BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Di era otonomi saat ini, kemampuan setiap daerah dalam memasarkan potensi daerahnya sangatlah penting, karena hal ini akan berpengaruh besar terhadap daya saing suatu daerah terhadap daerah lainnya dalam mendapatkan perhatian, pasar, turis, dan investor. Salah satu strategi untuk memperkenalkan potensi daerah terhadap khalayak umum adalah melalui City branding. Menurut Saxone Woon (dikutip dalam Irvan, 2008), City/Regional Branding merupakan strategi dari suatu negara atau daerah untuk membuat positioning yang kuat di dalam benak target pasar mereka, seperti layaknya positioning sebuah produk atau jasa, sehingga negara dan daerah tersebut dapat dikenal secara luas di daerah lain hingga seluruh dunia. Dengan demikian, jika City branding didesain secara tepat, sebuah daerah dapat menempatkan dirinya di mata masyarakat luas, sehingga menjadikannya berbeda dengan daerah lain dengan berbagai maacam potensi serta ciri khas daerahnya masing-masing. Hal terpenting dari city branding itu sendiri adalah adanya identitas visual yang tepat, sehingga dapat merepresentasikan konsep dari city branding kota tersebut. Identitas visual sendiri adalah suatu hal yang sifatnya dapat di citrakan oleh panca indra kita. Sehingga kita dapat mengetahui dengan jelas seperti apa identitas visual dari daerah tersebut. Fenomena City branding ini bisa kita lihat dari beberapa kota di dunia, salah satu contohnya adalah saat kita mendengar kata romantis, indah, dan cinta, pasti pikiran kita tertuju pada sebuah kota di Negara Perancis, yaitu kota Paris, sebuah kota yang sering dijadikan sebagai simbol keromantisan serta keindahan. Brand kota Paris yang kuat tersebut terbukti berhasil menarik perhatian para wisatawan baik lokal maupun internasional. Jacobs (2014), berdasarkan hasil survai yang dilakukan selama empat tahun menyatakan, Paris menduduki peringkat ketiga dari 1
20 “the top destination cities in the world” yang paling banyak dikunjungi pada tahun 2014, dan peringkat pertama kedua adalah kota London, dan Amerika Serikat. Tahun sebelumnya, peringkat pertama kota terpopuler di dunia adalah Bangkok. Tidak hanya itu saja, fenomena City branding juga bisa kita lihat dari kawasan Asia. Salah satu negara di Asia yang cukup fenomenal dengan strategi City branding-nya adalah Korea Selatan. Tahun-tahun belakangan ini, tampaknya tidak ada yang tidak kenal dengan istilah K-Pop, Samsung, atau bahkan bahasa Korea. Saat ini tidak sedikit anak-anak hinga orang dewasa yang kecanduan atau demam Korea. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap brand positioning Korea Selatan di mata dunia. Di Indonesia sendiri sejak diberlakukannya otonomi daerah, setiap daerah berlomba-lomba memasarkan daerahnya untuk mendapatkan perhatian, pasar, turis, serta investor bisnis. Untuk mencapai itu semua, setiap daerah membutuhkan sebuah strategi city branding yang kuat dan tepat. Beberap kota di Indonesia yang memiliki city branding yang cukup kuat adalah kota Yogyakarta. Sebelum kota Yogyakarta mengganti tagline dengan Yogya “Istimewa,” tagline yang digunakan adalah “Never Ending Asia”, yang memiliki makna kota “Yogya adalah kawasan ekonomi terkemuka di Asia untuk