BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perusahaan multinasional (MNC) telah menjadi aktor yang penting dalam perkembangan perdagangan global. Pada awal perkembangannya, perusahaan multinasional didominasi oleh perusahaan-perusahaan yang berasal dari negara Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa dan Jepang. Dimana negara-negara tersebut merupakan negara maju sehingga MNCs tersebut memilih untuk melakukan ekspansi keluar dari home country untuk menghindari pajak yang tinggi, buruh yang mahal, keterbatasan bahan baku dan persaingan di home country sehingga mereka lebih memilih menanamkan investasi keluar negaranya dimana negara yang menjadi tujuannya adalah negara-negara yang sedang berkembang. Pada umunya di negara berkembang tidak memiliki aturan hukum yang ketat, buruh yang murah dan memiliki sumber daya alam yang melimpah. Salah satu cara yang digunakan untuk dapat berekspansi ke negara berkembang yaitu melalui foreign direct investmen (FDI) dengan mendirikan perusahaan langsung di negara yang didatangi (host country). Namun, dengan dengan adanya globalisasi sehingga memberikan kesempatan bagi perusahaan multinasional dari negara-negara berkembang atau latecomers yang lahir dari emerging market untuk bersaing dalam perdagangan global dan juga untuk mengembangkan dan memperluas pasarnya mereka. Perkembangan multinasional dari negara berkembang sebagai pendatang baru dimulai sejak tahun 2000-an, dimana perusahaan-perusahaan ini mulai ikut bersaing dalam pasar internasional. Hal ini disebabkan karena beberapa negara berkembang mengalami peningkatan jumlah investasi dari tahun ke tahun sehingga mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Dengan mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dari dalam negari yang disebut juga latecomers ini sehingga perusahaan-perusahaan dari negara tersebut dapat tumbuh dan bersaing dalam perdagangan global. Negara-negara berkembang pada umumnya memiliki beberapa karakteristik umum, seperti memiliki standar hidup yang relatif
1
rendah, ketimpangan pendapatan, keterbatasan lapangan kerja dan masih banyak lainnya. Dengan berbagai karakteristik tersebut mencerminkan kekurangan dari negara berkembang, namun pada realistasnya negara-negara berkembang seperti Cina, India, Brazil, Rusia dan Afrika Selatan atau disebut juga dengan BRICS telah menunjukan peningkatan pertumbuhan ekonomi dari dalam yang disebut juga dengan emerging market sehingga perusahaan dalam lokalnya dapat tumbuh dan berkembang menjadi perusahaan multinasional dan berekspansi hingga ke negaranegara berkembang bahkan hingga ke negara-negara maju. Dalam Fortune’s List pada tahun 2004, dari 500 MNC terbesar yang menduduki peringkat dunia 44 diantaranya dari negara latecomers.1 Dengan hadirnya perusahaan mutlinasional dari negara-negara berkembang memberikan dampak pada persaingan global yang baru dimana dahulunya hanya dikuasai oleh MNC dari negara maju. Hanya dalam beberapa tahun, negara-negara latecomers ini terus memunculkan industri atau perusahaan-perusahaan yang menjadi MNC hingga dapat bersaing secara global. Perusahaan-perusahaan multinasional yang lahir dari emerging market disebut juga Emerging Multinational Corporation (EMNCs). Dari negara anggota BRICS, China dan India yang telah menempati jumlah tertinggi dalam melahirkan perusahaan multinasional baru. Meskipun demikian dari laporan yang dikeluarkan oleh Pricewaterhouse Coopers International Limited (PwCIL) tahun 2010 dengan tema Emerging Multinational; The rise of New Multinational Companies from Emerging Economies telah memprediksikan bahwa India memeliki peluang lebih besar untuk menghasilkan MNC baru dibandingkan dengan China.2 Pertumbuhan perusahaan lokal yang telah menjadi EMNCs terbanyak selain Cina adalah India. India masih dikategorikan sebagai negara latecomers walaupun sejak tahun 2002-2008 telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam bidang ekonomi terutama dalam jumlah kepemilikan perusahaan 1
Chirinos Adriana, BRICS Strategies; International Journal of BRIC Business Research (IJBBR) Volume 2, Number 2, 2013, <.http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CBsQFjAA&url=http %3A%2F%2Fwireilla.com%2Fmanagement%2Fijbbr%2Fpapers%2F2213ijbbr01.pdf&ei=DSFQVeb8N4 aRuASpzYDYDw&usg=AFQjCNEJpJ1xkwp2O6HVeNW5Z_fVYp_WiA&sig2=lY_LEOqe8fMn339fu7 9cUQ&bvm=bv.92885102,d.c2E&cad=rja >, diakses 21 Maret 2015. 2 Pricewaterhouse Coopers International Limited (PwCIL), Emerging Multinational: the Rise of New Multinational Companies from Emerging Economies, April 2010, <www.pwc.co.uk/assets/pdf/emergingmultinationals-27-april-10.pdf>, diakses 20 Maret 2015
2
multinasional. Kondisi dalam negeri India masih banyak masyarakatnya yang hidup dalam kondisi ekonomi dan politik yang belum stabil, meskipun demikian dengan kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh India tersebut, pemerintah India masih dapat membuat kebijakan dan strategi yang baik agar memiliki peranan yang cukup besar dalam dunia internasional. Hal ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan Forbes yang memasukan 12 perusahaan asal India dalam kategori 50 perusahaan publik terbesar di dunia, seperti Tata Consultancy Service (TCS) yang merupakan salah satu bagian dari anak perusahaan Tata Group, Hindustan Computers Limited Technologies (HCLTechnologies) dan HDFC bank sebagai bagian dari perusahaan publik terbaik di Asia Pasifik. Selain itu juga masih ada perusahaan lainnya, seperti Asian Paints, Axis Bank, Lupin, Mahindra and Mahindra, Mothersome Sumi Systems, Sun Pharma, Tata Motors, dan Tech Mahindra and