1
BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat, dan utuh serta bermoral tinggi. Selain itu pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas maka dari itu, pendidikan merupakan hal pokok yang di utamakan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yakni melalui pendidikan formal, pendidikan non-formal dan pendidikan informal. Salah satu bentuk pendidikan formal yaitu adanya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan salah satu contoh nyatanya adalah dibentuknya SMK Pertanian. SMK sebagai salah satu sarana pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga terampil yang ahli di bidangnya guna menghadapi tantangan dunia kerja di era global. Seiring dengan perkembangan sains dan teknologi dewasa ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah manusia yang mamapu memahami pengetahuan dan mengaplikasikan pengetahuan yang telah dipelajari menjadi lebih bermakna dan bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat di sekitarnya. Sumber pengetahuan tersebut salah
1
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2
satunya diperoleh melalui jenjang pendidikan baik secara formal maupun informal. Dengan demikian, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menciptakan manusia yang berkualitas adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satu ilmu pengetahuan terbaru di lingkungan pertanian pada kompetensi keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu dengan terdapatnya mata kompetensi budidaya tanaman secara Hidroponik yang termasuk dalam mata pelajaran produktif pada kurikulum di Sekolahsekolah Menengah Kejuruan Pertanian.SMK Pertanian merupakan salah satu sistem yang sedang dikembangkan di Indonesia. Salah satu SMK Pertanian yang telah berdiri sejak lama adalah SMK Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur. Berdasarkan visi dan misi dari SMK Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur yang dijabarkan dalam tujuan SMK-PP Negeri Cianjur dalam poin kelima, yaitu “Menyiapkan tamatan yang cerdas, terampil, mampu mengembangkan potensi berdasarkan program keahlian yang ditempuhnya.” Untuk dapat mencapai tujuan tersebut dari SMK PP Negeri Cianjur dengan mengembangkan sistem pelajaran yang lebih kreatif yaitu dengan mengubah cara pembelajaran konvensional menjadi lebih bermakna dan menyenangkan akan meningkatkan minat dan pemahaman siswa dan masyarakat terhadap pendidikan pertanian.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara informal dengan guru mata kompetensi budidaya tanaman secara Hidroponik di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian di kota Cianjur bahwa untuk mata kompetensi budidaya Hidroponik ini tergolong mata kompetensi baru yang ada dalam kurikulum dan mulai diterapkan pada tahun ajaran 2011/2012. Materi Kompetensi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik
yang
disampaikan masih perlu pengembangan yang sesuai dengan kurikulum yang ada. Selain itu metode pembelajaran yang dilakukan dalam Kompetensi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik masih menggunakan metode konvensional terbatas pada metode ceramah dan tanya jawab saja.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan siswa menganggap mata kompetensi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik sulit karena sulit memahami konsep dan beberapa rumus perhitungannya tergolong rumit, guru hanya menjelaskan materi, kegiatan praktik masih tergantung pada tersedia atau tidaknya bahan untuk praktik dan diskusi antar siswa dilakukan hanya pada saat mengerjakan soal saja. Kegiatan pembelajaran pada umumnya pun masih berpusat pada guru (teacher oriented) dimana siswa cenderung kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran. Permasalahan lain yang terdapat yakni masih banyak siswa yang belum mencapai nilai KKM yang telah ditentukan terutama untuk kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik, yakni ≥ 75.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4
Dari permasalahan tersebut kemungkinan salah satu penyebab timbulnya kesulitan siswa dalam memahami konsep budidaya tanaman secara Hiroponik adalah karena kurang tepatnya penerapan model dan metoda pembelajaran budidaya Hidroponik. Model pembelajaran budidaya Hidroponik yang biasa diterapkan kurang mamapu melatih berbagai kemampuan siswa termasuk penguasaan konsep bididaya hidroponik siswa dengan mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu model pembelajaran tertentu yang melibatkan keaktifan siswa agar memberikan kebebasan berfikir pada siswa termasuk menguasai konsep yang sedang dipelajarinya dengan mengkontruksi sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, diharapkan penguasaan konsep budidaya Hidroponik lebih tertanam kuat dalam ingatan siswa serta siswa dapat menggali lebih lanjut berbagai informasi yang ditemukan ataupun yang diterimanya. Mata pelajaran hidroponik terdiri dari beberapakompetensi dasar yang saling berkaitan satu sama lain. Salah satu kompetensi dasar yang harus dapat dikuasai siswa ialah kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik yang didalamnya berisikan materi yang terdiri dari lima sub kompetensi, yaitu: Dalam Standar Kompetensi (SK) Budidaya Tanaman Secara Hidroponik terdapat tujuh macam Kompetensi Dasar (KD), yaitu :
a. Menjelaskan langkah-langkah pembibitan b. Menata dengan tertib polibag di dalam lath hause Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5
c. d. e. f. g.
Melakukan seleksi benih Menghitung jumlah benih sesuai kebutuhan Melakukan seed treatment Melakukan persemaian Melakukan pemeliharaan persemaian
Untuk penelitian ini, dibatasi pada materi kebutuhan benih dan seed treatment. Maka untuk dapat mempelajarinya dibutuhkan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa selama KBM berlangsung yang berimbas pada prestasi hasil belajar yang memuaskan.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Dalam metode pembelajaran kooperatif lebih menitikberatkan pada proses belajar pada kelompok dan bukan mengerjakan sesuatu bersama kelompok. Proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa menemukan dan membangun sendiri pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang tidak dapat ditemui pada model pembelajaran secara konvensional. Para siswa dalam kelompok kooperatif belajar bersama-sama dan memastikan bahwa setiap anggota kelompok telah benar-benar menguasai konsep yang telah dipelajari, karena keberhasilan mereka sebagai kelompok bergantung dari pemahaman masing-masing anggota. Ada beberapa keuntungan yang bisa diperoleh dari penggunaan metode pembelajaran kooperatif ini, yaitu siswa dapat mencapai prestasi belajar yang bagus, menerima pelajaran dengan senang hati atau sebagai hiburan, karena adanya kontak fisik antara mereka, serta dapat mengembangkan
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
6
kemampuan siswa. Dengan pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji penerapan model pembelajaran
kooperatif
tipe
Group
Investigation
(GI).
Group
Investigation adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa-siswi agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa-siswi, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Berdasarkan uraian diatas,
peneliti
tertarik
mengambil
judul
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA KOMPETENSI DASAR MENYIAPKAN BIBIT TANAMAN HIDROPONIK.
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah yang dapat diidentifikasi terkait dengan permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
7
1.
Kegiatan pembelajaran pada umumnya masih berpusat pada guru (teacher oriented) dan siswa cenderung kurang dilibatkan dalam kegiatan pembelajaran.
2.
Masih banyak siswa yang belum dapat mencapai nilai KKM yang telah ditentukan sekolah terutama untuk kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik, yakni ≥ 75.
1.3.
Batasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, masalah yang ditimbulkan cukup kompleks dan saling berkaitan maka dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan pada:
1.
Pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik pada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional (kelas kontrol).
2.
Pemahamansiswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatmentpada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (kelas eksperimen).
3.
Hasil pemahaman berbeda yang dicapai oleh siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
8
1.4.
Rumusan Masalah Agar penelitian yang dilakukan lebih terarah maka perlu adanya rumusan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka tumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional (kelas kontrol)? 2. Bagaimana pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (kelas eksperimen)? 3. Apakah terdapat perbedaan pemahaman yang dicapai oleh siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment?
1.5.
