BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Untuk mengakomodasi aktivitas masyarakat, sebuah kota memerlukan sarana dan prasarana yang memadai, salah satunya adalah sistem transportasi yang lengkap. Sektor transportasi memiliki peranan penting untuk perkembangan suatu kota. Ibarat aliran darah, sistem transportasi yang meliputi jaringan jalan, terminal, sarana atau moda transportasi bertujuan untuk mendukung sektor lain seperti misalnya ekonomi sebuah wilayah atau kota secara berkelanjutan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa perkembangan suatu kota bergantung pada infrastruktur dan sumber daya. Kota Padangsidimpuan dijuluki sebagai Kota Salak, karena terdapat banyak perkebunan buah salak dan menjadi daerah sentra pemasaran buah salak terbesar, khususnya di wilayah Tabagsel dan Sumatera Utara. Kota kecil ini juga dikenal dengan becak bermotor (bentor) yang khas dan menjadi identitas serta kebanggaan masyarakat Kota Padangsidimpuan. Bentor di Kota Padangsidimpuan menggunakan jenis motor skuter Vespa yang tidak lazim digunakan sebagai motor penarik angkutan bentor pada umumnya sehingga hal ini menarik dan unik dijadikan sarana transportasi publik bagi masyarakat setempat. Bentor-bentor ini dapat dijumpai hampir di seluruh ruas-ruas jalan Kota Padangsidimpuan. Bentor-bentor
yang ada di Kota
Padangsidimpuan sangatlah akrab bagi masyarakat, khususnya bagi penumpang yang menggunakan jasa bentor. Umumnya, mereka menggunakan jasa angkutan bentor untuk keperluan sehari-hari seperti ke pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah dan fasilitas umum lainnya.
1
Gambar 1.1 Salah Satu Landmark di Padangsidimpuan (Sumber: InfoTabagsel.com, diakses pada tanggal 19 Agustus 2015)
Terlepas dari hal di atas, fenomena bentor sebagai sarana transportasi publik masih menyisakan pertanyaan pro dan kontra, terlebih lagi di kota-kota besar keberadaan becak bermotor
telah berangsur-angsur ditekan jumlahnya bahkan
beberapa kota sudah banyak melarang operasional becak seperti Jakarta dan Yogyakarta. Hal ini tidak demikian di Kota Padangsidimpuan, di mana fenomena bentor masih beroperasi bahkan menjadi transportasi publik yang handal di Kota Padangsidimpuan. Berangkat dari isu tersebut, peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Fenomena Bentor Sebagai Sarana Tansportasi Publik Di Kota Padangsidimpuan”.
1.2 RUMUSAN MASALAH Kota Padangsidimpuan sebagai kota yang berkembang dan merupakan kota pusat kegiatan wilayah khususnya Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel), yang meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas dan Kabupaten Padanglawas Utara, secara tidak langsung memberi dampak terhadap pembangunan dan perkembangan kota ini, baik secara ekonomi maupun sosial. Sehingga, banyak masyarakat dari dalam dan luar Kota Padangsidimpuan melakukan mobilitas dan aktivitas sosial dan ekonomi di kota ini. Hal tersebut mempengaruhi 2
sektor transportasi di Kota Padangsidimpuan, khususnya bentor sebagai salah satu transportasi publik unggulan di Kota Padangsidimpuan. Keberadaan bentor ini menarik untuk diteliti lebih lanjut dalam kaitannya dengan fenomena kemunculan bentor sebagai sarana transportasi publik dan tanggapan dari stakeholders, terutama masyarakat sebagai pengguna bentor dan pemerintah selaku pihak yang berwenang dalam mengatur tata kelola transportasi di Kota Padangsidimpuan, serta faktor-faktor yang mendukung dan menghambat keberlanjutan bentor ke depannya. Ketiganya merupakan isu yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini.
