BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800
perempuan meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan kelahiran anak. Pada tahun 2013 lebih dari 289.000 perempuan meninggal selama dan setelah kehamilan dan persalinan . Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya AKI dan angka kematian bayi (AKB) yang ada di Indonesia. AKI dan AKB di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450/100 mencapai 170/100 ribu KH, Thailand 44/100 ribu KH (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, AKI tercatat 359/100 ribu KH. Tercatat kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang tercatat 228/100 ribu KH. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG’s 2000) untuk tahun 2015, diharapkan AKI menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102/100 ribu KH dan AKB menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23/1000 KH. Angka Kematian Ibu dan bayi di Provinsi Sumatera Utara masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi yang ke 6 dengan AKI tertinggi di Indonesia. Berdasarkan laporan dari profil kab/kota AKI maternal yang dilaporkan di Sumatera Utara tahun 2012 hanya 106/100 ribu KH, namun ini belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP) 2010, AKI di Sumatera Utara sebesar 328/100 ribu KH, angka ini masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan angka nasional hasil SP 2010 sebesar 259/100 ribu KH.Cakupan kunjungan K4 ibu hamil di Sumatera Utara sejak tahun 2007 mengalami kenaikan dari 77,95% menjadi 85,92% ditahun 2012, namun Peningkatan ini terkesan lambat karena peningkatkannya hanya sekitar 2% setiap tahun. Dengan peningkatan seperti ini dikhawatirkan Sumatera Utara tidak
1
mampu mencapai target Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan yaitu 95% tahun 2015. Satu-satunya daerah yang telah menjadi K4 yaitu 95% yaitu Kabupaten Deli Serdang dengan cakupan K4 sebesar 95,92% (Dinkes Provinsi Sumatera Utara, 2013). Periode persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung risiko bagi ibu hamil apabila mengalami komplikasi yang dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan kematian bayi (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Cakupan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan menunjukkan kecendrungan peningkatan, yaitu dari 77,95% pada tahun 2003 meningkat menjadi 88,78% pada tahun 2012, angka ini juga belum mampu mencapai target SPM bidang kesehatan yaitu 90% pada tahun 2015. Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu terjadi setelah persalian dan 50% kematian terjadi pada masa nifas 24 jam pertama (Wilandari, 2011). Pada tahun 2012, rata-rata cakupan pelayanan ibu nifas di provinsi Sumatera Utara sudah mencapai 87,39%, angka ini hanya mengalami peningkatan sebesar 0,19% dibandingkan tahun 2011 yaitu 87,10%. Dengan besar peningkatkan tidak sampai 1% setiap tahun, sangat dikhawatirkan Sumatera Utara tidak mampu mencapai target SPM bidang kesehatan yaitu 90% pada tahun 2015. Berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota, dari 259.320 bayi lahir hidup terdapat 1.970 bayi meninggal sebelum usia 1 tahun. Berdasarkan angka ini, diperhitungkan AKB di Sumatera Utara hanya 7,6/1.000 KH pada tahun 2012. Rendahnya angka ini mungkin disebabkan karena kasus-kasus yang terlaporkan adalah kasus kematian yang terjadi di sarana pelayanan kesehatan, sedangkan kasus-kasus kematian yang terjadi di masyarakat belum seluruhnya terlaporkan. Keberhasilan program keluarga berencana (KB) diukur dengan beberapa indikator, diantaranya proporsi peserta KB Baru menurut metode kontrasepsi, persentase KB Aktif terhadap jumlah pasangan usia subur (PUS) dan persentase baru metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Sampai tahun 2012, berdasarkan data pada profil kesehatan kab/kota , jumlah peserta KB baru adalah
2
sebesar 19,44% mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 yaitu 14,08%, tahun 2010 yaitu 17,05% dan tahun 2009 yaitu 14,58%. Kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kekurangan oksigen (asfiksia). Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan budaya. Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut memperberat permasalahan ini. Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3 terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran) (Depkes, 2010). Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang perlu dilakukan untuk mengatasinya di tingkat keluarga. Salah satu upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program dengan menggunakan stiker ini, dapat meningkatkan peran aktif suami (suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan. Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan, bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan (Depkes, 2010). Menurut Depkes tahun 2010, Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya percepatan penurunan AKI dan AKB antara lain mulai tahun 2010 meluncurkan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ke Puskesmas di Kabupaten/
3
Kota yang difokuskan pada kegiatan preventif dan promotif dalam program Kesehatan Ibu dan Anak. Upaya peningkatan kesehatan ibu dan penurunan angka kematian ibu mustahil dapat dilakukan sendiri oleh Pemerintah, terlebih dengan berbagai keterbatasan sumber daya yang dimiliki – tenaga, sarana prasarana, dan anggaran. Oleh karena itu, mutlak diperlukan kerja sama lintas program dan lintas sektor terkait, yaitu pemerintah daerah, sektor swasta, organisasi profesi kesehatan, kalangan akademisi, serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Maka dari itu, upaya pemerintah dibuat sehingga bidan sebagai tenaga kesehatan melakukan continuity care (Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil survei yang telah saya lakukan kepada ibu Dita dengan usia kehamilan 28 minggu, maka saya tertarik melakukan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) mulai dari masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa interval serta perawatan bayi baru lahir serta melakukan pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB.
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang
berkaitan dengan masa kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa interval dan asuhan bayi baru lahir serta melakukan pendokumentasian kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB yang dilakukan di klinik Hj. Hamida Jl. Letda Sujono Gg. Cempaka No.23 Medan
1.3.
Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum Memberikan asuhan kebidanan secara continuity care pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan.
4
1.3.2.
Tujuan Khusus
1. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil 2. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin 3. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas 4. Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 5. Melakukan asuhan kebidanan pada keluarga berencana (KB) 6. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB
1.4. Manfaat 1.4.1 Bagi Penulis Untuk meningkatkan pengalaman, wawasan dan pengetahuan mahasiswi dalam memberikan asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana. 1.4.2 Bagi Klinik Sebagai bahan masukan/informasi mengenai pengetahuan tentang asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana. 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai bahan kajian meningkatkan ilmu pengetahuan bagi peserta didik. 1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Untuk meningkatkan pengalaman dan wawasan dalam melakukan penelitian serta dapat memahami tentang asuhan kebidanan secara berkesinambungan (continuity care) pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan keluarga berencana.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kehamilan Hamil adalah suatu masa dari mulai terjadinya pembuahan dalam rahim seorang wanita terhitung sejak hari pertama haid terakhir sampai bayinya dilahirkan. Kehamilan terjadi ketika seorang wanita melakukan hubungan seksual pada masa ovulasi atau masa subur (keadaan ketika rahim melepaskan sel telur matang), dan sperma (air mani) pria pasangannya akan membuahi sel telur matang wanita tersebut. Telur yang telah dibuahi sperma kemudian akan menempel pada dinding rahim , lalu tumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari) dalam rahim dalam kehamilan normal (Sari, 2013). Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Dibagi menjadi 3 bagian ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan triwulan pertama (sebelum 14 minggu), kehamilan triwulan kedua (antara 14-28 minggu), kehamilan triwulan ketiga (antara 28-36 minggu atau sesudah 36 minggu) (Mangkuji, 2012).
2.1.1. 1.
Fisiologi Kehamilan Tanda-tanda kehamilan Terlambat menstruasi, mual-mual, perubahan selera makan dan lebih
menyukai makanan-makanan tertentu, perubahan-perubahan pada payudara, sering kencing, kelelahan, bertambahnya dischange (lendir) di vagina. 2.
Lama kehamilan Jika siklus menstruasi anda rata-rata 28 hari, maka masa pembuahan terjadi
sekitar hari ke-14 dan bukan merupakan hari pertama kehamilan anda. Skala waktu ini menunjukkan bahwa kehamilan, yang sebenarnya berlangsung sekitar 266 hari sejak pembuahan, terjadi selama 40 minggu atau 280 hari (Stoppart, 2011). Berikut ini adalah perubahan-perubahan yang dialami oleh ibu dan janin di dalam kandungan mulai dari Trimester III (TM-III) (Stoppart, 2011):
6
a.
Minggu ke-28 Kulit pada perut anda menjadi sangat tegang dan tipis, serta terlihat amat
kencang. Kepala janin anda kini menjadi lebih kecil dibandingkan dengan tubuhnya. Lemak mulai menumpuk dan sebuah zat lemak, yakni vernix, menutupi kulit janin anda, sehingga ia tidak lembab di dalam cairan amnionnya. Panjang janin 37 cm (14 in), dan beratnya 900 gram. b.
Minggu ke-32 Anda akan merasa sangat lelah dan sulit bernafas. Gerakan-gerakan janin
dapat dirasakan dan dilihat dengan jelas dengan USG. Ketika rahim naik, anda mungkin akan merasakan sakit di tulang rusuk bagian bawah karena janin dan rahim menekan ke atas di bawah diafragma. Pusar anda akan terlihat rata dengan permukaan perut dan linea nigra akan tampak jelas menggurat ke bawah pada perut anda. Janin telah terbentuk sempurna dan dalam kebanyakan kasus, posisi kepala berada di bawah. Plasenta mencapai kematanganya. Panjang janin 40,5 cm (16 in), dan beratnya 1,6 kg. c.
Minggu ke-36 Kepala janin akan menekan-nekan. Tekanan-tekanan ini akan meredakan
masalah pernafasan, tetapi mungkin anda akan merasakan sakit di sekitar panggul. Urin kembali bertambah banyak. Naluri keibuan menjadi sangat kuat. kontraksi braxton hicks (gerakan-gerakan lemah yang tidak menyakitkan selama kehamilan). Payudara anda tidak akan membesar sampai ASI keluar setelah anda melahirkan. Janin sudah turun ke bawah. Selaput pelangi mata janin kini berwarna biru. Kuku-kuku jari sudah tumbuh sampai di ujung jari. Panjang janin 46 cm (18 in), dan beratnya 2,6 kg. d.
Minggu ke-40 Kepala janin sudah di dalam posisi sangat ke bawah. Gerakan-gerakan
janin menurun karena ruangan rahim menjadi sempit, tetapi pukulan tangan dan tendangan kaki yang kuat masih dapat dirasakan. Panjang janin sekitar 51 cm (20 in), dan beratnya rata-rata 3,4 kg. Pada janin laki-laki, nuah pelir sudah turun.
7
Berikut adalah tabel yang menunjukkan perubahan fisiologis tinggi fundus uteri (TFU) dengan menggunakan pita sentimeter Mc. Donalds dan dengan menggunakan palpasi leopold: Tabel 2.1 Perubahan TFU dalam Kehamilan No. 1 2 3 4 5 6
Tinggi Fundus Uteri (cm) 12 16 20 24 28 32
Tinggi Fundus Uteri (Leopold)
3 jari atas simfisis Pertengahan pusat dan simfisis 3 jari bawah pusat Sepusat 3 jari atas pusat Pertengahan pusat dan processus xifoideus (px) 7 36 1-2 jari bawah px 8 40 2-3 jari bawah px Sumber: Sarwono, 2010; Walyani, 2015 3.
Umur Kehamilan (minggu) 12 16 20 24 28 32 36 40
Kebutuhan ibu hamil Berikut adalah kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan ibu semasa hamil TM-
III (Hani, 2011) : a. Oksigen Seorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan pendek nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat membesarnya rahim. Kebutuhan oksigen meningkat 20%. Ibu hamil sebaiknya tidak berada ditempat-tempat yang terlalu ramai dan penuh sesak, karena akan mengurangi masukan oksigen. b. Nutrisi Kebutuhan energi pada kehamilan trimester 1 memerlukan tambahan 100 kkal/hari (menjadi 1900-2000 kkal/hari). Selanjutnya pada trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat menjadi 300 kkal/hari, atau sama dengan mengkonsumsi tambahan 100gr daging ayam atau minum 2 gelas susu sapi cair. Idealnya kenaikan berat badan sekitar 500gr/minggu. Kebutuhan makan ibu hamil dengan berat badan normal per hari. c.
Personal Hygiene
8
Sebaiknya ibu hamil mandi, gosok gigi dan ganti pakaian minimal 2 x sehari, menjaga kebersihan alat genetalia dan pakaian dalam, menjaga kebersihan payudara. d.
Pakaian Longgar, nyaman, dan mudah di pergunakan, gunakan kutang/ BH dengan
ukuran sesuai ukuran payudara dan mampu menyangga seluruh payudara, Tidak memakai sepatu tumit tinggi, sepatu berhak rendah, baik untuk punggung dan postur tubuh dan dapat mengurangi tekanan pada kaki. e.
Eliminasi Ibu hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam hingga
menganggu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur di kurangi, gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang basah dan lembab sehingga memudahkan masuk kuman, setiap habis BAB dan BAK cebok dengan baik. f.
Seksual Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi wanita hamil,
sebaiknya menggunakan kondom karena prostatglandin yang terdapat dalam semen bisa menyebabkan kontraksi, lakukanlah dalam frekuensi yang wajar 2 sampai 3 kali seminggu. g.
Mobilisasi dan Body Mekanik Melakukan latihan/ senam hamil agar otot-otot tidak kaku, jangan melakukan
gerakan tiba-tiba atau spontan, jangan mengangkat secara langsung benda-benda yang cukup berat, jongkok lah terlebih dahulu lalu kemudian mengangkat benda, apabila bangun tidur miring dulu baru kemudian bangkit dari tempat tidur. h.
Istirahat atau Tidur Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/ tidur yang cukup. Kurang
istirahat/ tidur, ibu hamil akan terlihat pucat, lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur malam lebih kurang 8 jam dan tidur siang lebih kurang 1 jam. Umumnya ibu mengeluh susah tidur kerena rongga dadanya terdesak perut yang membesar atau posisi tidurnya jadi tidak nyaman. Tidur yang cukup dapat membuat ibu menjadi relaks, bugar dan sehat. Solusinya saat hamil tua, tidurlah dengan menganjal kaki ( dari tumit hingga betis) menggunakan bantal. Kemudian lutut hingga pangkal
9
paha diganjal dengan satu bantal. Bagian punggung hingga pinggang juga perlu diganjal bantal. Letak bantal bisa di sesuaikan, jika ingin tidur miring ke kiri, bantal diletakkan demikian rupa sehingga ibu nyaman tidur dengan posisi miring ke kiri. Begitu juga bila ibu ingin tidur posisi ke kanan.