Titan.3 Dalam terbitan Economist dalam hasil penelitiannya melihat bahwa India dalam beberapa tahun terakhir telah menghasilkan lebih banyak EMNCs baru yang jumlahnya melebihi China dan juga memiliki potensial untuk terus menghasilkan perusahaan multinasional baru.4 Keadaan ini semakin didukung dengan adanya globalisasi yang memberikan pengaruh bagi EMNCs dari negara latecomers untuk semakin bersaing. Dari beberapa EMNCs India yang terkenal, salah satunya yang menarik untuk dibahas adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi informasi yaitu HCL Technologies yang merupakan perusahaan publik kedua terbesar di Asia dan telah menjadi pesaing-pesaing dari IBM dan Cap Gemini yang merupakan MNCs negara maju. HCL Technologies dulunya merupakan perusahaan hardware namun setelah mengalami perkembangan perusahaan ini lebih memilih fokus pada industri software dan business process outsourcing (BPO). EMNCs ini didirikan oleh Shiv Nadar pada tahun 1976 di Delhi dan dalam jangka waktu tiga dekade telah menjadi perusahaan information technology (TI) global khususnya dalam teknologi
3
Business Standard , 12 Indian firms in Forbes' top 50: India trails China with 12 companies on the list, the same number as last year's (daring), 2014, <www.wap.business-standard.com/aticle/companies/12indian-firms-in-forbes-top-50-114090300002_1.html > , diakses 20 mei 2015 4 Economiscs. Emeringi Multinationals; The Rise of New Multinational Companies from Emerging Economist (daring), 2010, < https://www.pwc.com/th/en/publications/assets/pdf-emergingmultinationals-final-27Apri2010.pdf > . diakses 15 April 2015
3
informasi, layanan perangkat lunak (software) bagi perusahaan-perusahaa dalam bentuk paket aplikasi, BPO, layanan infrastruktur TI, perangkat keras, sistem integrasi dan distribusi informasi. Perusahaan ini telah beroperasi di 31 negara dan juga memberikan pelayanan TI ke berbagai kalangan dimulai dari pemerintah, dalam bidang energi dan layanan (travel, logistik, rumah sakit, bank, dsb). 5 Selain itu, peran HCL Technologies dalam industri TI saat ini sangat diperhitungkan terutama dalam hubungan kerjasama dengan berbagai pihak dalam industri TI. Hal ini bisa dilihat dari mitra kerjasamanya dengan perusahaanperushaan seperti Microsoft dan menjadi satu-satunya mitranya dalam efisiensi program digital bagi Microsoft. Selain Microsoft HCL Technologies juga bekerjsama dengan CISCO, CSC, EMC, SAP, Apple dan Hp. 6 Salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi India adalah industri TI. India telah memiliki teknologi yan cukup maju untuk dapat bersaing dengan teknologi dari negara maju. Beberapa jenis teknologi yang telah diproduksi oleh perusahaan lokal India yang telah menggunakan teknologi yang cukup tinggi, seperti industri otomotif, farmasi, software, dan hardware yang terus berkembang pesat baik dari segi kualitas maupun kuantitas dari produk tersebut. HCL Technologies merupakan salah satu bagian dari perusahaan HCL Enterprise India yang sangat memperhatikan perkembangan teknologi informasi di negaranya. Dimana pada masa pemerintahan Narashima Rao yang mengubah pemerintahan yang awalnya sosialis sejak masih dipimpin oleh Jawaharlal Nehru menjadi liberal. Perubahan ini dilakukan oleh Narashima Rao dimulai dengan membuka pasar India bagi dunia internasional dan juga memberikan keluasaan bagi MNC asing maupun nasional untuk berinvestasi. Pemerintah India juga melakukan kerjsama untuk membangun sekolah, institusi dan universitas khususnya dalam bidang TI agar membuat sumber saya manusia yang ahli di bidangnya.7
5
HCL Technologies, About HCL Technologies, 2015,
, diakses 21 April 2015. 6 HCL Technologies, Microsoft Alliance, 2015, < http://www.hcltech.com/about-us/microsoft-alliance >, diakses 21 April 2015 7 HCL Technologies. Business Process Outsourcing, 2015, , diakses 17 April 2015.
4
Dengan adanya perkembangan dari MNC India dalam bidang teknologi informasi ini akan memberikan warna dalam persaingan pasar global. Saat ini banyak MNCs dari negara TRIAD melakukan join venture atau menjadi mitra bagi EMNCs dari India karena kelebihan yang dimiliki oleh EMNCs India yang unggul dalam memberikan layanan TI dan outsourcing. Dimana pada awalnya perusahaan EMNCs India hanya fokus pada TI namun banyak EMNCs India khususnya HCL Technologies berusaha melakukan inovasi-inovasi baru untuk terus dapat berkembang seperti saat ini. HCL Technologies masuk dalam 100 perusahaan yang terkenal pada tahun 2015 yang dikeluarkan oleh Forbes. Sehingga, sangat menarik untuk dibahas bagaimana strategi
salah satu perusahan lokal India yaitu HCL
Technologies hingga dapat berkespansi hingga 31 negara di benua Amerika, Eropa, Afrika, dan Asia bahkan mampu bersaing dengan MNCs TI dari negara-negara TRIAD yang telah lebih dahulu maju dalam pengetahuan dan teknologi khususnya dalam indsutri TI pembuatan software dan hardware. Meskipun kondisi dalam negeri India sendiri masih berbagai masalah dalam aspek ekonomi, sosial dan politik seperti halnya negara berkembang lainnya namun India dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukan perkembangan yang signifikan dari segi pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat dan mampu bersaing dengan negara-negara maju dalam beberapa aspek seperti dalam berbagai forum internasional seperti di WTO yang mana India berani memperjuangkan kepentingan dari negara-negara berkembang. Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang bagaimana strategi EMNCs India khususnya HCL Technologies sehingga dapat bertransformasi menjadi EMNCS dan juga dapat bersaing dengan MNC TI dari negara maju.