1.3 PERTANYAAN PENELITIAN Pertanyaan penelitian merupakan suatu pedoman yang harus dijadikan sebagai indikator pencapaian suatu penelitian. Dengan adanya pertanyaan penelitian, maka suatu penelitian akan lebih terarah dan dapat diketahui apakah penelitian tersebut sudah menjawab dan memecahkan masalah atau tidak. Adapun pertanyan penelitian “Fenomena Bentor sebagai Sarana Transportasi Publik di Kota Padangsidimpuan” yaitu: 1. Seperti apa fenomena bentor di Kota Padangsidimpuan? 2. Faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat keberlanjutan bentor sebagai sarana transportasi publik ke depannya?
3
1.4 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah
mengambarkan
sejarah
perkembangan
bentor
di
Kota
Padangsidimpuan dan mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat keberlanjutan bentor ke depannya.
1.5 MANFAAT PENELITIAN 1. Penelitian ini dapat dijadikan oleh pemerintah sebagai referensi, masukan dan rekomendasi dalam menyusun kebijakan dan membuat keputusan terkait kelompok masyarakat yang berprofesi sebagai pengemudi bentor dan keberlanjutan bentor sebagai transportasi publik di Kota Padangsidimpuan. 2. Penelitian ini dapat dijadikan rujukan khususnya bagi masyarakat yang tertarik mengetahui kondisi terkini bentor di Kota Padangsidimpuan. 3. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi keilmuan khususnya penggunaan transportasi publik yang disediakan oleh masyarakat sendiri.
1.6 BATASAN PENELITIAN Pemberian batasan penelitian perlu dibuat dengan tujuan agar proses penelitian dilakukan dengan baik dan mampu mempertajam perumusan masalah yang telah disusun sebelumnya. Batasan penelitian terdiri dari fokus penelitian, lokasi penelitian dan waktu penelitian. 1. Fokus Penelitian Fokus penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kondisi becak bermotor atau bentor sehingga menjadi transportasi publik di Kota Padangsidimpuan 4
baik dari sisi sejarah kemunculannya hingga perkembangannya, karakter wilayah operasi dan masalah legalitas aturan yang mengatur bentor di Kota Padangsidimpuan. Selain itu, fokus penelitian ini juga membahas beberapa faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat keberlanjutan bentor ke depannya di Kota Padangsidimpuan. 2. Lokasi Penelitian Wilayah amatan penelitian ini adalah Kota Padangsidimpuan, Sumatera Utara. 3. Waktu Penelitian Penelitian ini diadakan pada minggu ke-tiga bulan Agustus – minggu pertama bulan Oktober 2015.
1.7 KEASLIAN PENELITIAN Penelitian mengenai becak bermotor sebelumnya sudah pernah diteliti, baik dalam bentuk skripsi, tesis maupun jurnal, namun penelitian ini berbeda fokus penelitiannya meskipun berangkat dari penelitian-penelitian yang sudah pernah ada sebelumnya serta melihat realita di lapangan dan masyarakat Kota Padangsidimpuan. Penelitian ini diangkat dengan judul “Fenomena Bentor Sebagai Sarana Transportasi
Publik
Di
Kota
Padangsidimpuan”
dan
diharapkan
dapat
mengungkapkan sejarah kemunculan fenomena bentor sebagai transportasi publik di Kota Padangsidimpuan dan faktor-faktor apa sajakah yang menjadi pendukung dan penghambat bentor ke depannya, dengan mempelajari terlebih dahulu realita di lapangan dan data terkini, baik data primer berupa wawancara dan data sekunder yang bersumber dari dinas terkait.
