BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimulai dengan makin maraknya industri besar yang berdiri diantaranya adalah industri cat. Tentu setiap industri menghasilkan limbah sebagai hasil sampingan proses industri. Diantara limbah industri cat adalah logam berat yang mencemari lingkungan, sebagian besar disebarkan melalui jalur air. Proses ini akan lebih cepat bila memasuki tubuh manusia melalui rantai makanan. Apabila suatu logam terakumulasi pada jaringan hewan dan tumbuhan yang kemudian dikonsumsi manusia tentunya manusia sebagai rantai makanan tertinggi pada piramida makanan, maka dalam tubuhnya akan terakumulasi logam berat tersebut dan ini akan berpengaruh terhadap kesehatan. Belum lagi jika ditambah dengan limbah berbahaya lain baik berupa limbah gas, cair dan padat tentunya akan banyak pula dampak yang dihasilkannya. sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah hasil industri cat. Dari apa yang diuraikan diatas maka penulis memaparkan hal-hal yang berhubungan dengan industri cat dan dampaknya terhadap lingkungan serta bagaimana penanganan dari limbah yang dihasilkan oleh industri cat tersebut.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa sejarah dan pengertian cat ? 2. Apa saja bahan penyusun cat ? 3. Apa saja jenis-jenis cat ?
4. Bagaimana cara membuat cat ? 5. Apa saja pencemaran yang timbul akibat dari industri cat? 6. Bagaimana penanganan limbah industri cat? 7. Bagaimana teknologi pengolahan limbah cat?
1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Mengetahui sejarah pengertian cat 2. Mengetahui apa saja bahan penyusun cat. 3. Mengetahui jenis-jenis cat. 4. Mengetahu cara membuat cat. 5. Mengetahui pencemaran yang ditimbulkan oleh industri cat. 6. Mengetahui cara penanganan limbah industri cat. 7. Mengetahui teknologi pengolahan limbah cat.
1.4. Metode Penulisan Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data dari pembuatan makalah ini adalah browsing melalui internet dan kepustakaan. 1.5. Manfaat Penulisan 1. Dapat mengetahui sejarah dan cara membuat cat.. 2. Dapat mengetahui cara menjaga kebersihan lingkungan pengolahan limbah industri cat.
dengan
3. Disamping itu juga penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi untuk pembuatan makalah selanjutnya, demi kesempurnaan dari makalah ini.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah dan Pengertian Cat
Industri cat adalah salah satu industri tertua di dunia. Sekitar 20.000 tahun lalu, manusia yang hidup di gua-gua menggunakan cat untuk kegiatan komunikasi, dekorasi dan proteksi. Mereka menggunakan meterial-material yang tersedia di alam seperti arang (karbon), darah, susu, dan sadapan dari tanamantanaman yang memiliki warna yang menarik. Yang mengejutkan, cat-cat ini mempunyai keawetan yang baik, seperti yang ditunjukkan pada lukisan gua di Altamira Spanyol, Lascaux Spanyol, cat batu orang Aborigin di Arnhem Land Australia, dan lukisan-lukisan prasejarah lainnya yang ditemukan. Orang-orang Mesir kuno mengembangkan cat menjadi lebih kaya warna, mereka menemukan cat warna biru, merah, dan hitam dengan mengambilnya dari akar tanaman tertentu. Kemudian orang-orang Mesir itu menemukan kasein sebagai perekatnya. Seiring dengan waktu, manusia mulai menemukan minyak tanaman dan resin dari fosil untuk mengganti darah dan susu sebagai perekat cat. Saat ini walaupun telah ditemukan perekat/resin yang semakin baik dengan berkembangnya teknologi kimia, resin-resin natural hingga kini masih banyak dipakai. Cat adalah suatu cairan yang dipakai untuk melapisi permukaan suatu bahan dengan tujuan memperindah (decorative), memperkuat (reinforcing) atau melindungi (protective) bahan tersebut. Setelah dikenakan pada permukaan dan mengering, cat akan membentuk lapisan tipis yang melekat kuat dan padat pada permukaan tersebut. Pelekatan cat ke permukaan dapat dilakukan dengan banyak cara: diusapkan
(wiping), dilumurkan, dikuas, disemprotkan (spray), dicelupkan (dipping) atau dengan cara yang lain. Cat adalah istilah umum yang digunakan untuk keluarga produk yang digunakan untuk melindungi dan memberikan warna pada suatu objek atau permukaan dengan melapisinya dengan lapisan berpigmen. Cat dapat digunakan pada hampir semua jenis objek, antara lain untuk menghasilkan karya seni (oleh pelukis untuk membuat lukisan), salutan industri (industrial coating), bantuan pengemudi (marka jalan), atau pengawet (untuk mencegah korosi atau kerusakan oleh air).