1.2 Rumusan Masalah Dari uraian diatas, EMNCs dari negara latecomers tentu memberikan dampak persaingan bagi keadaan pasar global yang sebelumnya hanya dikuasai oleh MNC dari negara maju. HCL Technologies dapat berkespansi bukan hanya di kawasan Asia namun hingga ke Eropa dan Amerika. Selain itu, HCL Technologies juga menjadi pesaing bagi MNC TI dari negara maju seperti IBM,Cisco, Hp,dll. Hal
5
inilah yang menarik bagi penulis karena meskipun India merupakan negara berkembang tetapi memiliki perusahaan yang mampu bersaing dalam perdagangan global. Selain itu juga, sebelumnya telah banyak peneliti yang melakukan penelitian tentang MNC dari negara TRIAD, namun masih jarang yang membahas tentang MNC dari latecomers (Emerging Multinational Corporation-EMNCs) sehingga menambah ketertarian bagi penulis untuk membahas secara detail dengan memilih fokus pada salah satu EMNCs India yang saat ini telah berkespansi hingga di 31 negara dunia dan juga telah diakui di pasar Amerika dan Eropa. Sehingga kemudian menimbulkan pertanyaan yang menjadi fokus penelitian, yaitu;
1. Bagaimana strategi transformasi HCL Technologies menjadi EMNCs? 2. Bagaimana peranan pemerintah India dalam mendorong transformasi HCL Technologies menjadi EMNCs?
1.3 Studi Literatur Peran perusahaan multinasional dalam ekonomi global telah mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak tahun 1980-an yang mana negara-negara dominan seperti Amerika Serikat mulai meningkatkan investasi keluar dari negaranya. Menurut Thomas Oatley, foreign direct investment (FDI) terjadi ketika sebuah perusahaan berasal dari suatu negara yang mana membangun pabrik atau membeli perusahaan yang sudah ada di suatu negara. Selain itu, sebuah perusahaan nasional dapat menjadi MNC dengan menanamkan invetasi asing langsung ke luar negeri.8 Perkembangan MNC diawali dengan perusahaan-perusahaan dari Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Jepang. Sebagaimana Kenichi Ohmae menyatakan meningkatnya
ekspansionisme
perusahaan
dari
negara-negara
berkembang
(EMNCs) diseluruh dunia ini menyadarkan perusahaan-perusahaan tersebut bahwa mereka harus memperkokoh kehadirannya yang disebut dengan Triad (Amerika 8
Thomas Oatley, International Political Economy. United Kingdom:Longman, 2012, p. 161
6
Utara, Uni Eropa dan Jepang) agar tetap mampu bersaing secara internasional. Menurut Gilpin, MNC merupakan sumber utama modal, teknologi, dan akses pasar dihampir setiap negara. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan MNC memiliki dampak yang sangat besar pada distribusi kemakmuaran global. Namun terlepas dari keuntungan dari adanya MNC, banyak negara berkembang yang menjadi host country tetap merasa takut kehilangan otonomi nasionalnya dengan adanya kerjasama antara kepentingan bisnis domestik dan asing dalam bentuk intervensi dari home country MNC tersebut, kecuali negara yang menjadi host country memiliki posisi tawar yang tinggi seperti memiliki dana atau kemampuan keuangan, memiliki teknologi yang substansial serta mampu mengontrol pasar. Selain itu dalam bukunya, Gilpin juga menyatakan bahwa pembangunan “export platform” dinegara-negara yang memiliki upah buruh yang rendah seperti negara-negara di Asia Tenggara merupakan strategi dari investasi luar negeri mereka. Dengan adanya kemajuan yang pesat dalam bidang tekhnologi dan informasi semakin mendorong suatu negara baik negara maju maupun negara berkembang untuk perusahaan lokalnya agar melakukan internasionalisasi.9 Oetlay mengutip Caves “an MNC is a firm that controls and manages production establishments – plants – in at least two countries” (Caves 1996,1).
