, asumsi tersebut digunakan untuk menyusun hubungan antar tokoh cerita dan tindakannya yang membentuk pola peran tertentu atau aktan tertentu. Pola peran ini kemudian dikemukakan Greimas dalam enam aktan, yakni subjek, objek, pengirim, penerima, penolong, dan penentang. Subjek dan objek adalah aktan yang paling utama dalam cerita. Pada aktan ini, asumsi tentang hubungan antara tokoh dan tujuannya atau asumsi tentang tindakan yang bertujuan dapat terlihat dengan jelas. Subjek adalah seorang yang melakukan tindakan, sedangkan objek adalah seseorang atau sesuatu yang dikenai tindakan. Objek merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh subjek (Eriyanto, 2013: 96). Objek tidak selalu berupa tokoh manusia tetapi bisa juga sebuah keadaan atau kondisi yang dicita-citakan. Pengirim ini yang menimbulkan keinginan bagi subjek untuk mendapatkan objek. Pengirim merupakan penentu arah, memberikan aturan dan nilai-nilai dalam narasi. Pengirim umunya tidak bertindak secara langsung, ia hanya memberikan perintah atau aturan kepada tokoh-tokoh dalam narasi. (Eriyanto, 2013:96). Aktan pendukung adalah seorang atau sesuatu yang mempermudah, membantu subjek dalam tujuannya, baik menuju objek maupun penerima. Lawan dari aktan pendukung adalah aktan penghambat. Aktan penghambat adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi, menentang, menjauhkan subjek dalam tujuannya, baik menuju objek maupun penerima. Karakter ini berfungsi sebaliknya dengan pendukung, dimana karakter ini menghambat subjek dalam mencapai tujuannya. (Eriyanto, 2013:96)
Greimas bukan hanya mengemukakan bagian aktan, ia juga menunjukkan adanya suatu model cerita sebagai jalur cerita (alur) yang terdiri dari tindakan-tindakan yang tercangkup dalam apa yang disebut fungsi. Fungsi tersebut terdiri dari tiga tahapan (Zaimar, 1992:20) yaitu Tahap uji kecakapan, Tahap utama Tahap uji kegemilangan. Dari tiga tahapan transformasi, yakni tahap uji kecakapan, tahap utama, dan tahap kegemilangan, tidak selalu seluruh tahapan harus atau dapat tercapai. Ada kalanya hanya satu atau dua tahapan saja yang terisi. Adapun, situasi awal dan akhir dalam strukur alur model fungsional selalu terisi. Narasi mempunyai struktur. Jika sebuah narasi berita dipilah atau dipotong, maka narasi tersebut terdiri atas berbagai struktur dan substruktur. Narasi merupakan rangkaian peristiwa yang disusun melalui hubungan sebab akibat dalam ruang waktu tertentu. (Eriyanto, 2013: 15) Dan dalam artikel story telling project sunlight PT. Unilever Indonesia memiliki alur cerita yang ingin disampaikan oleh pihak Unilever kepada masyarakat sebagai sebuah pesan dari program CSR PT. Unilever Indonesia. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memutuskan melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS STRUKTURAL NARATIF ALGIRDAS GREIMAS PADA ARTIKEL STORYTELLING PROJECT SUNLIGHT PT. UNILEVER INDONESIA PADA BULAN NOVEMBER 2014”
1.1 Fokus Penelitian 1. Bagaimana bentuk narasi pada artikel story telling Project Sunlight PT. Unilever Indonesia dengan menggunakan model Aktansial dan fungsional Algirdas Greimas? 2. Bagaimana alur cerita pada artikel storytelling Project Sunlight PT. Unilever Indonesia? 1.2 Tujuan Penelitian 1. Untuk menjelaskan bentuk narasi pada artikel story telling Project Sunlight PT. Unilever Indonesia dengan menggunakan model Aktansial dan fungsional Algirdas Greimas 2. Untuk memahami alur cerita pada artikel storytelling Project Sunlight PT. Unilever Indonesia 3. Untuk menguraikan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sekitar yang tertuang dalam artikel story telling project sunlight
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis Manfaat secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan wawasan serta menjadi referensi dalam penelitian ilmu komunikasi yang berkaitan dengan bagaimana menganalisa sebuah struktur cerita menggunakan metode struktural naratif dan dapat menambah konstribusi penelitian kualitatif melalui analisis struktural naratif.
1.4.2 Aspek Praktis Manfaat praktis bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk memperdalam ilmu komunikasi, menambah pengetahuan baru mengenai strategi komunikasi pada kegiatan sosial, dan menambah pengetahuan baru mengenai struktural naratif. Sedangkan bagi PT. Unilever Indonesia penelitian ini bermanfaat sebagai sumbang pikiran mengenai artikel Story Telling Project Sunlight PT. Unilever Indonesia pada periode berikutnya.
1.5
Tahapan Penelitian Gambar 1.1 Tahapan Penelitian
Tahap pra penelitian
Penentuan Subjek dan Objek Penelitian Tahap Pengumpulan Data
Mengolah Data
Penulisan Laporan
Penarikan Kesimpulan
Hasil Penelitian Sumber: Olahan Peneliti, 2015 Dalam melakukan sebuah penelitian kualitatif, penelitian harus dilakukan secara sistematis demi mendapatkan hasil yang sistematis pula. Untuk itu, penulis harus melakukan beberapa tahapan penetian dan menyusun tahapan tersebut agar menjadi laporan yang terstruktur. Dalam penelitian yang dilakukan, penulis mengambil Program CSR Project Sunlight sebagai objek penelitian untuk menganalisis kegiatan Project Sunlight tersebut. Kemudian penulis mencari teori-teori dan literature yang relevan guna mendukung penelitian yang dilakukan penulis agar keabsahan dari data penelitian dapat dipertanggung jawabkan. Teori yang penulis gunakan untuk penelitian ini berfokus pada teori komunikasi naratif. Setelah penelitian dilakukan, maka penulis akan mendapatkan hasil akhir penelitian dan dapat menyimpulkan bagaimana kegiatan Komuniksi Naratif pada Program CSR Project Sunlight.
1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian
1.6.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan berdasarkan pada penggunaan beragam literatur berupa buku, artikel online, jurnal cetan dan online, skripsi dan dimana saja karena fokus penelitian artikel Story Telling pada Program CSR PT. Unilever Indonesia. Selain itu pengumpulan data berupa literatur tertulis dilakukan di perpustakaan Telkom University Bandung dan Perpustakaan Universitas Padjajaran Bandung. Waku penelitian dilakukan mulai dari Bulan April 2015.
Table 1.1 Rincian Waktu Penelitian
No . 1.
Kegiatan Mencari
ide
dan Persiapan 2.
Kajian penelitian terdahulu
3.
Penyusunan Proposal Penelitian
4.
Pengumpulan data
primer
dan sekunder di lapangan 5.
Analisis
dan
Interpretasi Data 6.
Penyelesaian
Tahun 2015 Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Sumber:
olah data dan
Olahan
hasil
Peneliti,
penelitian
2015
hingga simpulan