2.2 Bahan Penyusun Cat 2.2.1 Resin Atau Binder Resin atau binder merupakan komponen utama dalam cat. Resin berfungsi merekatkan komponen-komponen yang ada dan melekatkan keseluruhan bahan pada permukaan suatu bahan (membentuk film). Resin pada dasarnya adalah polymer dimana pada temperatur ruang (atau temperatur applikasi) bentuknya cair, bersifat lengket dan kental. Ada banyak jenis resin, seperti: Natural Oil, Alkyd, Nitro Cellulose,
Polyester,
Melamine,
Acrylic,
Epoxy,
Polyurethane,
Silicone,
Fluorocarbon, Venyl, Cellolosic, dan lain-lain.
2.2.2 Pigment Dan Extender (Filler) Pigment dan dyestuff adalah bagian dari colorant. Dyestuff bersifat larut dalam solvent, sedang pigment tidak. Pigment merupakan padatan halus (bubuk) yang ditambahkan ke dalam cat dengan beberapa fungsi berikut:
Beberapa fungsi pigment : a. Optis Memberi karakter khas pada penampakan cat tersebut, seperti: warna, derajat kilap (gloss) maupun daya tutupnya b. Protective Memberi nilai tambah pada karakter kekutan cat tersebut, seperti: kekuatan terhadap cuaca, korosi, panas atau api, dan lain-lain c. Reinforcing Meningkatkan sifat, seperti meningkatkan kekerasan, kelenturan, daya tahan terhadap abrasi, dan lain-lain
Secara umum pigment terbagi dalam dua kategori besar berikut: a. Pigment Organik Pigment yang terbentuk dari senyawa-senyawa organic (karbon) b. Pigment Anorganik Terbentuk dari mineral-mineral atau garam-garaman logam yang terbentuk secara alami (bahan galian) ataupun dari hasil reaksi kimia di pabrik. Pada jenis ini dikenal true pigment (atau disebut sebagai pigment saja) dan extender atau filler.
Extender atau filler ditambahkan ke dalam cat dengan tujuan untuk menurunkan harga, namun dalam hal tertentu extender ditambahkan untuk memberbaiki sifat cat. Extender umumnya mempunyai refractive index yang kecil (atau rendah daya tutupnya) dibanding pigment.