Oetlay juga menambahkan “MNCs are engaged
simultanously in economic production, international economic, and cross border investment.” Dimana suatu MNC dapat membangun perusahaan baru di host country atau bisa juga dengan membeli perusahaan yang ada melalui FDI.10 Menurut Barnet dan Muller mengkategorikan sifat-sifat MNC khususnya yang mengarah pada ekonomi yang pada prinsipnya menyebutkan beberapa kategori, seperti; MNC lebih memiliki kepentingan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya baik dalam keunggulan monopolis maupun keuntungan komperatif dalam rangka mengantisipasi saingan-saingan bisnis mereka diseluruh dunia, dengan memperluas pasar produksinya ke negara-negara dunia baik dengan cara mendirikan pabrik-pabrik di host country maupun menekan biaya transportasi hasil produk, dan berusaha mendapatkan bahan-bahan primer SDA dan energi, tenaga buruh yang murah untuk menekan faktor produksi biaya dan kebutuhan industrinya 9
Robert Gilpin, The Challenge of Global Capitalism; The World Economy In The 21th Century, United Kingdom: Princeton University Press, 2000, p. 167 10 Thomas Oatley, International Political Economy, pp. 158-159
7
secara teratur.11 Pola hubungan dan pengawasan terhadap MNC, dimana sebelumnya negara penerima modal umumnya terdiri dari negara sedang berkembang yang memiliki hubungan ketergantungan, hegemoni (penguasaan), dan kepimpinan memberikan keuntungan yang besar bagi MNC. Selain itu terdapat hubungan saling ketergantungan, kesederajatan dan akomodatif yang dianggap sama-sama menguntungkan anatara MNC dan Host Country, serta ada juga yang memiliki hubungan penolakan, pertentangan atau konflik. Dimana pola hubungan penelokan ini merupakan akibat dari adanya ketidakselarasan yang berlangsung dari adanya kerjasama yang terjadi dari pola hubungan sebelumnya.12 Selain itu juga Hymer juga berpendapat bahwa walaupun MNC mungkin akan menambah kekayaan dari seluruh penggunaan sumber daya alam secara efisien, juga akan mendapat keuntungan dari negara asal MNC tersebut.13 Ini dapat dijadikan acuan bahwa suatu MNC yang beroperasi di negara-negara berkembang yang sering menjadi host country akan secara langsung maupun tidak langsung juga berhadapan dengan negara home country dari MNC tersebut. Sehingga, selain keuntungan yang dapat diterima berupa pemasukan bagi negara yang didatangi oleh MNC tersebut, mereka juga akan berhadapan dengan negara home country MNC itu. Namun dampak negatifnya juga terkadang MNC dapat mempengaruhi kebijakan pemerintah Home country maupun Host Country. Selain itu juga dampak MNC mengalihkan sebagian kegiatan produksinya ke luar negeri untuk memperoleh biaya yang murah, ini dapat dilihat terutama pada perusahaan (MNC) yang bergerak dibidang pertambangan.14 Dalam bukunya, Theodore mengemukakan alasan mengapa perusahaan menjadi MNC. MNC juga didefinisikan sebuah perusahaan yang menguasai asset setidaknya di dua negara atau lebih. Selain itu, perusahaan juga setidaknya memiliki satu proyek FDI dimana perusahaan tersebut memiliki kontrol dan tingkat manajemen yang kuat. Penanaman modal asing (FDI) ini dapat dilakukan dengan
11
Richard J. Barnet & Ronal E. Muller, Global Reach: The Power of the Multinational Corporation, New York, Simon and Schuster, .1974, 12 Yanuar Ikbar, Ekonomi Politik Internasional 2: Impelemtasi Konsep dan Teori, Bandung, Refika Aditama, pp. 180-183 13 Yanuar Ikbar.,pp. 186-187 14 Lia Amalia, Ekonomi Internasional, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2007, p. 45
8
dua cara, yaitu dengan mendirikan gedung atau anak perusahaan langsung di home country (greenfield investment) dan dapat juga dengan membeli saham dari perusahaan lokal yang telah ada serta berpartisipasi dalam pengelolaan perusahaan tersebut (merger dan acquisitions). Adapaun perbedaan yang dimiliki oleh MNC, diantaranya adalah integrasi secara horizontal dan vertical. Dimana horizontal integration, MNC memperluas daerah pengoperasiannya dengan menghasilkan produk yang sama atau produk yang sejenis dengan cabang perusahaan di luar negeri. Sedangkan, vertical integration adanya perbedaan tahapan produksi dengan beberapa hasil sebagai masukan pada kerjasama lainnya. Perusahaan yang menggunakan vertical integration untuk memperoleh competitive advantage dalam proses produksi.15 Dalam perdagangan global saat ini tidak hanya fokus pada MNC dari negar maju saja tetapi pada EMNCs dari negara-negara berkembang yang semakin cepat tumbuh karena adanya globalisasi. (Aulakh 2007, Engardio 2006 Khanna dan Palepu tahun 2002, OECD 2006). Dimana EMNCs ini tampaknya mulai megubah industri dan pasar di seluruh dunia sehingga menjadi ancaman bagi MNC dari negara maju yang sejak pasca perang dunia II telah menguasai pasar internasional.16 Menurut Mark Foster,
MNC dari negara latecomers sekarang
memiliki 70
perusahaan yang masuk dalam 500 perusahaan terbesar di dunia berdasarkan Fortune Global. Ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan ini sehingga menjadi EMNCs didorong oleh keinginan untuk mencari pasar yang baru, melakukan efisiensi, inovasi, sumber imput, dan dalam beberapa hal adanya prestise nasional dan kemijakan pemerintah. Selain itu munculnya EMNCs bertepatan dengan adanya pasokan modal yang murah serta kebijakan dalam negeri untuk meliberalisasikan
investasi
serta
kemajuan
15
teknologi
informasi.
Ekspansi
Theodore H. Cohn, Global Political Economy; Theori and Practice. United States of America, Pearson, .2010, pp. 251-253 16 Raveendra Chittoor, M. B. Sarkar, Sougata Ray & Preet S. Aulakh, Multinationals: Institutional Changes and Organizational Transformation in the Indian Pharmaceutical Industry. United Kongdom, INFORMS, 2009, , diakses 17 April 2015.