Tujuan Tujuan penelitian merupakan pedoman bagi peneliti dalam melakuakan penelitian.Tujuan dari penelitian ini pada umumnya adalah untuk memberikan sebuah alternatif pada pembelajran yang diharapkan dapat
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
digunakan oleh guru di SMK Pertanian.Tujuan khusus yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1.
Mengetahui pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional.
2.
Mengetahui pemahaman siswa mengenai kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment pada kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation(GI).
3.
Mengetahui perbedaan pemahamanyang dicapai oleh siswa antara kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional dengan kelas yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation(GI) pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment.
1.6.
Manfaat Penelitian Adapun penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama :
1.
Bagi Siswa Dapat memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa diharapkan lebih termotivasi dalam belajar.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
10
2.
Bagi Guru a. Dapat meningkatkan proses pembelajaran yang efektif dengan mencoba metode baru dan dapat menentukan bentuk tindakan yang tepat guna meningkatkan hasil belajar. b. Memberikan informasi pada guru atau calon guru tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran produktif di SMK Pertanian.
3.
Bagi Peneliti Memberikan wawasan dan pengalaman dalam pengelolaan kelas dan cara menerapkan model pembelajaran karena peneliti merupakan calon guru.
1.7.
Penjelasan Judul Penelitian Guna menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka penulis menjelaskan istilah-istilh yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Penerapan Penerapan adalah pemasangan, pengenaan atau perihal mempraktikan (KBBI, 1992). Yang dimaksud penerapan disini adalah mempraktikan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam kegiatan belajar mengajar kompetensi dasar menyiapkan bibit tanaman hidroponik sub kompetensi kebutuhan benih dan seed treatment.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
11
2. Model pembelajaran kooperatif Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok -kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. 3. Model tipe Investigasi Kelompok (Group Investigation) Investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit diterapkan, model ini pertama kali dikembangkan
oleh
Thelen,
Sharan
dan
Sharan
(Slavin,
2009:
24).Investigasi kelompok mempunyai perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
12
4. Meningkatkan Adalah suatu kemajuan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran. (KBBI, 1992). 5.
Pemahaman siswa Adalah
kemampuan
menangkap
pengertian-pengertian
seperti
mengungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam bentuk yang lebih dipahami
dan
mampu
memberikan
interpretasi
dan
mampu
mengaplikasikannya.(KBBI, 1992).
Maka untuk Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik adalah mempraktikan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam kegiatan belajar mengajar kompetensi dasar menyiapkan bibit tanaman hidroponik untuk mendapatkan kemajuan yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat lebih dipahami dan mampu memberikan interpretasi dan mampu mengaplikasikannya.
1.8.
Sistematika Penulisan Agar pembahasan dalam proposal penelitian nanti terdapat kesinambungan dan sistematis, maka dalam penulisannya ini mencakup tiga bab berdasarkan pembahasan sebagai berikut :
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
13
BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Berisi tentang kajianpustaka mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI); pemahaman siswa; dan pembelajaran menyiapkan bibit tanaman hidroponik. Selain berisi kajian pustaka, pada bab ini juga terdapat kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN Berisi tentang lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian dan pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, dan tahapan penelitian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan dan saran dari pelaksanaan penelitian DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
14
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1.
Kajian Pustaka
2.1.1. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru di dalam dunia pendidikan. Pembelajaran kooperatif bertitik tolak pada pandangan Jhon Dewey dan Herbert Thelen yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokrasi secara langsung. Tingkah laku kooperatif dipandang dipandang oleh Dewey dan Thelen sebagai dasar demokratis dan sekolah dipandang sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku demokratis (Trianto, 2007:45).
Pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning), merupakan strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Menurut Slavin dalam Wardani (2006:2), “Belajar koopertaif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat sampai enam orang, dengan struktur kelompok heterogen, pengelompokan heterogenitas 14
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
15
merupakan ciri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran kooperatif” Annita Lie (2005) menyebutkan: “Pembelajran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotongroyong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lainnya dalam tugas-tugas yang terstruktur” Sedangkan Nur (Isjoni 2010:27) mengemukakan: “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokan siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik.” Menurut Depdiknas tujuan pertama pembelajaran kooperatif, yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Siswa yang lebih mampu akan menjadi nara sumber bagi siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Sedangkan tujuan yang kedua, pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah
untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Menurut Ibrahim (1996), pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Cooper mengungkapkan keuntungan dari metode pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) siswa mempunyai tanggung jawab Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
dan
terlibat
secara
aktif
dalam
pembelajaran,
2)
siswa
dapat
mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, 3) meningkatkan ingatan siswa, dan 4) meningkatkan kepuasan siswa terhadap materi pembelajaran.
Menurut Ibrahim (1996), unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1) siswa dalam kelompok haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama, 2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu didalam kelompoknya, 3) siswa haruslah melihat bahwa semua anggota didalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama, 4) siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya, 5) siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok, 6) siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya, dan 7) siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Robert Slavin dan pakar lain telah berusaha untuk mengubah norma ini me lalui penggunaan pembelajaran kooperatif. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa-siswi kelompok bawah maupun kelompok atas kerja bersama menyelesaikan tugas tugas akademik, siswasiswi kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa-siswi kelompok bawah,
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki orientasi dan bahasa yang sama. Dalam proses tutorial ini, siswa-siswi kelompok atas akan meningkat kemampuan akademiknya karena memberi pelayanan
sebagai
tutor
rnembutuhkan
pemikiran
lebih
dalam
tentang hubungan ide-ide yang terdapat didalam materi tertentu. Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk rnengajarkan kepada siswa-siswi keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung sama lain dan di mana masyarakat secara budaya semakin beragam.
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun siswa-siswi juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif.keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat di bangun dengian mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan.
1. Prinsip dasar dan ciri-ciri pembelajaran kooperatif : Adapun prinsip dasar dan ciri-ciri dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut : a. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
1) Setiap anggota kelompok (siswa-siswi) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya. 2) Setiap anggota kelompok (siswa-siswi) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama. 3) Setiap anggota kelompok(siswa-siswi) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. 4) Setiap anggota kelompok (siswa-siswi) akan dikenai evaluasi. 5) Setiap anggota kelompok (siswa-siswi) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama bersama selama proses belajarnya. 6) Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabk an secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. b. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif 1) Siswa-siswi dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai. 2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswi yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. 3) Penghargaan lebih menekankan pada kelompok daripada masingmasing individu. Pembentukan dan Penghargaan Kelompok.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
Umumnya guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Langkah
Langkah 1 Langkah 2
Langkah 3 Langkah 4 Langkah 5 Langkah 6
Indikator Menyampaikan tujuan da memotivasi siswa Menyajikan informasi Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Membimbing kelompok belajar Evaluasi Memberikan penghargaan
Tingkah laku guru Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mengkomunikasikan kompetensi dasar yang akan dicapai serta memotivasi siswa Guru menyajikan informasi kepada siswa
Guru menginformasikan pengelompokkan siswa Guru memotivasi serta memfasilitasi kerja siswa dalam kelompok-kelompok belajar Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan Guru memberikan penghargaan hasil belajar individual dan kelompok
(Sumber://www.ditnaga-dikti.org/) 2.1.2. Model Group Investigation(Investigasi Kelompok) Menurut Winata Putra (1992:39), “Model Group Investigation (GI) atau investigasi kelompok telah digunakan dalam berbagai bidang studi dan berbagai tingkat usia” pada dasarnya model ini dirancang untuk berbagai cakrawala mengenai masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkannya dan mengetes hipotesis. Joyce, Weil dan Calhoul (Aunurrahman, 2009:151) mengungkapkan bahwa
model
investigasi
kelompok
menawarkan
agar
dalam
mengembangkan masalah moral dan sosial, siswa diorganisasikan dengan
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
cara melakukan penelitian bersama atau “cooperative inquiry” terhadap masalah-masalah sosial dan moral, maupun masalah akademis.
