BAB I PENDAHULUAN 1.1
LATAR BELAKANG Ekosistem hutan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Berbagai
jenis tumbuhan dan satwa liar terdapat di hutan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar, tumbuhan dan satwa liar merupakan bagian dari sumber daya alam hayati yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kemakmuran rakyat, tetapi pemanfaatan yang dilakukan harus tetap memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar tersebut. Tumbuhan dan satwa liar ini memiliki nilai ekologis, ekonomis, dan sosial yang tinggi. Tetapi yang terjadi saat ini adalah banyak masyarakat yang memanfaatkan sumber daya alam hayati tersebut secara berlebihan tanpa memperhatikan dampak yang ditimbulkan. Pembangunan dan pembukaan lahan yang marak terjadi akhir-akhir ini sering menyebabkan rusaknya hutan yang menjadi habitat dari tumbuhan dan satwa liar. Banyak tumbuhan dan satwa liar kehilangan habitatnya dan tidak jarang tumbuhan dan satwa tersebut menjadi langka dan hampir punah. Salah satu jenis satwa liar yang hampir mengalami kepunahan yaitu gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Sejak tahun 1931, gajah sumatera di Indonesia telah dinyatakan sebagai satwa dilindungi dan hampir punah sehingga keberadaannya perlu diperhatikan dan dilestarikan (Ordunansi Perlindungan Binatang Liar tahun 1931). Populasi gajah sumatera tersebar di tujuh provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan dan Lampung. Taman nasional yang ada di Propinsi Riau, yaitu Taman Nasional Tesso Nilo merupakan salah satu taman nasional yang menjadi habitat bagi gajah sumatera. Taman nasional ini merupakan taman nasional yang cukup kaya karena memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Taman nasional ini merupakan
1
hutan hujan dataran rendah yang dijadikan sebagai kawasan konservasi gajah sumatera. Populasi gajah sumatera yang terdapat di Taman Nasional Tesso Nilo mulai mengalami penurunan. Estimasi populasi gajah sumatera di taman nasional ini dalam seperempat abad terakhir menurun sebesar 84% hingga tersisa sekitar 210 ekor saja di tahun 2007 (WWF). Kematian gajah-gajah ini diperkirakan karena habitat alaminya mengalami kerusakan. Kerusakan hutan yang merupakan habitat gajah ini bukan merupakan masalah baru. Sering kali terjadi pembukaan lahan di kawasan hutan yang seharusnya merupakan kawasan lindung yang menjadi habitat gajah. Kerusakan demi kerusakan terjadi sehingga gajah sudah tidak memiliki habitat yang sesuai lagi untuk tumbuh dan berkembangbiak. Habitat yang tidak sesuai untuk tumbuh dan berkembangbiak tentu akan menghambat perkembangan dari gajah sumatera. Gajah sumatera menjadi sulit untuk hidup dan berkembangbiak sehingga dapat mengakibatkan kepunahan. Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan teknologi yang sangat berkembang di masa sekarang ini. Penginderaan Jauh dan SIG dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengumpulan, pengolahan dan analisis data. Hasil pengumpulan, pengolahan dan analisis data tersebut dapat digunakan untuk membantu pemecahan suatu permasalahan yang ada. Banyak aplikasiaplikasi penginderaan jauh dan SIG yang dikembangkan untuk membantu dalam pemecahan beberapa masalah-masalah yang ada. Salah satu aplikasi penginderaan jauh dan SIG yang sedang berkembang yaitu pemanfaatan teknologi tersebut dalam bidang kehutanan, konservasi dan habitat. Penelitian ini berjudul “Aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Tingkat Kesesuaian Habitat Gajah Sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo”. Habitat merupakan faktor yang menentukan perkembangan dan pertumbuhan kehidupan dari gajah sumatera. Oleh karena itu dibutuhkan pemetaan dan evaluasi tingkat kesesuaian habitat untuk gajah sumatera agar gajah sumatera tersebut dapat berkembang dengan baik dan dapat terhindar dari terjadinya kepunahan. Pemetaan dan evaluasi tingkat kesesuaian habitat untuk gajah sumatera dapat digunakan untuk mengetahui daerah mana saja yang masih
2
sesuai untuk dijadikan sebagai tempat hidup dari gajah sumatera yang masih tersisa di Taman Nasional Tesso Nilo.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Penginderaan Jauh dan SIG telah terbukti banyak dimanfaatkan untuk berbagai bidang termasuk bidang kehutanan, tetapi pemanfaatan untuk kajian habitat gajah sumatera belum banyak dilakukan.