perdagangan, pariwisata, dan investasi”. Selain itu Kota Surabaya menggunakan city branding ”Sparkling Surabaya” (Surabaya ’berkilau’) untuk mengkomunikasikan bahwa Surabaya ’berkilau’, baik karena gemerlap kota yang menuju kota metropolitan, maupun pertimbangan bahwa kota Surabaya menjadi kota pusat perhiasan (Indrojarwo, Sabar, & Zulaikha, tt). Kabupaten Pamekasan adalah sebuah kota kecil yang terletak di bagian timur Pulau Madura, dengan luas sekitar 732,85 km2. Secara geografis, Kabupaten Pamekasan merupakan kota dengan luas wilayah terkecil di Pulau Madura. Namun memiliki potensi yang besar di dalamnya yang dapat membedakannya dengan kabupaten-kabupaten lainnya di Pulau Madura. Hanya saja, masyarakat dari luar Pulau Jawa (umumnya) masih sedikit yang menyadari akan hal itu. Mereka masih berpikiran jika itu adalah Pulau Madura, bukan sebagai Kabupaten 2
Pamekasan. Bahkan, masih cukup banyak penduduk asli Kabupaten Pamekasan yang juga belum menyadari akan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Pamekasan. Sebagai contoh, masyarakat (umumnya) dan penulis (khususnya), masih belum dapat membedakan yang mana Kabupaten Pamekasan, dan yang mana kabupaten lainnya (Bangkalan, Sampang, dan Sumenep). Hal ini terjadi karena selama ini apa yang mereka tampilkan dan perlihatkan kepada masyarakat luas adalah sama, masih belum ada identitas yang khas, bahkan mencolok dari kota-kota tersebut. Hal inilah yang menurut penulis merupakan salah satu faktor mengapa orangorang dari luar Jawa masih menganggap Pulau Madura itu sebagai sebuah pulau tanpa melihat kabupaten-kabupaten yang ada di dalamnya. Beberapa fenomena sosial yang juga sering penulis lihat di sini (Kabupaten Pamekasan) adalah, jika kita bertanya, apa sih yang anda pikirkan saat anda mendengar kata Madura? Sebagian besar dari mereka akan menjawab “Sate Madura,”, “Rujak Cingur,” “Batik Madura,” “Suramadu,” “Petilasan raja-raja,” atau “Karapan Sapi”. Namun Saat ditanyakan tentang “apa itu Kabupate Pamekasan ?” umumnya mereka masih belum dapat menjelaskan seperti apa itu Kabupaten Pamekasan, serta apa yang membuat Kabupaten Pamekasan berbeda dengan kabupaten lainnnya di Pulau Madura. Jika mereka saja yang notabane adalah “orang dalam” tidak mengetahui secara jelas tentang kota-kota yang ada di Pulau Madura, bagaimana “orang luar” mampu membedakan identitas Kabupaten Pamekasan dengan Kota lainnya di Pulau Madura? Hal inilah yang menyebabkan orang dari luar pulau Madura berpikiran jika Kabupaten Pamekasan, Sumenep, Sampang, dan Bangkalan adalah satu kesatuan yang memiliki kesamaan dari segi wilayahnya. Oleh karena itu, untuk menunjukkan identitas diri, dan membedakan Kabupaten Pamekasan dengan Kkabupaten-kabupaten lainnya di Pulau Madura diperlukan identitas visual yang baik dan tepat. Selain daripada itu, Kabupaten Pamekasan merupakan sebuah kota yang memiliki banyak potensi di dalamnya.
3
Sebagai salah satu putra Pamekasan, penulis merasa perlu untuk memperkenalkan Kabupaten Pamekasan sebagai sebuah Kabupaten Pamekasan kepada Masyarakat luas, bukan sebagai sebuah Pulau Madura. Beberapa program pemerintah yang pernah dilakukan untuk membentuk sebuah brand image Kabupaten Pamekasan diantaranya adalah program “Kabupaten Pamekasan
Kota
Pendidikan.”