2.1.2. Asuhan Kehamilan Asuhan kehamilan yang dilakukan yakni melakukan dokumentasi asuhan kebidanan kehamilan secara sistematis, yaitu melakukan anamnesis, melakukan pemeriksaan fisik dengan prinsip head to toe, melakukan pemeriksaan vital signs, pemeriksaan leopold, medengarkan denyut jantung janin (DJJ), pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan penunjang, melakukan konseling, memberikan pendidikan kesehatan tentang senam hamil, dan pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) (Kusmiyati, 2010). Asuhan ibu hamil berbeda setiap kali kunjungan. Pada trimester I asuhan yang diberikan kepada ibu hamil adalah pemeriksaan kehamilan meliputi pemberian TT, tablet tambah darah, vitamin dan mineral, serta pemberian nasehat dan penyuluhan terarah seperti perawatan diri, gizi, perawatan payudara, pola istirahat, senam hamil, tanda-tanda bahaya kehamilan, keluhan yang dirasakan. Pada trimester II asuhan yang diberikan sama dengan asuhan yang diberikan pada trimester I ditambah dengan penyuluhan tentang keuntungan pemberian ASI, persiapan diri untuk memberikan ASI eksklusif, persiapan persalinan, dan KB. Pada trimester III asuhan yang diberika sama dengan asuhan pada trimester II ditambah dengan penyuluhan mengenai persiapan menghadapi persalinan, perawatan bayi baru lahir (BBL), persiapan keluarga dalam menghadapi persalinan (Pinem, 2009). Selama trimester ketiga, rahim akan membesar sampai ketinggian tepat di bawah tulang payudara. Kadar progesteron yang tinggi dan rahim yang naik membuat sesak dapat menimbulkan gangguan pencernaan dan nyeri ulu hati. Sesak napas atau nyeri di iga bagian bawah terjadi karena rahim menekan diafragma dan iga. Varises di kaki, wasir, dan pergelangan kaki yang bengkak kadang-kadang terjadi karena meningkatnya tekanan di dalam perut. Menurunnya
10
aliran darah dari anggota gerak bawah, dan efek progesteron yang membuat dinging-dinding pembuluh darah menjadi relaks. Meningkatnya berat rahim serta berubahnya pusat gravitasi yang disebabkan oleh janin, sakit punggung menjadi sesuatu yang sering terjadi. Diakhir kehamilan sering kali timbul kecemasan, tidur yang tidak nyenyak, kelelahan dan ketidaknyamanan biasa yang muncul karena harapan akan segera menghadapi persalinan dan mengakhiri kehamilan.
2.2
Persalinan Persalinan merupakan proses pergerakan janin, plasenta, dan membran
dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mula-mula kekuatan yang muncul kecil, kemudian terus meningkat sampai pada puncaknya pembukaan serviks lengkap sehingga siap untuk pengeluaran janin dari rahim ibu. Persalinan adalah saat yang menegangkan, menggugah emosi, menyakitkan, dan meakutkan bagi ibu maupun keluarga (Rohani, 2014). Pada kehamilan akhir, parubahan produksi hormon menyebabkan relaksasi ligamen dan tulang rawan pada sendi panggul, memungkinkan mobilitas yang lebih tinggi pada sendi sakro ilika dan simfisis pubis. Mobilitas panggul memungkinkan perubahan bentuk dan ukuran panggul yang tidak kentara, sehingga dapat memfasilitasi posisi optimal kepala janin pada kala I, yaitu gerakan-gerakan utama fleksi, rotasi interna dan penurunan janin pada kala II (Simkin, 2005). 2.2.1. Fisiologi Persalinan Perubahan-perubahan fisiologi yang dialami ibu selama persalian dibagi dalan 4 kala, adalah (Rohani, 2014) : A. 1.
Perubahan fisiologi pada ibu bersalin kala I Sistem reproduksi Kala I dimulai dari munculnya kontraksi persalinan yang ditantai dengan
perubahan serviks secara progressif dan diakhiri dengan pembukaan serviks
11
lengkap. Pada kala I terjadi berbagai perubahan pada sistem reproduksi wanita, diantaranya adlah sebagai berikut. a. Segmen atas rahim (SAR) dan SBR Saat SAR berkontraksi, ia akan menjadi tebal dan mendorong janin keluar, sedangkan SBR serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui oleh bayi. b. Uterus Kontraksi uterus bertanggung jawab terhadap penipisan dan pembukaan serviks, serta pengeluaran bayi dalam persalinan. Kontraksi uterus saat persalinan sangat unik karena kontraksi ini merupakam kontraksi otot yang menimbulkan rasa yang sangat sakit. c. Perubahan pada serviks Pendataran adalah pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula berupa saluran yang panjangnya beberapa milimeter sampai 3 cm, menjadi satu lubang dengan pinggir yang tipis. d. Pembukaan. Dibagi menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Fase laten yang dimulai pada pembukaan serviks 0 dan berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 3 cm. Pada fase ini kontraksi uterus meningkat. Frekuensi, durasi, dan intensitasnya setiap 10-20 menit, lama 15-20 detik dengan intensitas cukup menjadi 5-7 menit, lama 30-40 detik dan dengan intensitas yang kuat. Fase aktif fase yang dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir sampai pembukaan serviks mencapai 10 cm. Pada fase ini kontraksi uterus menjadi efektif ditandai dengan meningkatnya frekuensi, durasi, dan kekuatan kontraksi. Tekanan puncak kontraksi yang dihasilkan mencapai 40-50 mmHg. Di akhir fase aktif, kontraksi berlangsung antara 2-3 menit sekali selama 60 detik, dengan kekuatan lebih dari 40 mmHg. Dibagi menjadi 3 fase: Fase akselerasi: dari pembukaan 3 menjadi 4 cm. Fase dilatasi maksimal: dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm selama 2 jam. Fase deselerasi: dilatasi serviks dari 9 cm menuju pembukaan lengkap (10 cm). e. Perubahan pada vagina dan dasar panggul.
12
Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan janin. Oleh bagian depan yang maju itu, dasar panggul tiregang menjadi saluran dengan dinding-dinding yang tipis 2. Sistem kardiovaskuler a. Tekanan darah (TD): TD meningkat selama kontraksi uterus, sistol meningkat 10-20 mmHg dan diastol meningkat 5-10 mmHg. Antara kontraksi, tekanan darah kembali normal seperti sebelum persalinan. b. Detak jantung: berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung meningkat dibandingkan sebelum persalinan. c. Jantung: pada setiap kontraksi, 400 ml darah dikeluarkan dari uterus dan masuk ke dalam sistem vaskular ibu. Hal ini menyebabkan peningkatan curah jantung sebesar 10-15 %. d. Hematologi: hemoglobin akan meningkat 1,2 mg/100 ml selama persalinan dan kembali seperti sebelum persalinan pada hari pertama postpartum, asalkan tidak ada kehilangan darah yang abnormal; waktu koagulasi darah akan berkurang dan terjadi peningkatan plasma; gula darah akan berkurang. 3. Sistem pencernaaan Metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerob akan meningkat secara terusmenerus, motilitas lambung dan penyerapan makanan padat secara substansi berkurang sangat banyak selama persalinan, rasa mual dan muntah biasa terjadi sampai berakhirnya kala I persalinan, persalinan memengaruhi sistem saluran cerna wanita, bibir dan mulut menjadi kering akibat wanita bernafas melalui mulut, dehidrasi, dan sebagai respon emosi terhadap persalinan. 4. Suhu tubuh Suhu tubuh selama persalinan akan meningkat, hal ini terjadi karena terjadinya peningkatan metabolisme. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh melebihi 1-2 oF (0,5-1 C) 5. Sistem pernapasan Peningkatan laju pernapasan selama persalinan adalah normal, hal ini mencerminkan adanya kenaikan metabolisme.
13
6.
Sistem perkemihan
Proteinuri yang sedikit (+1) dianggap normal dalam persalinan. Pada trimester kedua, kandung kemih menjadi organ abdomen. Selama persalinan, wanita dapat mengalami kesulitan untuk berkemih secara spontan akibat berbagai alasan: edema jaringan akibat tekanan bagian presentasi, rasa tidak nyaman, sedasi, dan rasa malu. Poliuria sering terjadi selama persalina, mungkin disebabkan oleh peningkatan curah jantung, peningkatan filtrasi dalam gromelurus, dan peningkatan aliran plasma darah. 7.
Perubahan endokrin
Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan di mana terjadi penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen, prostaglandin, dan oksitosin. 8.
Perubahan integumen
Adaptasi integuman khususnya distensibilitas yang besar pada introitus vagina yang terbuka. 9.
Perubahan muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal mengalami stres selama persalinan. Diaforesis, keletihan, proteiuria (+1), dan kemungkinan peningkatan suhu menyertai peningkatan aktivitas otot yang menyolok. 10. Perubahan Psikologi pada Ibu Bersalin Kala I Oleh karena rasa nyeri dalam persalinan sudah menjadi pokok pembicaraan di antara wanita sejak zaman dahulu, banyak calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran anaknya dengan perasaan takut dan cemas. Ketakutan dapat berpengaruh pada his dan lancarnya pembukaan (Rohani, 2014). B. 1.
Perubahan fisiologis kala II persalinan Kontraksi dorongan otot-otot persalinan
Pada waktu kontraksi, otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan menjadi lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil serta mendorong janin dan kantong ke arah segmen bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lain dari his adalah involunter, intermiten, terasa sakit, terkoordinasi dan simetris, terkadang dapat dipengaruhih dari luar secara fisik, kimia, dan psikis.
14
2.
Pergeseran organ dasar panggul Saat persalinan segmen atas berkontraksi, menjadi tebal, dan mendorong
anak keluar. Sementara itu, segmen bawah dan serviks mengadakan relaksasi, dilatasi, serta menjadi yang tipis dan teregang yang nantinya akan dilalui bayi. Tanda fisik dini pada persalinan kala II adalah ketuban pecah spontan, tekanan rektum, sensasi ingin defekasi, muntah, bercak atau keluar cairan merah terang dari vagina. Tanda lanjut kala II adalah perineum mengembung, vagina melebar, dan anus mendatar, bagian presentasi tampak dan uterus berlanjut selama kontraksi. C.
Asuhan pada ibu bersalin kala III
1. Fisiolgi kala III Kala III merupakan periode di mana penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Oleh karena tempat perlengketan menajadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal, dan kemuadian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina. Fase pengeluaran plasenta terbagi tiga fase, Kustner: degan meletakkan tangan disertai tekanan pada /di atas simfisis, tapi pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti palsenta belum lepas, tetapi bila diam atau maju berarti plasenta sudah lepas. Klein: sewaktu his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau turun berarti plasenta sudah lepas. Strassman: tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tetapi bila tidak bergetar plasenta sudah lepas. 2. Manajemen aktif kala III Memberikan suntukan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri. D. Asuhan pada ibu bersalin kala IV Selama 10-45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi, uterus berkontraksi menjadi ukuran sangat kecil yang mengakibatkan pemisahan antara dinding uterus dan plasenta, di mana nantinya akan memisahkan plasenta dari tempat lekatnya.
15
Pelepasan plasenta membuka sinus-sinus plasenta dan menyebabkan perdarahan. Akan tetapi, dibatasi sampai rata-rata 350 ml oleh mekanisme sebagai berikut: serabut otot polos uterus tersusun terbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-pembuluh darah ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus. Oleh karena itu, kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan pembuluh darah yang sebelumnya menyuplai darah ke plasenta. 1.
Evaluasi uterus, konsistensi, dan atonia Setelah kelahiran plasenta, uterus dapat ditemukan di tengah-tengah abdomen
kurang lebih dua per tiga sampai tuga per empat antara simfisis pubis dan umbilikal. Uterus yang berkontraksi normal harus keras ketika disentuh. Jiga segmen atas uterus keras, tetapi perdarahan uterus tetap, pengkajian segmen bawah perlu dilakukan. Uterus yang lunak, hipotonik, longgar, tiak berkontraksi dengan baik disebut sebagai keadaan atonia uterus. 2.
Pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum
Setelah memastikan uterus berkontraksi secara efektif dan perdarahan berasal dari sumber lain, bidan hendaknya menginspeksi perineum, vagina bawah, dan area periuretra untuk mengetahui adanya memar, pembentukan hematoma, laserasi pada pembuluh darah, atau mengalami perdarahan. 2.2.2. Kebutuhan ibu masa persalinan Asuhan sayang ibu adalah pendamping persalinan, KIE, membantu ibu memilih posisi, mengajari cara meneran, dukungan psikologi dan pemberian nutrisi. Kebutuhan fisiologis adalah makan dan minum, oksigen, istirahat selama tidak ada his, BAB dan BAK, pertolongan persalinan yang berstandar. Kebutuhan rasa aman adalah memilih tempat dan penolong persalinan, informasi tentang proses persalinan, posisi yang dikehendaki ibu, pemamntauan selama persalinan, intervensi yang diperlukan. Kebutuhan harga diri adalah merawat bayi sendiri dan menetekkan, asuhan kebidanan dengan memperhatikan privasi ibu, pelayanan yang bersifat simpati dan empati, informasi bila akan melakukan tindakan, memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang ibu lakukan. Kebutuhan aktualisasi diri adalah Memilih tempat dan penolong persalinan yang
16
diinginkan, memilih pendamping selama perslinan, bounding attachment, ucapan selamat atas kelahiran bayinya (Sumarah, dkk, 2009). 2.2.3. Asuhan Persalinan Asuhan persalinan dibagi di dalam 4 kala, sebagai berikut (Rohani, 2014): 1.
