BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Dewasa ini perkembangan dibidang industri dan teknologi mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama pada sektor otomotif. Perkembangan tersebut ditandai dengan terus bertambahnya kuantitas kendaraan yang dimiliki masyarakat pada saat ini. Di Indonesia sendiri, industri otomotif merupakan sektor pendukung ekonomi nasional yang telah menghasilkan berbagai macam produk dan jasa yang tersedia dipasaran untuk dikonsumsi masyarakat luas. Daya beli masyarakat di Indonesia terhadap otomotif sangatlah tinggi, ini dapat dilihat dari data jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yang diperoleh Badan Pusat Statistik (2012), untuk mobil penumpang terjadi kenaikan kuantitas sejumlah 1.541.218 unit, sedangkan untuk sepeda motor terjadi kenaikan kuantitas sejumlah 15.302.995 unit. Oleh karena itu hal ini dapat memikat para produsen otomotif dunia untuk menanamkan investasi yang besar di Indonesia. Dari berbagai bidang industri otomotif di Indonesia salah satu yang berkembang adalah bidang modifikasi otomotif. Dunia modifikasi otomotif berkembang seiring dengan meningkatnya minat, antusias dan kreatifitas masyarakat atau pelaku modifikasi otomotif dalam memodifikasi kendaraannya. Modifikasi ini dilakukan dengan alasan agar tempilan kendaraannya berbeda dari yang lain, menyalurkan hobi di dunia otomotif ataupun untuk mendapatkan kesenangan dalam diri mereka. Semakin banyaknya penyelenggaraan event-event yang berhubungan dengan modifikasi seperti: pameran, kompetisi modifikasi dan komunitas-komunitas otomotif juga turut meningkatkan antusiasme masyarakat terhadap dunia modifikasi otomotif. Ditambah lagi dengan banyak bermunculannya bengkelbengkel modifikasi dan toko-toko yang menjual part-part maupun aksesoris untuk menunjang modifikasi, maka akan sangat mudah bagi setiap orang untuk melakukan modifikasi pada kendaraannya.
Modifikasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pengubahan atau perubahan. Dengan dilakukannya perubahan terhadap kendaraan yang dimiliki maka diharapkan kendaraan dapat tetap nyaman dan safety bila dipakai sehari-hari serta tidak membahayakan pengemudi lain. Namun dalam praktiknya masih belum ada standar-standar dan peraturan-peraturan yang jelas untuk mengatur sejauh mana modifikasi itu sendiri dapat dilakukan, sehingga terkadang modifikasi yang dilakukan justru dapat membahayakan si pengemudi maupun orang lain. Dalam hal ini khususnya penggantian pada headlight atau lampu utama pada mobil. Menurut Alexander dan Lunenfield (1990) mengendarai kendaraan bermotor merupakan suatu visual task, hampir semua informasi yang diperoleh pengendara didapat sacara visual, oleh karena itu penggunaan headlight sangatlah penting dan berpengaruh bagi kerja visual pengendara terutama pada malam hari, karena pada malam hari penglihatan manusia terbatas sehingga membutuhkan penerangan yang memadai. Penggantian headlight yang sedang marak terjadi sekarang ini adalah mengganti lampu standar pabrik berjenis Halogen dengan jenis lampu HID (High Intensity Discharge). Lampu HID merupakan lampu yang penyebaran cahaya yang dihasilkan
menggunakan
proyektor,
sedangkan
lampu
Halogen
hanya
membutuhkan reflektor yang terdapat pada rumah lampu utama, namun karena masih belum adanya standar-standar dan peraturan-peraturan yang jelas serta minimnya informasi terkait pada penggantian lampu utama kendaraan itu sendiri, maka tidak jarang kita melihat kendaraan bermotor yang menggunakan lampu HID tanpa menggunakan proyektor dan pemasangan atau penempatan lampu yang tidak sesuai sehingga cahaya yang dihasilkan sangat menyilaukan mata kita atau menyebabkan mata kita mengalami buta sesaat, tentu saja hal ini dapat menggangu konsentrasi dan dapat membahayakan pengemudi lain. Perubahan headlight yang semula menggunakan jenis Halogen menjadi headlight yang berjenis HID sangat menarik untuk di analisis, karena menurut Rea (2000) tingkat illuminance pada lampu HID lebih tinggi bila dibandingkan dengan lampu Halogen, dan juga HID memiliki efisiensi (lumens per watt) yang lebih tinggi dibanding lampu standar Halogen, sedangkan dari sisi CCT (Correlated
Color Temperature) HID cenderung biru-putih, namun pada lampu Halogen cenderung kuning (Flannagan dkk, 1993). Oleh karena itu hal ini menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut, perlu adanya suatu penelitan mengenai bagaimana pengaruh rangsangan cahaya yang dihasilkan oleh lampu HID terhadap mata manusia. Dalam penelitian ini yang akan menjadi fokus penelitian adalah temporary blind time pengendara atau waktu dimana pengendara mengalami buta sesaat setelah terpapar lampu HID, dan performa penglihatan pengendara dengan memberikan task pada saat mengalami temporary blind time.
