BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000 km dan gugusan pulau sebanyak 17.508. Indonesia memiliki potensi ikan yang diperkirakan terdapat sebanyak 6,26 juta ton per tahun dan dapat dikelola secara lestari dengan rincian sebanyak 4,4 juta ton yang tertangkap di perairan Indonesia dan 1,86 juta ton dapat diperoleh dari perairan ZEE ( DKP Banten, 2006). Potensi sumberdaya perikanan melimpah dan sangat bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang ada disekitarnya apabila dikelola dengan memperhatihakan aspek keseimbangan lingkungan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia masih didominasi oleh perikanan rakyat dengan menggunakan alat tangkap yang termasuk kategori sederhana, tidak memerlukan biaya tinggi dan terutama untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Salah satu daerah yang perikanan lautnya didominasi oleh nelayan tradisional adalah Provinsi Banten ( Saputra, 2002). Wilayah Banten terletak di antara 5º7'50"-7º1'11" Lintang Selatan dan 105º1'11"-106º7'12" Bujur Timur. Banten mempunyai 78 pulau-pulau (termasuk Kepulaun Seribu di Kabupaten Tangerang), diperkirakan 1/3 bagian wilayahnya terdiri dari lautan dengan luas perairan Propinsi Banten sekitar 11.134,224 km2 dengan panjang pantai sekitar 501 km (Dinas Perikanan dan kelautan Kabupaten Tangerang, 2012). Potensi perikanan tangkap yang dihasilkan dari perairan laut yang luas ini sangatlah besar. Produksi perikanan tangkap di provinsi Banten dari tahun 2006 hingga 2010 berkisar antara 58.324 ton sampai 62.324 ton per tahunnya. Komoditi- komoditi perikanan tangkap di Banten terdiri dari ikanikan, udang, cumi- cumi, sotong dan kerang- kerangan. Ikan merupakan komoditi perikanan tangkap dengan produksi terbesar ( KKP, 2012).
1
2
Salah satu daerah di Banten yang memiliki potensi perikanan besar yaitu Kabupaten Tangerang. Potensi perikanan di Kabupaten Tangerang cukup beragam mulai dari darat dan pesisir laut. Khusus laut dapat dikembangkan budidaya penangkapan di perairan Laut Jawa ( Teluk Jakarta dan Teluk Banten ), Selat Sunda dan Sumatera bagian selatan. Keadaan topografi Kabupaten Tangerang berdasarkan topogarafi Jawa bagian barat termasuk ke dalam Zone I yaitu, daerah pantai di bagian utara dan daerah dataran rendah di bagian selatan. Dengan ketinggian rata-rata 0 – 10 meter di atas permukaan laut, keadaan ini baik untuk kegiatan budidaya maupun penangkapan. Dengan pemanfaatan potensi tersebut secara optimal diharapkan dapat mendorong pembangunan perikanan dan kelautan secara berkesinambungan dan akhirnya dapat mewujudkan peningkatkan kesejahteraan baik nelayan maupun petani ikan di wilayah Kabupaten Tangerang (Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tangerang Tahun 2008). Salah satu desa di Kabupaten Tangerang yang memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup besar yaitu Desa Tanjung Pasir yang berada di kabupaten Tangerang, Banten. Desa Tanjung Pasir sebagian besar masyarakatnya berprofesi sebagai nelayan tradisioanal, dan menangkap ikan sebagai sumber pendapatan sehari-hari. Hasil yang didapatkan juga sebagian besar dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alat tangkap yang digunakan sangat sederhana dan jenisnya beraneka ragam, seperti jaring insang, perangkap, sero, jaring lingkar, bubu, bagan dan pancing. Nelayan di Desa Tanjung Pasir mayoritas menggunakan alat pancing jenis pancing ulur (hand line), karena alat tangkap ini memiliki beberapa kelebihan, diantaranya murah dan mudah dalam pembuatannya, tidak memerlukan keahlian dan teknologi khusus dalam pengoperasiannya, dan juga bisa digunakan di seluruh perairan dan ramah lingkungan. Ikan- ikan hasil tangkapan yang biasa didapatkan dengan menggunakan pancing ulur antara lain ikan kembung (Rastrelliger sp.), ikan layang (Decapterus sp.), ikan kuwe ( Caranx sexfaciatus ), ikan tembang (Sardinella fimbriata), ikan selar (Selaroides leptolepis), ikan tenggiri (Scomberomerus sp.), ikan kuniran (Upeneus sulphureus), dan ikan barakuda (Sphyraena genie) (Saputra, 2002).