Model Group Investigation(GI) mempersiapkan siswa dengan lingkup studi yang luas dan dengan berbagai pengalaman belajar untuk memberikan tekanan pada aktivitas positif siswa.Ada empat karakteristik pada model ini. (1) kelas dibagi kedalam beberapa kelompok atau grup, (2) kelompok siswa dihadapkan pada berbagai topik dengan berbagai aspek untuk meningkatkan daya keingintahuan dan saling ketergantungan yang positif antara mereka, (3) di dalam kelompk siswa terlibat dalam komunikasi yang aktif untuk meningkatkan keterampilan cara belajar, (4) guru bertindak selaku sumber belajar dan pimpinan tak langsung, memberikan arah dan klarifikasi jika hanya diperlukan dan menciptakan belajar yang kondusif.
Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. Pusat dari investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif murid dalam melakukan penyelidikan terhadap topik yang telah diidentifikasikan. Anggota kelompok mengambil peran dalam menentukan apa yang akan Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
mereka selidiki, siapa yang akan mengerjakan dan bagaimana mereka mempresentasikan hasil secara keseluruhan di depan kelas. Kelompok pada pembelajaran berbasis investigasi kelompok ini merupakan kelompok yang heterogen baik dari jenis kelamin maupun kemampuannya.Setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Di dalam kelompok tersebut, setiap siswa dalam kelompok mengejakan apa yang telah menjadi tugasnya dalam lembar kerja kegiatan secara mandiri yang telah disiapkan dan teman sekelompoknya bertanggungjawab untuk saling memberi kontribusi, saling tukar-menukar dan mengumpulkan ide. Setelah itu anggota kelompok merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya. Langkah terakhir dalam kegiatan ini, salah satu anggota kelompok mengkoordinasikan rencana yang akan dipresentasikan di depan kelompok yang lebih besar. Teknik presentasi dilakukan di depan kelas dengan berbagai macam bentuk presentasi, sedangkan kelompok yang lain menunggu giliran untuk mempresentasikan, mengevaluasi dan memberi tanggapan dari topik yang tengah dipresentasikan. Peran guru dalam GI adalah sebagai sumber dan fasilitator. Di samping itu guru juga memperhatikan dan memeriksa setiap kelompok bahwa mereka mampu mengatur pekerjaannya dan membantu setiap permasalahan yang dihadapi di dalam interaksi kelompok tersebut. Pada akhir kegiatan, guru menyimpulkan dari masing-masing kegiatan kelompok dalam bentuk rangkuman.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
Ide model pembelajaran group investigation bermula dari perpsektif filosofisterhadap konsep belajar. Untuk dapat belajar, seseorang harus memiliki pasangan atauteman. Pada tahun 1916, John Dewey, menulis sebuah buku Democracy and Education(Arends, 1998). Dalam buku itu, Dewey menggagas konsep pendidikan, bahwa kelasseharusnya merupakan cermin masyarakat dan berfungsi sebagai laboratorium untuk belajar tentang kehidupan nyata.
Pemikiran Dewey yang utama tentang pendidikan (Jacob,et al., 1996), adalah: (1) siswa hendaknya aktif, learning by doing; (2) belajar hendaknyadidasari motivasi intrinsik; (3) pengetahuan adalah berkembang, tidak bersifat tetap; (4) kegiatan belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa; (5) pendidikan harus mencakup kegiatan belajar dengan prinsip saling memahami dan saling menghormati satu sama lain, artinya prosedur demokratis sangat penting; (6) kegiatan belajar hendaknyaberhubungan dengan dunia nyata. Gagasan-gagasan Dewey akhirnya diwujudkan dalam model group investigation yang kemudian dikembangkan
oleh
Herbert
Thelen.
Thelen
menyatakan
bahwa
kelashendaknya merupakan miniatur demokrasi yang bertujuan mengkaji masalah-masalah sosial antar pribadi (Arends, 1998).
Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sharan (dalam Joyce, 2009: 321) menjelaskan bahwa kompleksitas sosial yang semakin bagus akan
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
meningkatkan prestasi dan tujuan dari kegiatan pembelajaran seiring meningkatnya informasi dalam pembelajaran juga bisa meningkatkan skill yang dimiliki siswa. Tahap-tahap dari pembelajaran kooperatif tipe group investigation juga menunjang pengembangan keterampilan sains siswa.
2.1.3. Tahap-tahap Model Investigation(GI)
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Group
Dalam group investigation, para murid bekerja melalui enam tahap. (Arends, 2008: 14). Tahap-tahap ini dan komponen-komponennya dijabarkan di bawah ini. a. Tahap mengidentifikasi topik dan mengatur murid ke dalam kelompok 1) Para siswa meneliti beberapa sumber, mengusulkan sejumlah topik dan mengkategorikan saran-saran. 2) Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelaajari topik yang akan mereka pilih. 3) Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan b. Tahap merencanakan tugas yang akan dipelajari 1) Para siswa merencanakan bersama mengenai: a) Apa yang dipelajari? b) Bagaimana mempelajarinya? c) Pembagian tugas d) Untuk tujuan atau kepentingan apa investigasi yang dilakukan?
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
c. Tahap melaksanakan investigasi 1) Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan. 2) Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang dilakukan kelompoknya. 3) Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mensintesis semua gagasan d. Tahap menyiapkan laporan akhir 1) Anggota kelompok menetukan peran-peran esensial dari kelompok mereka 2) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mereka akan membuat presentasi 3) Wakil-wakil kelompok membuat sebuah panitia acara untuk mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi e. Tahap mempresentasikan laporan akhir 1) Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk 2) Bagian presentasi trsebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif 3) Para pendengar terebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh anggota kelas
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
f. Tahap evaluasi 1) Para siswa saling memberikan umpan balik menenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, mengenai koefektifan pengalaman-pengalaman mereka 2) Guru dan murid berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa 3) Penilaian atas pembelajaran harus mengevaluasi pemikiran paling tinggi 2.1.4. Peran Guru dalam Investigation(GI)
Pembelajaran
Kooperatif
tipe
Group
Prinsip reaksi yang dikembangkan adalah guru lebih berperan sebagai konselor, konsultan, sumber kritik yang konstruktif. Peran tersebut ditampilkan dalam proses pemecahan masalah, pengelolaan kelas, dan pemaknaan perseorangan. Peranan guru terkait dengan proses pemecahan masalah berkenaan dengan kemampuan meneliti apa hakikat dan fokus masalah. Pengelolaan ditampilkan berkenaan dengan kiat menentukan informasi yang diperlukan dan pengorganisasian kelompok untuk memperoleh informasi tersebut.
Sebagai
dampak
pembelajaran
adalah
pandangan
konstruktivistik
tentangpengetahuan, penelitian yang berdisiplin, proses pembelajaran yang efektif, pemahaman yang mendalam. Sebagai dampak pengiring pembelajaran adalah hormat terhadap HAM dan komitmen dalam
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
bernegara,
kebebasan
sebagai
siswa,
penumbuhan
aspek
sosial,
interpersonal, dan intrapersonal.