Kala I Asuhan yang diberikan adalah memonitor kemajuan persalinan dengan
partograf, memonitor keadaan ibu dan bayi, menganjurkan posisi dan tindakan yang menyenangkan ibu, menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu, membuat rujukan jika terjadi keadaan yang abnormal. 2.
Kala II Asuhan yang diberikan antara lain evaluasi kontinu kesejahteraan terhadap
ibu, terhadap janin, dan kemajuan persalinan, perawatan tubuh wanita, pendamping persalinan, persiapan kelahiran, penatalaksanaan kelahiran 3.
Kala III Asuhan pada kala ini adalah melakukan pengeluaran plasenta dengan 3
langkah, yaitu pemberian suntikan oksitosin, penegangan tali pusat terkendali (PTT), dan masase fundus uteri, memeriksa plasenta, pemantauan kontraksi, robekan jalan lahir dan perineum, higiene, dan vital signs, memperhatikan nutrisi dan istirahat ibu. 4.
Kala IV Asuhan yang diberikan adalah evaluasi uterus, konsistensi, dan atonia;
pemeriksaan serviks, vagina, dan perineum; pemantauan dan evaluasi lanjut. Pemantauan kala IV dilakukan 6 kali dalam 2 jam, 4 kali dilakukan setiap 15 menit pada jam pertama, dan 2 kali dilakukan setiap 30 menit pada jam kedua.
2.3. NIFAS 2.3.1. Fisiologi Masa Nifas Pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. (Varney, 2008 : 672)
17
Masa nifas (puerperium) didefinisikan sebagai periode 6 minggu segera setelah lahirnya dan mencerminkan periode saat fisiologis ibu, terutama sistem reproduksi kembali mendekati keadaan sebelum hamil. (Dunstall, 2007: 304) Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca perdarahan, hipotermia dan asfiksi bayi barulahir. (Winkjosastro, 2008 : 334) Tujuan asuhan masa nifas : Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk : 1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi dengan diberikanya asuhan, ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk menyesuaikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama) dan pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan pola bsaru dengan kelahiran anak berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psikologis bayipun akan meningkat 2. Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu. Dengan diberikanya asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehigga penanganyapun dapat lebih maksimal. 3. Merujuk ibu dan asuhan tenaga ahli bila mana perlu Meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehtan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat. 4. Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu, sertamemungkinkan ibu untuk mampu melaksanakan peranya dalam situasi keluarga dan budaya yang khusus Pada saat memberikn asuhan nifas, ketrampilan seseorang tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka bidan sangat dituntut dalam memberikan pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga. 5. Imunisasi ibu terhadap tetanus Dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifaskejadian kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan.
18
Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak Saat bidan memberikan asuhan pada mas nifas, materidan pemantauan yang diberikan tidak hanya sebatas pada lingkup permasalan ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap ibu dan anak.(Sulistyawati, 2009: 2-3) 2.3.2 Proses adaptasi psikologi ibu pada masa nifas Periode
masa
nifas
merupakan
waktu
dimana
ibu
mengalami
stres
pascapersalinan, terutamapada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut: 1.
Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
2.
Respons dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3.
Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4.
Harapan, keinginan dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan.
Periode ini diekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap berikut ini: 1. Talking in period Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat. 2. Talking hold period Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuanya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi, pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawatan untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu 3. Letting go period Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah mulai secara penuh menerima tanggungjawab sebagai “sebagai ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat tergantung pada diriya. (Saleha, 2009 : 63-64)
19
2.3.3 Perubahan fisiologis pada masa nifas 1. Uterus a. pengerutan rahim Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidus yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic ( layu/mati ). Perubahan ini diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi dimana TFU nya ( tinggi fundus uteri ). Tabel 2.2. Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi Involusi
b.
Tinggi Fundus Uterus
Berat Uterus
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri lahir
2 jari bawah pusat
700 gram
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis
500 gram
2 minggu
Tidak teraba diatas simfisis
300 gram
6 minggu
Bertambah kecil
40-60 gram
8 minggu
Sebesar normal
30 gram
Lokhea
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya : 1.
Lokhea rubra/merah Lokhea ini keluar dari hari pertama sampai hari ke masa post partum .
2.
Lochea sanguinolenta Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post pastum.
3.
Lochea serosa Lochea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
20
4.
Lochea alba/putih Lochea ini mengandug leukosit, sel desidua, sel epitel, selaput lendir servik, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. (Sulistyawati, 2009 : 76)
c.
Perubahan pada servik
Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak menganga seperti corong, segera setelah bayi baru lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapt mengadakan kontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik berbentuk semacam cincin. Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi b ru lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, servik sudah menutup kembali. (Sulistyawati, 2009 : 77) d. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, sera peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam bebrapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol. e. Sistem pencernaan Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyatap makananya dua jam setelah persalinan. Kalsium mat sangat penting untuk gigi pada kehamilan, masa nifas, dimana pada massa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, teruutama pada bayi yang dikandunganya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu pada massaa laktasi. (Saleha, 2009 : 5) f.
Sistem perkemihan
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Pemeriksaan sistokopik segera setelah melahirkan menunjukan tidak saja edema dan hyperemia dinding kendung kemih, tetapi sering kali terdapat ekstavasai darah pada submukosa.
21
Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang non patologis sejak pasca melahirkan sampai dua hari post partum agar dapat dikendalikan. Diuretis yang normal dimulia segera setelah bersalin sampai hari kelima setelah persalinan. Jumlah urine yang keluar dapat melebihi 3.000 ml perharinya. Hal ini diperkirakan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan peningkatan cairan ekstraseluler yang merupakan bagian normal dari kehamilan. Selain itu juga di dapati adanya keringat yang banyak pada beberapa hari pertama setelah persalinan. (Saleha, 2009 : 59) g. Sistem muskuloskeletal ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament rotundum mengendur,sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat di atasi dengan latihan-latihan tartentu. (Saleha, 2009:59) h. Sistem endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada system endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut. 1. Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ke 3 persalinan,hormone
oksitosin
berperan
dalam
pelepasan
plasenta
dan
mempertahankan kontraksi,sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi asi dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal 2. Prolaktin Menurunya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormone ini beraperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin cepat tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang di tekan. (Saleha, 2009 : 59) 3. Kadar estrogen
22
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolaktin yang juga sedang meningkat dapat mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI. (Sulistyawati, 2009:80) 4. Perubahan tanda – tanda vital Tanda – tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai berikut : a. Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius, sesudah partus dapat naik kurang lenih 0,5 derajat celsius dari keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi ionfeksi pada klien. b. Nadi dan pernapasan Nadi berkisar antara 60 – 80 denyut per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihanatau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula. c. Tekanan Darah Pada beberapa kasusu ditemukan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit – penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan. d. Sistem Hematologi dan Kardiovaskular Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel – sel darah putih sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel – sel darah putih tersebutsemacam itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada awal – awal masa nifas sebagai akibar dari volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang berubah – ubah. Sering dikatakan bahwa jika hematokrit pada hari pertama atau kedeua lebih rendah dari titik 2 % atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka klien dianggap
23
telah kehilangan 500 ml darah. Biasanya terdapat suatu penurunan besar kurang lebih 1.500 ml dalam jumlah darah keseluruhan selama kelahiran dan masa nifas. Rincian jumlah darah yang terbuang pada klien ini kira - kira 200 – 500 ml hingga masa persalinan, 500 – 800 ml hingga selama minggu pertama postpartum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa nifas. 5.
Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah – masalah yang terjadi. Tabel 2.3. Kunjungan masa nifas Kunjungan
Waktu
I
6-8 jam setelah persalinan
II
6 hari setelah persalinan
Tujuan - Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas. - Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut. - Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. - Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu. - Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. - Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil. - Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. - Menilai adanya tanda-tanda demam,
24
Kunjungan
Waktu
Tujuan infeksi, atau kelainan pasca melahirkan. - Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. - Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada kesulitan. - Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
III
2 minggu setelah persalinan
- Sama dengan di atas (6 hari setelah persalinan). - Memastikan Diasthasis rektus abdomonalis
IV
6 minggu setelah persalinan
- Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami. - Memberikan konseling KB secara dini. - Memberikan konseling tentang hubungan sexual. - Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi
2.3.4. Tanda bahaya masa nifas Tanda-tanda bahaya berikut merupakan hal yang sangat penting, yang harus disampaikan kepada ibu dan keluarga. Jika ia mengalami salah satu atau lebih keadaan berikut maka ia harus secepatnya dating kebidan atau kedokter. a.
Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari perdarahan haid biasa atau memerlukan ganti pembalut 2 hari dalam setengah jam). Pengeluran pervaginam yang berbau menusuk (menyengat ).
25
b.
Rasa sakit dbagian bawah abdomen atau punggung.
c.
Rasa sakit kepala yang terus menerus atau masalah penglihatan
d.
Pembengkakan diwajah atau ditangan.
e.
Demam, muntah , rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa tidak enak badan
f.
Payudarah yang berubah menjadi merah, panas dan sakit.
g.
Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.
h.
Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.
i.
Merasa sedih dan tidak mampu merawat bayinya atau dirinya sendiriMerasa sangat letih atau nafas terengah-engah.
2.4. Bayi baru lahir 2.4.1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir satu jam pertama sampai 24 jam setelah kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir menunjukan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.(APN, 2007) Mengetahui derajat vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitas. Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-refleks primitive seperti menghisap dan mencari puting susu. (Saifuddin, 2006 : 133) 2.4.2. Penilaian bayi baru lahir Penilaian awal bayi baru lahir haru segera dilakukan secara tepat dan tepat (0-30 detik), dengan cara menilai: a.
Apakah bayi mengis dengan kuat atau bernafas tanpa kesulitan?
b.
Apakah bayi bergerak aktif?
c.
Apakah kulit bayi berwarna merah muda, pucat, atau biru?
Identifikasi bayi baru lahir yang memerlukan asuhan tambahan adalah bila bayi tidak menagis kuat, kesulitan bernafas, gerak bayi tidak aktif, warna kulit bayi pucat. (APN, 2007:42)
26
2.4.3. Penanganan Bayi baru lahir Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah : a. Membersihkan jalan nafas b. Bayi normal akan menangis spontan setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis penolong segera memberikan jalan nafas dengan cara sebagai berikut : 1. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat 2. Gulung kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah kebelakang. 3. Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tengan yang membungkus dengan kassa steril. 4. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis. c.
Memotong dan merawat tali pusat Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan menggunakan
gunting steril dan diikat dengan pengikat steril, tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan kassa steril. d.
Mempertahankan suhu tubuh Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya,
dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membantunya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat setelah IMD, suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil, suhu bayi harus dicatat. e. IMD (Inisiasi Menyusu Dini) 1. Pengertian IMD Inisiasi Menyusui dini (early initiation) adalah bayi diberi kesempatan mulai atau inisiasi menyusui sendiri segera setelah lahir/dini dengan cara membiarkan kulit bayi melekat pada kulit ibu setidaknya satu jam atau sampai menyusu awal selesai, dengan cara merangkak mencari payudara (The Breast Crawl).
27
2. Tahapan Perilaku Bayi Sebelum Menyusui Untuk mencari payudara, bayi merangkak melalui 5 tahapan, yaitu: a. Dalam 30 menit pertama : istirahat siaga, sekali-kali melihat ibunya, menyesuaikan dengan lingkungannya. b. 30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan menghisap, memasukan tangan ke mulut. c. Mengeluarkan air liur d. Kaki menekan-nekan perut ibu untuk bergerak kearah payudara. e. Menjilat-jilat kulit ibu, menyentuh puting susu dan tangannya f. Menghentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri g. Menemukan puting, menjilat, mengulum puting susu. h. Membuka mulut lebar dan melekat dengan baik serta menghisap dengan kuat pada puting susu ibu. 3. Manfaat IMD a. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat, sehingga menurunkan AKB karena hypotermia. b. Ibu dan bayi merasa tenang. c. Memindahkan bakteri kulit ibu ke kulit bayi, dengan menjilat kulit ibu maka bayi menelan bakteri berkoloni dan bakteri yang berada diusus bayi akan menyaingi bakteri ganas dari lingkungannya. d. Jalinan kasih sayang ibu-bayi lebih baik sebab bayi siaga 1-2 jam pertama. e. Mendapat colostrum, kaya anti bodi, penting untuk pertumbuhan usus, ketahanan infeksi, kehidupan bayi. f. IMD lebih berhasil menyusui eksklusif dan lebih lama disusui. g. Sentuhan, emutan, jilatan pada puling merangsang pengeluaran hormon oksitosin, penting untuk : h. Kontraksi rahim, membantu mengurangi pendarahan. i. Merangsang hormon lain membuat ibu tenang, rileks, mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, kebahagiaan. j. Merangsang pengeluaran ASI. 4. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini
28
a.
Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan.
b.
Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak atau mengurangi mempergunakan obat kimiawi.
c.
Dikeringkan, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan lemak putih (vernix).
d.
Tengkurupkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya. Kalau perlu menggunakan topi bayi
e.
Biarkan
bayi
mencari
putting
susu
ibu
sendiri
Ibu
dapat
merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu f.
Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai atau setelah satu jam pertama IMD.
g.
Tunda menimbang, mengukur, suntikkan vitamin K dan menetesi dengan obat tetes mata sampai proses menyusu awal selesai.
h.
Ibu melahirkan dengan proses operasi berikan kesempatan skin to skin contact.
i.
Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Rawat gabung ibu : ibu-bayi dirawat dalam satu kamar dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
j.
Bila inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin : bayi tetap
diletakkan
didada ibu waktu dipindah dikamar perawatan. Usaha menyusu dini dilanjutkan dikamar perawatan ibu. 5. Peran tenaga kesehatan dalam proses IMD : a.
Menyediakan waktu dan suasana tenang.
b.
Membantu ibu menemukan posisi yang nyaman.
c.
