BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pertumbuhan masyarakat yang semakin meningkat, membuat tingkat konsumtif masyarakat juga semakin meningkat. Semakin meningkatnya kegiatan masyarakat yang ada, membuat perubahan pola budaya konsumen masyarakat terutama pada daerah perkotaan. Palmolina (1999) menjelaskan tentang unsurunsur budaya konsumen yang berlaku di masyarakat perkotaan saat ini, yaitu sebagai berikut: sering diberi ciri materialistik dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengungkapkan kemiskinan rohani dan tindakan hedonisme, budaya konsumen lebih dari suatu budaya sebagai tempat berbagai kesan memainkan peranan utama. Oleh sebab itu, dalam budaya konsumen gaya hidup mendapat kedudukan yang istimewa, karena selalu berusaha mencari mode, gaya serta kesan yang baru. Saat ini, masyarakat sudah mulai banyak memilih cara cepat dalam membeli barang untuk memenuhi kebutuhannya sehari–hari. Perubahan budaya masyarakat ini disebabkan karena pertumbuhan supermarket berjaringan yang semakin banyak, baik itu di kota – kota besar atau di desa. Peningkatan jumlah supermarket berjaringan atau chain store saat ini memang sudah bertambah dengan cepat. Berdasarkan Lembaga Survei AC Nielsen pada tahun 2011, jumlah gerai supermarket di Indonesia pada tahun 2010 melonjak sekitar 42% menjadi 16.922 unit dibandingkan 2009 yang mencapai 11.927 unit, sedangkan total jumlah gerai hypermarket turun sebanyak 3% pada tahun 2010 menjadi 1.230 gerai dibandingkan tahun 2009 yang hanya 1.272 gerai. Jumlah supermarket terkonsentrasi di pulau Jawa sebesar 57% dan 22% di Sumatera, sisanya 21 % di wilayah Indonesia lainnya. Bagi masyarakat yang memiliki toko kelontong mandiri, supermarket berjaringan memang dapat menghambat pertumbuhan toko kelontong mereka, bahkan dapat membuat toko kelontong tersebut sampai tutup. Tetapi jika kita lihat dari segi konsumen, supermarket berjaringan ini dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari–
1
2
hari dalam waktu yang cepat dan lengkap. Sebenarnya supermarket berjaringan bisa menjadi solusi yang baik dalam pemenuhan kebutuhan jika berada di kota– kota besar dan dekat dengan lingkungan mahasiswa seperti Yogyakarta. Sutarto (2010) meyatakan jumlah supermarket berjaringan di kota Yogyakarta telah mencapai 52 toko, jumlah supermarket tersebut sudah menjadi batas maksimal untuk jumlah supermarket berdasarkan Perwal No 88/2009. Salah satu supermarket berjaringan yang ada di Yogyakarta adalah Pamella Supermarket Swalayan (PMS). Saat ini Pamella sudah memiliki 8 supermarket retail dan 1 Gudang Inventori, sehingga sudah tersebar di beberapa tempat di Yogyakarta. Pamella dapat dikatakan merupakan salah satu contoh supermarket berjaringan yang berhasil di Yogyakarta, dan juga Pamella sudah memiliki manajemen yang cukup baik sebagai supermarket berjaringan lokal di daerah Yogyakarta. Tetapi jika dibandingkan dengan supermarket berjaringan yang sudah tingkat nasional, ada beberapa aspek yang harus diperbaiki dari Pemella Supermarket Swalayan, terutama dalam sistem pengambilan keputusan untuk order ke gudang. Salah satu permasalahan pengambilan keputusan yang terjadi ketika proses order adalah kesalahan dalam penulisan kode barang (human error) yang dilakukan oleh admin sehingga produk yang dikirim ke retail tidak sesuai dengan produk yang diinginkan. Solusi alternatif yang dapat dilakukan untuk menguranig human error adalah pembuatan sistem pengambilan keputusan secara otomatis. Penentuan keputusan yang baik dalam permintaan ke gudang diharapkan dapat mengurangi kesalahan yang terjadi dalam sistem rantai pasok yang berjalan. Teratasinya kesalahan yang terjadi tentunya dapat mengurangi biaya yang ada, seperti biaya transportasi. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut maka diharapkan ada sebuah alat yang dapat membantu dalam sistem pengambilan keputusan sehingga dapat mengurangi kesalahan order yang terjadi. Sistem pendukung keputusan diharapkan dapat membuat penentuan jumlah order yang benar dan pengiriman produk yang benar untuk setiap permintaan retail. Sistem pendukung keputusan (SPK) dalam pengambilan keputusan untuk logistik seharusnya dilihat dari sudut pandang kuantitatif (biaya