9
perusahaan lokal dari latecomers ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya kekuatan ekonomi dari pasar berkembang.17 David Fieldhouse berpendapat mengenai dampak pertumbuhan MNC di negara-negara berkembang (Third World State), dimana dampak MNC itu tergantung pada kemampuan mengatur dari pemerintah host country dalam hubungannya dengan perusahaan-perusahaan transnasional. Banyak faktor yang akan mempengaruhi posisi negara dengan perusahaan-perusahaan, khususnya keuntungan bagi home country perusahaan tersebut dalam hubungan tawarmenawar. Selain itu juga, Fieldhouse secara khusus juga membahas MNC tentang mendirikan perusahaan di host country untuk pasar internasional (“off shore” enterprises) dan mendirikan perusahaan bagi pasar host country. Pada umumnya pembahasan mengenai dampak MNC dapat dilihat dari dampak ekonomi negara yang didatangi oleh MNC secara langsung dan secara eksternal atau dampak dari sisi lainnya. Dampak ekonomi secara langsung bagi house country adalah dengan mendirikan anak perusahaan dari MNC tersebut di negara sehingga adanya penambahan pendapatan yang cukup besar bagi host country sebagai hasil dari masuknya modal, keahlian/ahli dan teknologi yang mana sebelumnya tidak tersedia.18
1.4 Kerangka Teori Dalam proses ekonomi politik internasional dewasa ini, MNC memiliki peranan yang sangat besar. Secara umum MNC memiliki kantor pusat di sebuah negara (home country) dan mengoperasikan perusahaan tersebut secara keseluruhan atau parsial. Bila dilakukan secara parsial, maka MNC lain (subsidiary company) yang didirikan untuk mengurus cabang perusahaan itu di negara lain dan MNC yang
17
Mark Foster, Multi Pilar World 2; The Rise of The Emerging Market Multinational. Accenture, 2007, , diakses 21 mei 2015 18 David A. Lake, “A New Imperial System”; The Role of the Multinational Corporations Reconsidered,In: David Fieldhouse. (ed ,International Political Economy, St. Martin, Bedford, 2000, pp.170-171
10
menjadi subsidiary tersebut melaporkan kepada MNC pusat.19 Hal ini juga dapat dijadikan karakteristik umum dari suatu perusahaan yang melakukan investasi FDI, dimana salah satu caranya yaitu mendirikan langsung anak perusahaan langusng di host country dan tetap memeiliki perusahaan pusat di negara asalnya. Sejak memasuki abad ke-21, peran MNC yang ideal merupakan peran MNC dalam persepktif liberal dimana MNC merupakan aktor yang bebas dari pengaruh pemerintah. Hal ini menjadi perbedaan antara MNC dari perspektif liberal dengan yang terjadi dengan MNC dari emerging market di negara-negara berkembang seperti BRICS. Perbedaanya adalah perkembangan MNC dari negara latecomers tidak dapat terlepas dari peranan pemerintah negara asalnya. Mohtar Mas‟oed juga menyatakan bahwa salah satu ciri dari MNC dari negara latecomers yaitu adanya hubungan yang erat dengan pemerintah negara asalnya (home country) dan memiliki latar belakang institusional dan politik dari home country yang jauh berbeda dengan negara-negara TRIAD.20 Sehingga menurut Howard martin, emerging market akan terus menjadi motor penggerak pada pertumbuhan ekonomi global, menjadi kekuatan baru yang berpengaruh besar terhadap kompetisi dalam pasar global karena memiliki jumlah penduduk yang besar dengan tingkat kemakmuran yang terus meningkat akan mendorong peningkatan konsumsi dan urbanisasi sehingga akan terjadi persaingan baru.21 Dapat dilihat langsung dari proses awal perkembangan HCL Technologies sebagai perusahaan TI asal India yang mana dalam proses ekspansi ke pasar global sangat didukung oleh kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah India. Dengan perubahan arah kebijakan pemerintah India tersebut menyebabkan terbukanya pasar India bagi dunia internasional. Pasar India terbuka bagi dunia internasional tentu akan ada banyak investor yang berdatangan ke India karena negara ini memiliki banyaknya tenaga kerja yang murah, aturan yang mudah untuk investasi dan berbagai kebijakan liberalisasi lainnya sehingga perusahaan19
Multinational Corporation, “Enscyclopedia Britannica”, . diakses 15 Februaru 2015 20 Mochtar Mas‟oed,dkk, Kebangkitan PMN dari Selatan; Konteks Historik dan Struktural Global (ed). Adidaya Ekonomi Dari Selatan; Kemunculan dan Transformasi perusahaan Multinational Negara Sedang Berkembang. Institute of International Studies-UGM, Yogyakarta, 2013, pp. 40-41 21 Howard Martin, Six Global Trends Shaping The Business World-Emerging Markets Increase Their Global Power, 2012, < http://www.ey.com/GL/en/Issues/Business-enviroment/>, diakses. 22 April 2015
11