2.2.3 Solvent Seperti sudah dijelaskan dalam bagian sebelumnya bahwa masing-masing komponen penyusun cat mempunyai fungsi dan peran yang berbeda-beda. Resin membentuk film dan memberi kontribusi terhadap karakter film yang terbentuk, sedang pigment disamping memberi warna juga berfungsi menambah kekuatan mekanis film. Pada saat pembuatan cat, solvent memberi kontribusi sedemikian rupa sehingga campuran mempunyai kekentalan yang pas untuk diproses: diaduk, dicampur, digiling dan lain-lain. Dengan penambahan solvent yang tepat dan cukup akan menurunkan kekentalan dari resin atau campuran pada suatu titik dimana kekentalannya memenuhi syarat untuk masing-masing proses. Cat merupakan sebuah sistem campuran yang kompleks, ada padatan (solute) yang terlarut atau terdispersi dalam pelarut cair (solvent), ada juga cairan (solvent active) yang terlarut dalam cairan lain (diluent). Jadi definisi solvent adalah cairan (biasanya mudah menguap) yang berperan melarutkan atau mendispersi komponenkomponen pembentuk film (resin, pigment dan/atau additive) yang akan menguap terbuang ke lingkungan selama proses pengeringan. Membicarakan solvent tidak bisa lepas dari thinner, karena keduanya saling berkaitan satu dengan yang lain. Thinner adalah campuran beberapa solvent yang dipakai untuk melarutkan resin di dalam cat atau mengencerkan cat selama penggunaan. Di dalam prakteknya resin atau cat dilarutkan oleh tidak hanya satu jenis solvent , tetapi oleh beberapa macam kategori solvent. Solvent biasanya dibagi berdasarkan struktur kimia atau karakteristik fisikanya. Penggolongan solvent berdasarkan struktur kimia adalah sebagai berikut: 1. Hidrokarbon Sesuai namanya maka pada golongan ini terdiri dari solvent-solvent dimana unsur hidrogen (H) dan carbon (C) menjadi struktur dasarnya. Solvent-
solvent golongan hidrokarbon hampir seluruhnya berasal dari hasil distilasi minyak bumi yang merupakan campuran dari beberapa sub-sub golongan (bukan senyawa murni), sehingga titik didihnya berupa range dari minimum sampai maksimum, bukan merupakan titik didih tunggal. 2. Oksigenated Solvent Oksigenated sovent atau solvent dengan atom oksigen adalah solventsolvent yang struktur kimianya mengandung atom oksigen. Termasuk dalam kategori ini adalah golongan ester, ether, ketone dan alkohol. Faktor penting bagaimana solvent menjalankan fungsinga didalam cat adalah kemampuannya untuk melarutkan resin, kemudian membentuk larutan yang stabil dan homogen.
2.2.4. Additive Penambahan additive yang ada dalam cat tidaklah serta merta muncul begitu saja, merupakan suatu proses panjang dari beberapa percobaan atau riset pada cat tersebut. Selama proses pembuatan, penyimpanan dan pemakaian dinilai kualitasnya secara menyeluruh, kemudian kelemahan dan masalah yang timbul dicoba untuk diatasi dengan variasi jenis dan takaran beberapa additive, hingga akhirnya muncul nama jenis dan takaran additive tertentu yang pas untuk campuran cat tersebut. Additive ditambahkan ke dalam cat disesuaikan dengan solvent apa yang dipakai (solvent atau water base), apa jenis resinnya, bagaimana pemakaiannya dan bagaimana mekanisme pengeringannya. Setiap supplier additive biasanya memberi informasi yang jelas tentang apa dan bagaimana additive harus digunakan.
2.3 Jenis atau Klasifikasi Cat
Jenis cat terdiri dari cat mobil, cat, tembok, cat genteng, cat kayu, dan lain sebagainya. 1. Cat otomotif: Berbeda dengan cat auto re-finish yang diaplikasikan ke body kendaraan, cat ini diperuntukan untuk mengecat seluruh bagian onderdil kendaraan seperti knalpot, mesin, hingga bingkai spion. Pelarut yang digunakan berdaya kering tinggi sehingga menghasilkan daya lekat cat yang kuat. Pengeringan cat dilakukan dengan sistem oven. 2. Cat Tembok:
Adalah sejenis cat
yang
digunakan untuk
mengecat