Membantu bapak dan ibu menunjukkan perilaku pre-feeding yang positif saat bayi mencari payudara.
d.
Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu
e.
Menghindarkan memaksa memasukkan puting susu ke mulut bayi.
f.
Perlu Kesabaran.
6.
Pendapat yang menghambat IMD pada bayi baru lahir
a.
Bayi kedinginan.
29
b.
Ibu lelah setelah melahirkan.
c.
Kurang tersedia tenaga kesehatan.
d.
Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.
e.
Ibu harus dijahit.
f.
Bayi perlu diberi vitamin K dan tetes mata segera.
g.
Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur.
h.
Colostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik dan bahkan tidak baik untuk bayi.
i.
Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC sentral.
j.
Tenaga
kesehatan
belum
sependapat
tentang
pentingnya
memberi
kesempatan inisiasi dini pada bayi lahir dengan operasi cesarea (Utami Roesli, 2008). 2.4.4
Pedoman umum yang diikuti ibu saat menyusui mencakup.
a.
Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam waktu satu jam)
b.
Jangan berikan makan dan minuman lain kepada bayi
c.
Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupanya dan baru dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI setelah periode eksklusif tersebut.
d.
Berikan asi pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih dalam 24 jam) selam bayi menginginkan. (APN, 2007 : 101)
2.4.5 4 cara menghilangkan panas dari tubuh bayi Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
a.
Evaporasi Kehilangan panas terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi.
b.
Konduksi Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
c.
Konveksi
30
Kehilangan panas saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. d.
Radiasi Kehilangan panas karena bayi ditempatkan ditempat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. (APN, 2007:9697)
2.4.6 Reflek-reflek pada bayi baru lahir Bayi dilahirkan
dengan banyak refleks normal. Saat semakin dewasa,
banyak dari refleks atau aksi awal ini yang akan hilang. Ketika baru lahir, memeriksakan refleks-refleks ini, yang merupakan tanda dari kesehatan neurology yang baik. Beberapa refleks mempunyai nama khusus. 1. Refleks moro atau terkejut Terjadi jika bayi anda kaget terhadap suatu bunyi, cahay terang, atau takut terhadap suatu bunyi, cahaya terang atau gerakan yang cepat. Bayilebih mudah terkejut jika ia terbaring terlentang. 2. Refleks menggengam Terjadi jika anda meletakan jari-jari anda ditelapak tanganya; ia akan memberikan respons dengan mengengam jemari anda dengan kencang. (Whalley, 2008:351) 3. Refleks menghisap dan menelan Refleks ini berkembang dengan baik pada bayi yang normaldan terkondinasi dengan pernafasan. Refleks ini sangat penting artinya bagi proses pemberian makan dan kecukuan nutrisi. 4. Refleks rooting Bayi akan memutar kearahsumber rangsangan dan membuka mulut, bersiap untuk menyusu jika disentuh di pipi atau tepi mulut. 5. Refleks muntah, batuk, dan bersin Refleksi ini melindungi bayi dari sumbatan jalan nafas. 6. Refleks berjalan dan melangkah Jika disangga pada posisi tegak dengan kakinya menyentuh permukaan datar, bayi seperti mencoba berjalan. Jika di gendong tibia menyentuh ujung meja bayi, bayi akan mencoba menaiki meja tersebut(refleks perubahan ekstremitas).
31
7. Refleks tonus leher yang tidak simetris Pada posisi terlentang, ekstermitas di sisi tubuh dimana kepala menoleh mengalami ekstensi, sedangkan disisi tubuh lainya fleksi. Tonus otot dapat dilihat pada respons terhadap gerakan pasif. 8. Penahan sentral Jika ditahan pada tangan pemeriksa dengan posisi tengkurap, bayi akanmenahan posisi kepala sebentar dengan badanya dan menekuku ekstremitasnya. refleks dan merespons tersebut merupakan mekanisme pertahanan diri, yang memang ditunjukan
menarik perhatian sang ibu terhadap bayinya sehingga
meningkatkan perlekatan antara ibu dab bayinya. (Cooper, 2009:722) 2.4.7
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai
a.
Temperatur aksila di atas 37,5° c atau di bawah 36,5° c
b.
Kemungkinana adanya ikterus jika pada bayi, anggota gerak, dan bagian putih matanya berwarna kekuningan.
c.
Perubahan pada prilaku bayi seperti lebih diam atu rewel dan gelisah yang tak biasa.
d.
Masalah dengan tali pusat, termasuk perdarahan .
e.
Masalah dengan pemberian makan, termasuk menyusui bayi baru lahir kurang dari tujuh atau delapan kali dalm 24 jam, atau bayi yang disusui tidak efektif.
f.
Masalah buang air besar
g.
Masalah dengan pernafasan. (Whalley, 2007:369)
2.4.8
Imunisasi pada bayi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi). a.
Hepatitis Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B
terhadp bayi, terutama jalur penularan ibu –bayi. Terhadap 2 jadwal pemberian
32
imunisasi B. Jadwal pertama imunisasi Hepetitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0 (segera setelah lahir mengunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali, yaitu pada usia0, dan DPT+Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia kehamilan. (APN, 2007:106) Disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara IM, dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu. Bidan juga harus memprogramkan pemberian dosis pertama vaksin Hepatitis B dalam 12 jam setelah kelahiran. (Varney, 2008 : 895) b.
BCG (Bacillus Calmette Guerine) Indikasi
: untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis.
Diberikan sebanyak 1 kali secara intrakutan di lengan kanan atas vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam. c.
Polio Indikasi
: untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis.
Diberikan secara oral 2 tetes sebanyak 4 kali dengan interval 4 minggu d.
DPT Indikasi
: untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri,
tetanus, pertusis, dan hepatitis B. Cara pemberian dosis : 1. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen. 2. Disuntikkan secara intra muskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis. 3. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan) e.
Campak Indikasi
: untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit
campak. Cara pemberian dan dosis : 1. Sebelum disuntikkan vaksin terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
33
2. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6. 2.5. Keluarga Berencana 2.5.1. Konsep Dasar Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Untuk dapat mencapai hal tersebut maka dibuatlah beberapa cara atau alternatif untuk mencegah ataupun menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga. Berdasarkan penelitian, terdapat 3.6 juta kehamilan tidak direncanakan setiap tahunnya di Amerika Serikat, separuh dari kehamilan yang tidak direncanakan ini terjadi karena pasangan tersebut tidak menggunakan alat pencegah kehamilan, dan setengahnya lagi menggunakan alat kontrasepsi tetapi tidak benar cara penggunaannya. Metode kontrasepsi bekerja dengan dasar mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang di dalam rahim. Kontrasepsi dapat reversible (kembali) atau permanen (tetap). Kontrasepsi yang reversible adalah metode kontrasepsi yang dapat dihentikan setiap saat tanpa efek lama di dalam mengembalikan kesuburan atau kemampuan untuk punya anak lagi. Metode kontrasepsi permanen atau yang kita sebut sterilisasi adalah metode kontrasepsi yang tidak dapat mengembalikan kesuburan dikarenakan melibatkan tindakan operasi. Metode kontrasepsi juga dapat digolongkan berdasarkan cara kerjanya yaitu metode barrier (penghalang), sebagai contoh, kondom yang menghalangi sperma; metode mekanik seperti IUD; atau metode hormonal seperti pil. Metode kontrasepsi alami tidak memakai alat-alat bantu maupun hormonal namun berdasarkan fisiologis seorang wanita dengan tujuan untuk mencegah fertilisasi (pembuahan). Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel
34
telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari konsepsi adalah menghindari
mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat
adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan kedua - duanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Depkes, 1999). Kontrasepsi adalah usaha - usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan, usaha itudapat bersifat sementara dapat bersifat permanen (Prawirohardjo, 2008; 534). 2.5.2 Akseptor KB menurut sasarannya a. Fase menunda kehamilan Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun.Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan.Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB AKDR. b. Fase mengatur / menjarangkan kehamilan Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 - 4 tahun.Ktiteria kontrasepsi yang perlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi.Kontrasepsi dapat dipakai 3 - 4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
c. Fase mengakhiri kesuburan / tidak hamil lagi Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di
35
samping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB (Pinem, 2009.). 2.5.3 Syarat - Syarat Kontrasepsi Sebagai usaha untuk mencegah kehamilan hendaknya kontrasepsi memiliki syarat - syarat sebagai berikut : a. aman pemakaiannya dan dapat dipercaya. b. efek samping yang merugikan tidak ada. c. lima kerjanya dapat diatur menurut keinginan. d. tidak mengganggu hubungan persetubuhan. e. tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama pemakaiannya. f. cara penggunaannya sederhana. g.
harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
h. dapat diterima oleh pasangan suami istri.
36
BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN
3.1. ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL Kunjungan l Tanggal pengkajian
: 02 September 2015
Waktu
: 16.20 WIB
Tempat
: Klinik Hj. Hamida
Pengkaji
: Laura Widia Nirmala Sari
I.
PENGKAJIAN DATA
a. Data Subyektif 1. Biodata Nama Ibu
: Ny. D
Nama Suami
: Tn. S
Umur
: 23 tahun
Umur
: 25 tahun
Suku/bangsa
: Jawa/indonesia
Suku/bangsa
: Jawa/indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: JL.Letda Sujono
2. Alasan Datang/Keluhan Utama Ibu datang ke Klinik Hj.Hamidah untuk memeriksakan kehamilannya. 3. Riwayat Menstruasi Menarche
: 13 Tahun
Lama
: + Hari
Siklus
: 28 Hari
Jumlah Darah
: 2 x ganti pembalut
Konsistensi
: Cair
Dismenorhoe
: Kadang – kadang
37
4. Riwayat Kehamilan Sekarang Amenorhoe
: Ada
Paritas
: G1P0A0
HPHT
: 10-06-2015
UK
: 12 minggu
TTP
: 17-03-2016
Gerakan janin : Dirasakan lebih dari 10x/hari dalam 24 jam. ANC : Trimester I : 1 kali dibidan Keluhan : Mual Imunisasi : TT I
: UK 10 Minggu (25-08-2015)
Fe
: Ibu mengatakan minum tablet Fe secara teratur sesuai dosis yang dianjurkan
5.
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu : -
6.
Riwayat Kesehatan Ibu dan Keluarga Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit berat seperti penyakit jantung, hipertensi, asma, diabetes, dan penyakit menular seperti TBC (Tuberculose), HIV/AIDS, Hepatitis. Ibu juga mengatakan di dalam keluarganya tidak mempunyai keturunan kehamilan kembar.
7.
Riwayat Perkawinan Ibu mengaku menikah 1 kali, umur 20 tahun, lama nikah + 3 tahun.
8.
Riwayat Kontrasepsi Ibu mengatakan Belum Pernah Menggunakan KB
9.
Pola Kebiasaan Sehari-hari Pola Sehari-hari 1. Nutrisi a. Makan Jenis Makanan b. Minum Jenis minuman 2. Istirahat a. Siang b. Malam 3. Eliminasi a. BAK
Sebelum Hamil 3 X / hari Nasi, Sayur, Lauk pauk 5 -7 gelas / hari Air putih + 1 jam + 8 jam 4-5 X / hari
38
Selama Hamil 3 X / hari Nasi, Sayur, Lauk pauk + 8 gelas / hari Air putih / teh / susu
+ 1 jam + 7 jam
Warna b. BAB Warna Konsistensi 4. Personal Hygiene a. Mandi b. Gosok Gigi c. Keramas d. Perawatan Payudara e. Perawatan Vulva f. Aktivitas g. Hubungan Seksual 1.
Kuning jernih 1 X / hari Kuning kecoklatan Lembek 2 X / hari 2 X / hari 3 X / minggu Setiap mandi Tidak ada keluhan Baik
5-6 X / hari Kuning jernih 1 -2 X / hari Kuning kecoklatan Lembek 2 X / hari 2 X / hari 3 X / hari Setiap mandi Setiap mandi Tidak ada keluhan Baik
Data Objektif 1)
Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80x/menit
Pernapasan
: 21x/menit
Suhu
: 36,5 °C
Status Gizi BB sebelum hamil
: 40 kg
BB sekarang
: 43 kg
BB Bulan Lalu
: 42 kg
Tinggi Badan
: 155 cm
Lila
: 23 cm
2) Pemeriksaan Fisik a. Kepala
b.
b. .Muka
: Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada ketombe,rambut hitam bergelombang, tidak rontok. : Tidak ada oedema, tidak pucat,tidak ada cloasma gravidorum
39
c. Mata
d. Hidung 2. Telinga 3. Gigi dan Mulut 4. Leher
5. Dada 6. Payudara
7. Abdomen
: Simetris, Konjungtiva anemis, sclera ikterik, rangsangan pupil terhadap cahaya baik. : Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret, penciuman baik. : Bersih,tidakada serumen, pendengaran baik : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis tidak ada karies gigi. : Tidak ada pembesaran baik pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan : Bunyi jantung regular,paru-paru tidak ada ronchi dan wheezing. simetris, puting susu : Bentuk menonjol, areola mamae hyperpigmentasi, tidak ada nyeri tekan. : Pembesaran rahim sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, terdapat striae gravidarum, terdapat linea nigra.
Leopold I
: TFU 3 Jari di atas simfisis
Leopold II
: Bagian perut sebelah kiri dan kanan belum teraba .
Leopold III
: Bagian terendah janin belum teraba
Leopold IV
: -
Taksiran Berat Janin
:
DJJ
: 142 kali/menit, reguler.
8. Genitalia
: Vulva dan vagina bersih, tidak ada Oedema, tidak ada varises, tidak ada pembengkakan
kelenjar
skene
dan
: kelenjar bartholini. 9. Anus
Tidak ada hemoroid
m.Ekstremitas Atas
: tidak ada edema, pergerakan normal.
n. Bawah
:
tidak ada edema dan tidak ada varises, refleks patella (+/+).