5
Tabel 1.1 Perbandingan dengan Penelitian sebelumnya
NO
JUDUL
1 Analisis Kwantitas Ideal Transportasi
PENULIS Erwin Syah Lubis
FOKUS
METODE
Mengkaji kuantitas Deduktifideal becak motor di Kuantitatif kota Padangsidimpuan
LOKASI
TAHUN
JENIS DOKUMEN
Kec. Padangsidimpuan Utara dan Selatan
2008
Tesis
Studi Kasus
Studi Kasus: Becak Motor di Kota Padangsidimpuan 2 Komunitas Hukmawati Bentor sebagai Potret Perubahan Sosial
Mengetahui faktor dan InduktifDesa Paciran implikasi perubahan Kualitatif Kabupaten Lamongan becak tradisional Fenomenologi menjadi becak bermotor
2009
Skripsi
3 Strategi Adaptif Abdyaskar Tasrim Tukang Becak dalam Bertahan Hidup
Mengetahui strategi tukang becak dalam bertahan hidup
2013
Skripi
DeskriptifKualitatif
Kel. Malantunrung, Kec. Wara Timur, Kota Palopo
Bersambung…
6
Lanjutan…
4
5
6
Perilaku Menyimpang Pengemudi Becak terhadap Peraturan Daerah di Kota Palembang Potret Kemiskinan Masyarakat Perkotaan (Studi Kasus Penarik Becak Motor di Kota Padangsidimpua n Deskripsi Pola Pengoerasian dan Penggunaan Angkutan Umum Informal di Kota Pasir Pengaraian
Armicho Roy Jayakusu ma
Mengetahui penyebab perilaku menyimpang yang dilakukan oleh pengemudi becak
DeduktifKualitatif
Kel. 2 Ilir Palembang
2013
Skripsi
Ivan Halomoa n
Mengetahui bagaimana sebenarnya potret kemiskinan masyarakat perkotaan dan faktorfaktor yang melatarbelakangi masyarakat miskin menjadi penarik becak
DeskriptifKualitatif
Kel. Aek Tampang, Kota Padangsidi mpuan
2015
Skripsi
Fahmi Khairul
Mendeskripsikan fenomena angkutan umum informal (beca motor)
Kajian dan Analisa Literatur berdasarkan Studi Literatur dan Kondisi Aktual
Kota Pasir Pengaraian
2012
Jurnal Ilmiah
(Sumber: Analisis Peneliti, 2015)
7
Berdasarkan tabel perbandingan beberapa penelitian terkait becak bermotor, dapat dilihat bahwa penelitian tentang becak ini menarik untuk dibahas karena melibatkan banyak aspek seperti sosial, budaya, ekonomi dan hukum. Aspek-aspek ini merupakan hal yang ada dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga penelitian khususnya tentang becak memiliki banyak sudut pandang atau fokus dalam proses penelitiannya. Penelitian-penelitian terdahulu juga dapat dijadikan sebagai sumber referensi sehingga membantu dalam penyusunan penelitian berikutnya. Meskipun beberapa penelitian di atas terdapat kesamaan secara lokasi penelitian namun fokus yang dibahas berbeda. Adapun perbedaan penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah bahwa penelitian ini lebih berfokus pada menggambarkan sejarah kemunculan becak dan perkembangannya, di mana membahas dan diungkapkan berbagai hal di dalamnya seperti legalitas bentor, peran bentor dalam sistem transportasi Kota Padangsidimpuan dan faktor-faktor pendukung dan penghambat bentor ke depannya. Selain itu, penelitian ini memuat tanggapan dan pendapat dari berbagai stakeholders yang terlibat dalam penyusunan penelitian. Beberapa tanggapan dan pendapat-pendapat tersebut diubah dalam bentuk transkrip agar lebih mengena dan fokus pada pembahasan. Hal ini sesuai dengan metode yang digunakan yaitu kualitatif eksploratif dengan pendekatan induktif.
1.8 SISTEMATIKA PENULISAN Penelitian ini terdiri dari beberapa bab, yaitu sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan keaslian penelitian.
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang tinjauan pustaka dan kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian. Tinjauan pustaka terdiri dari teori-teori yang berkaitan dengan judul penelitian.
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan metode dan pendekatan/paradigma yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini, seperti unit amatan, pemilihan narasumber, cara dan langkah pengumpulan data serta cara analisis data
BAB IV. DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Bab ini berisikan gambaran secara umum tentang wilayah penelitian, sehingga pembaca mendapat gambaran secara singkat mengenai kondisi dan keadaan sebenarnya wilayah obyek penelitian.
BAB V. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, dibahas mengenai fakta-fakta yang ditemukan di lapangan, yang selanjutnya dilakukan analisis dengan teori-teori yang menjadi dasar penelitian.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan yang didasarkan pada analisis bab sebelumnya. Selain itu, bab ini juga memuat saran untuk pemerintah dan masyarakat.
