BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Keberhasilan pengembangan suatu kota umumnya ditandai dengan pembangunan fisik yang saling terintegrasi dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengembangan kota tidak akan berhasil tanpa masyarakat sebagai aktor yang berperan aktif dalam pembangunan kota. Namun, dalam perkembangannya terdapat berbagai faktor lain seperti urbanisasi yang kian meningkat akibat daya tarik kota yang mampu memenuhi kebutuhan manusia sehingga menjadikan kota semakin padat. Selain itu, dampak globalisasi yang kian berkembang juga menjadikan masyarakat semakin mencari hal yang lebih
efisien
untuk
memenuhi
kebutuhannya.
Akibatnya,
muncul
permasalahan kota seperti meluapnya kapasitas (daya tampung) maksimum kota. Peluapan kemampuan menampung dari sebuah kota ini menjadikan lahan-lahan terbuka di kota semakin berkurang dan berdampak pada permasalahan lain seperti banjir. Tidak hanya itu, perkembangan globalisasi juga menuntut sektor ekonomi untuk memberikan inovasi baru pada produknya sehingga mempunyai daya jual yang tinggi dan dapat sustain di kancah global. Keterbatasan lahan untuk pengembangan kota menuntut masyarakat sebagai aktor di dalam kota tersebut untuk kreatif dalam mengembangkan kotanya. Selain itu, sektor ekonomi dituntut untuk mengembangkan bisnisnya dengan basis kebudayaan agar tetap sustain dan tidak tergusur dengan cara melakukan terobosan melalui inovasi. Melalui kreativitas maka muncul inovasi-inovasi baru dalam mengembangkan kota. Pengembangan kota dengan kreativitas ini umumnya disebut dengan konsep Kota Kreatif (Creative City). Kota kreatif merupakan kota yang mampu menciptakan lingkungan yang atraktif dan inspiratif sehingga orang-orang yang hidup di dalamnya dapat lebih ekspresif dan kreatif. Parameter utama dalam kota kreatif adalah pengembangan potensi ekonomi kreatif yang mengedepankan
1
peran partisipasi masyarakat dan penentu kebijakan publik serta tata kelola lingkungan yang baik. Dalam penelitian ini, Kota Kreatif yang dimaksud ialah Kota Kreatif yang didefinisikan oleh Badan Internasional UNESCO. UNESCO Creative Cities Network mendorong kerjasama internasional kota-kota di dunia untuk berkomitmen
dalam
menginvestasikan
kreativitas
sebagai
modal
pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, inklusi sosial dan menjaga kebudayaan. UNESCO membagi secara lebih rinci kota kreatif kedalam tujuh kategori yaitu Kota Musik, Kota Media Seni, Kota Perfilman, Kota Kuliner, Kota Sastra, Kota Desain dan Kota Kerajinan dan Seni Rakyat. Kota Kreatif yang dikaji dalam penelitian ini adalah Kota Kreatif Kategori Desain. Pada pembangunan kesejahteraan yang berkelanjutan, kota perlu menjadi lebih cerdas dan desain memiliki peran penting dalam perkembangan inovasi teknologi. Perlu adanya pendekatan yang komprehensif untuk merancang teknologi pintar untuk mengatasi isu-isu perkotaan, seperti solusi yang berfokus pada user-led design untuk masalah perkotaan. Menurut UNESCO, beberapa kota di dunia yang telah berhasil menerapkan konsep Kota Kreatif Desain antara lain Kota Berlin di Jerman, Buenos Aires di Argentina, Dundee di Inggris, Kobe di Jepang, Graz di Austria, Kota Singapura, Shenzen di Cina, Turin di Italia, dan Helsinki di Finlandia. Dalam penelitian ini, diambil 2 kota, yaitu 1 kota di Asia dan 1 kota di Eropa yang akan dibahas dan dijadikan sebagai best practice. Kedua kota tersebut yaitu Kota Helsinki (Finlandia), dan Kota Singapura. Penentuan kedua kota ini didasarkan pada perwujudan kota kreatif desain berdasarkan karakteristik negaranya dan kemudahan dalam memperoleh kebutuhan data. Karakteristik Kota Helsinki dan Kota Singapura sangat berbeda apabila dilihat dari segi fisiknya. Kota Helsinki mempunyai karakteristik desain bergaya Art Neveu dan neo klasik romantik yang telah dimiliki sejak abad ke 18 sehingga memiliki modal heritage sebagai kota kreatif desain UNESCO. Di sisi lain, Kota Singapura tidak memiliki modal heritage, tetapi atas usaha dan kerja keras dari pemerintah dan masyarakatnya mampu mendapatkan
2