Seiring
dengan
terjadinya
pergantian
pemerintahan, kemudian diganti menjadi “Kabupaten Pamekasan Kota Batik.” Namun program ini tidak berlangsung lama, bahkan terhenti setelah kembali terjadinya pergantian pemerintahan. Tidak adanya konsistensi inilah yang membuat Kabupaten Pamekasan masih belum memiliki indentitas yang jelas. Seperti survey yang penulis lakukan, rata-rata masyarakat Kabupaten Pamekasan memiliki pandangan yang berbeda terhadap kotanya. Ada yang mengatakan Kabupaten Pamekasan kota batik; ada yang mengatakan Kabupaten Pamekasan kota “Gerbang Salam” (Gerakan Pembangunan Masyarakat Islam); ada yang mengatakan Kabupaten Pamekasan kota pendidikan; bahkan ada pula yang mengatakan Kabupaten Pamekasan sebagai “kota yang bermasyarakat”. Fakta ini membuktikan bahwa penciptaan brand image Kabupaten Pamekasan masih kurang kuat di benak warganya sendiri, sehingga masyarakat Kabupaten Pamekasan memiliki pandangan yang berbeda terhadap brand image kotanya. Atas dasar latar belakang seperti dikemukakan di atas, Tugas Akhir ini difokuskan pada perancangan logo dan typeface Pamekasan sebagai identitas visual Kabupaten Pamekasan untuk menciptakan sebuah kesan yang khas dan membedakan dari kota-kota lainnya di pulau Madura. Hal ini penting dan strategis agar Kabupaten Pamekasan memiliki sebuah brand image yang kuat di mata masyarakat Kabupaten Pamekasan sendiri (khususnya) serta masyarakat lain (umumnya). Selain itu, melalui kekuatan brand positioning ini Kabupaten Pamekasan diharapkan mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), Melalui perancangan ini penulis berharap masyarakat Kabupaten Pamekasan akan melihat kotanya sebagai Kabupaten Pamekasan dengan ciri khasnya tersendiri, bukan sebagai sebuah pulau Madura yang memiliki kesamaan dengan kota-kota yang lainnya. Selain itu, penulis berharap masyarakat luas juga dapat 4
membedakan antara Kabupaten Pamekasan dengan kota lainnya di Madura, dan mereka tidak akan lagi melihat Kabupaten Pamekasan sebagai Pulau Madura . 1.2. Permasalahan 1.2.1. Identifikasi Masalah Dari latar belakang diatas dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut : a.
City branding sangat penting bagi setiap daerah demi meninggatkan positioningnya di masyarakat luas.
b.
Belum adanya identitas visual yang jelas di Kabupaten Pamekasan, sehingga bayangan masyarakat Pamekasan sendiri masih belum bisa membedakan mana Kabupaten Madura, dan mana Kabupaten Lainnya,s ecara visual.
c.
Masyarakat Kabupaten Pamekasan (khususnya) serta masyarakat luar (umumnya) tidak banyak yang menyadari potensi, dan identitas Kabupaten Pamekasan.
d.
Masyarakat luar masih menganggap jika Kabupaten Pamekasan itu sebagai Pulau Madura.
e.
Masih banyak masyarakat Kabupaten Pamekasan yang belum bisa membedakan antara Kabupaten Pamekasan dengan 3 kabupaten lainnya yang ada di Pulau Madura.
f.
Terlalu banyak slogan yang menempel dalam brand image Kabupaten Pamekasan, seperti “Pamekasan Gerbang Salam”, “Pamekasan Berteman”, “Pamekasan Kota Batik”, “Pamekasan Kota Pendidikan”.
g.
Slogan-slogan yang menempel dalam brand image Kabupaten Pamekasan kurang memberikan image atau menggambarkan keadaan Kabupaten Pamekasan dan masyarakat sebenarnya
h.
Kurang aktifnya pemerintah dalam mempromosikan Kabupaten Pamekasan.
5
1.2.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang didapat dari identifikasi masalah di atas adalah sebagai berikut : 1.
Brand image seperti apakah yang melekat kuat dengan Kabupaten Pamekasan, sehingga dapat merepresentasikan Kabupaten Pamekasan secara keseluruhan?
2.
Bagaimana Logo dan Typeface yang tepat sehingga dapat merepresentasikan Kabupaten
Pamekasan
kepada
masyarakat
Kabupaten
Pamekasan
(khususnya) serta masyarakat luar (umumnya)? 1.3. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada : a.
What Perancangan logo dan typeface Pamekasan sebagai Identitas visual Kabupaten Pamekasan
b.
Why Perancangan logo dan typeface Pamekasan sebagai Identitas visual Kabupaten Pamekasan ini diharapkan mampu merepresentasikan Kabupaten Pamekasan secara utuh, sehingga dapat menyatukan semua pemikiran masyarakat Kabupaten Pamekasan (khususnya) serta masyarakat luar (umumnya) akan brand image Kabupaten Pamekasan yang berbeda dari kotakota yang ada di Pulau Madura maupun dari kota-kota di luar Pulau Madura.
c.