40
3) Pemeriksaan Penunjang HB
: 12 gr %
Protein urine
:(-)
Glukosa urine
:(-)
II. INTERPRETASI DATA Ny. D umur 23 tahun G1P0A0, gravida 12 minggu, janin hidup tunggal intra uterin, keadaan ibu dan janin baik. III. DIAGNOSA POTENSIAL Tidak ada IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA Tidak ada V. PERENCANAAN 1.
Bina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
2.
beritahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
3.
berikan tablet Fe 30 tablet
4.
beritahu cara meminum tablet Fe,yaitu dengan air putih, jus jeruk ataupun Vit.C dan diminum 1 X/ hari
5.
anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti : bayam,kangkung dan yang lainnya.
6.
berikan kebebasan ibu untuk memilih tempat bersalin
7.
anjurkan ibu untuk mempersiapkan donor darah,dana,dan kendaraan
8.
anjurkan ibu untuk mempersiapkan fisik menghadapi persalinan seperti : jalan-jalan di pagi hari dan mengurangi aktivitas
9.
anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan kemudian atau jika ada keluhan.
VI. PELAKSANAAN 1.
Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
2.
Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga
3.
Memberikan tablet Fe 30 tablet
4.
Memberitahu cara meminum tablet Fe,yaitu dengan air putih, jus jeruk ataupun Vit.C dan diminum 1 X/ hari
41
5.
Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, seperti : bayam,kangkung dan yang lainnya.
6.
Memberikan kebebasan ibu untuk memilih tempat bersalin
7.
Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan donor darah,dana,dan kendaraan
8.
Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan fisik menghadapi persalinan seperti : jalan-jalan di pagi hari dan mengurangi aktivitas
9.
Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan kemudian atau jika ada keluhan.
VII. EVALUASI 1.
Hubungan baik terbina dengan ibu dan keluarga
2.
Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan
3.
Ibu mendapat tablet Fe 30 tablet
4.
Ibu mengetahui cara minum Fe yaitu dengan air putih 1 X / hari di minum tiap malam
5.
Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi seperti : bayam,kangkung dan sebagainya.
6.
Ibu ingin bersalin di bidan Hj. Hamida
7.
Ibu sudah mempersiapkan kelengkapan bayinya
8.
Ibu sudah siap menghadapi persalinan
9.
Ibu mau mengurangi aktivitas dan istirahat yang cukup
42
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NORMAL (ANC) PADA NY. D G1P0A0 DI BPS KLINIK Hj.HAMIDAH JL. LETDA SUJONO Gg. CEMPAKA NO.23 MEDAN Kunjungan II Tanggal pengkajian
: 15 September 2015
Waktu
: 16.00 WIB
Tempat
: Klinik Hj.Hamida
Nama Pengkaji
: Laura Widia Nirmala Sari
I.
Data Subyektif
1. Biodata Nama
Nama Ibu
: Ny. D
Umur
: 23 tahun
Suku/bangsa
: Jawa/indonesia Suku/bangsa : Jawa/indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: JL.Letda Sujono
Suami Umur
: Tn. S : 25 tahun
2. Keluhan Utama Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya. 3. Riwayat Psikososial Ibu mengatakan kehamilan ini sangat diharapkan, ibu tinggal bersama suami, ibu dan keluarga sangat menantikan kelahiran anak ini,pengambilan keputusan oleh suami, inu mengatakan ingin bersalin dibidan. II. Data Obyektif 1) Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit
43
Pernapasan
: 24x/menit
Suhu
: 37 °C
BB
: 58 kg
2). Pemeriksaan Khusus a. Kepala
:
b. Muka
:
c. Mata
:
d. Hidung
:
e. Telinga
:
f. Gigi dan Mulut
:
g. Leher
:
h. Dada
:
i. Payudara
:
Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada ketombe, rambut hitam bergelombang, tidak rontok. Tidak ada oedema, tidak pucat, tidak ada cloasma gravidorum Simetris, Konjungtiva anemis, sclera ikterik, rangsangan pupil terhadap cahaya baik. Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret, penciuman baik. Bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis tidak ada karies gigi. Tidak ada pembesaran baik pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan Bunyi jantung regular, paru-paru tidak ada ronchi dan wheezing. Bentuk simetris, puting susu menonjol, areola mamae hyperpigmentasi, tidak ada nyeri tekan, kolostrum belum keluar.
j. Abdomen Inspeksi
Pembesaran rahim sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka operasi, terdapat striae gravidarum, terdapat linea nigra.
:
Palpasi Leopold I
Leopold II
: TFU 23 cm, bagian fundus teraba bundar, lembek, tidak melenting (bokong). : Bagian perut sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil janin (ekstermitas), bagian perut sebelah kanan teraba bagian keras memanjang dan ada tahanan
44
(punggung). : Bagian terendah janin teraba bulat, keras melenting (kepala) dan belum masuk PAP. (bagian atas simpisis tidak dapat digoyangkan) : -
Leopold III
Leopold IV Auskultasi DJJ Taksiran Berat Janin k.Genitalia
l.Anus m.Ekstremitas Atas
Bawah 3). Pemeriksaan Penunjang
: 140 kali/menit. : (23-13) X 155 = 1550 gram : Vulva dan vagina bersih, tidak ada Oedema, tidak ada varises, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini, tidak ada lender darah dari jalan lahir. : Tidak ada haemoroid : tidak ada edema, pergerakan normal dan jumlah jari lengkap. tidak ada edema, tidak ada varises, : refleks patella (+/+).
HB
: 12 gr %
Protein urine
:(-)
Glukosa urine
:(-)
III.
ANALISA DATA
umur 23 tahun G1P0A0 gravida 39 minggu, janin hidup tunggal intra uterin, keadaan ibu dan janin baik. IV.
PLANNING
1. Membina hubungan baik dengan ibu → hubungan baik terbina. 2. Memberitahukan
hasil
pemeriksaan
Ibu
mengetahui
tentang
hasilpemeriksaannya. 3. Memberikan dukungan moril pada ibu dan keluarga bahwa kehamilan merupakan proses alamiah tetapi harus tetap diperiksa untuk mendeteksi adanay kelainan ibu merasa tenang setelah mendapat dukungan dari bidan. 4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup ibu mengerti dan mau melakukannya. 5. Memeberitahu ibu tentang gizi seimbang seperti makanan-makanan yang banyak mengandung mineral, protein dan karbo hidrat contohnya :
45
tempe,telur,sayur, biscuit ibu bisa mengerti dan mengulang kembali apa yang telah di samapaikan bidan. 6. Memberikan ibu tablet Fe dan kalsium dan menganjurkan ibu untuk meminumnya menjelang tidur 1x sehari dengan air putih → Ibu mengerti dan mau meminumnya. 7. Memberitahu ibu tentang personal hygiene seperti mandi 3 X sehari,gosok gigi minimal 2 kali sehari,keramas 3 kali seminggu dan menganjurkan perawatan payudara sebanyak 2 kali sehari sebelum mandi dengan cara : a. Kompres putting susu dan sekitarnya dengan cara menempelkan washlap bersih yang dibasahi air hangat + selama 3 menit. b. Kompres diangkat,usap berulang-ulang dengan washlap sampai putting dan aerola menjadi bersih kemudian keringkan dengan menggunakan handuk. c. Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak kelapa,kemudian pilih putting susu dengan ibu jari dan telunjuk kea rah tengah 20-30 kali ibu mengerti dan mau melakukannya. 8. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan seperti : sakit kepala,pandangn kabur,bengkak pada wajah,tangan dan kaki,gerak janin tidak dirasakan,demam tinggi ibu mengerti apa yang telah disampaikan. 9. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan seperti : adanya mules yang sering dan kuat,keluarnya lender dan campur darah dari jaln lahir, keluarnya cairan yang banyak dan sekonyong-konyong dari jalan lahir ibu mengerti dan mengetahui tentang tanda-tanda persalinan. 10. Menganjurkan ibu untuk kontrol
3 bulan kemudian Ibu setuju untuk
diperiksa kembali 3 bulan kemudian atau bila terdapat keluhan.
46
ASUHAN KEBIDANAN IBU HAMIL NORMAL (ANC) PADA NY. D G1P0A0 DI BPS KLINIK Hj.HAMIDAH MEDAN
Kunjungan III Tanggal pengkajian
: 05 Maret 20116
Waktu
: 16.00 WIB
Tempat
: Klinik Hj.Hamida
Nama Pengkaji
: Laura Widia Nirmala Sari
V. Data Subyektif 1. Biodata Nama Ibu
: Ny. D
Nama Suami
:
Tn. S
Umur
: 23 tahun
Umur
:
25 tahun
Suku/bangsa
: Jawa/indonesia Suku/bangsa
:
Jawa/indonesia
Agama
: Islam
Agama
:
Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
:
SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
:
Wiraswasta
Alamat
: JL.Letda Sujono
2. Keluhan Utama Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya, sudah merasakan mules tapi masih jarang dan mengeluh sering buang air kecil, gerakan janin masih dirasakan. 3. Riwayat Psikososial Ibu mengatakan kehamilan ini sangat diharapkan, ibu tinggal bersama suami, ibu dan keluarga sangat menantikan kelahiran anak ini,pengambilan keputusan oleh suami, inu mengatakan ingin bersalin dibidan. VI. Data Objektif 1) Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 88x/menit
47
Pernapasan
: 24x/menit
Suhu
: 37 °C
BB
: 58 kg
2). Pemeriksaan Khusus Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada a. Kepala
ketombe, rambut hitam bergelombang, tidak rontok. Tidak ada oedema, tidak pucat, tidak
k. Muka
:
l. Mata
: Simetris, Konjungtiva anemis, sclera
ada cloasma gravidorum
ikterik, rangsangan pupil terhadap cahaya baik. m.
m. Hidung
: Bersih, tidak ada polip, tidak ada sekret, penciuman baik.
n. Telinga
: Bersih, tidak ada serumen, pendengaran baik
o. Gigi dan Mulut
: Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis tidak ada karies gigi.
p. Leher
: Tidak ada pembesaran baik pada kelenjar tiroid, kelenjar limfe, tidak ada nyeri tekan
q. Dada
: Bunyi jantung regular, paru-paru tidak ada ronchi dan wheezing.
r. Payudara
: Bentuk simetris, puting susu menonjol, areola mamae hyperpigmentasi, tidak ada nyeri tekan, kolostrum belum keluar.
s. Abdomen Inspeksi
:
Pembesaran rahim sesuai umur kehamilan, tidak ada bekas luka
48
operasi, terdapat striae gravidarum, terdapat linea nigra. Palpasi Leopold I
: TFU 33 cm, bagian fundus teraba bundar, lembek, tidak melenting (bokong).
Leopold II
: Bagian perut sebelah kiri teraba bagian-bagian kecil janin (ekstermitas), bagian perut sebelah kanan teraba bagian keras memanjang dan ada tahanan (punggung).
Leopold III
: Bagian terendah janin teraba bulat, keras melenting (kepala) dan sudah masuk PAP. (bagian atas simpisis tidak dapat digoyangkan)
Leopold IV
: Penurunan kepala 3/5
Auskultasi DJJ
: 140 kali/menit.
Taksiran Berat Janin
: (33-13) X 155 = 2790 gram
k.Genitalia
: Vulva dan vagina bersih, tidak ada Oedema, tidak ada varises, tidak ada pembengkakan kelenjar bartholini, tidak ada lender darah dari jalan lahir.
l.Anus
: Tidak ada haemoroid
m.Ekstremitas Atas
: tidak ada edema, pergerakan normal dan jumlah jari lengkap.
n. Bawah
: tidak ada edema, tidak ada varises, refleks patella (+/+).
3). Pemeriksaan Penunjang HB
: 12 gr %
49
Protein urine
:(-)
Glukosa urine
:(-)
VII.
ANALISA DATA
umur 1 tahun G1P0A0 gravida 39 minggu, janin hidup tunggal intra uterin, keadaan ibu dan janin baik. VIII. PLANNING 1. Membina hubungan baik dengan ibu → hubungan baik terbina. 2. Memberitahukan hasil pemeriksaan Ibu mengetahui tentang hasi lpemeriksaannya. 3. Memberikan dukungan moril pada ibu dan keluarga bahwa kehamilan merupakan proses alamiah tetapi harus tetap diperiksa untuk mendeteksi adanay kelainan ibu merasa tenang setelah mendapat dukungan dari bidan. 4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup ibu mengerti dan mau melakukannya. 5. Memeberitahu ibu tentang gizi seimbang seperti makanan-makanan yang banyak mengandung mineral, protein dan karbo hidrat contohnya : tempe,telur,sayur, biscuit ibu bisa mengerti dan mengulang kembali apa yang telah di samapaikan bidan. 6. Memberikan ibu tablet Fe dan kalsium dan menganjurkan ibu untuk meminumnya menjelang tidur 1x sehari dengan air putih → Ibu mengerti dan mau meminumnya. 7. Memberitahu ibu tentang personal hygiene seperti mandi 3 X sehari,gosok gigi minimal 2 kali sehari, keramas 3 kali seminggu dan menganjurkan perawatan payudara sebanyak 2 kali sehari sebelum mandi dengan cara : a.
Kompres putting susu dan sekitarnya dengan cara menempelkan washlap bersih yang dibasahi air hangat + selama 3 menit.
b.
Kompres diangkat,usap berulang-ulang dengan washlap sampai putting dan aerola menjadi bersih kemudian keringkan dengan menggunakan handuk.
c.
Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak kelapa, kemudian pilih putting susu dengan ibu jari dan telunjuk kea rah tengah 20-30 kali
50
ibu mengerti dan mau melakukannya. 8.
Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan seperti : sakit kepala,pandangn kabur,bengkak pada wajah,tangan dan kaki,gerak janin tidak dirasakan,demam tinggi ibu mengerti apa yang telah disampaikan.
9.
Memberitahu ibu tentang tanda-tanda persalinan seperti : adanya mules yang sering dan kuat,keluarnya lender dan campur darah dari jaln lahir, keluarnya cairan yang banyak dan sekonyong-konyong dari jalan lahir ibu mengerti dan mengetahui tentang tanda-tanda persalinan.
