BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Investasi merupakan komitmen uang untuk suatu periode waktu dalam rangka untuk memperoleh pembayaran di masa depan yang akan mengkompensasikan investor atas, (1) waktu dari uang yang diinvestasikan, (2) tingkat inflasi yang diharapkan, dan (3) ketidakpastian pembayaran di masa depan (Brown dan Reilly, 2009). Dalam berinvestasi, terdapat dua macam jenis aset, yaitu aset riil dan aset finansial yang dapat digunakan sebagai sarana berinvestasi dalam rangka mencapai tujuan keuangan seseorang. Aset riil adalah aset yang memiliki wujud seperti tanah, rumah, emas, dan logam mulia lainnya. Sedangkan aset finansial merupakan aset yang wujudnya tidak terlihat, tetapi tetap memiliki nilai. Umumnya aset finansial terdapat di dunia perbankan dan di pasar keuangan seperti instrumen pasar uang, obligasi, saham, dan reksadana. Harus selalu diingat oleh seorang investor bahwa selalu terdapat risiko akan kehilangan modal yang telah diinvestasikan dalam melakukan suatu investasi. Jadi mengetahui dengan benar aset-aset yang akan dipilih untuk berinvestasi merupakan kebutuhan bagi investor. Semakin banyak instrumen investasi menyebabkan kebingungan di kalangan investor dalam melakukan investasi atas dana yang mereka miliki, karena masing-masing instrumen memiliki risiko dan imbal hasil (return) yang berbeda-beda. Dalam investasi, berlaku prinsip risk-return trade off, yaitu higher risk maka akan berdampak higher return, dan sebaliknya lower risk maka akan berdampak lower return. Oleh karena itu, seorang investor harus mampu memahami dan mengerti manfaat dari masing-masing jenis investasi agar dapat memperoleh return yang sesuai dengan yang dikehendaki. Dengan berkembangnya zaman, maka perkembangan di bidang keuangan khususnya investasi pun semakin marak, dengan munculnya beragam instrumen
1
investasi baru. Salah satunya dengan munculnya unit link, sebuah kombinasi antara asuransi dengan investasi pada aset finansial yaitu intrumen pasar uang, obligasi, maupun saham. Unit link dikelola oleh manager investasi yang diberikan tanggung jawab oleh perusahaan investasi, baik yang merupakan anak perusahaan maupun yang bekerja sama dengan perusahaan asuransi, untuk mengelola dana dari nasabah dengan mengupayakan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal. Melihat cara kerja tersebut, dapat dikatakan bahwa unit link hampir menyerupai reksadana (tanpa asuransi) yang sudah dikenal luas di masyarakat. Berbicara mengenai unit link tentu tidak terlepas dari asuransi. Sejarah asuransi bermula dari apa yang dikenal sekarang sebagai „Marine Insurance’. Berdasarkan catatan yang ada, praktek „pertanggungan‟ dalam pengangkutan barang melalui laut sudah dikenal sejak 1000 tahun sebelum masehi di kalangan para pedagang dari Phunisia. Semacam „polis‟ asuransi pengangkutan barang melalui laut, pertama kali dikenal pada sekitar abad ke dua belas di Italia Utara. Salah satu polis pengangkutan barang yang pernah terungkap adalah pada tahun 1347 yang terkait pelayaran di Laut Tengah. Pada tahun 1400-an, para saudagar kopi di Inggris juga mempraktekkan „pertanggungan‟ serupa di kedai kopi kota London (Lloyd‟s Coffee House). Mereka melakukan semacam urunan yang sekarang ini identik dengan premi asuransi dan dari hasil pengumpulan urunan tersebut akan dibayarkan kepada saudagar yang komoditasnya mengalami musibah sewaktu diangkut dalam perjalanan melalui laut. Selain para saudagar, yang biasa berkumpul di kedai kopi tersebut adalah orang-orang kaya dan kaum bangsawan. Pada tahun 1583, penduduk kota London terjangkit penyakit menular. Seorang warga kota London bernama William Gybbons yang biasa ikut berkumpul di kedai kopi tersebut, mempertanggungkan jiwanya senilai 400 pound karena khawatir meninggal akibat penyakit tersebut. Untuk itu, ia membayar premi sebesar £32 selama setahun pertanggungan dan premi dibayarkan kepada beberapa pemodal yang menjadi tertanggung. Hal ini mirip seperti sistem perasuransian jiwa secara sederhana sekarang ini. Untuk unit link atau dalam
2