1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang, maka masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: “Bagaimana pengaruh tingkat Correlated Color Temperature (CCT) lampu HID pada kendaraan bermotor terhadap konsentrasi berkendara berdasarkan temporary blind time yang diperoleh pengemudi setelah terpapar cahaya.”
1.3. Batasan Masalah Batasan masalah yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan lampu HID jenis Xenon, yaitu lampu HID yang di dalam tabungnya berisi gas xenon karena lampu jenis ini yang banyak digunakan untuk penggantian lampu sepeda motor dewasa ini. 2. Lampu HID yang dipakai dalam penelitian ini tidak menggunakan proyektor, jadi hanya menggunakan reflektor pada rumah lampu untuk penyebaran cahayanya. 3. Tinggi dari lampu HID telah ditentukan berdasarkan jenis mobil yang dipilih dalam penelitian ini. 4. Dalam penelitian ini hanya mengamati tentang pengaruh paparan lampu HID terhadap pengendara dari arah berlawanan saja, dan paparan cahaya
yang datang berada tepat didepan responden, dengan asumsi kendaraan yang berada pada arah berlawanan tersebut dalam keadaan menyalip pada kondisi jalanan dua jalur, sehingga kendaraan yang berlawanan arah tersebut berada dijalur yang sama dengan responden. 5. Tinggi dari responden berpijak disesuaikan dengan jenis sepeda motor yang telah ditentukan dalam penelitian ini. 6. Lampu dan responden tetap pada tempatnya, tidak saling mendekat satu sama lain. 7. Tidak memperhatikan faktor-faktor lain seperti suhu, dan faktor lingkungan lainnya atau dengan kata lain faktor-faktor tersebut dianggap sama dan tetap bagi semua responden. 8. Hanya meneliti paparan cahaya dalam kondisi berkendara pada malam hari.
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui pengaruh tingkat correlated color temperature (CCT) lampu HID pada kendaraan bermotor terhadap konsentrasi berkendara berdasarkan temporary blind time yang diperoleh pengemudi setelah terpapar cahaya.
1.5. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: 1. Manfaat untuk peneliti a. Mendalami pengetahuan tentang sistem penerangan kendaraan bermotor dan lampu HID, beserta pengaruh paparan cahaya kendaraan terhadap penglihatan manusia. b. Mengaplikasikan ilmu tentang ergonomi lingkungan yang didapat di perkuliahan ke dalam praktik lapangan.
c. Menyelesaikan tugas akhir sebagai syarat kelulusan Strata-1 Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. 2. Manfaat untuk stakeholder a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan oleh pemerintah dalam menentukan regulasi-regulasi atau standar-standar sistem penerangan kendaraan bermotor, maupun pihak swasta yang bergerak dalam bidang otomotif. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan rujukan atau panduan bila ingin menggunakan ataupun mengganti headlight pada kendaraan yang dimiliki dengan lampu HID.