BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hidup berbudaya dan berkomunikasi. Salah satu cara manusia untuk berkomunikasi yaitu melalui sastra. Sastra merupakan salah satu unsur dari kebudayaan karena merupakan pendukung dari berkembangnya
kebudayaan
itu
sendiri.
Sastra
merupakan
perwujudan
kebudayaan dalam sebuah kata-kata. Teeuw dalam Ratna (2005: 24), mengatakan “kata sastra berasal dari bahasa Sansekerta yang berasal dari kata “sas” yang berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk dan instruksi; dan kata “tra” yang berarti alat atau sarana. Kata sastra dikombinasikan dengan kata “su” yang berarti baik. Jadi secara leksikal susastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik.” Kamil (2009: 3), mengatakan “dalam bahasa Arab, sastra disebut ﺍﻻﺩﺏ/ al-adabu. Bentuk jamak (plural)-nya adalah Adâb. Secara leksikal, kata adab selain berarti sastra, juga etika (sopan santun), tata cara filologi, kemanusiaan, kultur, dan ilmu humaniora”. Siswanto (2008: 67), mengatakan “sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa. Sastra adalah kekayaan rohani yang memperkaya rohani”. Muzakki (2011:17), mengatakan “ilmu sastra adalah ilmu yang memiliki keterkaitan dan hubungan langsung dengan kajian sastra”. Semi (1989: 9), mengatakan studi sastra terbagi atas tiga yaitu, teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra. Teori sastra menyangkut bidang yang membicarakan maslash definisi sastra, hakekat sastra teori penelitian sastra, jenis sastra, teori gaya penulisan, dan teori penikmatan sastra. Sejarah sastra merupakan studi sastra yang berhubungan dengan penyusunan sejarah sastra seperti masalah periodisasi dan perkembangan sastra. Kritik sastra merupakan bidang studi sastra yang berhubungan dengan pertimbangan karya sastra, mengenai bernilai atau tidaknya sebuah karya sastra. xx Universitas Sumatera Utara
Atmazaki dalam (Muzakki, 2011: 17) juga mengatakan, ilmu sastra meliputi: teori sastra ( ﺍﻷﺩﺏ
ﻧﻈﺮﻳﺔ/
naẓriyatu al-adabi), sejarah sastra (
ﺗﺎﺭﻳﺦ
ﺍﻷﺩﺏ/ tārikh al-adabi), dan kritik sastra ( ﻧﻘﺪ ﺍﻷﺩﺏ/ naqdul adabi). Muzzaki (2011: 18), mengatakan teori sastra tidak dapat dilepaskan dari sejarah sastra dan kritik sastra, dan sejarah sastra tidak dapat dipisahkan dari teori dan kritik sastra, begitu juga dengan kritik sastra, ia memerlukan teori dan sejarah sastra. Dengan kata lain ketiga bidang ilmu sastra tersebut saling berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi. Wellek dalam (Pradopo, 2002: 29), mengatakan kata “kritik” (criticism) sangat luas dipergunakan dalam bermacam-macam hubungan, seperti politik, masyarakat, sejarah musik, seni, dan filsafat. Karena itu dalam pembicaraan sastra harus dibatasi pada kritik sastra. Kritik sastra merupakan bidang studi sastra yang berhubungan dengan pertimbangan karya sastra (Semi, 1989: 9). Kritik sastra feminis merupakan salah satu ragam kritik sastra yang memanfaatkan kerangka teori feminisme dalam menginterprestasikan dan memberikan evaluasi kepada karya sastra. Menurut Djajanegara (2003:27) kemunculan kritik sastra feminis berawal dari hasrat pertama yang mendorong munculnya gerakan feminisme dalam sastra adalah adanya kesadaran dari kaum perempuan bahwa dalam sastra pun perempuan masih tampak sebagai pihak yang tersubordinasi. Sedangkan menurut Sugihastuti (2005:29), kritik sastra feminis yang mempunyai definisi sebagai kajian sastra yang mengarahkan pada fokus analisis perempuan muncul dari adanya kenyataan bahwa di dalam karya sastra terdapat permasalahan gender. Dalam kaitan ini perlu diketahui makna dari karya sastra, menurut Sugihastuti (2007: 81), karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasannya. Salah satu bentuk karya
xxi Universitas Sumatera Utara