Daniel Zingaro (2008: 4) mengungkapkan beberapa kelebihan dan kekurangan dan pembelajaran investigasi kelompok, yaitu:
Kelebihan a) Siswa lebih baik dalam bertanya. b) Siswa lebih baik dalam bekerja sama dan tolong-menolong. c) Siswa lebih mampu mengekspresikan diri. d) Siswa lebih mampu bertanggung jawab.
Kekurangan a) Siswa tidak mempunyai keinginan untuk bekerja mandiri. b) Membutuhkan waktu lebih banyak. c) Tidak mempelajari topik lain secara keseluruhan.
2.1.5. Hasil Belajar Siswa Menurut Rumini, dkk (1995:61) hasil belajar siswa merupakan kapasitas manusia yang nampak dalam tingkah laku. Tingkah laku yang dimaksud adalah tingkah laku siswa yang ditampilkan yang berkaitan dengan hasil belajar dengan memberikan gambaran yang lebih nyata, hal ini tentunya berkaitan dengan hasil dan proses belajar di sekolah. Sedangkan menurut Sudjana (2008:2) hasil belajar siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
27
Menurut Bloom yang dikutip oleh Sudjana (2008:22) hasil belajar siswa dibedakan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotoris.
Bloom (Munaf, 2001:69) membagi ranah kognitif ke dalam enam jenjang kemampuan secara hierarki, yaitu:
a. Knowledge/C1 (Pengetahuan)
Kemampuan menyatakan konsep, prinsip, prosedur, atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus memahami atau dapat menggunakannya. Jenjang ini adalah jenjang yang paling rendah tetapi menjadi syarat bagi tipe hasil hasil belajar berikutnya. Kata kerja yang digunakan, misalnya: menyebutkan, mendefinisikan.
b. Comprehension/C2 (Pemahaman)
Menurut Munaf dalam Sudjana (2008: 67), pemahaman merupakan salah satu jenjang kemampuan proses berfikir yang menuntut siswa untuk memahami, yang berarti mengetahui tentang sesuatu hal dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Siswa dituntut untuk dapat menafsirkan
bagan,
diagram
atau
grafik,
meramalkan,
mengungkapkan suatu konsep atau prinsip dengan kata-kata sendiri. Kata
kerja
yang
digunakan
misalnya:
membedakan,
menginterpretasikan, menjelaskan.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
28
c. Application/C3 (Penerapan) Kemampuan menggunakan prinsip, teori, hukum, aturan, maupun metode yang dipelajari pada situasi nyata. Kata kerja yang bisa digunakan misalnya: menerapkan, menghubungkan, menghitung, menunjukkan, mengklasifikasikan. d. Analysis/C4 (Analisis) Analisis adalah kemampuan untuk menganalisis atau merinci materi atau konsep menjadi susunan-susunan yang teratur serta memahami hubungan antara satu materi dengan materi yang lain. Kata kerja yang dapat
digunakan
misalnya:
menganalisa,
menemukan,
membandingkan. e. Synthesis/C5 (Sintesis) Sintesis merupakan kemampuan untuk menyatukan bagian-bagian materi sehingga menjadi satu gabungan yang berpola dan berkaitan satu sama lain. Contoh kemampuan sintesis adalah kemampuan merencanakan eksperimen. Kata kerja yang dapat digunakan misalnya:
mensintesis,
menghubungkan,
merumuskan,
menyimpulkan. f. Evaluation/C6 (Evaluasi) Evaluasi adalah kemampuan tertinggi yang merupakan pemberian penilaian atau keputusan terhadap situasi, nilai-nilai, atau ide-ide. Pemberian keputusan dapat dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara kerja, pemecahan, metode, materi berdasarkan kriteria tertentu.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
Menurut Munaf dalam Sudjana (2008: 74), untuk dapat menilai, seseorang harus dapat menerapkan, mampu mensintesis, dan menganalisis. Kata kerja yang dapat digunakan, misalnya: menilai, menentukan, memutuskan. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak.Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.Di antara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. (Sudjana, 2008:23).
Tes hasil belajar merupakan sekelompok pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab atau diselesaikan oleh siswa dengan tujuan untuk mengukur kemajuan belajar siswa.Hasil tes ini berupa data kuantitatif.
2.1.6. Pembelajaran Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Jumlah mata pelajaran produktif kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura di SMK Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur disesuaikan dengan jumlah
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
Standar Kompetensi (SK) yang ada. Salah satu mata pelajaran atau standar kompetensi (SK) yang terdapat di SMK Pertanian Pembangunan adalah Budidaya Tanaman secara Hidroponik.
Mata pelajaran hidroponik terdiri dari beberapakompetensi dasar yang saling berkaitan satu sama lain. Salah satu kompetensi dasar yang harus dapat dikuasai siswa ialah kompetensi dasar menyiapkan bibit tanaman hidroponik yang didalamnya berisikan materi yang terdiri dari lima sub kompetensi, yaitu: 1.
Pembibitan tanaman hidroponik, Dalam materi ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan mengenai materi menjelaskan langkah-langkah pembibitan sampai dengan menata dengan tertib polibag di dalam lath house. Pada pembibitan tanaman hidroponik, setalah bibit berumur 15-17 hari (bibit yang berasal dari benih kecil) perlu dipindahkan dari wadah semai ke pot/polybag pembibitan agar dapat tumbuh dengan baik. Caranya adalah dengan mencabut kecambah di wadah semai (umur 3-4 minggu setelah semai) secara hati-hati dengan tangan agar akar tidak rusak kemudian tanam pada lubang tanam yang telah dibuat pada pot/polybag pembibitan.
2.
Seleksi benih Dalam materi ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan mengenai materiseleksi benihdan tingkat aplikasi yang harus dapat dikuasai siswa sampai dengan melakukan seleksi benih.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
3.
Kebutuhan benih Dalam materi ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan mengenai materikebutuhan benih yang dijabarkan lebih terperinci menggunakan rumus-rumus perhitungan kebutuhan benih untuk tanaman hidroponikdan tingkat aplikasi yang harus dapat dikuasai siswa sampai dengan menghitung jumlah benih sesuai kebutuhan.
4.
Seed treatment Dalam materi ini kegiatan pembelajaran yang dilakukan mengenai materi seed treatment yang meliputi pengertian,tujuan dan cara melakukan seed treatmentpada masing-masing contoh benih untuk bibit tanaman hidroponikdan tingkat aplikasi yang harus dapat dikuasai siswa sampai dengan melakukan seed treatment.
5.
Penyemaian, pada materi penyemaian ini dibagi menjadi dua cara penyemaian, yaitu:
a. Persemaian benih besar. Untuk benih yang berukuran besar seperti benih melon dan ketimun, sebaiknya dilakukan perendaman di dala air hangat kuku selama 2-3 jam dan langsung ditanamkan dalam wadah semai yang berisi media dan telah disiram dengan air. Benih diletakkan dengan pinset secara horisontal
4-5
mm
dibawah
permukaan
media.
b. Persemaian benih kecil. Untuk benih berukuran kecil seperti tomat, cabai, terong dan sebagainya cara persemaiannya berbeda dengan benih besar. Pertama siapkan wadah
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
semai dengan media setebal 5-7 cm. Di tempat terpisah tuangkan benih yang dicampurkan dengan pasir kering steril secukupnya dan diaduk merata.Benih yang telah tercampur dengan pasir ditebarkan di atas permukaan media semai secara merata, kemudian ditutup dengan media semai tipis-tipis (3-5 mm).