10. Menganjurkan ibu untuk kontrol 1 minggu kemudian Ibu setuju untuk diperiksa kembali 1 minggu kemudian atau bila terdapat keluhan.
51
3.2. ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN Kala I Fase Laten Tanggal
: 25 April 2016
Waktu
: 08.00 WIB
Tempat
: Klinik Hj.Hamida
Alamat BPS
: Jl.Letda sujono Gg. Cempaka No.23 Medan
I. DATA SUBJEKTIF 1. Biodata Nama
Nama Ibu
: Ny. D
Umur
: 23 tahun
Suku/bangsa
: Jawa/indonesia Suku/bangsa : Jawa/indonesia
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: IRT
Pekerjaan
: Wiraswasta
Alamat
: JL.LETDA SUJONO
Suami Umur
: Tn. S : 25 tahun
2. Riwayat Datang ke BPS Ny. D datang ke Klinik Hj. Hamida pada tanggal 15 September 2015 jam 05.20 WIB diantar suami dan keluarganya, merasa hamil 6 bulan, HPHT : 10-062015, TTP : 17-03-2016, mengeluh sudah ingin melahirkan merasa mules sejak jam 02.00 WIB ( 05 juli 2015) dan sekarang semakin sering dan menjalar dari daerah perut ke pinggang His 2-3 kali dalam 10 menit. Sudah keluar lender campur darah,ketuban sudah pecah jam 23.30 WIB, pergerakan janin masih dirasakan,makan terakhir jam 19.00 WIB, minum terakhir jam 20.00 WIB, BAB terakhir jam 17.00 WIB, dan BAK terakhir jam 20.30 WIB istirahat kurang. Merupakan kehamilan yang pertama,ANC rutin di bidan sebanyak 6 kali.
II.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum
: Baik
52
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda-tanda vital
:
Tekanan darah
: 110/80 mmHg
Nadi
: 89x/menit
Pernapasan
: 24x/menit
Suhu
: 37,6°C
a. Pemeriksaan Khusus a. Muka
: Tidak ada oedema, tidak pucat
b. Mata
: Konjungtiva merah muda, sklera putih
c. Abdomen
: Tidak ada luka bekas operasi, TFU 33 cm, posisi puka, presentasi kepala, penurunan kepala 2/5 bagian. DJJ : 130 kali/menit, his 3 kali dalam 10 menit lamanya 40 detik, kandung kemih kosong.
d. Taksiran Berat Janin
: (33-12) x 155 = 2790 gram
e. Ekstremitas atas
: Kuku tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas Bawah
: Kuku tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada nyeri tekan.
f. Genitalia
: Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak ada pembengkakan kelenjar skene dan kelenjar bartholini, tidak ada tanda-tanda infeksi, terdapat pengeluaran lendir bercampur darah.
53
Pemeriksaan dalam : Vulva vagina tidak ada kelainan, portio tipis lunak, pembukaan 5 cm, ketuban negatif, presentasi kepala, penurunan kepala di Hodge II, tidak ada molase.
III. ANALISA DATA Ny. D umur 23 tahun G1P0A0 aterm kala I fase aktif, janin hidup tunggal intra uterin, keadaan ibu dan janin baik. IV. PLANNING a. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga Ibu merasa nyaman. b. Melakukan informed consent Ibu menyetujui tentang tindakan yang akan dilakukan. c. Memberitahu pada ibu dan keluarga mengenai pemeriksaan dalam bahwa proses persalinan sudah pembukaan 5 cm, keadaan ibu dan janin baik Ibu dan keluarga mengetahui. d. Menganjurkan ibu untuk miring kiri/kanan, bila mampu jalan-jalan Ibu miring kanan. e. Memberikan dukungan moral dan spiritual Ibu tampak tenang. f. Menganjurkan ibu BAK setiap kali menginginkan ibu mau melakukannya. g. Memberikan makan dan minum disela waktu his Ibu minum teh manis ± 50 cc, air kloropil ± 150 cc,makan 1 porsi kecil. h. Memberikan kebebasan kepada ibu untuk memilih pendamping persalinan Ibu menginginkan di damping ibunya. i. Memberikan informasi tentang proses persalinan Ibu mampu memahami apa yang di informasikan.
54
j. Mengajarkan teknik relaksasi khususnya saat ada his Ibu mampu melakukannya. k.
Menyiapkan partu set, perisapan ibu dan bayinya persiapan persalinan sudah siap.
l. Merencanakan pemantauan kemajuan persalinan,badan ibu dan janin Hasil pemantauan tercatat dalam partograf. m. Merencanakan Pemeriksaan Dalam 4 jam kemudian atau jika ada indikasi. Kala I Jam 08.00 WIB SUBJEKTIF Ibu mengatakan mules lebih sering dirasakan, ketuban sudah pecah, gerakan janin masih dirasakan. OBJEKTIF Keadaan umum
: Baik
Tanda-tanda vital
: Tekanan darah:110/80 mmHg, Nadi: 89x/menit Pernapasan: 24x/menit,Suhu: 37,6°C.
Abdomen
: kandung kemih penuh, penurunan kepala 2/5 , DJJ : 130 X/menit, His 3 X dalam 10 menit, lamanya 30 detik.
Pemeriksaan Dalam
: Vulva Vagina : Pengeluaran lender campur darah +, portio tipis/lunak, pembukaan 5 cm, ketuban -, presentasi kepala, penurunan H II,UUK kanan depan, tidak ada molase.
ASSESMENT Ibu hamil aterm kala I fase aktif janin tunggal hidup, keadaaan ibu janin dan kemajuan persalinan ibu baik ibu tampak sedikit gelisah. PLANNING a.
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga ibu tampak tenang.
b.
Memberi dukungan moral dan spiritual Ibu lebih tenang setelah diberi dukungan.
55
c.
Menawarkanminum disela his Ibu minum teh manis ± 50 cc.
d.
Menganjurkan ibu BAK Ibu mengerti.
e.
Mengajarkan kembali teknik relaksasi yang benar di sela his untuk mengurangi rasa nyeri Ibu mampu melakukannya.
f.
Mengajarkan teknik mengedan yang baik Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.
g.
Memberikan kebebasan posisi yang nyaman untuk ibu Ibu memilih tidur miring kiri.
h.
Merencanakan Pemeriksaan dalam 2 jam kemudian atau bila ada indikasi.
Kala II Jam 11.45 WIB SUBJEKTIF Ibu mengatakan mulesnya bertambah sering,merasa ingin BAB dan mengedan, gerakan janin masih dirasakan. OBJEKTIF Keadaan umum
: Baik, ibu lebih tampak gelisah
Tanda-tanda vital
: Tekanan darah:110/80 mmHg, Nadi: 84x/menit Pernapasan: 24x/menit, Suhu: 37°C.
Abdomen
: kandung kemih penuh, penurunan kepala 1/5 , DJJ: 136 X/menit, His 5 X dalam 10 menit, lamanya 45 detik.
Pemeriksaan Dalam
: Vulva Vagina : portio tidak teraba, pembukaan lengkap, ketuban -, penurunan kepala H IV, UUK kanan depan, tidak ada molase.
ASSESMENT Ibu aterm kala II,janin tunggal hidup,keadaaan ibu janin dan kemajuan persalinan ibu baik ibu lebih gelisah. PLANNING 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga ibu bersyukur sudah akan di pimpin meneran.
56
2. Memberi dukungan moril pada ibu dan keluarga Ibu merasa nyaman. 3. Memastikan perlengkapan bahan-bahan dan obat-obat an esensiap siap digunakan semua telah disediakan dan alat partus telah tersedia. 4. Memakai celemek plastik yang bersih Celemek digunakan. 5. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai kemudian mencuci tangan dengan sabun dan air bersih dampai siku serta mengeringkannya dengan handuk yang kering dan bersih perhiasan dilepas dan mencuci tangan di lakukan. 6. Memakai sarung tangan DTT sarung tangan DTT digunakan. 7. Memasukkan oksitosin 1 ampul kedalam spuit 3 cc dengan teknik one hand dan meletakkannya kembali kedalam partus set Oksitosin 1 ampul dalam spuit 3 cc siap digunakan. 8. Memimpin ibu untuk meneran pada saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran Ibu dapat melakukan cara meneran.
Kala III Tanggal
: 25 April 2016
Waktu
: 12.15 WIB
Tempat
: Klinik Hj. Hamida
1. Data Subjektif Ibu masih merasa mules. 2. Data Objektif a.
Keadaan umum
: Baik
b.
Kesadaran
: Compos mentis
c.
Plasenta belum lahir, TFU setinggi pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, perdarahan ± 150 cc.
3. Analisa P1A0 kala III keadaan ibu baik. 4. Penatalaksanaan Melakukan manajemen aktif kala III : a.
Memasang kain diperut ibu → Kain terpasang.
57
b.
Mengecek fundus untuk memastikan janin tunggal Janin tunggal.
c.
Memberitahu ibu akan disuntik Ibu bersedia untuk di suntik.
d.
Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha bagian luar ibu Oksitosin telah masuk (disuntikkan).
e.
Melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan posisi tangan Dorso kranial Sudah dilakukan. Memantau tanda lepasnya plasenta Terlihat tanda-tanda lepasnya
f.
plasenta (tali pusat memanjang, uterus membulat, darah keluar sekonyong-konyong). g.
Melahirkan plasenta Plasenta lahir spontan jam 11.25 WIB.
h.
Melakukan Massase uterus setelah plasenta lahir Kontraksi uterus menjadi baik.
Kala IV Tanggal
: 25April 2016
Waktu
: 12.30 WIB
Tempat
: Klinik Hj.Hamida
1. Data Subjektif Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya. 2. Data Objektif a. Keadaan umum
: Baik
b. Kesadaran
: Compos mentis
c. Tanda-tanda vital
:
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Nadi
: 84 kali/menit
Respirasi
: 24 kali/menit
Suhu
: 36,6°C
d. Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung kemih kosong, perdarahan ± 150 cc. 3. Analisa P1A0 kala IV, keadaan ibu baik.
58
4.
Penatalaksanaan a. Memeriksa kelengkapan plasenta → Kotiledon lengkap dan selaput plasenta utuh. b. Memeriksa robekan jalan lahir Terdapat robekan pada perinium derajat 2 c. Melakukan hecting hecting sudah dilakukan dengan mengunakan anastesi lidokain 1 % yang dilarutkan dengan aquabides dengan tehnik jelujur d. Mengajarkan pada ibu cara menilai kontraksi yang baik dan melakukan massase uterus jika kontraksi lembek Ibu bisa melakukan massase dan mengerti cara menilai kontraksi. e. Memberikan rasa aman dan nyaman pada ibu Tubuh ibu telah di bersihkan dengan air DTT dan pakaian ibu telah diganti dengan yang bersih dan kering. f. Mendekontaminasikan tempat tidur ibu dengan larutan klorin 0,5% dan air DTT tempat tidur ibu telah bersih. g. Mendekontaminasikan alat dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit dan membuang sampah → alat direndam dan sampah sudah dibuang. h. Melakukan pemantauan TTV, kontraksi uterus, perdarahan, kandung kemih, setiap 15 menit pada satu jam petama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua pasca persalinan Hasil terlampir dalam partograf. i. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum ibu makan roti. j. Melengkapi partograf dan mendokumentasikan hasil asuhan.
59
3.3.
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
Tanggal
: 25 April 2016
Jam
: 14.25 WIB
Tempat
: Klinik Hj.Hamida
Pengkaji
: Laura Widia Nirmala Sari
1. Data Subjektif Ibu mengatakan masih merasa lemas dan mules, ibu belum mengetahui tandatanda bahaya masa nifas. 2. Data Objektif a. Keadaan umum
:
Baik
b. Kesadaran
:
Compos Mentis
c. TTV
TD = 100/80 mmHg, nadi = 80 kali/menit, pernapasan 20 kali/menit, suhu = 36,8ºC.
d. Mata
: :
e. Payudara
:
Konjungtiva merah muda, sklera putih. Bersih, puting susu menonjol, colostrum sudah keluar tetapi masih sedikit.
f. Abdomen
:
g. Vulva/vagina
:
Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih kosong. Tidak ada kelainan, tidak ada oedema, jumlah perdarahan lochea rubra ± 35 cc. Tidak ada oedema, tidak ada varises.
h.Ekstremitas atas dan bawah 3. Analisa
P1A0 2 Jam post partum, keadaan umum ibu baik. 4. Penatalaksanaan
60
a. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan Ibu mengetahui hasil pemeriksaan. b. Memberikan konseling tentang gizi dan istirahat Ibu mengerti dan mau melakukan saran yang diberikan. c. Menganjurkan Ibu untuk mobilisasi dini ibu miring kiri. d. Memberikan ibu vitamin A 200.000 IU per oral Ibu mau minum vitamin A 200.000 IU e. Menganjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya hanya dengan ASI saja Ibu mau melakukannya. f. Memberikan motivasi pada ibu untuk tetap menyusui bayinya sampai 6 bulan sesering mungkin Ibu akan berusaha untuk selalu memberikan ASInya. g. Memberitahukan kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya dalam masa nifas yaitu keluar darah yang banyak dari jalan lahir, demam, keluar cairan yang berbau nyengat dari jalan lahir, nyeri kepala yang hebat, pandangan kabur, nyeri ulu hati, bengkak pada salah satu atau kedua payudara
Ibu
mengerti tanda-tanda bahaya masa nifas dan ibu mampu mengulangi apa yang telah dijelaskan. h. Mendokumentasikan hasil asuhan
61
3.4.