Who Masyarakat Kabupaten Pamekasan (Khususnya) ,masyarakat Pulau Madura (umumnya) serta investor dari luar Pulau Madura.
d. Where Perancangan logo dan typeface Pamekasan sebagai Identitas visual Kabupaten Pamekasan dilakukan di Kabupaten Pamekasan yang memiliki luas daerah 732,85 Km2, dengan batasan daerah sebagai berikut : 6
- Sebelah utara : Laut Jawa - Sebelah selatan : Selat Madura - Sebelah timur : Kabupaten Sumenep - Sebelah barat : Kabupaten Sampang e.
When Perancangan logo dan typeface Pamekasan sebagai Identitas visual ini dilakukan pada tahun 2014.
f.
How Perancangan akan dilakukan dengan mengumpulkan data melalui wawancara, survey langsung, dan studi pustaka terkait dengan sejarah, kehidupan sosial dan budaya masyarakat Kabupaten serta potensi-potensi yang dimilikinya.
1.4. Tujuan Perancangan Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam perancangan logo dan typeface Pamekasan sebagai identitas visual Kabupaten Pamekasan adalah : a.
Menciptakan sebuah brand image Kabupaten Pamekasan yang baik dan tepat sehingga mampu: - menyatukan
semua
pemikiran
masyarakat
Kabupaten
Pamekasan
(khususnya) serta masyarakat luar (umumnya) akan brand image Kabupaten Pamekasan; dan - menjadikan Kabupaten Pamekasan sebagai sebuah kota yang berbeda beda dari kota-kota yang ada di Pulau Madura maupun dari kota-kota di luar Pulau Madura, baik dari aspek nilai seni, karakteristik, atau bahkan potensi yang dimiliki. b.
Menciptakan sebuah Logo dan Typeface yang mampu merepresentasikan karakteristik dan identitas Kabupaten Pamekasan serta masyarakatnya.
7
1.5. Cara Pengumpulan Data dan Analisis 1.5.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data akan penulis lakukan melalui cara sebagai berikut: a.
Wawancara kepada masyarakat, stakeholder Kabupaten Pamekasan, serta beberapa sejarahwan dan budayawan Kabupaten Pamekasan. Hal ini penulis lakukan untuk mendapatkan arti dan nilai-nilai dari Kabupaten Pamekasan, sehingga identitas visual yang akan penulis rancang nantinya, dapat mencerminkan Kabupaten Pamekasan seutuhnya, serta dapat diterima oleh semua kalangan, baik masyarakat maupun pemerintah. Selain itu cara ini penulis pilih dikarenakan untuk membentuk sebuah brand image yang kuat, diperlukan pandangan seluruh bagian masyarakat serta pemerintahan terhadap kota tersebut.
b.
Survey langsung di alun-alun kota dan beberapa kecamatan di Pamekasan. Hal ini penulis lakukan bertujuan untuk mengetahui, bagaimana karakter dari masyarakat Kabupaten Pamekasan, serta mengetahui, potensi apa saja yang ada di Kabupaten Pamekasan.
c.
Studi Pustaka, pengumpulan data melalui studi pustaka penulis lakukan untuk mengetahui sejarah Kabupaten Pamekasan, serta mengetahui data-data penting (terkait tentang perekonomian Kabupaten Pamekasan) yang ada di Kabupaten Pamekasan.
1.5.2. Analisis Data Analisis data yang akan penulis gunakan dalam perancangan logo dan typeface Pamekasan sebagai identitas visual Kabupaten Pamekasan ini sebagai berikut: a.
Kajian Data Objek Analisis data objek adalah analisis untuk mendapatkan value-value yang ada di Kabupaten Pamekasan. Baik Value yang terlihat, ataupun Value yang tidak terlihat.
8
b.