Pembelajaran menghitung jumlah benih tanaman hidroponik sesuai kebutuhan dan melakukan seed treatment adalah salah satu kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura pada semester tiga. Dalam kompetensi dasar ini terdapat beberapa indikator yang harus dipenuhi dalam pembelajarannya, yaitu :
a. Benih dideskripsikan secara umum dan khusus berdasarkan pengertian dan prinsip benih. b. Benih untuk hidroponik dideskripsikan berdasarkan pemilihan benih yang baik untuk budidaya tanaman hidroponik. c. Langkah-langkah menyiapkan benih untuk tanaman hidroponik dijabarkan lebih terperinci. d. Menghitung
kebutuhan
benih
dijabarkan
lebih
terperinci
menggunakan rumus-rumus perhitungan kebutuhan benih untuk tanaman hidroponik.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
e. Seed treatment dideskripsikan berdasarkan pengertian, tujuan dan cara melakukan seed treatmentpada masing-masing contoh benih untuk bibit tanaman hidroponik.
2.2. Kerangka Pemikiran Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran
secara
optimal.Pembelajaran
konvensional
merupakan
pembelajaran biasa yang paling sering dilakukan oleh guru-guru di sekolah.Pada pembelajaran ini guru memberikan penerangan atau penuturan secara lisan kepada sejumlah siswa.Siswa mendengarkan dan mencatat seperlunya. Pada umumnya siswa bersifat pasif, yaitu menerima saja apa yang dijelaskan oleh guru sehingga komunikasi yang terjadi cenderung hanya satu arah.
Upaya yang diperlukan untuk mendorong siswa aktif dan kreatif dalam kegiatan belajar di kelas selalu bergantung pada guru. Keaktifan dan daya kreativitas
siswa
belum
berkembang
selama
proses
pembelajaran
konvensional yang berdampak pada hasil belajar siswa masih rendah dalam mempelajari materi Budidaya Tanaman secara Hidroponik. Hal ini yang menjadi indikator perlunya upaya untuk membantu siswa agar dapat mempelajari materi dengan lebih baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) diharapkan dapat lebih meningkatkan pemahaman siswa serta dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan. Dalam pembelajaran ini siswa lebih banyak berperan selama kegiatan berlangsung. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik.
Kegiatan penelitian dilakukan pada siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura dimana sampel yang diambil merupakan cluster random sampling. Sampel yang dipilih terbagi atas dua kelas, yakni kelas eksperimen atau kelas yang menerapkan model pembelajaran tipe GI dan kelas kontrol atau yang menerapkan metode konvensional.
Langkah pertama penelitian dilakukan pretest untuk kedua kelas yang diteliti untuk mengetahui kemampuan awal siswa di masing-masing kelas. Setelah didapatkan data hasil pretest maka dilakukan uji homogenitas yang didapat hasil yang homogen antara dua kelas tersebut dimana siswa-siswa tersebut memiliki kemampuan awal yang sama.
Langkah selanjutnya yaitu dilakukan penelitian dengan menerapkan model pembelajaran tipe GI untuk kelas eksperimen dan metode konvensional untuk kelas kontrol. Pembelajaran dilakukan dengan dua kali pertemuan
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
dimana pertemuan pertama dilakukan setelah pelaksanaan pretest dan pertemuan kedua dilakukan sebelum pelaksanaan post test.
Pada pertemuan pertama selain diadakan pretest, dilakukan evaluasi juga di akhir pembelajaran guna mengukur kemampuan siswa terhadap materi yang disampaikan. Evaluasi berbentuk lembar tugas kelompok untuk kelas yang mendapat perlakuan dan berbentuk tugas individu untuk kelas kontrol. Sedangkan pada pertemuan kedua, kegiatan pembelajaran diakhiri dengan post test sebelum kegiatan pembelajaran ditutup.
Setelah adanya data post test, maka dilakukan analisis data yang kemudian dijadikan sebagai temuan penelitian. Temuan penelitian ini yang nantinya akan dijabarkan dan selanjutnya ditarik kesimpulan dan saran. Kerangka pemikiran dalam rangkaian kegiatan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
Kelas Eksperimen Siswa Kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura
Pembelajaran dengan model pembelajaran tipe GI
Pretest
Kelas Kontrol
Post Test Hasil belajar
Analisis
Temuan Penelitian
Pembelajaran Konvensional
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kesimpulan dan Saran
36
2.3. Hipotesis Penelitian Sugiyono (2009: 70), menyatakan bahwa “hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.”
Guna menguji kebenaran penelitian ini, penulis akan mengajukan hipotesa sebagai berikut :
a. H0 : µ1 = µ2 Tidak terdapat perbedaan pemahaman siswa antara kelas perlakuan yaitu kelas yang menerapkan model pembelajaran tipe group investigation (GI) dengan kelas kontrol yaitu kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional
pada
kompetensi
dasar
Menyiapkan
Bibit
Tanaman
Hidroponik sub kompetensi menghitung kebutuhan benih dan seed treatment. b. Ha : µ1 ≠µ2 Terdapat perbedaan pemahaman siswa antara kelas perlakuan yaitu kelas yang menerapkan model pembelajaran tipe group investigation (GI) dengan kelas kontrol yaitu kelas yang menerapkan pembelajaran konvensional pada kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi menghitung kebutuhan benih dan seed treatment.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur yang beralamat di Jalan Raya Cibeber Km. 5 Pasir Sembung Cianjur 43285.
2. Subjek penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMK-PP) Negeri Cianjur. a. Populasi Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti.Subjek populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura yang terdiri dari 4 kelas.
b. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sampel cluster random. Sampel dalam penelitian ini diambil sebanyak 2 (dua)kelas, siswa XI Kompetensi Keahlian Agribisnis Tanaman
37 Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
Pangan dan Hortikultura yang berjumlah 2 kelas dengan jumlah siswa masing-masing 29 dan 31 orang.
Pada penelitian ini, kelas eksperimen yaitu kelas XI ATPH 1 yang berjumlah 29 orang yang terdiri dari 18 orang laki-laki dan 11 orang perempuan, namun yangmengikuti kegiatan proses pembelajaran dengan tipe group investigation (GI)sampai akhir penelitian hanya 20 orang. Hal ini dikarenakan sebagian siswa tidak mengikuti proses pembelajaran secara menyeluruh atau tidak hadir dengan keterangan sakit dan izin untuk kepentingan keluarga.
Sementara kelas kontrol yang menerapkan metode pembelajaran konvensional yaitu kelas XI ATPH 2 yang berjumlah 31 orang yang terdiri dari 19 orang laki-laki dan 12 orang perempuan, namun yang mengikuti proses pembelajaran sampai akhir penelitian hanya 21 orang. Hal ini dikarenakan sebagian siswa tidak mengikuti proses pembelajaran secara menyeluruh atau tidak hadir dengan keterangan sakit dan izin untuk kepentingan keluarga. Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester tiga (ganjil) tahun pelajaran 2012 – 2013, yaitu pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2012.
3.2.
Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen semu (quasi experimental design) karena peneliti tidak
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
mungkin melakukan kontrol atau manipulasi pada semua variabel yang relevan kecuali beberapa variabel yang diteliti.Menurut Budiyono (2003: 82) tujuan penelitian eksperimen semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan.
Pada penelitian ini eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan dalam pendekatan pembelajaran.Dalam penelitian ini subjek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang melakukan pembelajaran konvensional (kontrol) dan kelompok yang melakukan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI(eksperimen/treatment). Adapun desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini divisualisasikan pada tabel 3.1.seperti berikut :
Tabel 3.1.Ujicoba dengan Quasi Experimental Design
Kelompok
Pre test
Perlakuan
Post test
Eksperimen (Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI) Kontrol (Pembelajaran Konvesional)
O1
X1
O2
O3
X2
O4
Keterangan : O1dan O3 = Pre test (tes awal) O2 dan O4 = Post test (tes akhir) X1 = Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
X2 = Pembelajaran dengan menggunakan metode konvensional
3.3.
