BAB I
1.1.
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG
1.1.1. REKREASI DAN THEME PARK Rekreasi merupakan kata yang berasal dari bahasa latin, re-create yang secara harfiah berarti “membuat ulang”, dan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani seseorang. Kegiatan yang dilakukan untuk berekreasi dapat meliputi pariwisata, bermain, olah raga, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hobi yang biasanya dilakukan pada waktu senggang / libur. Di tengah kehidupan perkotaan yang sangat padat akan aktifitas dan rutinitas yang melelahkan seperti saat ini, keberadaan sarana rekreasi yang mencukupi menjadi hal yang sangat penting. Namun sanyangnya, masih banyak kota-kota di Indonesia yang masih menganak tirikan pembangunan di bidang sarana rekreasi tersebut (terutama rekreasi alam terbuka) sehingga indeks angka kebahagiaan penduduk di kota tersebut pun menjadi berkurang. Akibat tidak adanya sarana rekreasi (alam terbuka) yang mencukupi, biasanya warga suatu kota akan cenderung memenuhi kebutuhan rekreasinya dengan cara-cara mereka sendiri yang biasanya terbatas kepada kegiatan-kegiatan wisata indoor yang kurang mendidik dan biasanya pula menghamburkan uang yang cukup banyak, seperti belanja berbagai macam barang di mall, pesta di diskotik, menonton konser, dll. Kegiatan-kegiatan diatas memang dapat memenuhi kebutuhan akan rekreasi, namun apabila dilakukan terus-menerus dapat pula menjerumuskan pelakunya kepada budaya hidup konsumtif. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sarana rekreasi yang lebih positif, yang bukan hanya menyenangkan, namun dapat pula mengedukasi para pesertanya sekaligus memberikan mereka kesempatan untuk berinteraksi positif dengan para peserta lainnya dan dapat pula membuat mereka menjadi
1
lebih dekat dengan alam. Beberapa kriteria di atas dapat kita temukan di taman bermain tematik (Theme Park). Theme Park sebagai sebuah tempat rekreasi memiliki banyak keunggulan dibandingkan tempat rekreasi lainnya. Keberadaan theme park di suatu kota merupakan sesuatu yang jarang (langka). Hanya beberapa kota tertentu saja yang memilikinya. Dengan keberadaannya di suatu kota, maka akan menaikkan pamor kota tersebut dan dapat menjadikan landmark baru bagi kota sehingga menarik barbagai macam wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri untuk datang berkunjung. Dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung, maka akan menaikkan perekonomian kota. 1.1.2. SUNGAI SIAK DAN KOTA PEKANBARU Sungai Siak merupakan sungai terluas dan terdalam di Provinsi Riau (kedalaman 18m). Sungai ini melalui beberapa kabupaten dan kota di provinsi tersebut, termasuk ibu kotanya (Pekanbaru). Karena memiliki badan sungai yang lebar dan kedalaman sungai yang memadai, sungai tersebut dapat dilalui berbagai jenis kapal sebagai akses transportasi sungai. Sayangnya, sampai sekarang potensi ini masih belum dapat dikembangkan pemerintah secara maksimal. Di sisi lain, Kota Pekanbaru merupakan sebuah kota bisnis berkembang yang cukup padat akan penduduk. Kota ini memiliki tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi. Banyak penduduk daerah bahkan dari provinsi lain yang pindah untuk mencari pekerjaan di Kota Pekanbaru. Oleh karena itu, berdasarkan kelompok umur, penduduk Kota Pekanbaru didominasi oleh penduduk usia produktif, yaitu penduduk dengan kelompok usia 15-64 tahun sebesar 68,41 persen. Sedangkan kelompok penduduk dengan umur 0-14 tahun sebesar 29,30 persen dan penduduk berusia 65 tahun ke atas sebesar 2,29 persen. Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Stony Brook di New York yang dipimpin oleh Arthur Stone telah menyebutkan bahwa tingkat
2
stress paling tinggi yang dialami manusia adalah pada saat mereka berusia 22-25 tahun, dan akan menurun drastis setelah berusia di atas 50 tahun. Bila dikaitkan dengan keadaan Kota Pekanbaru yang memiliki angka penduduk usia produktif yang tinggi, terutama usia 20-24 tahun, maka dapat disimpulkan bahwa Kota Pekanbaru juga memiliki tingkat stress penduduk yang cukup tinggi. Dengan tingkat stress yang cukup tinggi, tentu penduduk Kota Pekanbaru menjadi sangat haus akan adanya hiburan dan tempat rekreasi. Sarana hiburan dan rekreasi inilah yang masih kurang dimiliki Kota Pekanbaru. Hal ini dapat terlihat dari sangat banyaknya penduduk Pekanbaru yang rela jauh-jauh ke luar kota untuk mencari sarana rekreasi saat musim-musim liburan setiap tahunnya. Kurangnya sarana rekreasi ini juga berhubungan dengan keadaan geografis Kota Pekanbaru sendiri yang berada di dataran rendah yang tidak memiliki laut ataupun gunung sebagai sarana rekreasi alami. Salah satu solusi untuk memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat Pekanbaru adalah dengan menciptakan sarana rekreasi buatan berupa theme park di tengah-tengah kota yang mudah di akses dari seluruh penjuru kota. Sarana rekreasi ini akan sangat cocok bila dibangun di waterfront Sungai Siak yang notabenenya memang terletak di tengah Kota Pekanbaru, dan akan lebih bagus lagi bila dapat disandingkan dengan potensi Sungai Siak sebagai akses transportasi sungai sehingga penduduk dari kabupaten lainpun dapat dengan mudah mengakses tempat rekreasi ini.
1.2.