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TRANSPORTASI Ada berbagai macam pendapat, pandangan dan persepsi tentang pengertian transportasi. Pengertian-pengertian ini memiliki beberapa perbedaan pemikiran sehingga perlu terlebih dahulu untuk diketahui. Menurut Steenbrink (1974), transportasi adalah perpindahan orang atau barang dengan menggunakan alat atau kendaraan dari dan ke tempat-tempat yang tepisah secara geografis. Sementara Morlok (1978) mendefinisikan transportasi sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain. Senada dengan Morlok, Nasution (1996) berpendapat bahwa transportasi adalah sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Kemudian Miro (2005), melengkapi teori-teori sebelumnya dengan mendefinisikan bahwa transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, mengerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu obyek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini, obyek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan menurut UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Transportasi/Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Dari berbagai pengertian di atas, transportasi merupakan suatu fenomena, usaha dan proses pergerakan dalam mengangkut perpindahan suatu obyek, baik manusia maupun barang, dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan alat pendukung atau kendaraan sebagai media penghubung.
10
Menurut Nasution (1996), terdapat unsur-unsur pengangkutan/transportasi yang meliputi atas: 1. Ada muatan yang diangkut. 2. Tersedia kendaraan sebagai alat angkutannya. 3. Ada jalanan yang dapat dilalui. Ketiga unsur ini tidak dapat bekerja sendiri-sendiri, di mana ketiganya harus terintegrasi sehingga proses perpindahan transportasi dapat berfungsi. Dewasa ini, transportasi bukan hanya suatu usaha perpindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain, akan tetapi transportasi akan mengalami perkembangan dan kemajuan dari waktu ke waktu, baik sarana dan prasarananya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2.1.1
Angkutan Umum Angkutan menurut UU nomor 14 tahun 1992 tentang lalu lintas dan angkutan
jalan adalah perpindahan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Sementara menurut Warpani (1990) “angkutan umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan penumpang dengan sistem sewa atau bayar”. Tujuan angkutan umum penumpang adalah: a. Menyelenggarakan pelayanan angkutan yang baik dan layak bagi masyarakat yaitu aman, cepat, murah dan nyaman. b. Membuka lapangan kerja. c. Pengurangan volume lalu lintas kendaraan pribadi. Bagi perusahaan transportasi (operator) yang menghasilkan jasa pelayanan transportasi kepada masyarakat pemakai jalan angkutan (users), maka pada prinsipnya terdapat empat fungsi produk jasa transportasi yang aman (safety), tertib dan teratur (regularity), nyaman (comfort) dan ekonomis. Untuk mewujudkan fungsi
11
tujuan tersebut, pelaksanaan manajemen transportasi bagi perusahaan transportasi adalah: a. Merencanakan kapasitas dan jumlah armada. b. Merencanakan
jaringan
trayek/lintas/rute
serta
menentukan
jadwal
keberangkatan. c. Mengatur pelaksanaan operasi kendaraan dan awak kendaraan. d. Memelihara dan memperbaiki armada. e. Memberi pelayanan kepada penumpang dan barang. f. Melaksanakan promosi dan penjualan tiket. g. Merencanakan dan mengendalikan keuangan. h. Mengatur pembelian suku cadang dan logistik. i. Merencanakan sistem dan prosedur untuk meningkatkan efisiensi perusahaan. j. Melaksanakan penelitian dan pengembangan perusahaan. k. Menjalin hubungan yang erat dengan instansi pemerintah mupun instansi lainnya.
2.1.2
Peranan dan Manfaat Transportasi Menurut Nasution (1996), peranan pengangkutan mencakup bidang yang luas
di dalam kehidupan manusia yang meliputi atas berbagai aspek, seperti aspek sosial dan budaya, aspek politis dan pertahanan, aspek hukum, aspek teknik dan aspek ekonomi. Transportasi sangat membantu dalam menyediakan berbagai kemudahan, antara lain: a. Pelayanan untuk perorangan ataupun kelompok. b. Pertukaran atau penyampaian informasi. c. Perjalanan untuk bersantai. d. Perluasan jangka perjalanan sosial. e. Pemendekan jarak antara rumah dan tempat kerja.