Variabel Penelitian Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kuantitatif, sehingga variabel yang muncul dalam penelitian ini adalah variabel kuantitatif. Karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, maka di dalamnya terdapat dua variabel yaitu variabel eksperimen dan variabel kontrol. 1. Variabel eksperimen. Variabel eksperimen pada penelitian ini adalah hasil belajar kelas yang menggunakan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe GI (X1). 2. Variabel kontrol. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah hasil belajar kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional (X2).
3.4.
Instrumen Penelitian Menurut Arikunto (2000:134) “Instrumen penelitian adalah alat bantu yang
dipilih
dan
digunakan
oleh
peneliti
dalam
kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya”. Penyusunan tes pengetahuan awal dan hasil belajar siswa dilakukan oleh peneliti dengan berpedoman pada kurikulum yang berlaku. Tes yang digunakan yaitu dalam bentuk tes pilihan ganda. Adapun langkah-langkah dalam membuat tes yaitu membuat kisi-kisi soal tes, menyusun soal tes, reliabilitas dan validasi soal tes.
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
41
Agar tes mempunyai validitas isi harus diperhatikan hal-hal berikut : a.
Tes harus dapat mengukur sampai berapa jauh tujuan pembelajaran tercapai ditinjau dari materi yang diajarkan.
b.
Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan penekanan materi yang diajarkan.
c.
Materi pelajaran untuk menjawab soal-soal ujian sudah dipelajari dan dapat dipahami oleh tester.(Budiyono, 2003:58)
Instrumen tes objektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa pre-test dan post-test.Pre-test (tes awal) digunakan untuk melihat kemampuan awal siswa, sedangkan post-test digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan siswa setelah diberikan treatment. Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Tes pilihan ganda terdiri dari keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Option terdiri atas satu jawaban yang benar dan beberapa pengecoh (distraction). Arikunto (2007: 168), menyatakan “Tes pilihan ganda merupakan bentuk tes objektif yang paling banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicakup”. Kelebihan penggunaan tes objektif (Arikunto, 2007: 164) yaitu: a. Mengandung
lebih
banyak
segi-segi
positif,
misalnya
lebih
representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
42
dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi siswa maupun segi guru yang memeriksa; b. Lebih
mudah
dan
cepat
cara
memeriksanya
karena
dapat
menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi; c. Pemeriksanya dapat diserahkan kepada orang lain; d. Dalam pemeriksaan tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
Instrumen tes objektif yang berupa tes pilihan ganda, terlebih dahulu akan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru mata pelajaran produktif di sekolah. Kemudian
instrumen tes tersebut diujicobakan
kepada siswa di luar subjek penelitian yang telah mempelajari materi yang diujikan. Uji coba instrumen diberikan kepada siswa kelas XII ATPH di SMK PP Negeri Cianjur. Setelah data hasil uji coba terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
1. Uji Validitas Butir Soal Uji validitas alat evaluasi bertujuan untuk mengetahui valid tidaknya suatu instrumen tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen, setelah tes diujicobakan kemudian dihitung koefisien korelasi antara nilai hasil uji coba dengan nilai rata-rata harian. Korelasi dihitung dengan menggunakan rumus produk momen dari Pearson sebagai berikut:
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
43
rxy
N X
N XY X Y 2
X N Y 2 Y 2
2
Keterangan : rxy N X Y
= koefisien korelasi antara X dan Y = banyaknya peserta tes = nilai hasil ujicoba = nilai rata-rata ulangan harian
Untuk mengetahui tinggi, sedang, atau rendahnya validitas instrumen, nilai koefisien diinterpretasikan dengan klasifikasi menurut Arikunto (2007: 75) sebagai berikut: Tabel 3.2. Klaisfikasi Validitas Butir Soal Nilai rxy Kriteria rxy< 0 Tidak Valid 0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah 0,20 ≤ rxy< 0,40 Rendah 0,40 ≤ rxy< 0,60 Sedang 0,60 ≤ rxy< 0,80 Tinggi 0,80 ≤ rxy<1,00 Sangat Tinggi (Suherman, 2003: 113) 139
Dari hasil perhitungan validitas soal yang digunakan (25 soal), maka didapatkan untuk soal yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 23 soal valid berada pada kriteria sedang dan tinggi dan 2 soal dibuang karena tidak memenuhi kriteria atau berada pada kriteria rendah dan sangat rendah. (Lampiran 1. Data Uji Validitas Soal, hal. 85)
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
44
2. Analisis Reliabilitas Suatu tes dikatakan reliabel apabila hasil tes tersebut tetap apabila diteskan berkali-kali. Untuk mengetahui reliabilitas suatu instrumen
atau alat
evaluasi dilakukan dengan cara menghitung koefisien reliabilitas instrumen.
Perhitungan
koefisien
reliablitas
ini
dihitung
dengan
menggunakan rumus Spearman-Brown (Arikunto, 2007: 93) berikut:
r11
2r 12 12 (1 r 12 12 )
Keterangan: r11 = koefisien reliabilitas 1 1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes. r 2 2
Koefisien reliabilitas yang diperoleh diinterpretasikan menggunakan klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Guliford (Suherman, 2003: 139) sebagai berikut: Tabel 3.3 Klasifikasi Reliabilitas Soal Koefesien Korelasi Kriteria r11 < 0,20 Sangat Rendah 0,20 ≤ r11< 0,40 Rendah 0,40 ≤ r11< 0,60 Sedang 0,60 ≤ r11< 0,80 Tinggi 0,80 ≤ r11<1,00 Sangat Tinggi
Dari hasil perhitungan reliabilitas soal penelitian, didapatkan hasil nilai reliabilitas sebesar 0,73 dan berada pada kriteria reliabilitas tinggi. (Lampiran 2. Data Uji Reliabilitas Soal, hal. 86).
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
45
3. Analisis Daya Pembeda Daya pembeda adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Arikunto, 2011: 211). Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal terlebih dahulu menentukan skor total siswa dari siswa yang memperoleh skor tinggi ke rendah. Kemudian untuk sampel besar (n > 30) ambil 27% dari kelompok atas dan 27% dari kelompok bawah. Kemudian hitung daya pembeda dengan menggunakann rumus berikut ini.
𝐷𝑃 =
𝐽𝐵𝑎 −𝐽𝐵𝑏 𝐽𝑆𝑎
(Suherman, 2003: 160) Keterangan: DP = daya pembeda satu butir soal tertentu JBa = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar JBb = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal denganbenar JSa = jumlah siswa kelompok atas
Nilai daya pembeda yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada kategori berikut ini. Tabel 3.4. Interpretasi Daya Pembeda Nilai DP Interpretasi DP≤0,00 0,00
Sangat Jelek Jelek Cukup Baik Sangat Baik (Suherman, 2003: 161)
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
46
Data hasil perhitungan daya pembeda, terlampir (Lampiran 4. Hasil Uji Daya Pembeda, hal. 88). Dari data perhitungan didapatkan bahwa sebanyak 12% soal yang digunakan memiliki daya pembedadengan kriteriajelek, 68% dengan kriteriacukup dan 20% yang kriterianya baik.
4. Analisis Tingkat Kesukaran Analisis tingkat kesukaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang mudah merangsang anak untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi diluar jangkauan (Arikunto, 2009: 207). Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah sebagai berikut.