predikat sebagai kota kreatif desain UNESCO. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui proses tahapan dan strategi dari pemerintah untuk menjadikan kotanya sebagai kota kreatif desain UNSECO serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Kota Helsinki dan Kota Singapura menuju kota kreatif desain UNESCO. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu content analysis, sehingga kelengkapan data menjadi hal yang penting dalam menentukan keberhasilan dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis tabulasi dalam kajian lintas kasus. Dalam proses pengerjaannya, penulis juga menggunakan teknik deret waktu dan analisis hubungan untuk mengetahui keterkaitan antar pembangunan ditiap tahunnya. Lewat teknik ini maka dapat dilihat persamaan dan perbedaan penerapan konsep kota kreatif pada kedua kota. Penentuan kedua kota ini juga didasarkan pada kemajuan dan kemandirian kota dalam memenuhi kebutuhan tanpa memperoleh bantuan dari PBB selaku lembaga dunia, sehingga dapat mengembangkan negaranya dan menjadikannya unggul dalam bidang desain. Penelitian ini penting dilakukan untuk melihat bagaimana konsep kota kreatif desain dan strategi pemerintah dalam mendukung pengembangan kota serta faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya konsep kota kreatif desain. Harapannya, konsep dari kota-kota tersebut dapat dijadikan best practice yang kemudian ide penerapannya dapat diadopsi dan diimplementasikan di Indonesia.
1.2
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang : 1.
Bagaimana tahapan perkembangan Kota Helsinki (Finlandia) dan Kota Singapura Menuju Kota Kreatif Desain UNESCO?
2.
Bagaimana strategi pemerintah dalam mendukung perkembangan Kota Helsinki (Finlandia) dan Kota Singapura Menuju Kota Kreatif Desain UNESCO?
3
3.
Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi perkembangan Kota Helsinki (Finlandia) dan Kota Singapura Menjadi Kota Kreatif Desain UNESCO?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian Tahapan Perkembangan Kota Helsinki (Finlandia) dan Kota Singapura Menuju Kota Kreatif Desain UNESCO yaitu sebagai berikut: 1.
Mengidentifikasi dan menyandingkan tahapan perkembangan Kota Helsinki (Finlandia) dan Kota Singapura menuju Kota Kreatif Desain UNESCO
2.
Mengidentifikasi dan menyandingkan strategi pemerintah dalam mendukung perkembangan Kota Helsinki (Finlandia) dan Kota Singapura menuju Kota Kreatif Desain UNESCO
3.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Kota Helsinki (Finlandia) dan Kota Singapura menuju Kota Kreatif Desain UNESCO
4.
Mengambil pelajaran konsep kota kreatif desain dari kedua kota untuk diterapkan di Indonesia
1.4
Manfaat Penelitian Dengan adanya penelitian Tahapan Perkembangan Kota Helsinki (Finlandia) dan Kota Singapura menuju Kota Kreatif Desain UNESCO, akan di dapatkan manfaat secara teoritis maupun secara praksis antara lain: a.
Manfaat Teoritis Memberikan ilmu pengetahuan bagi Studi Perencanaan Wilayah dan Kota mengenai tahapan perkembangan menuju kota kreatif desain, kebijakan pemerintah yang dapat mendukung dan faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya konsep kota kreatif desain di kota Helsinki dan kota Singapura.
4
b.
Manfaat Praksis Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi best practice untuk kepentingan penelitian terkait kota kreatif khususnya untuk bidang kota kreatif desain baik kota yang mempunyai modal kebudayaan maupun yang tidak. Selain itu dapat menjadi referensi untuk pengembangan kota kreatif desain untuk kota-kota di Indonesia.
1.5
Batasan Penelitian Batasan analisis akan difokuskan pada definisi kota kreatif desain yang menjadi kerangka penelitian yang merupakan keragaman dari 2 kota tersebut. Paparan batasan definisi yang dimaksud akan dijelaskan pada bab selanjutnya dalam pembahasan mengenai unit analisis sedangkan batasan lingkup ruang amatan penelitian pada pembahasan mengenai konsep kota kreatif desain. Pembahasan terkait tahapan perkembangan konsep kota kreatif desain yang dirinci berdasarkan timeline pembentukan kota serta analisis hubungan antar pembangunan yang dilihat berdasarkan indikator konsep kota kreatif desain.Analisis hubungan antar pembangunan yang dilakukan mengetahui faktor-faktor pendorong perkembangan kota menuju kota kreatif desain yang ada di tiap kota.