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR Tanggal
: 25 April 2016
Waktu
: 11.15 WIB
Tempat
: Klinik Hj.Hamida
Pengkaji
: Laura Widia Nirmala Sari
1. Data Subjektif 2. Data Objektif Pukul 12.15 WIB bayi lahir spontan, segera menangis, warna kulit kemerahan, pergerakan aktif, jenis kelamin laki-laki 3. Analisa Bayi baru lahir normal cukup bulan, keadaan umum bayi baik. 4. Penatalaksanaan a. Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga b. Melakukan perawatan bayi baru lahir. 1. Meletakkan bayi di atas perut ibu 2. Mengeringkan tubuh bayi dengan handuk bersih. 3. Memotong tali pusat dan mengikat tali pusat. 4. Mengganti handuk dan membungkus bayi dengan kain bersih untuk mempertahankan kehangatan tubuh bayi. 5. Melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) selama ± 1 jam Bayi berhasil menemukan puting susu dan mulai menyusu pada jam 12.30 WIB.
62
Bayi Baru Lahir 1 Jam Tanggal
: 25 April 2016
Jam
: 13.15 WIB
Tempat
: Klinik Hj. Hamida
2. Data Subjektif 2. Data Objektif a. Keadaan umum
: baik, bayi menangis kuat, aktif, kulit dan bibir kemerahan.
b. Frekuensi napas
: 46 kali/menit
c. Suhu
: 36,5 °C
d. Berat badan
: 26.00 gram
e. Panjang badan
: 49 cm
f. Lingkar kepala
: 33 cm
g. Lingkar dada
: 34 cm
1) Pemeriksaan Fisik a. Kepala
: Sutura normal, tidak ada caput succedaneum, tidak ada moullage dan tidak ada cepal hematoma, ubun-ubun tidak cekung.
b. Mata
: Simetris, tidak ada tanda-tanda infeksi, sklera putih, konjungtiva merah muda.
c. Telinga
: Hubungan dengan mata simetris, terdapat lubang, telinga simetris dan normal.
d. Mulut
: Bibir tidak pucat, tidak ada labioskizis maupun palatoskizis, refleks sucking (+) dan refleks rooting (+).
e. Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun kelenjar tyroid.
f. Dada
: Bentuk simetris, tidak ada bunyi wheezing, tidak ada bunyi ronchi, tidak ada tarikan dinding dada.
63
g. Ekstremitas atas
h. Abdomen
: Gerakan simetris, fleksi, refleks palmar graps (+), jari tidak ada polidaktili maupun sindaktili.
: Bulat dan menonjol, tali pusat terikat kuat, tidak merah dan tidak ada perdarahan.
i. Genitalia
: Labia mayora sudah menutupi labia minora.
j. Ekstremitas
: Gerakan simetris, fleksi, refleks babinski (+),
bawah k. Anus
refleks plantar grasp (+), Refleks moro (+) : tidak ada kelainan, mekonium sudah keluar.
3. Analisa Neonatus cukup bulan umur 1 jam, keadaan baik. 4. Penatalaksanaan a
Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
b
Memindahkan bayi dari perut ibu ke tempat yang kering bayi ditempatkan di tempat tidur.
c
Membersihkan tubuh bayi Tubuh bayi telah dibersihkan
d
Memberikan salep mata oksitetrasiklin 1% dan injeksi vitamin K Bayi telah diberi salep mata dan injeksi vitamin K 1 mg secara IM.
e
Menjaga kehangatan tubuh bayi Bayi terbungkus kain
f
Mendokumentasikan hasil asuhan.
64
Bayi Baru Lahir 2 Jam Tanggal
: 25April 2016
Jam
: 14.15 WIB
Tempat
: Klinik Hj. Hamida
1. Data Subjektif Ibu mengatakan bayinya sudah bisa menyusu. 2. Data Objektif a. Keadaan umum
: baik, aktif, kulit dan bibir kemerahan.
b. Frekuensi napas
: 46 kali/menit
c. Suhu
: 36,6 °C
d. Refleks hisap
: Baik
3. Analisa Bayi baru lahir cukup bulan umur 2 jam, keadaan baik. 4. Penatalaksanaan a. Memberitahu hasil pemeriksaan Ibu mengetahui hasil pemeriksaan. b. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan di Imunisasi Hepatitis B0 Ibu setuju. c. Memberikan imunisasi Hepatitis B0 0,5 ml secara IM Hepatitis B0 0,5 ml telah masuk. d. Menjaga kehangatan tubuh bayi Bayi terbungkus kain bersih dan kering. e. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa pemberian ASI sedini mungkin dan pengeluaran ASI yang pertama keluar mengandung zat kekebalan atau antibodi yang sangat bermanfaat bagi bayi Ibu dan keluarga mengerti. f. Mendokumentasikan hasil. Asuhan.
65
Bayi Baru Lahir 6 jam Tanggal
: 25 April 2016
Jam
: 18.15 WIB
Tempat
: Klinik Hj. Hamida
1. Data Subjektif Ibu mengatakan bayinya menyusu kuat, menangis kuat, sudah BAB dan BAK, ibu belum mengetahui tanda bahaya pada bayi. 2. Data Objektif a. Keadaan umum
: Baik, bayi menangis kuat, pergerakan aktif, kulit dan bibir kemerahan
b. Frekuensi napas
: 46 kali/menit
c. Suhu
: 36,6°C
d. Mata
: Tidak ada tanda infeksi, konjungtiva merah muda, sklera putih.
e. Refleks hisap
: Baik
f. Abdomen
: Tidak
ada
tanda-tanda
infeksi,
tidak
ada
perdarahan pada tali pusat. 3. Analisa Bayi baru lahir cukup bulan umur 6 jam, keadaan baik. 4. Penatalaksanaan a. Memberitahu
hasil
pemeriksaan
Ibu
mengetahui
hasil
pemeriksaan. b. Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan menetekkan bayi ke ibunya Bayi mau menetek. c. Menjaga kehangatan tubuh bayi Bayi terbungkus kain bersih dan kering. d. Menganjurkan ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dengan menyusui tanpa jadwal Ibu akan memberikan ASI setiap saat. e. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya Ibu mengerti dan akan melaksanakan apa yang telah disampaikan. f. Menganjurkan ibu untuk segera menghubungi tenaga kesehatan
66
apabila terdapat tanda-tanda bahaya pada bayi, seperti : 1. Pemberian ASI sulit, isapan bayi lemah. 2. Kesulitan bernapas, yaitu cepat dan lebih dari 60 kali/menit. 3. Letargi, bayi tidur terus. 4. Warna kulit yang abnormal yaitu biru atau kuning. 5. Hipertermia atau hipotermia (panas atau kedinginan). 6. Tidak BAB selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah-muntah, perut kembung. Mata bengkak dan mengeluarkan cairan → Ibu mengerti dan memahami apa yang telah disampaikan serta mau mengikuti semua anjuran yang diberikan. g. Mendiskusikan kunjungan berikutnya Ibu setuju h. Mendokumentasikan hasil asuhan.
Bayi umur 2 Hari Tanggal
: 27April 2016
Jam
: 07.00 WIB
Tempat
: Rumah Klien
1. Data Subjektif Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya, bayi menyusu dengan baik, ASI lancar, BAB dan BAK lancar, ibu belum tahu macam-macam imunisasi, manfaat dan pentingnya imunisasi. 2. Data Objektif a
Keadaan umum : Baik, bayi menangis kuat, aktif, kulit dan bibir kemerahan.
b
Berat badan
: 26.00 gram
c
Pernapasan
:
d
Suhu
: 36,6°C
e
Mata
: Tidak ada tanda infeksi, konjungtiva merah muda,
45x/menit
sklera putih. f
Refleks hisap
: Baik
67
g
Abdomen
:
Tidak ada tanda-tanda infeksi,
tidak ada
perdarahan pada tali pusat. 3. Analisa Neonatus cukup bulan umur 2 hari, keadaan baik perlu informasi tentang macam-macam imunisasi, manfaat dan pentingnya imunisasi. 4. Penatalaksanaan a. Membina hubungan baik Ibu menerima dengan baik. b. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Ibu mengetahui hasil pemeriksaan. c. Memenuhi kebutuhan nutrisi dengan menetekan bayi ke ibunya Bayi mau menetek dengan baik. d. Memastikan bayi dalam keadaan hangat Bayi terbungkus kain bersih dan kering. e. Menginformasikan tentang macam-macam, manfaat dan pentingnya imunisasi Ibu mengerti. f. Memberitahu pada ibu untuk menjaga kebersihan badan bayi seperti mandi 1 kali sehari, mengganti popok yang basah jika bayi BAB/BAK Ibu mengerti dan mau melakukannya. g. Memastikan ibu masih ingat tentang informasi pada kunjungan lalu Ibu masih mengingatnya dan mampu mengulang kembali. h. Menganjurkan ibu agar menjemur bayinya setiap pagi selama 10-15 menit Ibu mau melakukannya. i. Mendiskusikan kunjungan berikutnya (tanggal 17 Oktober 2010) Ibu setuju. j. Mendokumentasikan hasil asuhan.
68
Bayi Umur 6 Hari Tanggal
: 01 Mei 2016
Jam
: 16.00 WIB
Tempat
: Rumah Klien
1. Data Subjektif Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya, bayi menyusu dengan baik, BAB dan BAK lancar, tali pusat lepas pada waktu malam hari 2. Data Objektif a. Keadaan umum
: Baik, bayi menangis kuat, aktif, kulit dan bibir kemerahan.
b. Berat badan
: 2700 gram
c. Pernapasan
: 44x/menit
d. Suhu
: 37 °C
e. Mata
: Tidak ada tanda infeksi, konjungtiva merah muda, sklera putih.
f. Refleks hisap
: Baik
g. Abdomen
: Tali pusat sudah lepas, tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Analisa Neonatus cukup bulan umur 6 hari, tali pusat sudah lepas. 4. Penatalaksanaan a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Ibu mengetahui hasil pemeriksaan. b. Memastikan tidak ada kelainan pada bayi Tidak ada kelainan pada bayi. c. Memastikan bayi beraktifitas dengan baik Bayi terlihat aktif. d. Mendiskusikan kunjungan berikutnya Ibu setuju. e. Mendokumentasikan hasil asuhan.
69
Bayi Umur 2 Minggu Tanggal
: 14 Mei 2016
Jam
: 16.30 WIB
Tempat
: Rumah Klien
1. Data Subjektif Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya, BAB dab BAK lancar, bayi menyusu dengan aktif. 2. Data Objektif a
Keadaan umum
: Baik, aktif, kulit dan bibir kemerahan.
b
Berat badan
: 2800 gram
c
Pemapasan
: 40x/menit
d
Suhu
: 36,5 °C
e
Aktifitas
: Baik
f
Mata
: Tidak ada tanda infeksi, konjungtiva merah muda, sklera putih.
g. Abdomen
: Tidak kembung.
3. Analisa Neonatus cukup bulan umur 2 minggu, keadaan bayi baik. 4. Penatalaksanaan a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Ibu mengetahui hasil pemeriksaan. b. Memastikan kebutuhan nutrisi bayi tercukupi Kebutuhan bayi tercukupi dengan dibuktikan penambahan berat badan. c. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayinya Ibu sudah melakukannya. d. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene bayi Bayi dimandikan 1 kali sehari. e. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa memberikan makanan tambahan Ibu mau melakukannya. f. Mendiskusikan kunjungan berikutnya Ibu setuju. g. Mendokumentasikan hasil asuhan.
70
Bayi Umur 6 Minggu Tanggal
: 14Juli 2016
Jam
: 08.00 WIB
Tempat
: Rumah klien
1.
Data Subjektif Ibu mengatakan tidak ada keluhan dengan bayinya, BAB dan BAK lancar, bayi menyusu dengan baik, sudah imunisasi BCG dan Polio 1. Data Objektif a. Keadaan umum Berat badan
: Baik, aktif, kulit dan bibir kemerahan. : 3.200 gram
b. Pemapasan
: 48x/menit
c. Suhu
: 36,7 °C
d. Aktifitas
: Baik
e. Mata
: Tidak ada tanda infeksi, konjungtiva merah muda, sklera putih.
f. Abdomen
: Tidak kembung.
2. Analisa Neonatus cukup bulan umur 6 minggu, keadaan baik. 3. Penatalaksanaan a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Ibu mengetahui hasil pemeriksaan. b. Menganjurkan ibu untuk segera menghubungi tenaga kesehatan apabila terdapat keluhan/masalah dengan bayinya Ibu akan melakukannya. c. Memberikan konseling pada ibu bahwa pentingnya mendatangi pelayanan kesehatan tiap bulan ke posyandu, BPS, maupun Puskesmas untuk mengetahui perkembangan buah hatinya dan untuk menerima imunisasi lanjutan Ibu mengerti dan berjanji akan membawa bayinya untuk diimunisasi dan agar dipantau tumbuh kembangnya. d. Memastikan ibu bahwa hanya memberi ASI saja tanpa makanan tambahan pada bayinya Bayi hanya diberi ASI saja
71
3.5.
I. A.
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB PIL PROGESTIN
PENGKAJIAN Data Subyektif
Identitas/ Biodata
Nama Ibu
: Ny D
Nama Suami
: Tn. S
Umur
: 25 tahun
Umur
: 25 tahun
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Pekerjaan
: Swasta
Suku/ Bangsa
: Jawa/Indonesia Suku/bangsa
: Jawa/Indonesia
Agama
: Islam
: Islam
Alamat
: Jl. Letda Sujono
Agama
Anamnesa pada tanggal 05 Juni 2016 pukul 20.00 WIB 1.
Alasan datang
: Ibu ingin menggunakan KB pil setelah 1 bulan melahirkan
2.
Keluhan Utama
3.
Riwayat kesehatan :
a.
Riwayat kesehatan sekarang
: Tidak ada keluhan.
Ibu menyatakan tidak sedang menderita penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, hepatitis), menurun (DM,hipertensi, asma), menahun (jantung, ginjal) b.
Riwayat kesehatan yang lalu Ibu menyatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit menular seperti (HIV/AIDS, TBC, hepatitis) menurun seperti (hipertensi, DM, Asma) dan menahun seperti (jantung , ginjal)
c.