𝐼𝐾 =
𝐽𝐵𝑎 +𝐽𝐵𝑏 2𝐽𝑆𝑎
Keterangan: IK = indeks kesukaran JBa = jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar JBb = jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JSa = jumlah siswa kelompok atas Nilai daya pembeda yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel 3.5. berikut ini. Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
47
Tabel 3.5. Interpretasi Indeks Kesukaran Nilai IK Interpretasi IK ≤ 0,00 0,00≤IK< 0,30 0,30 ≤ IK< 0,70 0,70≤IK<1,00 IK≤ 1,00
Sangat Sukar Sukar Sedang Mudah Sangat Mudah
Hasil perhitungan indeks kesukaran, terlampir (Lampiran 3. Tingkat Kesukaran, hal. 83). Dari data perhitungan didapatkan bahwa sebanyak 20% soal yang digunakan berkategori mudah, 76% soal berkategori sedang dan 4% soal berkategori sukar. 5. Uji Gain (peningkatan) Data peningkatan merupakan data yang diperoleh dari selisih antara pre test dan post testyang diberikan kepada siswa. Pengujian peningkatan dilakukan dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi. < 𝑔 >=
𝑝𝑜𝑠𝑡 𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑝𝑟𝑒 𝑡𝑒𝑠𝑡
Keterangan : < g > = gain skor ternormalisasi Post test = skor hasil post test Pre test = skor hasil pre test Skor maksimum = skor tertinggi
Menurut Hake (1998), tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu : a. b. c.
g – tinggi g – sedang g – rendah
: dengan (< g >) ≥ 0,7 : dengan 0,7 < (< g >) ≥ 0,3 : dengan (< g >) < 0,3
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
48
6. Uji hipotesis Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah suatu penelitian itu hipotesisnya dapat diterima atau ditolak. Dalam penelitian dan statistik terdapat dua macam hipotesis, yaitu hipotesis nol dan hipotesis alternatif.Hipotesis (Ha) dalam penelitian ini adalah pernyataan terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen.
Untuk mengetahui apakah hipotesis dalam penelitian ini diterima atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis dengan rumus : 𝑋͞ 1 −𝑋͞ 2
𝑡= (
𝑆1 2 𝑆2 2 + ) 𝑛 12 𝑛 22
(Sumber: Sugiyono, 2009: 273) Keterangan : X͞1 = mean sampel kelompok eksperimen X͞2 = mean sampel kelompok kontrol S1 = standar deviasi kelompok eksperimen
S2 = standar deviasi kelompok kontrol n1 = jumlah data kelas eksperimen n2 = jumlah data kelas kontrol
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menentukan signifikan perbedaan dua variabel dengan kriteria sebagai berikut : Jika thitung< ttabel, makaHa(µ1 ≠µ2)ditolak dan H0(μ1 = μ2) diterima. Jika thitung> ttabel, makaHa(µ1 ≠µ2)diterima dan H0(μ1 = μ2) ditolak.
3.5.
Tahapan Penelitian Tahapan dalam penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data.Rincian tahapan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.6.sebagai berikut :
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
49
Tahap Penelitian 1. Tahap persiapan
Tabel 3.6. Tahapan Penelitian Langkah-langkah Kegiatan a. Melakukan observasi tempat penelitian b. Menentukan judul penelitian dan membuat proposal penelitian; c. Melaksanakan bimbingan proposal penelitian dengan dosen pembimbing; d. Melaksanakan seminar I (proposal penelitian); e. Memperbaiki atau merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar I dan disesuaikan dengan arahan dari para dosen pembimbing; f. Mengajukan surat izin penelitian di SMKPP Negeri Cianjur. g. Melaksanakan konsultasi dengan Kepala Sekolah serta Wakasek Bidang Kurikulum SMK-PP Negeri Cianjur terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan; h. Mengadakan konsultasi dengan Guru Mata Pelajaran Produktif yang mengampu kompetensi dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik sub kompetensi menghitung kebutuhan benih dan seed treatment terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan; i. Membagi subjek penelitian menjadi 2
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
50
Lanjutan Tabel 3.6. Tahap Penelitan
Langkah-langkah Kegiatan
kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional, sedangkan kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI); j. Menyusun instrumen penelitian dan perangkat pembelajarannya (RPP, bahan ajar, soal pre test dan post test); k. Memberikan pre test dengan menggunakan soal pilihan ganda yang terlebih dahulu dilakukan uji validasi dan reliabilitas dari soal yang dipergunakan untuk pre test. l. Mengolah data hasil pre test, sebelumnya dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui tingkat kemampuan dari kelas kontrol dan kelas eksperimen. 2. Tahappelaksanaan
3. Tahap data
Penelitian ini berlangsung selama dua kali pertemuan. Secara garis besar, pelaksanaan penelitian ini adalah melakukan pembelajaran secara konvensional pada kelompok kontrol dan melakukan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation(GI) pada kelompok eksperimen.Pembelajaran secara konvensional dilakukan dengan metode ceramah yang menggunakan media terbatas. pengolahan a. Pengolahan data dilakukan terhadap hasil pre test dan post test yang telah dilaksanakan selama kegiatan penelitian; b. Pengolahan data dilakukan untuk menguji peningkatan (gain) dan menguji hipotesis; c. Membuat penafsiran dan menarik kesimpulan dari hasil penelitian; d. Penyusunan laporan skripsi.
Sedangkan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation(GI)
dengan menggunakan
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
51
dilakukan dengan metode diskusi kelompok aktif. Pelaksanaan pembelajaran antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen pada setiap pertemuan dapat dilihat pada tabel 3.7.berikut ini.
Tabel 3.7 Pelaksanaan Pembelajaran Antara Kelas Kontrol Dengan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen
Kegiatan awal :
Kegiatan awal :
Berdoa, absensi, dan Pre test
Berdoa, absensi, Pre test, apersepsi/motivasi
Kegiatan inti : Kegiatan inti :
Pertemuan I
Guru sedikit menjelaskan materi dengan menggunakan alat presentasi, serta papan tulis dan spidol Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok untuk berdiskusi dan melakukan eksperimen. Perwakilan setiap kelompok Kegiatan akhir : menuliskan data hasil eksperimen kelompoknya di Guru menginformasikan papan tulis materi pelajaran selanjutnya dan menutup pelajaran Guru memberikan materi dengan menggunakan metode ceramah serta media papan tulis dan spidol
Kegiatan akhir : Guru menanggapi hasil kerja siswa ,memberikan penguatan dan menutup pelajaran
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
52
Lanjutan Tabel 3.7 Kelas Kontrol Kegiatan awal :
Kegiatan awal :
Berdoa, absensi
Berdoa, absensi, apersepsi/motivasi
Kegiatan inti :
Pertemuan II
Kelas Eksperimen
Guru memberikan materi dengan menggunakan metode ceramah serta media papan tulis dan spidol Kegiatan akhir : Post test, guru menutup pelajaran
Kegiatan inti : Guru sedikit menjelaskan materi dengan menggunakan alat presentasi serta papan tulis dan spidol Guru membimbing siswa melakukan presentasi kelompok dan diskusi kelas untuk mengetahui materi pembelajaran secara lebih jelas. Kegiatan akhir : Guru menanggapi proses pembelajaran sambil memberikan penguatan, memberikan Post test dan menutup pelajaran
3.6.
Teknik Pengumpulan Data Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah menentukan cara mengukur variabel penelitian dan alat pengumpulan data. Untuk mengukur variabel diperlukan instrumen penelitian dan instrumen ini berfungsi untuk digunakan dalam mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui metode tes.