tembok/dinding dan plafond. Terdapat banyak pilihan warna sesuai selera. Bahan pelarutnya menggunakan air (water based). 3. Cat Auto re-finish atau Cat Mobil: cat auto re-finish atau cat mobil, adalah cat yang digunakan untuk mengecat mobil setelah cat dasar mengering. Untuk pengeringan cat pertama berbeda dengan cat tembok. Pengeringan dilakukan dengan pengeringan bersuhu tinggi (sistem oven) guna memperoleh kualitas yang sempurna. 4. Cat Besi: Bahan yang terbuat dari material besi biasanya dicat dengan tujuan untuk memperindah tampilan dan melindungi besi dari karat. Berikut beberapa jenis cat besi yang biasa digunakan untuk finishing material besi. 5. Cat Genteng: Beberapa jenis cat genteng yaitu - Cat genteng antilum (ATL-GL) adalah cat berkualitas dengan tampilan warna menarik dan dengan tampilan gilap (gloss) dan semigilap (dof). Cat ini kuat, awet dan tahan lama. Cat genteng antilum dapat membuat tampilan genteng rumah yang biasa menjadi luar biasa. Dengan cat genteng antilum, tampilan
genteng menjadi cerah, menarik dan selalu terlihat seperti baru. Pada cat jenis gloss, tampilan genteng menjadi sangat gilap, warna menjadi lebih tajam, dan terlihat berkilauan jika dilihat dari jauh. Sedangkan pada cat jenis dof warna lebih cerah, semi gilap, dan terlihat menarik. - Cat genteng Dof merupakan cat genteng konvensional yang berpenampilan tidak gilap atau dof 6. Cat kayu: Jenis cat yang diperuntukkan khusus untuk material dari bahan kayu seperti pintu, jendela, kusen dan list plang. Bahan pengencernya menggunakan tiner (solvent based). Tampilannya ada yang mengkilat (gloss) dan tidak mengkilat (dof) 7. Cat Aluminium: Adalah cat yang memberikan efek kilau keperak-perakan menyerupai aluminium. Cat ini menggunakan bahan sintesis resin yang mudah mengering.
2.4 Pembuatan Cat Tahapan pembuatan cat sangat dipengaruhi oleh seberapa canggih teknologi yang dipakai untuk menunjang pembuatan cat tersebut, makin canggih tinggi teknologi yang dipakai maka makin singkat dan mudah proses pembuatan catnya.
2.4.1 Persiapan Pada tahap ini dimulai dengan mempersiapkan bahan-bahan baku sesuai dengan formula atau resep cat yang akan dibuat. Bahan-bahan diambil dari gudang yang
sudah teruji kualitasnya, tidak kedaluwarsa dan tidak pula cacat atau rusak baik fisik maupun kimia (yang ditandai dengan adanya perubahan bau, warna, bentuk, atau kekentalan pada bahan tersebut). Mengukur bahan yang akan diproses, bisa dilakukan dengan cara ditimbang beratnya atau diukur volumenya, tergantung dengan basis apa yang digunakan dalam formula atau resepnya. Ketelitian dan keakuratan penimbangan merupakan faktor penting terhadap hasil akhir pembuatan cat, terutama pada penimbangan additive atau pigment. Bahan-bahan tersebut kemudian diangkut ke area produksi, bisa dilakukan dengan tenaga manusia biasa, forklif atau melalui sistim pemipaan (untuk bahan cair).
2.4.2 Produksi Proses produksi cat dibagi menurut jenis cat yang akan dibuat: 1. Cat Tanpa Pigment, Extender atau Filler Pembuatannya hanya melibatkan proses penuangan, mixing dan stiring saja, yaitu menuang bahan-bahan dengan urutan dan cara sesuai dengan jenis cat yang akan dibuat ke dalam sebuah tangki dengan ukuran pas. Kemudian mencampur bahan-bahan dengan putaran mixer relatif pelan, hingga diperoleh suatu campuran yang benar-benar merata di semua titik. Waktu stiring dan kecepatan mixer disesuikan dengan jumlah dan kekentalan campuran. Perlakuan seperti ini juga dipakai untuk membuat thinner, hardener, wood stain (solvent + dyestuff) atau campuran bahan lain yang tidak mengandung pigment atau extender asli (padatan). Namun jika pigment atau extender-nya sudah diproses menjadi bahan setengah jadi (pasta) terlebih dulu, maka bahan atau campuran ini bisa diproses seperti tersebut di atas.