perusahaan lokal India dapat bersama-sama dengan MNC asing melakukan kerjasama dan berkembang bersama. Untuk bidang TI pemerintah India juga memberikan kemudahan bagi MNC asing masuk dan juga untuk perusahaan TI lokal untuk berinvestasi di India. Dengan semakin meningkatnya jumlah EMNCs dari negara berkembang dalam persaingan perdagangan global. Michael J. Carbaugh menjelaskan beberapa karakteristik dari MNC. Pertama, MNC disebutkan sebagai suatu perusahaan bisnis yang beroperasi di dua atau lebih host country dimana kantor pusat dari MNC tersebut tetap berada di home country atau negara asal dari MNC tersebut. kedua, MNC disebutkan seringkali melakukan kegiatan research and development di host country. Ketiga, sifat kegiatan operasionalnya melintasi batas negara. keempat, adanya pemindahan modal yang ditandai dengan arus investasi (FDI) dari daerah yang sedikit memberikan keuntungan kepada MNC ke daeran atau negara yang dianggap mampu memberikan kontribusi positif atas keberdaan MNC.22 Theodore juga mengemukakan alasan perusahaan menjadi MNC setidaknya harus memiliki kontrol terhadap akses setidaknya di dua negara atau lebih. Perusahaan yang menjadi MNC juga harus memiliki minimal satu proyek FDI serta memiliki tingkat manajemen atau kontrol. Sebuah perusahaan yang ingin melakukan FDI di host country dapat melalui dua cara, yaitu dengan membangun fasilitas berupa gedung dan asset perusahaan (greenfield investment) di host country dan membeli saham pada perusahaan yang telah ada serta juga berpartisipasi dalam pengoperasiannya (merger dan acquisitions). Namun, MNC juga dapat masuk ke suatu negara yang akan menjadi host country dengan membentuk join venture dengan perusahaan lokal di negara tersebut. Adapun perbedaan yang dimiliki oleh MNC dalam beroperasi, diantaranya adalah integrasi secara horizontal integration dan vertical integration. Dimana horizontal integration, MNC memperluas daerah pengoperasiannya dengan menghasilkan produk yang sama atau produk yang sejenis dengan cabang perusahaan diluar negeri. Perusahaan yang menggunakan horizontal integration 22
Aknolt Kristian Pakpahan, Multinational Corporation Dalam Perekonomian Global, Jurnal Ilmu Hubungan Internasional, vol 1. September, 2005, p. 235
12
adalah untuk mempertahankan atau meningkatkan pasar mereka. Selain itu suatu perusahaan dapat bergabung dalam horizontal integration karena kebijakan luar negeri pemerintah home country. Perusahaan yang menggunakan horizontal integration berusaha untuk mempertahankan atau meningkatkan pasar mereka. Sedangkan, vertical integration adanya perbedaan geografis dengan perusahaan induk dengan hasil dari beberapa cabang atau anak perusahaan sebagai penyuplai untuk cabang perusahaan lainnya. Perusahaan yang menggunakan integarasi ini untuk memperoleh competitive advantage dalam proses produksi. Dengan vertical integration MNC juga dapat memperbesar kontrol terhadap transaksi atau proses yang tidak jelas dengan kepemilikian yang berbeda pada berbagai tahapan dalam proses produksi secara internal. MNC yang menggunakan integarasi ini juga membatasi pengawasan pemerintah pada aktifitas perusahaan. 23 Untuk HCL hingga saat ini telah beroperasi di 31 negara dunia dengan usaha adalah R&D dan engineering, custom aplikasi, aplikasi enterprise, TI infrastruktur manajemen dan BPO yang mana semuanya termasuk dalam industri TI.24 Dalam proses memperluas pasar, HCL technologies juga secara langsung maupun tidak langsung mendapat kemudahan dari aturan serta kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah India. HCL Technologies dan EMNCs dari latecomers lainnya tampaknya mulai mempengaruhi industri dan pasar dunia sehingga dapat menjadi ancaman bagi MNC dari negara maju yang sejak pasca perang dunia II menguasai pasar internasional.25 Menurut Mark Foster, EMNCs dari negara latecomers sekarang memiliki 70 perusahaan yang masuk dalam 500 perusahaan terbesar di dunia berdasarkan Fortune Global. Ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan ini hingga menjadi MNC di dorong oleh keinginan untuk mencari aset dan kesempatan untuk mendapatkan pasar baru, melakukan efisiensi, inovasi, sumber imput, dan dalam beberapa hal adanya prestise nasional dan kemijakan pemerintah. Selain itu munculnya MNC bertepatan dengan adanya pasokan modal yang murah serta 23
Theodore H. Cohn, Global Political Economy; Theori and Practice, United States of America, Pearson, 2010, pp. 251-253 24 HCL Technologies, About HCL Technologies, 2015, , diakses pada 20 Maret 2015 25 Raveendra Chittoor, M. B. Sarkar, Sougata Ray dan Preet S. Aulakh, Multinationals: Institutional Changes and Organizational Transformation in the Indian Pharmaceutical Industry, INFORMS, United Kongdom, 2009, < http://www.jstor.org/stable/pdf/25614648.pdf >, diakses 17 April 2015.