12
f. Bantuan dalam memperluas kota atau menyebar penduduk menjadi kelompok yang lebih kecil. Sementara, manfaat politis transportasi adalah sebagai berikut: a. Transportasi menciptakan persatuan nasional yang semakin kuat dengan meniadakan isolasi. b. Transportasi
menyebabkan
pelayanan
kepada
masyarakat
dapat
dikembangkan atau diperluas dengan lebih merata pada setiap bagian wilayah negara. c. Keamanan negara terhadap serangan dari luar yang tidak dikehendaki mungkin sekali bergantung pada transportasi yang efisien, yang memudahkan mobilisasi
segala
daya kemampuan dan
pertanahan nasional
serta
memungkinkan pindah pasukan perang selama masa perang. d. Sistem transportasi yang efisien memungkin negara memindahkan dan mengangkut penduduk dari daerah bencana. Kebutuhan bergerak dari suatu tempat ke tempat lainnya merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan manusia. Perpindahan manusia tersebut didasari kenyataan bahwa sumber kehidupan manusia tidak terdapat di sembarang tempat. Untuk itu, diperlukan sarana ataupun prasarana transportasi guna mendukung pergerakan manusia dalam pemenuhan kebutuhannya (Warpani, 1990).
2.1.3
Bentor sebagai Sarana Transportasi Menurut Vuchic (1981) dalam jurnal ilmiahnya berjudul “Urban Public
Transportation Systems”, disebutkan bahwa transportasi perkotaan terdiri dari modamoda berjalan contohnya menggunakan sepeda menuju jalan-jalan perkotaan. Klasifikasi dasar moda-moda transportasi tersebut dapat dibagi berdasarkan jenis dan penggunaannya yaitu sebagai berikut:
13
a. Private
Transportation
terdiri
dari
kendaraan
milik
pribadi
yang
penggunaannya biasanya dalam jalan-jalan publik seperti sepeda dan mobil pribadi. b. Paratransit or for-hire transportation, adalah jenis moda transportasi yang disediakan oleh operator dan tersedia untuk pihak yang menggunakan jasa moda paratransit untuk perjalanan individu atau perjalanan lain dengan tarif tertentu. Taksi, ojek, dan becak masuk ke dalam jenis moda ini. c. Urban transit, mass transit or public transportation, termasuk sistem yang disediadakan untuk digunakan banyak orang yang membayar tarif yang telah ditentukan. Jenis moda ini beroperasi pada trayek tetap dan dengan jadwal tetap seperti bus, Light Rail Transit dan beberapa moda lain sejenisnya. Dari uraian Vuchic di atas tentang jenis dan penggunaan transportasi, bentor sebagai objek penelitian ini termasuk ke dalam jenis moda paratransit yang sistem operasinya berdasarkan sewa dengan tarif tertentu. Hasil penelitian dalam jurnal ilmiah karya Guillen dan Ishida (2004) berjudul “Motorcycle-Propelled
Public
Transport and Local Policy Development”, menyebutkan bahwa di negara-negara berkembang, kendaraan seperti becak atau “habal-habal” sejenis ojek memegang peranan penting dalam sistem transportasi Kota Davao di Filipina sebagai lokasi penelitian. Masalah ekonomi, kesenjangan sosial, mudahnya kredit untuk mendapatkan sepeda motor pribadi menjadi faktor munculnya banyak becak-becak dan
“habal-habal”
di
Kota
Davao
sementara
menggunakan becak-becak dan “habal-habal”
ketergantungan
masyarakat
diakibatkan karena keterbatasan
pilihan moda transportasi. Di sisi lain kebijakan lokal di sana juga belum memadai.