2. Cat Dengan Pigment dan/atau Extender. Proses pembuatan cat jenis ini juga dibagi berdasarkan pada seberapa halus padatan (pigment atau extender) terdispersi di dalam campuran. Jika diinginkan padatan terdispersi secara kasar (dengan kehalusan antara 20 – 50 mikron), maka proses yang dibutuhkan adalah cukup dengan proses dispersi saja; namun jika dikehendaki padatan terdispersi secara halus (5 – 20 micron) maka diperlukan proses penggilingan partikel padat dalam mesin giling. Contoh jenis cat yang dibuat cukup dengan proses dispersi saja adalah dempul atau filler, cat primer, undercoat, intermediate atau tembok dimana kehalusan partikel bukan merupakan sifat yang harus dicapai.
3. Proses Dispersi Tahapan dispersi merliputi:
Proses pembasahan permukaan partikel-partikel pigment dan/atau extender oleh bahan-bahan cair (millbase).
Proses pemecahan secara mekanis terhadap kelompok-kolompok partikel pigment dan/extender menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil atau partikel-partikel primernya sesuai dengan derajat kehalusan yang dikehendaki.
Mempertahan agar supaya kelompok-kelompok partikel yang lebih kecil atau partikel-partikel primer ini tetap terpisah satu sama lain, tidak bersatu kembali.
Proses dispersi akan mendapatkan hasil optimal bila prinsip-prinsip dispersinya terpenuhi. Adapun prinsip-prinsip dispersi yang perlu mendapat perhatian adalah kecepatan peripheral campuran, bentuk cakram, diameter cakram terhadap tangki, tinggi cakram dari dasar tangki, diameter tangki, tinggi tangki dan
perbandingan padatan dan cairan campuran (kadar padatan = PVC) serta penambahan secara tepat additive wetting dan dispersingnya. Jika kondisi ideal terpenuhi, maka akan terbentuk sebuah aliran yang menyerupai donat, terbentuk “doughnut effect”. Pada kondisi ini diperoleh proses dispersi yang optimal.
4. Penggilingan Dengan hanya dispersi, kita belum mendapatkan kehalusan partikel lebih rendah dari 20 mikron, yaitu ukuran rata-rata partikel primer dari pigment dan/atau extender. Untuk itu diperlukan sebuah tahap lanjutan dimana ikatan fisik partikelpartikel pigment akan dipecahkan lebih lanjut menjadi patikel-partikel yang lebih kecil lagi. Tahapan ini disebut penggilingan. Untuk memudahkan dalam pembuatan cat; biasanya pigmen, extender, sebagian resin dan additive digiling terlebih dahulu untuk dibuat pasta (bahan setengah jadi). Pasta ini bisa disimpan dalam gudang atau langsung diproses untuk dibuat cat, yaitu hanya dengan proses mixing biasa, seperti dijelaskan pada proses pembuatan cat tanpa pigment di atas.
5. Penyelesaian Seperti sudah dijelaskan pada bagian di atas bahwa proses pembuatan cat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan dan proses yang hanya melibatkan proses mixing saja. Tahap akhir dari kedua proses ini juga berbeda, pada proses yang melibatkan dispersi dan/atau penggilingan pigment, maka mengukur derajad kehalusan dari partikel-partikelnya adalah tahap yang penting guna mengakhiri proses tersebut.
Sedang proses lain, yang hanya melibatkan proses mixing, maka untuk melihat seberapa jauh campuran sudah tercampur sempurna dan sesuai komposisi yang ditentukan, cukup mengukur kekentalan atau viskositas campuran tersebut. Namun bila campuran tersebut mengandung beberapa jenis pasta, maka menyamakan warna (colour matching) campuran cat secara kasar perlu dilakukan, agar campuran tidak terlalu jauh berbeda dengan warna standarnya. Kedua tahapan ini biasanya disebut uji kualitas pendahuluan, yaitu tahapan antara sebelum cat diuji secara seksama pada tahap paling akhir dari proses pembuatan cat, yaitu tahap pengujian kualitas cat (Susyanto, 2009).