dunia perasuransian jiwa lebih dikenal sebagai polis asuransi jiwa unit linked ini pertama kali dimulai di Inggris tahun 1957 dan berkembang pesat di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Polis unit linked ini mulai aktif dipasarkan di Indonesia sejak 1998. Menurut Institute Financial Planning Indonesia (Team IFPI, 2006) polis asuransi jiwa unit linked atau invesment linked adalah polis asuransi jiwa individu yang memberikan manfaat proteksi asuransi jiwa dan juga kesempatan untuk berpartisipasi secara langsung dalam pengelolaan investasi yang setiap saat nilai polis bervariasi sesuai dengan nilai aset investasinya. Produk asuransi unit link sendiri diciptakan untuk menarik minat masyarakat yang belum insuranced minded untuk ikut berasuransi, karena dana yang terkumpul dari polis akan diinvestasikan dalam bentuk “reksadana”. Menurut Hendrisman Rahim, Ketua Umum Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia dalam konferensi persnya di Ruang Training AAJI di Plaza Tower Jakarta (09/07/12), industri asuransi jiwa terus mencatat hasil positif pada awal tahun 2012. Tabel 1.1 Perbandingan Pendapatan Asuransi Jiwa Q1 2011 dan 2012 Q1 2011
Q1 2012
Total pendapatan perusahaan asuransi Jiwa
Rp 24,1 triliun
Rp 33,1 triliun
Pendapatan premi produksi baru
Rp 14,8 triliun
Rp 16,6 triliun
Premi produksi baru unit link
Rp 9,2 triliun
Rp 7,8 triliun
Pendapatan unit link premi lanjutan
Rp 3,4 triliun
Rp 4,4 triliun
(Sumber : finance.detik.com, diolah) Total pendapatan dari 44 perusahaan asuransi jiwa anggota AAJI pada triwulan pertama 2012 mencapai Rp 33,1 triliun atau tumbuh 37,3% dari posisi triwulan pertama tahun 2011 yang sebesar Rp 24,1 triliun. AAJI juga mencatat bahwa pendapatan premi produksi baru pada triwulan I-2012 mencapai Rp 16,6 triliun atau meningkat sebesar 12,1% jika dibandingkan dengan triwulan I-2011 yang sebesar Rp 14,8 triliun. Dari angka tersebut, sumbangan premi produksi baru unit link memang mencatat penurunan hingga – 15,2% yakni dari posisi Rp 9,2 triliun di triwulan I-2011 menjadi Rp 7,8 triliun di triwulan I-2012. Namun hal tersebut 3
lebih disebabkan oleh penurunan produk unit link premi tunggal, sementara unit link premi reguler masih mengalami pertumbuhan. Sumbangan pendapatan unit link dari premi lanjutan sepanjang Q1/2012 tercatat sebesar Rp 4,4 triliun tumbuh 29,4% jika dibandingkan periode Q1/2011 yang hanya sebesar Rp 3,4 triliun. Dengan data pada Tabel 1.1 dapat disimpulkan bahwa masyarakat Indonesia semakin tertarik dengan instrumen investasi unit link. Atas dasar ketertarikan dalam fenomena tersebut, penelitian ini akan berlangsung dua tahap. Tahap pertama dilakukan untuk menganalisis bagaimana pengaruh dari berbagai faktor terhadap return atau imbal hasil dari suatu nilai aset bersih (NAB) produk unit link berbasis saham PT. Great Eastern Life Indonesia. Sedangkan tahap kedua untuk membandingkan coefficient of variation (CoV) unit link berbasis pasar uang dengan coefficient of variation unit link berbasis obligasi, dan coefficient of variation unit link berbasis obligasi dengan coefficient of variation unit link berbasis saham menggunakan metode uji Mann-Whitney. PT. Great Eastern Life Indonesia dipilih karena potensi yang besar untuk berkembang di Indonesia, terbukti dengan perkembangannya di Singapura dan Malaysia yang merupakan perusahaan nomor satu dalam bidang life insurance. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Antolis dan Dossugi (2008), yang berjudul Pengaruh Fluktuasi IHSG, Inflasi, dan Suku Bunga terhadap Imbal Hasil Unit Link Berbasis Saham, ada pengaruh yang signifikan dari variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap return dari unit link berbasis saham. Mereka melakukan penelitian terhadap enam perusahaan asuransi di Indonesia yakni PT. BNI Life Insurance, PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, PT. Prudential Life Assurance, PT. AXA Life Indonesia, PT. Great Eastern Life Indonesia, dan PT. Sun Life Financial Indonesia. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa IHSG berpengaruh positif terhadap return unit link berbasis saham dari ke enam perusahaan tersebut, sedangkan inflasi yang menggunakan consumer price index berpengaruh negatif pada return unit link berbasis saham dari PT. Sun Life Financial Indonesia saja dan suku bunga yang diwakili BI rate tidak memberikan pengaruh apapun.
4
Dalam skripsi ini, faktor-faktor yang akan diteliti meliputi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tingkat inflasi, dan BI rate yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.