13
kebijakan dalam negeri untuk meliberalisasikan investasi serta kemajuan teknologi informasi. Ekspansi ini terjadi bersamaan dengan meningkatnya kekuatan ekonomi dari pasar berkembang.26 Dalam Dunning’s Electic theory juga menjelaskan tentang integrasi dari teori internalization yang merupakan teori yang menjelaskan tentang suatu perusahaan yang ingin mengembangkan perusahaanya hingga ke luar negeri sehingga menjadi perusahaan multinasional. Selain itu, Alan Rugmen (2008) juga menjelaskan bahwa dalam teori internalization terdapat dua unsur utama yang digabungkan dalam two-bytwo matrix untuk menganalisa kegiatan, pelaksanaan dan strategi dari suatu MNC. Pertama, faktor perusahaan yang menentukan daya saing suatu organisasi atau Firm Specific Advantages (FSA). Dalam konsep ini menjelaskan bahwa setiap perusahaan memiliki FSA yang mana dengan memiliki keunggulan ini maka suatu perusahaan akan dapat mengembangkan kapasitas perusahaanya. Keunggulan atau kemampuan khusus dari pemilik suatu organisasi yang dibangun dengan produk atau proses teknologi, pemasaran hingga dengan keahlian distribusi agar dapat sukses diluar dari pasar negara asalnya. Selain itu juga konsep ini
mengharuskan perusahaan
mempunyai FSA yang lebih bernilai dan tidak dapat ditiru oleh perusahaan lainnya (inimitable). FSA bagi EMNCs adalah kemampuan beradaptasi terhadap teknologi yang di impor agar dapat mengembangkan produk yang sesuai dengan kebutuhan dari pelanggan lokal seperti membuat produk dengan harga yang lebih murah dan terjangkau serta memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan perusahaan lainnya. Hal ini dilakukan untuk dapat bertahan dalam persaingan pasar global. Perlunya adaptasi ini sebagai bentuk pertahanan terhadap persaingan dalam negeri, namun penting juga sabagai dasar internasionalisasi ke negara lainnya. FSA dapat diperoleh dengan berjalanya waktu atau juga dapat diperoleh dengan melakukan aliansi strategis, join venture atau bahkan M&A dengan perusahaan lokal di negara yang didatangi. Adapun faktor-faktor untuk menguraikan strategi HCL Technologies untuk bertransformasi menjadi EMNCs dengan memiliki keunggulan atau FSA ada lima. Pertama, Akses sumber daya dan pasar internasional. Kedua, produk yang sesuai dengn emerging 26
Mark Foster, Multi Pilar World 2; The Rise of The Emerging Market Multinational Accenture, 2007, , diakses 21 mei 2015
14
market. Ketiga, keunggulan sebagai EMNCs. Keempat, keunggulan produksi dan operasional dan kelima yaitu intangible assets.27 Selain itu, suatu EMNCs akan berekspansi ke luar negeri untuk meningkatkan Firms Specific Advantages (FSA). Tujuan dari teori internalization ini adalah untuk mencoba menjelaskan Competitive Advantages dari suatu perusahaan yang ingin berekspansi ke luar dan bersaing dalam pasar global.28 Namun, dalam beberapa tulisannya, Ravi Ramamurti juga menjelaskan tentang teori yang sama. Dimana menurut Ramamurti FSA pada umunya lebih berkaitan dengan MNC dari negara maju yang termasuk dalam kepemilikan teknologi, kekuatan brand, proses pemasaran dan memiliki kemampuan menajerial, memiliki aset yang intangible termasuk dalam kemampuan untuk membuat, memproses dan menerapkan pengetahuan secara luas sebagai salah satu bagian dari kompetisi mereka. 29 Kedua, faktor negara yang menunjang perekonomiannya dengan memiliki keunggulan lebih dibandingkan dengan negara lain atau (Country Specific Advantages-CSA). CSA dapat berupa sumber daya alam atau tenaga kerja terkait faktor budaya. CSA juga terdiri dari kuantitas dan kualitas. Pendekatan konsep ini percaya bahwa setiap negara di dunia memiliki keunggulan masing-masing dan berbeda satu sama lainnya yang disesuaikan dengan kondisi dari dalam negerinya. Suatu negara dapat menggunakan CSA yang dimilikinya untuk dijadikan dasar pembuatan kebijakan untuk meningkatkan perekonomian negaranya. Dimana ide utamanya Rugman adalah perusahaan yang beroperasi diluar asal negaranya dapat memiliki pengaruh bukan hanya terhadap FSA-nya melainkan juga memberikan keuntungan bagi negara asalnya (home country) atau CSA-nya.30 Perusahaan lokal yang ingin melakukan ekpansi dapat mengambil keuntungan dari pasar yang dimiliki India sangat besar juga ketersediaan tenaga kerja yang terampil (SDM yang baik). Sebab menurut faktor CSA ini setiap negara memiliki keunggulan masingmasing sehingga menciptakan keistimewaan CSA di negaranya. Dia juga 27
Ravi Ramamurti & Jitendra V. Sing, pp. 404-410 Alan M.Rugman, „Theoretical Aspects od MNEs From Emerging Economy‟,Ravi Ramamurti dan Jitendra Singh (ed), Emerging Multinational from Emerging Markets, Cambridge UK, Cambridge University Press, 2009, pp. 50-52. 29 Ravi Ramamurti & Jitendra V. Sing, Emerging Multinationals in Emerging Markets, Cambridge University Press. United Kingdom, 2009, p. 402. 30 Alan Rugman, pp. 50-52. 28
15
berpendapat bahwa EMNCs dapat berkespansi kelaur negeri sebagian besar merupakan power dari home country perusahaan tersebut dari akses sumber daya Alam hingga Tenaga kerja yang murah.31 Kedua konsep inilah yang dapat menjelaskan tentang strategi internasionalisasi HCL Technologies dalam memasuki global. Serta dalam proses internasionalisasi tersebut, perusahaan HCL Technologies tentu memiliki strategi untuk berinovasi dalam menciptakan produk namun juga tidak dapat mengabaikan bahwa peran pemerintah India untuk mejuga dalam bentuk kemudahan-kemudahan dalam regulasi sehingga HCL Technologies dapat berkembang hingga menjadi perusahaan publik TI terbesar ke dua di Asia dan masuk sepuluh besar dunia. Bebarapa perusahaan lokal India membangun FSA untuk melengkapi CSA mereka dan CSA dari negara asalnya menjadi salah satu faktor penunjang bagi perusahaan lokalnya melakukan ekspansi. Selain itu, kompetisi perusahaan satu dengan perusahaan lainnya dapat mempengaruhi FSA tetapi juga memberikan keuntungan dari home country
atau
country
specific
advantages
(CSAs).