SWOT Strenght (kekuatan): yaitu melihat kekuatan apa yang paling berpengaruh di dalam Kabupaten Pameksan sehingga nantinya perancangan identitas visual Kabupaten Pamekasan ini dapat memperkuat hal tersebut. Weakness (kelemahan): yaitu melihat apa kelemahan yang ada di Kabupaten Pamekasan, sehingga, perancangan identitas visual Kabupaten Pamekasan ini nantinya dapat menutupi kelemahan tersebut. Oppurtunities (peluang): yaitu melihat peluang atau potensi apa yang terdapat di Kabupaten Pamekasan, sehingaa perancangan identitas visual Kabupaten Pamekasan ini nantinya dapat menunjukkan kepada masyarakat luar akan peluang atau potensi yang ada di Kabupaten Pamekasan. Threats (ancaman/tantangan): yaitu melihat ancaman/tantangan (faktor resistensi) apa saja yang ada di Kabupaten Pamekasan, sehingga dengan perancangan identitas visual Kabupaten Pamekasan ini diharapkan dapat mengurangi potensi ancaman yang ada tersebut.
1.6. Kerangka Perancangan Perancangan logo dan typeface Pamekasan sebagai identitas visual Kabupaten pamekasaan akan dilakukan dalam beberapa tahap yaitu : a.
Melihat fenomena yang terjadi di Kabupaten Pamekasan, sehingga memberikan kesimpulan agar dibuat sebuah logo dan typeface Pamekasan sebagai identitas visual Kabupaten Pamekasan.
b.
Pengumpulan data melalui wawancara kepada seluruh bagian masyarakat Kabupaten Pamekasan serta analisis awal terhadap sejarah serta data visual yang ada di Kabupaten Pamekasan. Tahap ini dilakukan guna mendapatkan data yang akurat dalam mewakili Kabupaten Pamekasan secara keseluruhan.
c.
Pemetaan
potensi
Kabupaten
Pamekasan
yang
diperoleh
melalui
pengumpulan data. Tahap ini adalah proses pemetaan dari data yang di dapat pada tahap pengumpulan data. 9
d.
Penafsiran dari hasil pemetaan data yang diperoleh. Tahap ini dilakukan setelah pemetaan dilakukan, tahap ini adalah proses dimana penulis menafsirkan serta menyimpulkan data yang di peroleh sehingga tercipta konsep untuk perancangan logo dan typeface Pamekasan sebagai identitas visual Kabupaten Pamekasan (konsep identitas visual dan
tagline)
Perancangan awal. Tahap ini dilakukan setelah diperoleh pengerucutan data awal. e.
Uji validasi desain awal, adalah proses dimana penulis nantinya akan menanyakan hasil rancangan yang dibuat kepada beberapa ahli serta beberapa bagian masyarakat Kabupaten Pamekasan, guna mendapatkan rancangan / desain yang sesuai dengan Kabupaten Pamekasan.
f.
Revisi desain awal, adalah proses dimana penulis melakukan revisi ahir setelah melakukan diskusi atau uji validasi sebelumnya, dalam tahapan ini, penulis mengabungkan ide yang penulis miliki dengan masukan atau kritik yang di dapat dari uji validasi sebelumnya.
g.
Implementasi / finalisasi, adalah proses penerapan identity visual serta taglaine Kabupaten Pamekasan kepada beberapa media.
Berikut adalah bagan perancangan logo dan type Pamekasan sebagai identitas visual Kabupaten Pamekasan.
10
1.7. Pembabakan Pembabakan penulisan pada laporan ini adalah sebagai berikut : BAB 1 menjelaskan tentang latar belakang dan fenomena serta tantangan city branding di Kabupaten Pamekasan, serta menjelaskan tentang
manfaat, dan
tujuan dari Perancangan identitas visual Kabupaten Pamekasan. BAB II menjelaskan tentang dasar pemikiran dari teori-teori yang relevan dengan perancangan identitas visual Kabupaten Pamekasan. BAB III menjelaskan tentang data-data yang diperoleh serta analisis dari masalah yang telah di dapat. BAB IV menjelaskan tentang konsep serta hasil perancangan identitas visual Kabupaten Pamekasan. BAB V berisikan simpulan dan saran terkait dengan hasil perancangan identitas visual Kabupaten Pamekasan.
11