RUMUSAN MASALAH
1.2.1. UMUM 1. Bagaimana merancang kawasan Theme Park yang mampu menarik banyak pengunjung di tengah iklim Kota Pekanbaru yang cukup panas.
3
2. Bagaimana merancang kawasan Theme Park yang dapat berintegrasi dengan lingkungan sungai (waterfront) sehingga dapat menghidupkan kembali kawasan Sungai Siak. 3. Bagaimana merancang kawasan Theme Park yang dapat terintegrasi dengan ruang publik dan ruang komersial. 4. Bagaimana merancang kawasan Theme Park dengan tema ruang yang orisinil sehingga dapat menghasilkan pengalaman ruang rekreatif yang baru, eksklusif dan menarik para pengunjung.
1.2.2. KHUSUS 1. Bagaimana sebuah Theme Park dapat mewadahi fungsi utama dan fungsi pendukung secara efisien dan memiliki sirkulasi serta zonasi yang baik. 2. Bagaimana menciptakan tata massa yang menanggapi lingkungan sekitar, tata ruang dalam dan luar yang nyaman dan efektif, serta fasad bangunan yang dapat menjadi daya tarik bagi masyarakat. 3. Bagaimana merancang kawasan Theme Park yang terintegrasi dengan akses transportasi sungai dan darat. 4. Bagaimana menciptakan tata massa, sirkulasi, fasad bangunan dan elemen pendukung lainnya sehingga dapat menghasilkan ruang-ruang tematik rekreatif dengan pengalaman ruang yang sangat menarik.
1.3.
TUJUAN Mengetahui proses perencanaan dan perancangan sebuah Theme Park yang memiliki ruang-ruang tematik rekreatif dengan pengalaman ruang unik yang juga dapat terintegrasi dengan waterfront sungai mulai dari menanggapi isu, menanggapi kebutuhan, survei, pencarian data, pengolahan data, analisis, hingga merumuskan konsep.
4
1.4.
SASARAN Mengetahui
standar-standar sebuah Theme Park, cara-cara
pemecahan masalahnya dan cara-cara perancangannya agar dapat dikolaborasikan dengan lingkungan sekitar sehingga tercipta Theme Park yang berfungsi dengan baik dan mampu mengangkat pamor kota Pekanbaru.
1.5.
LINGKUP PERMASALAHAN
1.5.1. NON-ARSITEKTURAL Merupakan masalah di luar lingkup arsitektural, dalam kaitannya dengan perencanaan dan perancangan Theme Park untuk dapat diwujudkan dalam bidang, ruang, massa, dan interaksi dengan lingkungan.
1.5.2. ARSITEKTURAL Masalah arsitektural yang berkaitan dengan fungsi, sirkulasi, zonasi, pola tata massa, tata ruang dalam, tata ruang luar, dan citra bangunan/kawasan dimana prinsip yang digunakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan standar-standar yang ada. Serta pengaplikasian prinsip-prinsip
desain
waterfront
di
dalam
perencanaan
dan
perancangannya.
1.6.
METODE PEMBAHASAN
1.6.1. PENGUMPULAN DATA Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi untuk dianalisis melalui beberapa cara: 1. Studi Pustaka Mempelajari bahan pustaka tentang kawasan wisata, theme park dan waterfront melalui buku, hasil-hasil tulisan, dan data-data baik dari pemerintah maupun perorangan sebagai data pendukung untuk penyelesaian masalah yang diangkat. 2. Observasi Lapangan
5
Pengamatan ke lapangan terhadap kondisi site yang akan dibangun, baik masalah maupun potensinya. 3. Studi Kasus Mengumpulkan data-data dari contoh Theme Park dan Waterfront yang sudah dibangun di dalam maupun luar negeri sebagai preseden pembanding. 4. Mencari Isu dan Survei Empirik Mempelajari isu yang berkembang tentang kebutuhan masyarakat yang masih kurang (rekreasi) dan melakukan survei kepada masyarakat Pekanbaru tentang kebutuhan kawasan tersebut.
1.6.2. PENGOLAHAN DATA Metode yang digunakan untuk mengolah data yang telah dikumpulkan melalui beberapa cara: 1. Analisis Merupakan tinjauan mengenai standar, kriteria, dan syarat implementasi elemen desain yang baik pada kawasan Theme Park dan Waterfront. 2. Sintesis Sintesa data terhadap kondisi site eksisting, permasalahan yang terjadi di lokasi pembangunan dan data kasus pembanding juga terhadap standar dan teori, untuk menjadi dasar perencanaan konsep perancangan. 3. Penyusunan Konsep Dengan adanya integrasi antara data yang diperoleh di lapangan dengan data analisis studi pada tahap sintesa data, untuk selanjutnya akan disusun konsep awal perancangan sebagai dasar proses mendesain selanjutnya.
1.7.
SISTEMATIKA PENULISAN
1. Bab I: Pendahuluan Berisi latar belakang pemilihan tema dan tipologi kawasan dan bangunan, isu-isu dan permasalahan pada jenis kawasan dan bangunan tersebut, arah dan lingkup pembahasan, serta format sistem dan metodologi penulisan yang digunakan.
6
2. Bab II: Tinjauan Umum Berisi tinjauan teori, definisi, aspek desain studi Theme Park dan Waterfront. 3. Bab III: Tinjauan Lokasi Berisi pembahasan mengenai kondisi lingkungan dan site perancangan. 4. Bab IV: Analisis dan Pendekatan Berisi analisis mengenai lokasi dan pembahasan mengenai pendekatanpendekatan yang akan digunakan. 5. Bab V: Konsep Perancangan Membahas konsep dan arah pengembangan desain yang direncanakan.
7