Sehingga,
Rugman
menggabungkan FSA dan CSA menjadi dua matriks yang dapat digunakan untuk menganalisa dan menjelaskan competitive advantages dari internasionalisasi perusahaan.32
1.5 Argumen Utama Berdasarkan latar belakang dan teori yang telah dijelaskan sebelumnya, maka yang menjadi argumen utama dalam penelitian ini ialah pemerintah India sejak awal telah menyadari pentingnya industri teknologi informasi sehingga telah memberikan perhatian khusus untuk meningkatkan sumber daya masyarakat di India yang dimulai dari mendirikan sekolah, universitas atau institut yang khusus dalam bidang TI, manejerial, perbankan, otomotif, dan tenaga medis. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia di India agar dapat bersaing dengan negara-negara maju. Setiap negara termasuk India memiliki keunggulan tersendiri (CSA) dan tentunya berbeda dari negara lainnya. Hal tersebut disesuaikan dengan kepentingan negara 31 32
Ravi Ramamurti & Jitendra V. Sing, pp.402-405. Alan Rugman, pp. 50-52.
16
masing-masing. India memiliki kepentingan untuk mengembangkan industri TI di dalam negerinya, sehingga banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang mendukung industri TI. Selain itu, India juga memiliki sumber daya manusia yang baik dan telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang signifikan dari tahun 1990-an yang membuat India terus menghasilkan perusahaan-perusahaan multinasional hingga dapat bersaing dengan MNC dari negara maju. HCL Technologies yang menjadi 20 perusahaan publik terbesar di dunia dan kedua di Asia. Tentunya dengan kemajuan tersebut selain adanya dukungan pemerintah, faktor penunjang utamanya adalah strategi internal perusahaan untuk berkembang lebih besar lagi. Meskipun telah menjadi perusahaan besar dalam bidang TI, perkembangan HCL Technologies sendiri tentunya tidak terlepas dari hambatan yang bukan hanya dari perusahaan pesaingnya melainkan juga dari para konsumen yang menggunakan jasa perusahaannya. Perusahaan multinasional HCL Technologies yang telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dari awalnya merupakan perusahaan kecil yang bergerak dalam industri hardware namun saat ini telah menjadi perusahaan multinasional yang bergerak dalam industri TI dan layanan TI yang mana saat ini fokus HCL Technologies fokus pada transformasi outsourcing namun juga tidak membatasi industri TI yang ingin ditekuni namun lebih kepada mengikuti permintaan konsumen dan kemajuan teknologi. HCL Technologies juga berusaha menciptakan keunggulan ataupun keunikan (FSA) bagi perusahaanya dengan melakukan kerjasama dan berinovasi pada produk maupun layanan perusahaan mereka. Sehingga dengan FSA yang dimiliki oleh HCL Technologies beserta keunggulan spesifik (CSA) yang dimiliki oleh India sehingga membantu HCL Technologies untuk bertransformasi menjadi salah satu EMNCs dalam industri TI terbaik di dunia.
1.6 Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metodelogi kualitatif. Data yang digukanakan adalah data yang dipeoleh dari data sekunder dan teknik pengumpulan data melalui telaah pustaka (library research) disertai dengan melihat pada perkembangan aktifitas implementasi yang berjalan dan sehubungan dengan
17
permasalahan yang penulis bahas. Data-data ini dikumpulkan dari berbagai macam sumber berupa buku-buku, jurnal ilmiah, surat kabar, situs informasi resmi pemerintah, situs informasi jaringan independen, dan internet untuk mengambil rujukan terkait dengan tema strategi EMNCs India HCL Technologies dan perkembangan industri TI India yang disertai bentuk-bentuk kebijakan pemerintah India. Data-data yang dikumpulkan akan dianalisa melalui pendekatan kualitatif kemudian diseseuaikan dengan konsep-konsep yang dipakai dalam studi Hubungan Internasional, sehingga bisa menjawab pertanyaan penelitian dan menarik kesimpulan hasil penelitian. Penelitian kepustakaan dilakukan dalam beberapa tempat yang diperkirakan memiliki literature yang dapat mendukung penelitian ini, yaitu; 1. Perpustakaan Pusat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 2. Perpustakan Fakultas ISIPOL Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 3. Perpustakaan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta 4. Perpustakaan Centre for Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta
1.7 Jangkauan Penelitian Jangkauan dari penelitian dengan topik “Peran Pemerintah India dalam Transformasi HCL Technologies menjadi EMNCs”. Dimana HCL merupakan perusahaan lokal India yang bergerak dalam industri TI yang telah mengalami transformasi menjadi EMNCs hingga dapat bersaing bahkan melebihi pesaingnya yang merupakan MNCs dari negara TRIAD yang juga bergerak dalam indsutri TI dalam dunia internasioanl. Dalam proses transformasi HCL Technologies hingga dapat menjadi EMNCs tentu tidak terlepas dari dukungan India sebagai home country HCL Technologies. Sehingga dengan adanya dukungan dari Pemerintah
18
India dan strategi perusahaan HCL Technologies sehingga perusahaan asal India ini dapat menjadi EMNCs TI yang diakui dalam pasar internasional.
1.8 Sistematika Penulisan
Pada bab I membahas mengenai latar belakang dan alasan dari ketertarian penulis untuk membahas topik tentang MNC dari negara berkembang khususnya India dengan studi kasus HCL Technologies dalam melakukan ekpsansi ke negara-negara dunia.
Bab II akan menjelaskan mengenai proses awal pembentukan HCL Technologies serta kebijakan pemerintah India untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga dapat melahirkan perusahaan-perusahaan yang dapat bersaing dalam perdagangan internasional dan khususnya MNC dalam bidang informasi teknologi (TI).
Bab III akan menguaraikan tentang strategi transformasi HCL Technologies menjadi EMNCs dengan menggunakan pendekatan konsep FSA .
Kemudian Bab IV membahas lebih kepada peran pemerintah India dalam mendorong transformasi dari HCL Technologies itu sendiri dengan menggunkan pendekatan konsep CSA.
Bab V, akan berisi kesimpulan dan saran dari peneliti sesuai dengan permasalahan yang diangkat.
19