sastra yang banyak digemari oleh pembaca adalah novel. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan novel di Indonesia sekarang cukup pesat. Menurut Kamil (2009: 41), yang dimaksud dengan novel (riwayah) adalah cerita berbentuk prosa dalam ukuran yang luas, dalam arti plot (alur) dan temanya kompleks, karakternya banyak, suasana dan setting ceritanya beragam. Di dalam sebuah novel juga tidak terlepas dari tokoh yang merupakan pelaku didalam suatu cerita di dalamnya. Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165) Novel mempunyai juga bermacam tema dan isi, antara lain tentang problem-problem sosial yang pada umumnya terjadi pada masyarakat, termasuk yang berhubungan dengan perempuan. Di dalam kehidupan sehari-hari perempuan adalah salah satu topik yang sering diperbincangkan. Penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dengan menganalisis citra tokoh perempuan dengan pendekatan kritik sastra feminis, karena banyak dalam
anggapan
masyarakat,
perempuan
adalah
makhluk
yang
lemah
dibandingkan para laki-laki dan kebanyakan perempuan hanya mengurus pekerjaan rumah tangga saja dan tidak diperuntukkan lingkungan publilk yang banyak diceritkan dalam bentuk novel tentang perempuan serta pemikiranpemikiran perempuan bahwa perempuan berhak memiliki kebebasan yang sama dengan laki-laki. Juga memunculkan bagaimana citra perempuan dalam suatu novel. Melalui analisis citra tokoh perempuan dengan pendekatan kritik sastra feminis penulis mencoba menilai baik buruknya sebuah karya sastra. Maka dari itu penulis tertarik untuk menganalisis citra perempuan dalam novel
ﻁﺒﻴﺒﺔ/Muẕakkarat Ṭabībah/ ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’
ﻣﺬﻛﺮﺍﺕ
Karya Nawâl
as-Sa’dâwī (Kritik Sastra Feminis) dengan memakai teori kritik sastra feminis
xxii Universitas Sumatera Utara
Soenarti Djajanegara dalam bukunya “Kritik Sastra Feminis : Sebuah Pengantar” dan teori citra menurut Sugihastuti dalam bukunya “Wanita di Mata Wanita”. Di samping itu, sepanjang yang penulis ketahui kajian tentang analisis citra perempuan dengan pendektan kritik sastra feminis belum pernah dilakukan di Program Studi Bahasa Arab Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Adapun novel yang akan diteliti adalah novel yang berjudul :
ﻣﺬﻛﺮﺍﺕ
ﻁﺒﻴﺒﺔ/Muẕakkarat Ṭabībah karya Nawāl as-Sa’dāwī yang diterbitkan pada tahun 1985 di Kairo dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Kustiniyati Mochtar dengan judul “Memoar Seorang Dokter Perempuan”. Memoar merupakan sebuah karya sastra non-fiksi yaitu karya yang menceritakan tentang subjek atau satu titik tertentu dalam kehidupan seseorang. Novel ini mengisahkan tentang sosok “Aku” yang terlahir sebagai seorang perempuan Mesir. Sejak kecil “Aku” mendapat perlakuan yang berbeda dari saudara laki-lakinya, baik dalam makan, bermain, melakukan pekerjaan, berpakaian, ataupun dalam bertingkah laku. Ia merasa tidak bebas sebagaimana saudara laki-lakinya. Dalam hal berpakaian misalnya, ibunya akan marah bila melihat baju yang dikenakannya tersingkap ke atas paha. Hal ini yang demikian tidak dapat diterima oleh “Aku” sehingga hal itu menimbulkan tekanan dalam dirinya karena keberadaannya sebagai perempuan. Ketika dewasa “Aku” memilih untuk belajar di fakultas kedokteran agar ingin dipandang sejajar dengan laki-laki. Dan “Aku” sangat menyukai dunia ilmu pengetahuan, dikarenakan ilmu pengetahuan tidak tegas dan tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini yang membawa “Aku” menjadi seorang dokter yang kaya dan sukses dan merasa berhasil menunjukkan bahwa “Aku” tidak berbeda dari laki-laki. Tentunya hal ini sangat menarik karena latar yang diambil adalah Mesir pada tahun 1940-1960 dan dapat dilihat pada saat itu latar belakang politik dan sosialnya yang masih konservatif dan menjadikannya sebuah fenomena baru dalam isu kesetaraan gender.