14
2.2 MANAJEMEN LALU LINTAS Fachrurrozi (2001) dalam Tade (2010) mengatakan bahwa banyak jalan-jalan di perkotaan menampung volume lain tidak seperti yang direncanakan. Suatu kenyataan yang tidak dapat dielakkan adalah terjadinya kelambatan (delay), kemacetan (congestion), dan terjadinya kecelakaan. Di sini, perlu adanya suatu usaha pembenahan atau pengaturan untuk memperbaiki kondisi lalu lintas. Menurut Malkhamah (2003) dalam Tade (2010) adalah suatu proses pengaturan dan penggunaan jalan yang sudah ada dengan tujuan untuk memenuhi suatu kepentingan tertentu tanpa penambahan atau pembuataan infrastruktur baru. Kegiatan pengaturan lalu lintas meliputi kegiatan penetapan kebijaksanaan lalu lintas pada jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu (antara lain dengan rambu, marka dan lampu lalu lintas, sedangkan kegiatan pengawasan meliputi: 1. Pemberian arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas, 2. Pemberian bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat dalam pelaksanaan kebijaksanaan lalu lintas.
2.3 LANDASAN KONSEPSUAL Permasalahan transportasi memiliki kaitan dengan disiplin ilmu multi aspek (ekonomi, sosial dan kelembagaan) lintas sektoral menyangkut tentang kebutuhan masyarakat terhadap transportasi, keruangan wilayah dan aturan administrasi dalam sektor kelembagaan. Karena adanya pro dan kontra yang terjadi khususnya pada bentor sebagai sarana transportasi publik di Kota Padangsidimpuan, perlu disusun teori-teori yang sebelumnya telah dibahas pada tinjauan pustaka penelitian ini dengan bentuk yang sederhana, sehingga dapat dijadikan acuan dalam proses analisis data dan penyusunan laporan penelitian. Adapun teori-teori yang berkenaan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: 15
1. Pengertian Transportasi: “transportasi didifenisikan sebagai kegiatan memindahkan atau mengangkut sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain” (Morlok, 1978). “transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, mengerakkan, mengangkut, atau mengalihkan suatu obyek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana di tempat lain ini obyek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu” (Miro, 2005). 2. Peraturan yang mengatur tentang masalah transportasi di Indonesia adalah UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 3. Pengertian Manajemen Transportasi menurut Malkamah (2003) dalam Tade (2010) adalah suatu proses pengaturan dan penggunaan jalan yang sudah ada, dengan tujuan untuk memenuhi suatu kepentingan tertentu tanpa penambahan atau pembuataan infrastruktur baru. Berdasarkan pengertian transportasi dan UU Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta pengertian manajemen transportasi, bentor dapat dikategorikan sebagai sarana angkutan sewa (paratransit) yang manajemen atau pengelolaannya masih belum tertata dengan baik sehingga menarik untuk diteliti lebih lanjut. Dari pengertian-pengertian yang telah dirangkum tersebut, kemudian peneliti mengubahnya dalam bentuk kerangka berpikir secara tematik yaitu: sejarah dan perkembangan bentor, peraturan/legalitas bentor, karakter dan wilayah operasi, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat bentor ke depannya. Hal ini dilakukan agar memudahkan dalam proses penelitian penyusunan laporan, sehingga memudahkan peneliti dalam menganalisis data dan memudahkan bagi pembaca untuk membaca laporan penelitian ini. Pada akhirnya, penelitian ini ingin menggambarkan fenomena bentor yang belum jelas landasan atau payung hukumnya sehingga dapat berkembang dan bertahan hingga saat ini sebagai transportasi publik transportasi di Kota Padangsidimpuan.
16
2.4 KERANGKA BERPIKIR
Gambar 2.1 Skema Alur Berpikir
(Sumber: Analisis Peneliti, 2015) Gambar di atas merupakan skema alur berpikir yang dijadikan peneliti sebagai landasan berpikir dalam memberi batasan penelitian yang dilakukan secara tematik, yaitu sejarah dan perkembangan bentor, peraturan/legalitas bentor, karakter dan wilayah operasi, serta faktor-faktor pendukung dan penghambat bentor ke depannya. Hal ini dilakukan agar memudahkan peneliti dalam proses pemilahan data-data yang telah diperoleh pada saat proses penelitian berlangsung hingga proses penyusunan laporan penelitian.
17