3
Usaha penangkapan dengan pancing ulur adalah suatu bentuk usaha masyarakat nelayan yang bersifat tradisional dengan peralatan yang serba sederhana dan ramah lingkungan Wagiu (2009) dalam Saputra (2002). Nelayan pancing ulur desa Tanjung Pasir biasa menggunakan perahu motor tempel atau tanpa menggunakan motor tempel. Kesenjangan teknologi ini menyebabkan perbedaan dari hasil tangkapan dan kesejahteraan. Nelayan yang menggunakan motor tempel menghasilkan lebih banyak hasil tangkapan dari pada yang tanpa menggunakan motor tempel, karena dengan menggunakan motor tempel aksesibilitas penangkapan bisa lebih jauh yang kemungkinan akan memperoleh hasil tangkapan yang lebih banyak dan memberikan pendapatan yang lebih besar dan tingkat kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan penangkapan dekat pantai ( Sujarno, 2008). Berdasarkan hal tersebut perlu dikaji bagaimana pengaruh kesenjangan teknologi terhadap pendapatan dan kesejahteraan nelayan.
1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh perbedaan jenis armada yang digunakan terhadap pendapatan dan kesejahteraan nelayan pancing ulur di Desa Tanjung pasir serta bagaimana arah pengembangan yang sebaiknya dilakukan agar pendapatan dan kesejahteraan nelayan pancing ulur lebih meningkat.
1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu antara lain : 1.
Mengukur kinerja usaha penangkapan nelayan pancing ulur
2.
Menganalisis tingkat pendapatan dan kesejahteraan nelayan pancing ulur serta
3.
Merumuskan arah pengembangan usaha tangkap nelayan pancing ulur di Desa Tanjung Pasir.
4
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan sebagai masukkan untuk pemerintah daerah Provinsi Banten dalam pengembangan suatu wilayah guna dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
1.5 Kerangka Pemikiran Desa Tanjung Pasir memiliki potensi sumberdaya perikanan yang sangat melimpah khususnya perikanan tangkap. Untuk mamanfaatkan sumberdaya perikanan tersebut, maka nelayan di Tanjung Pasir melakukan penangkapan dengan menggunakan pancing ulur. Penggunaan pancing ulur banyak digunakan di daerah perairan Tanjung Pasir, Banten
(Subani dan Barus, 1989 dalam
Saputra, 2002). Terdapat tiga jenis armada yang digunakan nelayan pancing ulur di Desa Tanjung Pasir untuk kegiatan penangkapan ikan diantaranya kapal motor, perahu dengan mesin tempel dan perahu tanpa mesin. Ketiga jenis armada yang berbeda ini menimbulkan kesenjangan teknologi diantara nelayan pancing ulur. Nelayan pancing ulur dengan kapal motor memiliki teknologi yang paling modern sehingga berpengaruh terhadap aksesibilitas tangkap, dimana aksesibilitas yang tinggi mempunyai lebih banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan dan tentu memberikan pendapatan yang lebih besar dibandingkan armada yang memiliki aksesibilitas rendah ( Masyhuri 1999 dalam Sujarno 2008). Berdasarkan permasalahan diatas perlu dianalisis bagaimana pengaruh kesenjangan teknologi diantara nelayan pancing ulur. Kinerja dari ketiga jenis armada ini dapat dihitung dengan analisis produktivitas sedangkan untuk analisis finansial dapat
menggunakan analisis biaya manfaat, BCR dan Profitabilitas.
Setelah melakukan analisis kinerja dan analisis finansial dari ketiga jenis armada ini, nantinya dapat dianalisis pendapatan nelayan pancing ulur di Desa Tanjung Pasir yang akan terlihat bagaimana besarnya pengaruh kesenjangan teknologi terhadap pendapatan dari nelayan pancing ulur. Pendapatan yang diperoleh nelayan berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan nelayan. Semakin besar
5
pendapatan yang diperoleh maka akan semakin tinggi tingkat kesejahteraan nelayan tersebut. Isu kesejahteraan tersebut merupakan isu pokok yang sedang terjadi di Desa Tanjung Pasir yang harus dicarikan solusinya dimasa yang akan datang, dengan kata lain harus dirumuskan bagaimana arah pengembangan usaha kedepannya agar kesejahteraan nelayan pancig ulur di Desa tanjung Pasir meningkat dan kesejahteraannya merata. Secara garis besar kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.
6
Kesenjangan Teknologi Tangkap
Aksesibilitas
Hasil Tangkapan, Pendapatan dan Kesejahteraan
Analisis Kinerja
Produktivitas
BCR
Profitabilitas
Analisis Pendapatan
Tingkat Kesejahteraan
Arah Pengembangan Usaha Kesejahteraan Nelayan
Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran