BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Budaya Sunda kini tengah menghadapi tantangan besar dalam proses
regenerasi budaya. Banyak faktor yang mempengaruhinya, di antaranya terjadi degradasi nilai budaya Sunda, terutama pada generasi muda akibat desonansi budaya dan xenocentrism. Budayawan W. S. Rendra dalam makalahnya “Renungan Dasar Tentang Kebudayaan”, mengemukakan bahwa setidaknya ada tujuh daya hidup yang harus dimiliki oleh sebuah kebudayaan, yaitu kemampuan bernafas, mencerna, berkoordinasi, beradaptasi, mobilitas, tumbuh kembang, dan regenerasi. Dalam hal ini empat poin terakhir perlu menjadi perhatian bagi eksistensi Kebudayaan Sunda. Kemampuan beradaptasi Kebudayaan Sunda, terutama dalam merespon berbagai tantangan yang muncul, baik dari dalam maupun dari luar, dapat dikatakan memperlihatkan tampilan yang kurang begitu menggembirakan (Dienaputra,2003). Sayangnya, kesulitan transfer budaya didukung penetrasi asing yang tidak diimbangi proses pelestarian Budaya Sunda yang mudah diterima oleh generasi muda Sunda maupun masyarakat Indonesia sebagai salah satu akar budaya bangsanya. Di sisi lain, ada sebagian kelompok remaja dengan semangat baru tengah berekspresi melalui karya seni budaya tradisi. Mereka membawa pamor lama Sunda sebagai media kreativitas sekaligus kebanggaan. Dengan caranya sendiri – sendiri mereka tumbuh di tengah kesibukan
kota, membentuk berbagai
komunitas, mulai dari pecinta musik bambu dan angklung sampai tari kontemporer Sunda. Sayangnya tidak semua di antara mereka memiliki sarana maupun fasilitas yang ideal dalam rangka pembinaan seni melalui komunitas. 1
2 Sebuah komunitas seni budaya sebagai wadah pembinaan seni dirasa amat diperlukan. Melalui bentuk komunitas seni budaya dapat merujuk kepada pusat pengkajian, pemberdayaan, hiburan, dan pembinaan
unsur – unsur tradisi
budaya, khususnya di dalam ranah kesenian. Sehingga tidak berlebihan rasanya menjadikan sebuah komunitas seni budaya Sunda sebagai media bagi regenerasi kesenian Sunda, yang tidak lain merupakan hasil kebudayaan Sunda itu sendiri. Identitas Kebudayaan Sunda
dapat diaplikasikan pada lifestyle yang lebih
kekinian (modern) agar mampu menyampaikan pesan maupun warisan kearifan lokal yang ada. Dalam hal ini Komunitas Seni Budaya Interaktif Sunda Priangan dapat memfasilitasi dan menjadi wadah bagi apresiasi budaya yang tepat bagi akseptasi nilai - nilai budaya Sunda, baik melalui pertunjukan seni, pembinaan seni, maupun kegiatan interaksi anggota dan masyarakat. Menyikapi fenomena ini dalam bidang keilmuan desain interior, dirasa dapat menjadi upaya yang realistis sebagai bentuk preservasi budaya Sunda. Discussion lounge hadir sebagai area bertukar
pikiran, komunikasi perihal
kesenian, juga dapat menjadi alternatif area kontemplasi. Di sanalah muncul ide –ide dan gagasan baru.
Desain furnitur dan aksesoris interior pada discussion
lounge merupakan bagian yang penting,dalam rangka mendukung terciptanya suasana yang kondusif bagi pembinaan seni dan pelestarian budaya Sunda di Komunitas Seni Budaya Interaktif Sunda Priangan, baik kepada para anggota maupun kepada masyarakat luas.
1.2
Ruang Lingkup Permasalahan
1.2.1
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Komunitas Salihara Jl. Salihara, Pasar Minggu Jakarta, yaitu Gedung Komunitas Salihara dengan studi perbandingan pada Komunitas Salihara dan Saung Angklung Udjo serta studi kasus pada Rumah Angklung Jakarta.
3 1.2.2
Ruang Lingkup Permasalahan
Permasalahan pada perancangan furnitur Komunitas Seni Budaya Interaktif Sunda Priangan dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Bagaimana membuat rancangan furnitur yang baik dengan memenuhi segi ergonomi pengguna. b. Bagaimana membuat rancangan furnitur dan aksesoris interior yang dapat memenuhi kebutuhan di ruang discussion lounge Komunitas Seni Budaya Interaktif Sunda Priangan. c. Bagaimana membuat rancangan furnitur yang dapat membangun interaksi di antara pengguna sehingga mendukung kegiatan di Komunitas Seni Budaya Interaktif Sunda Priangan. d. Bagaimana membuat rancangan furnitur untuk Komunitas Seni Budaya Interaktif Sunda Priangan yang efisien dalam penggunaan.
1.3
Tujuan dan Manfaat
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: a. Membuat rancangan furnitur yang baik dengan memenuhi segi ergonomi pengguna. b. Membuat rancangan furnitur yang dapat memenuhi kebutuhan di ruang discussion lounge Komunitas Seni Budaya Interaktif Sunda Priangan. c. Membuat rancangan furnitur yang dapat membangun interaksi di antara pengguna sehingga mendukung kegiatan di Komunitas Seni Budaya Interaktif Sunda Priangan. d. Membuat rancangan furnitur untuk Komunitas Seni Budaya Interaktif Sunda Priangan yang efisien (mudah dalam hal penggunaan).
4 1.4
Metodologi
1.4.1
Metode Pengumpulan Data
a. Studi Literatur Adalah metode pengumpulan data melalui studi pustaka yang sumbernya berasal dari buku, artikel ilmiah, maupun jurnal. Dalam hal ini studi literatur mengenai pengertian – pengertian discussion lounge, Kebudayaan Sunda dan karakteristiknya,
ergonomi interior, dimensi furnitur, jointing,
finishing
material.
b. Observasi Observasi (studi lapangan) dilakukan dengan langsung mengunjungi lembaga dan komunitas preservasi budaya yaitu
Saung Angklung Udjo di Bandung,
komunitas Rumah Angklung, Jakarta. Selain itu juga dilakukan observasi kepada Komunitas Salihara sebagai studi perbandingan komunitas yang berkembang di kalangan muda.
Melalui observasi langsung, akan didapat pengetahuan
mengenai perlakuan yang tepat dan sesuai untuk membuat furnitur dan aksesoris interior pada sebuah komunitas seni budaya.
1.4.2. Metode Perancangan Setelah mendapatkan data –data dan informasi yang dibutuhkan, perancangan dimulai dengan analisa lokasi, karakteristik analisa pengelompokan kebutuhan pengguna, dan kebudayaan Sunda. Analisa dibutuhkan untuk merujuk pada kebutuhan fasilitas produk –produk interior yang akan dirancang secara tepat. Tahap selanjutnya yaitu mulai membuat alternatif sketsa dan penalaran dimensi yang sesuai dengan kriteria furnitur (alas duduk) dan aksesoris interiornya. Sketsa alternatif ini didapat setelah mengolah informasi dalam bentuk konsep. Konsep perancangan mencakup material, warna, bentuk, citra, ukuran dan finishing. Sejalan dengan itu dibuat gambar – gambar kerja serta
5 simulasi 3 dimensi dan mock – up model untuk diberikan kepada pihak pengrajin untuk diproduksi.
1.5
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN Berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Penelitian, Metode Penelitian. Selain itu disertakan juga kerangka berpikir dan Tinjauan Pustaka dari artikel jurnal ilmiah.
BAB II LANDASAN TEORI Berisi tinjauan umum mengenai teori yang digunakan dan keterkaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Bab ini menjabarkan teori – teori yang akan digunakan untuk membantu penelitian. Penjelasan Budaya Sunda secara umum, serta informasi bersifat umum yang berkaitan dengan penelitian ini.
BAB III METODE PERANCANGAN Berisi tinjauan data – data proyek Komunitas Seni Budaya Interaktif Sunda Priangan yang lebih spesifik berkaitan dengan kebutuhan – kebutuhan fasilitas interior melalui kebutuhan ruang, kebutuhan furnitur dan aksesoris interior, dan sebagainya.
BAB IV ANALISIS DAN BAHASAN Berisi analisa dari proyek yang diambil. Analisis yang dilakukan yaitu berupa pembahasan penyelesaian masalah – masalah ruang dan produk interiornya berdasarkan data yang diperoleh pada BAB II dan BAB III.
6 BAB V SIMPULAN DAN BAHASAN Berisi Kesimpulan dan saran dari penelitian yang dilakukan. Hasil penelitian mulai BAB I sampai BAB V akan disimpulkan pada bagian kesimpulan dan disertai saran sebagai pelengkap penelitian mendatang.