6. Proses Pembuatan Cat Secara Umum Proses produksi cat melalui beberapa proses, yaitu pre-mixing, grinding, letdown, filtering, color matching, dan packaging. Pre-mixing yaitu proses pencampuran awal dimana bagian padat dari cat seperti pigmen dan extender/filler didispersikan ke pelarutnya dengan tambahan aditif yang sesuai seperti dispersing agent dan wetting agent. Pada proses grinding partikel-partikel pigmen dihaluskan dengan mesin giling/grinder agar ukuran partikel menjadi lebih kecil dan diperoleh kehalusan dan warna yang diinginkan. Kemudian selanjutnya adalah proses finishing yang meliputi let-down, filtering, color matching sampai packaging. Pada proses ini cat diatur kekentalannya, ditambahkan zat aditif, disaring dari kotoran saat pengadukan, disesuaikan dan dipilah-pilah warnanya, dan pada akhirnya di kemas.
2.5 Kegunaan Cat Dari segi penggunaan, cat rumah diklasifikasikan ke dalam cat interior dan cat eksterior. Cat eksterior yaitu cat yang diperuntukkan di luar rumah memiliki sifat protektif terhadap cuaca, sementara cat interior yaitu cat yang diperuntukkan di dalam
rumah lebih menonjolkan aspek keindahan. Karenanya cat interior kurang cocok digunakan untuk eksterior dan begitu sebaliknya. Cat eksterior juga berfungsi melindungi tembok dari cuaca. Dinding tembok adalah bagian yang paling ekstrim terkena perubahan cuaca seperti terpaan angin dan sinar matahari, guyuran hujan, serta perubahan suhu. Cat digunakan mulai dari cat rumah, perabot rumah, dan berbagai peralatan sampai kepada mobil. Gunanya, selain untuk menambah keindahan barang yang dicat juga untuk melindungi bahan yang dicat dari karat, khususnya logam. Mulai dari pagar besi, teralis dan sampai kepada perut kapal laut ataupun tanker.
2.6 Dampak negatif Cat sebagai material yang berfungsi sebagai pelapis, memang dibuat dari bahan-bahan yang berbahaya bila kandungannya melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan. Salah satu bahan yang berbahaya adalah VOC (volatile organic compound) atau kandungan senyawa organik yang mudah menguap. Yang termasuk dalam kategori VOC di antaranya solvent dan tiner. VOC ditandai dengan bau, walaupun menurut Chandra Budiono dari Pacific Paint, cat yang tidak berbau belum tentu bebas VOC. Efek solvent bisa dirasakan secara instan ketika kita memasuki ruang yang mengandung gas akibat penguapan solvent. Secara instan, bahan ini bisa menyebabkan gangguan kesehatan ringan seperti seperti mata pedas, kulit perih, gangguan saluran pernapasan atau alergi. Sedangkan bila dihirup dalam jangka waktu lama, bahan ini bisa menyebabkan kanker, kerusakan hati, dan gangguan sistem saraf. Selain VOC, bahan berbahaya lainnya yang terkandung dalam cat adalah timbal dan merkuri. Menurut Shinta Iswandani Ameldy, Category Head PT IC Paints Indonesia timbal sering digunakan dalam campuran cat untuk menghasilkan warnawarna cerah.
Timbal ini terkandung di dalam pigmen, yaitu bahan untuk memberi warna pada cat. Menurut Chandra, cat warna kuning dan oranye memiliki kandungan timbal yang lebih tinggi dibandingkan warna-warna lain. Sementara menurut Aceng, biasanya penambahan timbal ini berlaku untuk cat minyak. Seperti juga timbal, merkuri merupakan bahan logam berat yang ada dalam kandungan cat. Di dalam cat, merkuri salah satunya digunakan dalam campuran anti jamur. Bila VOC berbahaya saat uapnya terhirup, merkuri dan timbal akan memberi efek buruk bila masuk ke dalam tubuh. Ini bisa terjadi apabila Anda atau anak Anda menyentuh dinding, serbuknya menempel di tangan Anda dan kemudian Anda memegang makanan tanpa mencuci tangan terlebih dulu. Timbal bisa menyebabkan di antaranya gangguan sistem saraf dan organ reproduksi. Pada tubuh anak-anak, timbal yang melebihi ambang batas akan mempengaruhi tingkat kecerdasan dan perilaku.