xxiii Universitas Sumatera Utara
Hal inilah yang menarik peneliti untuk mengkaji tentang citra perempuan dalam novel ini. Perlu diketahui sebelumnya menurut KBBI (2002:206) citra adalah kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh suatu kata, frasa atau kalimat, dan merupakan unsur yang khas dalam karya prosa dan puisi. Keadaan “Aku” sebagai perempuan yang tidak dapat diterima yang membawanya untuk menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan memilki kemampuan yang sama. Novel ini merupakan novel karangan seorang perempuan yang di dalam ceritanya mampu menyampaikan keinginan kaum perempuan dan cerita yang memihak pada kaum perempuan. Hal ini ditunjukkan oleh sosok “Aku” yang mampu menunjukkan kesamaan haknya dengan kaum laki-laki. Novel ini diduga memuat ide-ide feminis sehingga menarik untuk diteliti dengan menggunakan teori kritik sastra feminis.
1.2 Batasan Masalah
Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari pembahasan yang dikehendaki maka penulis membuat batasan masalah yaitu bagaimana citra perempuan dari aspek fisis dan psikis, dan aspek sosial dalam novel
ﻣﺬﻛﺮﺍﺕ
ﻁﺒﻴﺒﺔ/muẕakkarat ṭabībah / ‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’Karya Nawāl as-Sa’dāwī?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana citra perempuan dari aspek fisik dan psikis, aspek sosial dalam
ﻣﺬﻛﺮﺍﺕ ﻁﺒﻴﺒﺔ
/muẕakkarat
ṭabībah/‘Memoar
Seorang
Dokter
Perempuan’Karya Nawāl as-Sa’dāwī.
xxiv Universitas Sumatera Utara
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menambah wawasan tentang ilmu sastra khususnya tentang kajian sastra feminisme di Program Studi Bahasa arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. 2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran pada mahasiswa agar lebih banyak memahami mengenai novel
ﻣﺬﻛﺮﺍﺕ ﻁﺒﻴﺒﺔ
/muẕakkarat ṭabībah/‘Memoar
Seorang Dokter Perempuan’Karya Nawāl as-Sa’dāwī khususnya tentang citra perempuan yang terdapat di dalamnya.
1.5 Metode Penelitian Adapun penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan menggunakan analisis Deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menganalisis dan mengkalsifikasikan, dam mendeskripsikan data dalam fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya untuk kemudian di analisis. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data printer sebuah novel yang berjudul
ﻣﺬﻛﺮﺍﺕ ﻁﺒﻴﺒﺔ
/muẕakkarat ṭabībah/ `Memoar Seorang
Dokter Perempuan` karya Nawâl as-Sa’dâwī. Sebagai data pendukung penulis juga menyertakan terjemahan novel tersebut yang berjudul “Memoar Seorang Dokter Perempuan” yang diterjemahkan oleh Kustiniyati Mochtar yang berjumlah enam bab dan 110 halaman. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini adalah
xxv Universitas Sumatera Utara
literatur-literatur yang berhubungan dengan judul penelitian yang akan diteliti oleh penulis. Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan oleh penulis adalah berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.
Adapun tahapan metode penelitian ini adalah: 1. Membaca dan memahami novel ﻁﺒﻴﺒﺔﻣﺬﻛﺮﺍﺕ/muẕakkarat ṭabībah/‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī . 2. Membaca literatur yang dianggap berhubungan dengan analisis citra perempuan dalam novel
ﻁﺒﻴﺒﺔﻣﺬﻛﺮﺍﺕ
/muẕakkarat ṭabībah/‘Memoar Seorang Dokter
Perempuan’ Karya Nawâl as-Sa’dâwī. 3. Mengidentifikasi
data-data
dalam
novel
ṭabībah/‘Memoar Seorang Dokter Perempuan’
ﻣﺬﻛﺮﺍﺕ ﻁﺒﻴﺒﺔ
/muẕakkarat
Karya Nawâl as-Sa’dâwī
berdasarkan teori kritik sastra feminis. 4. Menguraikan data-data yang telah dapat dikaitkan serta menyusun secara sistematis. 5. Mendeskripsikan data-data dan hasil laporan awal lalu menyusunnya kembali secara sistematis dalam bentuk laporan akhir yaitu skripsi.
xxvi Universitas Sumatera Utara