1.6
Penelitian Terkait Penelitian menitikberatkan pada tahapan perkembangan Kota Helsinki (Finlandia) dan Kota Singapura menuju Kota Kreatif Desain UNESCO. Kebanyakan penelitian yang sudah ada hanya membahas kota kreatif di satu tempat dan menjelaskan konsep kota kreatif menurut UNESCO. Oleh karena itu peneliti mencoba melihat pembentukan kota kreatif desain yang mempunyai modal heritage yang kuat dengan kota yang mempunyai modal heritage yang lemah Penelitian tentang kota kreatif desain di Indonesia masih jarang dilakukan. Meskipun beberapa jurnal tentang kota kreatif di luar negeri sudah
5
banyak ditemukan namun untuk penelitian terkait kota kreatif desain masih sangat langka. Penelitian mengenai kota kreatif yang pernah dilakukan yakni: Tabel 1.1. Daftar Penelitian Terkait Nama Freska
Tahun 2012
Fitriyana
Judul
Lokasi
Pengembangan
Bandung
Fokus Berfokus pada kekuatan
Bandung Kota
kolaborasi komunitas Bandung
Kreatif Melalui
Creative City Forum (BCCF)
Kekuatan
dan faktor-faktor yang
Kolaboratif
mempengaruhinya
Komunitas Made
2013
Lapangan
Denpasar Berfokus pada salah satu
Bhela
Puputan
prasyarat dalam pengembangan
Sanji
Badung
dan aspek-aspek dalam
Buana
Sebagai Ruang
pemenuhan ruang kreatif
Kreatif Publik
publik.
Bagi Pengembangan Kota Kreatif Denpasar Yuriska
2015
Proses
Pekalong
Berfokus pada syarat-syarat
Hanif
Perwujudan
an
Kota Kreatif menurut
Rahmanti
Kota
UNESCO
Pekalongan Sebagai Kota Kreatif UNESCO Yulianto
2015
Tahapan
Surakarta Berfokus pada upaya Kota
Wahyu
Perwujudan
Surakarta untuk mewujudkan
Saputro
Kota Surakarta
Kota Kreatif Desain Bersambung.....
6
Lanjutan Tabel 1.1.
Sebagai Kota Kreatif Desain Sumber : Analisis penulis, 2015
Dalam penelitian “Pengembangan Bandung Kota Kreatif Melalui Kekuatan Kolaboratif Komunitas” dengan lokasi Bandung, Fitriyani (2012), menjelaskan tentang kekuatan kolaborasi komunitas Bandung Creative City Forum (BCCF) dalam pengembangan kota kreatif
Bandung dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kemudian pada penelitian lainnya, Buana (2013) meneliti tentang “Lapangan Puputan Bandung Sebagai Ruang Kreatif Publik Bagi Pengembangan Kota kreatif Denpasar”. Fokus dalam penelitian ini ialah salah satu prasyarat dalam pengembangan dan aspek-aspek dalam pemenuhan ruang kreatif publik. Sedangkan Rahmanti (2015), menjelaskan tentang “Proses Perwujudan Kota Pekalongan Sebagai Kota Kreatif UNESCO” dengan fokus mengenai syarat-syarat Kota Kreatif menurut UNESCO, khususnya art and folk craft dan alasan mengapa Pekalongan dapat masuk dalam jaringan Kota Kreatif UNESCO. Kemudian Yulianto (2015), juga meneliti tentang jaringan kota kreatif UNESCO kategori kota kreatif desain dengan judul “Tahapan Perwujudan Kota Surakarta Sebagai Kota Kreatif Desain”.Penelitian ini berfokus pada upaya Kota Surakarta untuk mewujudkan Kota Kreatif Desain dan faktor-faktor apa saja yang ikut mempengaruhinya. Melihat penelitian yang sudah pernah dilakukan di atas, belum ada penelitian yang mecoba mengkomparasikan konsep kota kreatif desain Helsinki-Finlandia dan Singapura sehingga keaslian penelitian judul “Tahapan Perkembangan Kota Helsinki (Finlandia) dan Kota Singapura menuju Kota Kreatif Desain UNESCO” dapat dipertanggungjawabkan.
7