Sedangkan merkuri bisa
menyebabkan gangguan pada susunan saraf, otak dan ginjal. Lebih parah lagi, baik VOC, timbal maupun merkuri selain merusak tubuh kita juga merusak lingkungan. Hal penting yang harus Anda perhatikan saat memilih cat adalah kandungan zat berbahaya di dalamnya. Beberapa bahan berbahaya, seperti logam berat biasanya digunakan dalam pewarna dan additive. Jenis pigmen yang berbahaya dalam kandungan cat adalah lead Chromate yang biasa digunakan untuk memberi warna hijau, kuning dan merah; Chromium pemberi warna hijau, kuning dan jingga; serta Cadmium sebagai pemberi warna hijau, kuning, jingga dan merah. Anda harus memilih cat yang aman yang tidak mengandung bahan-bahan berbahaya tersebut. Beberapa kiat pemilihan cat berikut bisa dijadikan panduan adalah:
Pewarnaan untuk bagian dalam bisa dipakai semua warna cat dan lebih bebas, karena tidak ada pengaruh dari cuaca.
Sementara untuk bagian luar, sebaiknya hindari warna-warna yang mengandung unsur warna merah, karena ketahanan terhadap sinar (lightfastness)-nya rendah.
Jangan lupa selalu menggunakan color scheme (skema warna) untuk mengombinasikan jenis-jenis warna dan menciptakan warna favorit anda, karena ini menyangkut selera juga nuansa ruang yang ingin anda tampilkan (color psychology).
Anda bisa bermain warna untuk menciptakan ruang yang anda inginkan, seperti penggunaan warna-warna muda untuk ruang sempit dengan plafon rendah, akan menghadirkan kesan luas pada ruangan anda.
Jenis Pencemaran Industri Cat dan Dampaknya Pencemaran yang diakibatkan dari limbah industri cat maupun dari kandungan cat itu sendiri dapat berdampak pada pada pencemaran tanah, air dan udara sebagai berikut: Pencemaran Tanah Peresapan cat ke dalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan zat kimia yang terkandung didalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah, inilah salah satunya yang disebutkan sebagai pencemaran tanah. Pencemaran Air Pencemaran terhadap kehidupan biota laut dapat bersifat langsung maupun tidak langsung, misalnya dengan melalui penurunan kualitas air. Pengaruh merkuri terhadap air adanya kemampuan mengakumulasi merkuri di dalam tubuh biota laut dapat membahayakan kehidupan biota yang bersangkutan maupun biota lainnya misalnya melalui rantai makanan atau food chain maka akan menjadi racun bagi manusia. Pencemaran Udara
Pencemaran udara, membuat produksi ozon meningkat dengan cepat selain itu berdampak bagi kesehatan manusia yang terhirup langsung karena kandungan dari cat itu sendiri seperti: a. Adanya kandungan timbal dapat menyebabkan penurunan IQ, ensefalopati, hiperaktivitas dan antaksia. b. Thinner dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, iritasi mata, hidung dan tenggorokan, masalah reproduksi dan kanker. c. Volatile Organic Compound (VOC) dapat mencemari udara karena mampu membuat produksi ozon meningkat dengan cepat. d. Hidrokarbon dapat mempengaruhi kerja organ respirasi (paru); di samping itu dapat
juga
mempengaruhi
sistem
saraf,
jantung,
ginjal,
hati
dan
gastrointestinal. e. Benzene seperti Penyakit Hodgkin, berbagai pernapasan dan gangguan kulit, dan bahkan leukemia. f. Formaldehida, menyebabkan iritasi kepala dan membran mukosa, yang menyebabkan keluarnya air mata, pusing, tenggorokan serasa terbakar serta kegerahan. g. Toksisitas akut Zn terjadi sebagai akibat dari tindakan mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi Zn dari wadah/ panic yang dilapisi Zn. Gejala toksisitas akut bisa berupa sakit lambung, diare, mual, dan muntah. Pemberian bersama suplemen Zn dan jenis antibiotik tertentu, yaitu tetracyclines dan quinolones bisa mengurangi absorpsi antibiotik sehingga daya sembuh berkurang.