Oleh
karena
variabel-variabel
independen
adalah
variabel
makroekonomi, karenanya tidak dapat menggunakan data cross sectional, sehingga harus menggunakan data time series yaitu data bulanan dari Januari 2009 – Desember 2011. Penelitian ini juga akan melakukan uji stasioneritas untuk data time series, sedangkan penelitian dari jurnal acuan tidak nampak adanya uji tersebut. Pelaksanaan uji stasioneritas bertujuan agar hasil regresi tidak spurious. Jika return unit link berbasis saham dari PT. Great Eastern Life Indonesia dapat diprediksi oleh variabel-variabel independen di atas, maka return unit link dapat diprediksi dengan menggunakan informasi publik. Dengan demikian penelitian skripsi ini dapat dikaitkan dengan hipotesis efisiensi pasar modal bentuk setengah kuat.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di bagian latar belakang, menjadi sebuah kebutuhan bagi investor dan calon investor untuk dapat menentukan jenis investasi yang dapat memberikan return optimal. Oleh karena itu, penelitian dengan judul FaktorFaktor yang Mempengaruhi Imbal Hasil Unit Link Berbasis Saham: Studi Kasus Pada PT. Great Eastern Life Indonesia Periode Januari 2009 – Desember 2011 dilaksanakan untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian. Rumusan masalah dibedakan sesuai dengan tahapan penelitian: Rumusan Masalah untuk Penelitian Tahap Pertama: 1) Bagaimana pengaruh return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap return produk unit link berbasis saham PT. Great Eastern Life Indonesia pada periode 2009-2011? 2) Bagaimana pengaruh tingkat inflasi terhadap return produk unit link berbasis saham PT. Great Eastern Life Indonesia pada periode 2009-2011?
5
3) Bagaimana pengaruh BI rate terhadap return produk unit link berbasis saham PT. Great Eastern Life Indonesia pada periode 2009-2011? Rumusan Masalah untuk Penelitian Tahap Kedua: 1) Apakah coefficient of variation dari unit link berbasis pasar uang berbeda dengan coefficient of variation unit link berbasis obligasi? 2) Apakah coefficient of variation dari unit link berbasis obligasi berbeda dengan coefficient of variation unit link berbasis saham?
1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah di dalam penelitian skripsi ini adalah return unit link yang akan dibahas hanyalah return unit link berbasis saham dari produk PT. Great Eastern Life Indonesia yaitu produk GreatLink Equity Fund.
1.4
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat ditentukan bahwa tujuan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: Tahap Pertama: 1) Menjelaskan pengaruh return Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terhadap return produk unit link berbasis saham PT. Great Eastern Life Indonesia pada periode 2009-2011. 2) Menjelaskan pengaruh tingkat inflasi terhadap return produk unit link berbasis saham PT. Great Eastern Life Indonesia pada periode 2009-2011. 3) Menjelaskan pengaruh BI rate terhadap return produk unit link berbasis saham PT. Great Eastern Life Indonesia pada periode 2009-2011. Tahap Kedua: 1) Menunjukkan bahwa coefficient of variation dari unit link berbasis pasar uang berbeda dengan coefficient of variation unit link berbasis obligasi.
6
2) Menunjukkan bahwa coefficient of variation dari unit link berbasis obligasi berbeda dengan coefficient of variation unit link berbasis saham.
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagi Akademisi Sebagai sarana pembelajaran dan pengetahuan mengenai pengaruh dari return IHSG, tingkat inflasi, dan BI rate terhadap return unit link berbasis saham PT. Great Eastern Life Indonesia.
2) Bagi Investor dan Calon Investor Dapat mengetahui pengaruh dari return IHSG, tingkat inflasi, dan BI rate terhadap return unit link berbasis saham PT. Great Eastern Life Indonesia, sehingga dapat dijadikan acuan dalam pemilihan instrumen investasi unit link yang dapat memberikan return sesuai dengan yang diisyaratkan oleh sang investor.
1.6
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan rencana isi skripsi yang akan ditulis sebagai gambaran awal untuk menilai kerangka materi yang akan disusun. Adapun susunannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat dari penelitian, dan sistematika dalam penulisan skripsi.
7
BAB II TELAAH LITERATUR Bab ini berisikan penjelasan dan pembahasan mengenai kajian kepustakaan yang meliputi hasil penelitian terdahulu, landasan teori, kerangka pemikiran teoritis. Sehingga ketiga inti ini dapat diformulasikan menjadi hipotesis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Menguraikan berbagai hal mengenai metode penelitian, diantaranya: gambaran umum dari unit analisis, definisi variabel penelitian, metode analisis data, dan pengujian hipotesis.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berisi tentang tampilan data dan informasi, pengolahan data, pembahasan hasil penelitian, dan pengaruh return IHSG, tingkat inflasi, dan BI rate terhadap unit link berbasis saham PT. Great Eastern Life Indonesia selama periode penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Menjelaskan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian, implikasi penelitian, serta memberikan saran bagi penelitian berikutnya.
8