3
transportasi) dan kualitatif (kepuasan pelanggan, kepuasan operator pusat distribusi). Hal tersebut dapat digunakan oleh seorang pengambil keputusan untuk membantunya menentukan langkah untuk memilih alokasi distribusi dalam usaha mencapai biaya persediaan yang minimal dengan kepuasan pelanggan maksimal (Monthatipkul and Yenradee, 2008). Selain Sistem pendukung keputusan tentunya sebuah perencanaan dalam pengendalian distribusi inventori yang baik juga dibutuhkan untuk mengurangi beberapa kesalahan order dan pengiriman barang. Perencanaan sistem pengendalian persediaan dan distribusi (inventory and distribution plan) adalah untuk menentukan jumlah aliran produk yang optimal dalam sebuah distribution centre (DC) untuk multi-retailer dalam jaringan supply chain dalam kondisi permintaan yang tidak pasti. Sistem pengendalian IDP (inventoy and distribution plan) yang optimal diperoleh dari pemecahan yang diusulkan oleh model mixedinteger linear programming (Monthatipkul and Yenradee, 2008). Jumlah order dan point melakukan order ditentukan secara dinamis untuk mengimbangi permintaan dan meminimalkan kemungkinan out-of-stock. Dalam sistem yang telah ditingkatkan, pusat distribusi atau distribution centre (DC) regional dapat membuat keputusan untuk mengurangi atau menurunkan hal yang terkait dengan biaya, jumlah order yang sesuai atau menentukan untuk menunda pemesanan (Jazuli, 2010). Pembuatan database dan software atau program yang tepat dapat menentukan barang yang akan dipesan dengan benar. Hal ini diharapkan dapat membantu mengurangi permasalahan dalam proses pengambilan keputusan dan perencanaan inventori yang baik.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah dalam penelitian ini yaitu proses pengambilan keputuasan untuk order dan sistem pemasaran promosi yang benar dan terintegrasi dalam proses alur distribusi barang di Pamella Supermarket Swalayan dengan pembuatan database dan Sistem Otomasi Purchasing Order (SOPO).
4
1.3 Batasan Masalah Masalah yang ingin diselesaikan dalam penelitian ini memiliki beberapa batasan sebagai berikut: 1. Penelitian hanya dilakukan pada Pamella 1 dan Gudang Inventori Pamella. 2. Penelitian ini hanya berfokus pada produk makanan pokok yang memiliki efek yang besar ketika terjadi permasalahan pengiriman dan produk yang dipilih adalah susu. 3. Penelitian ini belum dapat diterapkan untuk semua produk susu yang ada di Pamella, tetapi hanya mencakup 100 produk susu yang terlaris di Pamella Supermarket Swalayan pada bulan januari 2012 sampai maret 2013. 4. Pembuatan database menggunakan metode database manajemen sistem dan software MySQL dan tool pendukung XAMPP, dengan metode web dan bahasa pemograman yaitu PHP.
1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1. merancang dan membangun sistem pendukung keputusan persediaan barang di supermarket berjaringan. 2. Pengujian sistem pendukung keputusan untuk mengurangi kesalahan order, mengatasi out of stock dan over stock dan mendukung promosi pemasaran yang ada di Pamella Supermarket Swalayan dengan Sistem Otomasi Purchasing Order (SOPO).
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini adalah: 1. mengetahui sistem informasi dan aliran barang dalam sistem Supply Chain Mangement yang ada di Pamella Supermarket Swalayan, 2. merancang dan membuat program atau software yang dapat digunakan sebagai alat pendukung pengambilan keputusan untuk order dan pengiriman barang,
5
3. mengurangi kesalahan yang masih ada di Pamella Supermaket Swalayan
dalam
proses
order
dan
perencanaan
inventory.