D. Penanganan Limbah Industri Cat Proses produksi cat melalui beberapa proses, yaitu pre-mixing, grinding, let-down, filtering, color matching, dan packaging. Pre-mixing yaitu proses
pencampuran awal dimana bagian padat dari cat seperti pigmen dan extender/filler didispersikan ke pelarutnya dengan tambahan aditif yang sesuai seperti dispering agent dan wetting agent. Pada proses grinding partikel-partikel pigmen dihaluskan dengan mesin giling/grinder agar ukuran partikel menjadi lebih kecil dan diperoleh kehalusan dan warna yang diinginkan. Kemudian selanjutnya adalah proses finishing yang meliputi let-down, filtering, color matching sampai packaging. Pada proses ini cat diatur kekentalannya, ditambahkan zat aditif, disaring dari kotoran saat pengadukan, disesuaikan dan dipilah-pilah warnanya, dan pada akhirnya dikemas. Industri cat ini masuk dalam kategori penghasil limbah B3, pembuatan cat menghasilkan beberapa lumpur cat beracun, baik air baku (water-base) maupun zat pelarut (solvent-base). Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:
Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap
Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi
Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut
Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik. Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total
solids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia). Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Penanganan atau pengolahan limbah padat atau lumpur B3 pada dasarnya dapat dilaksanakan di dalam unit kegiatan industri (on-site treatment) maupun oleh pihak ketiga (off-site treatment) di pusat pengolahan limbah industri. Apabila pengolahan dilaksanakan secara on-site treatment, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut:
jenis dan karakteristik limbah padat yang harus diketahui secara pasti agar teknologi pengolahan dapat ditentukan dengan tepat; selain itu, antisipasi terhadap jenis limbah di masa mendatang juga perlu dipertimbangkan
jumlah limbah yang dihasilkan harus cukup memadai sehingga dapat menjustifikasi biaya yang akan dikeluarkan dan perlu dipertimbangkan pula berapa jumlah limbah dalam waktu mendatang (1 hingga 2 tahun ke depan)
pengolahan on-site memerlukan tenaga tetap (in-house staff) yang menangani proses pengolahan sehingga perlu dipertimbangkan manajemen sumber daya manusianya
peraturan yang berlaku dan antisipasi peraturan yang akan dikeluarkan Pemerintah di masa mendatang agar teknologi yang dipilih tetap dapat memenuhi standar
E. Teknologi Pengolahan Limbah Industri Cat Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang
paling
populer
di
antaranya
ialah
chemical
conditioning,
solidification/Stabilization, dan incineration. 1. Chemical Conditioning Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah: a.
menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
b.
mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
c.
mendestruksi organisme patogen
d.
memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
e.
mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut: a. Concentration thickening Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini. b. Treatment, stabilization, and conditioning Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion,
heat
treatment,
conditioning, dan elutriation.
polyelectrolite
flocculation,
chemical
c. De-watering and drying De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press. d. Disposal Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.
2. Solidification/Stabilization Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap
mempunyai
arti
yang
sama.
Proses
solidifikasi/stabilisasi
berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu: a.
Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar
b. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik c.
Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
d. Absorbsi,
yaitu
proses
solidifikasi
bahan
pencemar
dengan
menyerapkannya ke bahan padat e.
Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali Teknologi solidifikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen,
kapur (Ca(OH)2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan
mengenai
solidifikasi/stabilitasi
diatur
oleh
BAPEDAL
berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995. 3. Incineration Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating
value)
limbah.
Selain
menentukan
kemampuan
dalam
mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.