Metode tes merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah item pertanyaan mengenai materi yang akan dan telah diberikan kepada subjek penelitian. Pada penelitian ini metode tes Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
53
digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pengetahuan awal siswa (pre test) dan hasil belajar siswa (post test). Tes dalam penelitian ini berbentuk tes tertulis dengan bentuk pertanyaan uraian yang memuat beberapa
pertanyaan
mengenai
materi
pada
kompetensi
dasar
Membudidayakan Tanaman secara Hidroponik. 3.6.1.
Hasil Pre Test Pre test merupakan tes yang dilakukan pada awal pembelajaran yang berfungsi sebagai acuan awal peneliti sebelum memulai penelitian. Selain itu, pre test ini dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan dan pengetahuan siswa sebelum diberikan treatment apapun.
3.6.2.
Hasil Post Test Post test merupakan tes yang dilakukan pada akhir pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran setelah diberikan treatment tertentu.
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisis Data Langkah selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melakukan pengolahan dan analisis data. Pengolahan dan analisis data penelitian merupakan langkah yang sangat penting dalam kegiatan penelitian, pengolahan dan analisis data yang benar dan tepat akan menghasilkan kesimpulan yang benar. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan yaitu : 1. Menghitung skor tes individu 2. Menginterpretasikan nilai individu 3. Uji Homogenitas data pre test
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
54
4. Uji Gain 5. Uji Hipotesis 3.7.1. Menghitung skor tes individu Hasil pre test dan post test peserta didik dinilai dengan menggunakan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan. Nilai maksimum untuk hasil pre test dan post test pada penilaian individu untuk penilaian ini, yaitu 100. 3.7.2. Menginterpretasikan Nilai Individu Data yang diperoleh dari nilai siswa diolah menjadi nilai huruf dengan interpretasi A (Amat Baik), B (Baik), C (Cukup), D (Kurang), dan E (Kurang Sekali). Menentukan nilai huruf tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Menentukan skor maksimal ideal b. Mencari mean ideal dengan rumus: 1 Mean ideal M = x skor maksimal ideal 2 (Purwanto, 2007: 95)
c. Mencari deviasi standar dengan menggunakan rumus: 1 Deviasi standar DS = M 3 (Purwanto, 2007: 95)
d. Menentukan batas bawah D atau batas lulus dimana batas lulus sama dengan mean e. Menentukan batas atas D dengan menggunakan rumus :
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
55
D = M + 1 SUD (Purwanto, 2007: 95)
f. Menentukan batas atas C dengan menggunakan rumus : C = M + 2 SUD (Purwanto, 2007: 95)
g. Menentukan batas atas B dengan menggunakan rumus : B = M + 3 SUD (Purwanto, 2007: 95)
Sedangkan untuk memperoleh persentase perolehan skor digunakan rumus : P=
Fo x 100% N
Keterangan : P = persentase skor Fo= jumlah skor yang muncul N = jumlah skor total/skor ideal
Nilai siswayang diperoleh, dapat dikonversikan seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8. Konversi Nilai
No 1 2 3 4 5
Nilai ≥ 88,26 75,6 – 88,25 62,76 – 75,5 50,01 – 62,75 ≤ 50
Huruf A B C D E
Keterangan Amat Baik Baik Cukup Kurang Kurang Sekali
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
56
3.7.3. Uji Homogenitas Data Pre Test Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah dua sampel yang diambil mempunyai varians yang homogen atau tidak. Salah satu teknik statistik yang digunakan untuk menjelaskan homogenitas kelompok adalah dengan varians. S2 =
Σ(xi −x )2
S=
(n−1)
Σ(xi −x )2 (n−1)
(Sugiyono, 2009)
Keterangan : S2 S n
= varians sampel = simpangan bakusampel = jumlah sampel
Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut : a. Menghitung varian
untuk
menggunakan rumus
S2 =
setiap
kelompok sampel
dengan
Σ(xi −x )2 (n−1)
b. Menghitung varian gabungan menggunakan rumus c. Mencari nilai F dengan menggunakan rumus F =
S=
Σ(xi −x )2 n−1
Varian terbesar Varian terkecil
d. Pengujian homogenitas dengan ketentuan sebagai berikut : 1) Apabila Fhitung
Ftabel , maka dinyatakan tidak homogen.
Sebelum memberikan treatment atau menyampaikan materi pembelajaran kepada kedua kelas, penulis terlebih dahulu melakukan uji homogenitas data hasil pre test yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan dengan tujuan Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
57
untuk mengetahui apakah data hasil pre test dari kedua kelas (kontrol dan eksperimen) homogen atau tidak, karena syarat untuk melakukan treatment pada penelitian eksperimen adalah subjek penelitiannya harus homogen. Data pre test perlu diuji homogenitas variannya terlebih dahulu dengan menggunakan uji F.
F=
Varian terbesar 45,33 = = 1,63 Varian terkecil 27,75
Harga ini (Fhitung) selanjutnya dibandingkan dengan harga Ftabel dengan dk pembilang (21 – 1 = 20) dan dk penyebut (20 – 1 = 19). Berdasarkan dk tersebut dan untuk taraf kesalahan 5%, maka harga Ftabel = 2,135. Ternyata harga Fhitung< Ftabel, dengan demikian dapat dinyatakan bahwa varian kedua kelompok tersebut homogen.
3.7.4. Uji Gain (peningkatan) Data peningkatan merupakan data yang diperoleh dari selisih antara pre test dan post testyang diberikan kepada siswa. Pengujian peningkatan dilakukan dengan menggunakan rumus gain skor ternormalisasi.
< 𝑔 >=
post test −pre test skor maksimum −pre test
Keterangan : < g > = gain skor ternormalisasi Post test = skor hasil post test Pre test = skor hasil pre test Skor maksimum = skor tertinggi
Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
58
Menurut Hake (1998), tingkat perolehan gain skor ternormalisasi dikategorikan ke dalam tiga kategori, yaitu : a. g – tinggi b. g – sedang c. g – rendah
: dengan (< g >) ≥ 0,7 : dengan 0,7 < (< g >) ≥ 0,3 : dengan (< g >) < 0,3
3.7.5. Uji Hipotesis Uji hipotesis bertujuan untuk mengetahui apakah suatu penelitian itu hipotesisnya dapat diterima atau ditolak. Hipotesis (Ha) dalam penelitian ini adalah pernyataan tidak adanya perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Untuk mengetahui apakah hipotesa dalam penelitian ini diterima atau tidak, maka dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan rumus Polled Varians.
t=
X͞ 1 − X͞ 2 n 1 −n 2 s 21 +(n 2 −1)s 22 n 1 + n 2 −2
1 n1
1
+n
2
(Sumber: Sugiyono, 2009: 138) Keterangan : X͞1 = mean sampel kelompok eksperimen X͞2 = mean sampel kelompok kontrol S1 = standar deviasi kelompok eksperimen
S2 = standar deviasi kelompok kontrol n1 = jumlah data kelas eksperimen n2 = jumlah data kelas kontrol
Harga t sebagai pengganti ttabel dihitung dari selisih harga ttabel dengan dk (n1 – 1) dan dk (n2 – 2) dibagi 2, dan kemudian ditambahkan dengan harga t yang terkecil.Setelah diperolah thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel.Kriteria pengujiannya adalah tolak Ha apabila thitung lebih besar dari ttabel, dan terima H0 jika thitung lebih kecil dari ttabel. Ismi Ajeng Rachmawati, 2013 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa Pada Kompetensi Dasar Menyiapkan Bibit Tanaman Hidroponik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
59