1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Cuaca merupakan faktor yang sangat penting untuk diamati karena parameternya
berlangsung dinamis secara terus menerus.Selain itu juga cuaca merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup. Salah satu unsur cuaca yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup adalah curah hujan. Curah hujan dapat memberikan manfaat atau keuntungan yang besar bagi kehidupan, tetapi sering juga merugikan bahkan membawa bencana yang dapat merusak kehidupan. Oleh sebab itu, informasi curah hujan perlu dikelola dengan baik agar dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kehidupan. Pengelolaan dimaksud adalah menyajikan data-data curah hujan yang sudah terjadi maupun prakiraan curah hujan yang akan terjadi untuk kepentingan perencanaan. Biasanya kejadian hujan tersebut juga sering disertai oleh Guntur. Stasiun Meteorologi Polonia adalah instansi yang bertugas membuat prakiraan cuaca (hujan) di Sumatera Utara.
Salah satu data yang digunakan untuk membuat
prakiraan kejadian hujan dan guntur adalah data hasil pengamatan udara atas yaitu data berbagai parameter cuaca per lapisan atmosfer seperti suhu, kelembaban, tekanan, dan lain-lain di lapisan permukaan sampai 10mb. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan dengan menggunakan peralatan Radiosonde. Radiosonde adalah alat elektronik yang digunakan untuk mengukur kondisi udara atas, yaitu unsur-unsur cuaca seperti suhu, kelembaban dan tekanan udara pada lapisan mulai dari permukaan sampai lapisan ketinggian yang dapat dijangkau oleh alat tersebut. Radiosonde terdiri dari transmiter dan receiver. Transmiter yang dilengkapi oleh sensor pengukur cuaca lapisan atas diterbangkan dengan bantuan balon gas yaitu balon yang diisi dengan gas Hidrogen. Pada setiap lapisan udara yang sudah diprogramkan sensor akan melakukan pengamatan otomatis, selanjutnya mengirimkan data hasil pengamatannya melalui
2 transmitter, selanjutnya data ditangkap oleh receiver. (Prawirowardoyo, 1996). Sensor diprogram untuk melakukan pengamatan unsur cuaca pada lapisan atmosfer mulai dari permukaan, lapisan troposfer sampai dengan stratosfer hingga ketinggian 20 km. Pengamatan radiosonde di lakukan di Stasiun Meteorologi Polonia sebanyak 2 kali dalam sehari yaitu pada jam 07.00 WIB dan 19.00 WIB (00.00 UTC dan 12.00 UTC). Data terkumpul diolah dengan mengunakan perangkat lunak RAOB (Rawinsonde Observation Programs). RAOB dapat menampilkan grafik dan
data perlapisan
pengamatan, seperti RH, Suhu, arah dan Kecepatan angin, ketinggian awan, tekanan, dan berbagai informasi penting lainnya (Ndsstudios, 2008). Selain data mentah RAOB juga menghasilkan bebagai keluaran yang dapat menjelaskan kondisi dinamika atmosfer pada suatu wilayah di atas permukaan bumi tersebut, seperti stabilitas atmosfer Showalter Stability Index (SSI), Lifted Index (LI), K-Index (KI), Convective Available Potential Energy (CAPE), Total-total Index, Sweat Index. Keluaran RAOB yang menggambarkan kondisi atmosfer ini dapat digunakan untuk untuk memprakirakan cuaca jangka pendek dengan rentang hingga 12 jam ke depan. Misalnya keluaran RAOB jam 00 UTC, digunakan untuk untuk memprakirakan kejadian hujan jam 00 UTC hingga jam 12 UTC dan sebaliknya dengan cara memakai sebuah metode statistik, yaitu metode regresi logistik. Untuk mengetahui tingkat akurasi dari keluaran RAOB dalam memprakirakan hujan dan guntur, maka dilakukan penelitian untuk mencari hubungan antara hasil data pengolahan RAOB dengan kejadian hujan dan guntur di Stasiun Polonia yang menggunakan penakar hujan otomatis tipe Hellman. Penakar Hujan Otomatis tipe Hellman adalah penakar hujan yang dapat mencatat sendiri setiap curah hujan pada setiap menit dan jam. Penelitian dilakukan di Stasiun Meteorologi Polonia. Tipe hujan di Polonia adalah tipe hujan ekuatorial, yang memiliki distribusi hujan bulanan bimodial dengan dua puncak hujan. Dari hasil ketetapan (data normal 30 tahun), musim hujan terjadi pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Februari dan Juli. Dalam penelitian ini penulis mengambil sampel kejadian salah satu bulan Hujan dan Kemarau, dimana kejadian hujan dan guntur digunakan sebagai variabel respon sedangkan keluaran RAOB sebagai parameter prediktor. Kejadian hujan dan guntur dilihat
3 sebagai variabel bersifat biner, dimana nilai 0 jika tidak terjadi hujan dan nilai 1 jika hujan. Dari penelitian ini akan diketahui peluang kejadian hujan dan guntur dari keluaran Raob pada musim hujan dan kemarau di Polonia. Berdasarkan paparan diatas, maka penulis ingin menuangkan hasil penelitian tersebut dalam bentuk tulisan “Analisa Hubungan Indeks keluaran RAOB berdasarkan pengamatan Radiosonde dengan kejadian hujan dan guntur di Polonia”.
4
1.2
Rumusan Masalah Masalah yang hendak dibahas dalam penulisan ini adalah bagaimana hubungan dan persamaan prediksi kejadian hujan dan guntur pada jam 00 UTC - 12 UTC dan 12 UTC – 00 UTC berdasarkan nilai keluaran - keluaran RAOB di Polonia.
1.3
Batasan Masalah Dalam penelitian ini, penulis membuat batasan masalah, yaitu:
1.
Wilayah penelitian adalah daerah Stasiun Meteorologi Polonia.
2.
Waktu penelitian adalah bulan Februari dan Oktober tahun 2010 - 2013 dan pada bulan Februari dan Oktober tahun 2014 untuk di validasi.
3.
Data yang digunakan adalah data radiosonde dalam bentuk sandi TEMP (TTAA dan TTBB) jam 00 UTC dan 12 UTC lalu dimasukkan kedalam perangkat lunak RAOB dan akan menghasilkan data- data yang mewakili kondisi atmosfer. Setelah data tersebut dimasukkan data tersebut akan memperoleh harga indeks- indeks dan akan dibandingkan dengan data pengamatan sinoptik kejadian hujan dan guntur pada 12 jam setelah pengamatan radiosonde.
1.4
Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
1.
Mencari hubungan keluaran RAOB Polonia jam 00 UTC dengan kejadian Hujan dari jam 00 UTC - 12 UTC dan jam 12 UTC dengan kejadian hujan dari jam 12 UTC - 00 UTC pada hari yang sama di Stasiun Polonia pada tahun 2010- 2014.
2.
Mengetahui tingkat akurasi prakiraan peluang hujan dan guntur dengan menggunakan indeks - indeks keluaran RAOB terhadap Stasiun Polonia.
1.5
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah agar dalam memprediksi, prakirawan BMKG
dapat menggunakan pengamatan Radiosonde sebagai salah satu patokan untuk membuat
5 prediksi kejadian hujan dan guntur beberapa jam kedepan sehingga dapat memberikan informasi cuaca yang baik kepada masyarakat.