2.
Habitat gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo semakin mengalami kerusakan. Kerusakan ini menyebabkan habitat gajah tersebut menjadi tidak sesuai lagi dengan syarat hidupnya, sehingga diperlukan evaluasi tingkat kesesuaian habitat gajah sumatera saat ini dengan menggunakan penginderaan jauh dan SIG sebagai dasar untuk mengetahui habitat yang masih sesuai dengan syarat hidup gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo.
1.3
PERTANYAAN PENELITIAN
1.
Bagaimana teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis dapat membantu dalam mengevaluasi kesesuaian habitat untuk gajah sumatera?
2.
Bagaimana tingkat kesesuaian habitat gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo saat ini?
1.4
TUJUAN
1.
Mengetahui kemampuan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam melakukan evaluasi kesesuaian habitat untuk gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo.
2.
Mengevaluasi tingkat kesesuaian habitat gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo.
3
1.5
MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1.
Dapat menjadi bahan kajian untuk mendukung peran Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis dalam melakukan pemetaan terhadap sebaran habitat yang sesuai untuk gajah sumatera dan evaluasi tingkat kesesuaian habitat gajah sumatera.
2.
Dapat memberikan gambaran sebaran dan karakteristik daerah yang berpotensi menjadi habitat yang sesuai untuk gajah sumatera.
3.
Dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kesesuaian habitat gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo.
1.6
RUANG LINGKUP Penelitian ini merupakan penelitian tentang kesesuaian habitat gajah
sumatera. Ruang lingkup penelitian ini merupakan taman nasional yaitu Taman Nasional Tesso Nilo di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu, Propinsi Riau. Populasi yang menjadi obyek penelitian ini yaitu gajah sumatera yang hidup di taman nasional tersebut. Pemetaan tingkat kesesuaian habitat gajah sumatera pada penelitian ini dilihat berdasarkan beberapa parameter. Parameter ini dipilih berdasarkan syarat hidup gajah. Tidak semua syarat hidup gajah dijadikan sebagai parameter dalam penelitian ini. Parameter yang dipilih merupakan parameter yang dapat diketahui dan diolah menggunakan penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG). Parameter tersebut yaitu tutupan lahan, kerapatan vegetasi, ketersediaan air, kemiringan lereng, ketersediaan pangan, dan fragmentasi habitat. Evaluasi dan validasi mengenai tingkat kesesuaian habitat gajah sumatera dilakukan dengan membandingkan data sebaran feses gajah sumatera dan data sebaran gajah sumatera dari Taman Nasional Tesso Nilo dengan peta kesesuaian habitat untuk gajah sumatera yang dihasilkan melalui penelitian ini, selain itu keadaan aktivitas manusia di Taman Nasional Tesso Nilo tersebut juga menjadi faktor pembanding. Teknologi penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini berupa citra satelit. Citra yang digunakan yaitu citra Landsat 8. Citra ini dilakukan
4
pengolahan dan ekstraksi sehingga dapat diperoleh informasi-informasi baru yang berguna untuk penelitian ini. Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam penelitian ini digunakan untuk pemasukan data, pengolahan data, analisis data, dan pembuatan output berupa peta. SIG juga digunakan untuk pembuatan model berupa peta kesesuaian habitat gajah sumatera di Taman Nasional Tesso Nilo.
5