Riwayat kesehatan keluarga Ibu menyatakan bahwa dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular (HIV/AIDS,TBC,hepatitis), menurun (DM, hipertensi), menahun (jantung, ginjal)
72
Riwayat Obstetri 1. Riwayat menstruasi :
2.
a.
Menarche : 13 tahun
b.
Lama:± 7 hari
c.
Warna :Merah darah
Siklus: ± 28 hari
Jumlah: 2-3 x ganti pembalut /hari Keluhan : tidak ada
Riwayat Perkawinan : a.
Umur waktu nikah
: 20 tahun
b.
Lama
: 1 tahun
c.
Perkawinan ke
:1
d.
Jumlah anak
:1
3. Riwayat KB : Jenis Dahulu : belum pernah KB Rencana: KB pil progestin
4.
Lama penggunaan -
Keluhan -
Alasan berhenti -
Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari :
Kebutuhan Nutrisi : § Makan
§
Frekuensi Makan 3x/ hari dengan nasi porsi sedang, lauk pauk dan sedikit sayur.
Keluhan Tidak ada keluhan
Tidak ada keluhan
Minum
Minum 6- 7 gelas per hari
Eliminasi : § BAK § BAB Istirahat Aktifitas
Ibu BAK 4 – 6 x /hari Ibu BAB 1x /hari
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
8 – 9 jam /hari Melakukan aktifitas rumah tangga Mandi 2x/hari , gosok gigi 2x/hari, ganti baju 2x/hari, ganti
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Personal Hygiene
73
Tidak ada keluhan
celana dalam 3x/hari 1 bulan sekali ± 1x /minggu
Rekreasi Pola seksual 6.
Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
Data Psikologis : Klien mengatakan senang karena telah memiliki anak dan sekarang dia ingin berKB untuk menunda kehamilannya
7.
Data Sosial – Budaya : a.
Hewan peliharaan : ibu menyatakan tidak memiliki hewan peliharaan.
b.
Lingkungan
: ibu menyatakan lingkungan rumahnya bersih,
nyaman dan tidak kumuh. c.
Hubungan dengan suami dan/ keluarga : ibu menyatakan hubungannya dengan keluarga dan suami harmonis, saling menyayangi
d.
Adat istiadat : ibu menyakan tidak menganut adat istiadat yang ada dalam keluargannya
8.
Data Spiritual : ibu menyatakan beragama islam menjalankan sholat 5 waktu sesuai dengan kepercayaannya
9.
Pengetahuan Ibu : a. Tentang jenis alat kontrasepsi : ibu mengetahui jenis kontrasepsi antara lain pil, suntik, IUD dan steril. b. Tentang efek samping : ibu menyatakan jika memakai KB pil dan suntik dapat menyebabkan kegemukan, kalau memakai IUD akan mengalami ketidaknyamanan saat berhubungan suami istri dan kalau melakukan steril dia tidak kan hamil lagi c. Tentang manfaat kontasepsi : ibu menyatakan jika memakai alat kontrasepsi dapat menunda kehamilan
B.
Data Obyektif
1.
Pemeriksaan umum a.
Keadaan Umum
: Baik
b.
Kesadaran
: Composmenthis
c.
Status emosional
: Stabil
74
d.
Tanda vital
e.
1. Tensi
: 110/80 mmHg
2. Nadi
: 84x/ menit
3. RR
: 22x/ menit
4. Suhu
: 36,7ºC
5. BB
: 59 kg
Status present
1. Kepala
: Mesochepal
a. Rambut
: distribusi merata, tidak rontok dan kulit kepala tidak ketombe
b. Muka
: tidak ada oedema, tidak pucat
c. Mata
: conjungtiva
tidak anemis, sklera tidak
ikterik d. Hidung
: bersih, tidak ada polip
e. Telinga
: tidak ada serumen, simetris
f. Mulut
: tidak ada caries dentis, stomatitis dan gigi berlubang
2.
Leher
: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
3.
Dada
: simetris, tidak ada retraksi dinding dada
4. Mammae : simetris, tidak ada benjolan abnormal 5. Perut
: tidak ada pembesaran hati dan limfa
6. Pinggang : tidak ada nyeri tekan 7. Genetalia : bersih, tidak ada varises 8.
Anus
: tidak ada hemoroid
9.
Ekstremitas a. Atas
: tidak ada oedema, tidak pucat, tugor baik,
jari Lengkap b. Bawah : tidak ada oedema, varises, tidak pucat, tugor baik
75
jari –
2.
Pemeriksaan Penunjang/ laboratorium
a.
Protein urine : Tidak dilakukan
b.
HB
II.
: Tidak dilakukan
INTERPRETASI DATA DASAR
Ny P1 A0 Umur 21 tahun calon akseptor KB pil progestin Dasar : DS : a. Ibu menyatakan bernama Ny. P dan berumur 21 tahun b. Ibu menyatakan sekarang ia masih menyusui anaknya. c. Ibu menyatakan ingin menggunakan KB Pil Progestin untuk menunda kehamilannya dan tidak menghambat produksi ASInya. d. Ibu mengatakan tidak menderita penyakit yang mengharuskan dia untuk minum obat yang dapat mengganggu penyerapan pil progestin. DO : a.
KU
: Baik
b.
Kesadaran
: composmentis
c.
TTV:
III.
1)
Tensi
: 110/80 mmHg
2)
Nadi
: 84x/ menit
3)
BB sekarang
: 59 kg
4)
RR
: 22x/ menit
5)
TB
: 156 cm
6)
Suhu
: 36,7ºC
IDENTIFIKASI MASALAH/ DIAGNOSA POTENSIAL -
IV.
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA -
V.
PERENCANAAN
1. Beritahu ibu tentang hasi pemeriksaan.
76
2. Beritahu kepada ibu bahwa KB Pil Progestin tidak mengganggu produksi ASI. 3. Beritahu kepada ibu tentang indikasi dan kontraindikasi dari KB pil Progestin 4. Beritahu kepada ibu tentang keuntungan dan kerugian dari KB Pil Progestin. 5. Beritahu kepada ibu tentang cara meminumnya 6. Lakukan informed consent dengan ibu jika ibu setuju menggunakan KB Pil Progestin 7. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi ( pil sudah habis) atau jika ada keluhan.
VI. IMPLEMENTASI 1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan, setelah dilakukan pemeriksaan tidak ada kontraindikasi pada ibu untuk menggunanakan KB Pil Progestin. 2. Memberitahu kepada ibu bahwa pil KB progestin tidak menghambat produksi ASI karena pil KB ini tidak memberikan efek samping estrogen (hormon wanita) yaitu hormon yang dapat mempengaruhi produksi ASI. 3. Memberitahu kepada ibu tentang indikasi dan kontraindikasi KB pil progestin, yaitu : a.
Indikasi pil progestin (mini pil) 1. Usia reproduksi, baik yang sudah mempunyai anak ataupun yang belum mempunyai anak 2. Memiliki masalah dengan pembekuan darah seperti trombositosis yaitu peningkatan jumlah trombosit. 3. Pascapersalinan dan menyusui 4. Pasca keguguran
b.
Kontraindikasi pil progestin (mini pil) 1. Hamil/ diduga hamil. 2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. 3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid. 4. Menggunakan obat tuberkulosis atau epilepsi 5. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
77
6. Sering lupa menggunakan pil 7. Mioma uterus 8. Riwayat stroke 4. Memberitahu ibu tentang keuntungan dan kekurangan dari KB Pil Progestin: a. Keuntungan 1. Sangat efektif bila digunakan secara benar. 2. Tidak akan mengganggu hubungan suami istri. 3. Tidak mempengaruhi produksi ASI. 4. Kesuburan cepat kembali. 5. Nyaman dan mudah digunakan. 6. Sedikit efek samping. Dapat dihentikan setiap saat. b. Kekurangan 1. Akan mengalami gangguan haid. 2. Peningkatan atau penurunan berat badan. 3. Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama. 4. Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi besar. 5. Payudara menjadi tegang, mual, pusing dan kadang timbul jerawat. 6. Tidak efektif jiga diminum bersamaan dengan obat lain seperti obat TBC dan epilepsi. 4. Memberitahu kepada ibu tentang cara meminum KB pil progestin, yaitu : a. Mulai hari 1-5 siklus haid b. Diminum setiap hari pada saat yang sama. c. Bila ibu minum pilnya terlambat lebih dari 3 jam, minumlah pil tersebut begitu ingat, dan gunakan metode pelindung selama 48 jam. d. Bila ibu lupa 1-2 pil minumlah segera pil yang terlupa dan gunakan metode pelindung sampai akhir bulan. 5. Melakukan informed consent yaitu persetujuan tertulis yang dilakukan oleh bidan dan ibu sebagai bukti bahwa ibu telah setuju memakai kontrasepsi tersebut dan sebagai bukti jika terjadi suatu hal di kemudian hari. 7. Memberikan 1 paket KB Pil Progestin kepada ibu.
78
8. Menganjurkan kepad ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (pil sudah habis) atau jika ada keluhan. VII.
EVALUASI
1. Ibu mengetahui kondisinya dalm keadaan baik sehingga ia diperbolehkan untuk menggunanakan KB Pil Progestin. 2.
Ibu mengerti bahwa KB Pil Progestin tidak mengganggu produksi ASI.
3.
Ibu mengerti tentang indikasi dan kontraindikasi KB Pil Progestin.
4.
Ibu mengerti tentang keuntungan dan kerugian KB Pil Progestin.
5.
Ibu mengerti tentang cara meminum KB Pil Progestin.
6.
Bidan dan ibu telah melakukan informed consent tentang penggunaan KB Pil Progestin.
7.
KB Pil progestin telah ibu dapat.
8.
Ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang 1 bulan lagi (pil sudah habis) atau jika ada keluhan.
79
BAB IV PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil asuhan yang dilakukan penulis kepada Ny. D sejak tanggal 28 April 2015 sampai 9 Juni 2016 atau sejak masa kehamilan Ny. D berusia 36 minggu (masa hamil), bersalin sampai 6 minggu post partum dan asuhan bayi baru lahir 0 sampai dengan 6 minggu didapatkan hasil sebagai berikut: 4.1 Masa Kehamilan Asuhan kebidanan yang telah diberikan kapada Ny. D pada kehamilan 36 minggu sampai 39 minggu adalah pengkajian data dari mulai anamnesa tentang biodata, status pernikahan, keluhan utama, riwayat kesehatan ibu dan keluarga, pla kehidupan sehari-hari. Selanjutnya penulis melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar pelayanan minimal 14 T yaitu menimbang berat badan, mengukur tekanan darah, menilai status gizi, mengukur tinggi fundus uteri, melakukan pemeriksaan presentasi kepala dan DJJ, pemberian imunisasi TT sebanyak 2 kali, pemberian tablet zat besi, test penyakit menular seksual tidak dilakukan karena sarana dan failitas tidak tersedia, melakukan tata laksana kasus, dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Pemberian imunisasi Tetanus toxoid tidak diberikan pada sat pengkajian karena ibu telah mendapatkan imunisasi TT lengap yaitu TT1 pad umur kehamilan 10 minggu yaitu tanggal 29 mei 2016, dan TT2 pada umur 18 minggu yaitu tanggal 10 juli 2016, tapi penulis sudah memberikan konseling tentang pentingnya imunisasi TT untuk dappatmenurunkan angka kemtian bayi karena infeksi tetanus, dilakukan 2 kali selama hamil. Pemberian tablet zat besi (tablet tambah darah), Ny. D sudah mengonsumsi sejak usia kehamilan 21 minggu, walau setiap bulanya kadagkadang masih ada 4 atau 5 tablet karena Ny. D lupa meminumnya, dan Ny. D sudah merasakan manfaatnya selama ini. Ny. D tidak merasa keluhan yang berarti atau mengarah pada tanda bahaya.
80
Penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan Ny. D menemukan beberapa masalah atau keluhan yang diraskan oleh Ny. D yaitu mengeluh sering kencing dan cepat merasa lelah. Hal ini merupakan keadaan fisiologis pada kehamilan trimester III karena bayi sudah masuk pintu atas panggul. Ny. D melakukan kunjungan antenatal care (ANC) sebanyak 6 kali kunjungan selama hamil dan berdasarkan program pemerintah ANC dilakukan minimal 4 kali kunjungan selama hamil. (Saifudin AB, 2006) Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan Hb an hasilnya 11 gram %, menunjukan masih batas normal, ini sesuai dengan teori bahwa Hb normal pada ibu hamil adalah 11 gr%. (Manuaba, 2007) Protein urine hasilnya (-), glukosa (-), pemeriksaan Tes sipilis dan HIV/AIDS tidak dilakukan karena tidak ada indikasi kearah penyakit menular seksual ditandai dengan tidak adda keluhan keputihan berbau dan gatl serta tiak adanya sarana dan fasilitas yang tersedia. Selama melaksanakan asuhan antenatal, semua asuhan yang diberikan pada , dpat terlaksana dengan baik, keadaan normal. , suami dan keluarga bersifat kooperatif sehingga tidak terjadi kesulitan dalam memberikan asuhan. 4.2.Persalinan Kala I Pada saat usia kehamilan menginjak 39 minggu, dan keluarga datang keklinik bidan, ibu mengeluh mules-mules dan telah mangeluarkan lender bercampur darah. Menurut referensi tanda-tanda awal persalinan adalah his yang datang lebih kuat dan teratur, diikuti dengan keluarnya lender bercampur darah yang menendakan bahwa jalan lahir telah mulai membuka. Kemudian bidan melakukan pemeriksaan dan ditemukan hasilnya Ny, D benar telah mengalami proses persalinan. Kala I dimulai dari pembukaan serviks sampai menjadi lengkap (10 cm) dimana proses ini dibagi dalam 2 fase, yaitu fase laten (7-8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (6-8 cm) serviks membuka dari 4-10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif. (APN, 2007)
81
Pada saat datang kerumah bidan pembukaan serviks sudah 5 cm, portio tipis lunak, ketuban sudah pecah, kepala berada dibidang hodge III dan his kuat. Kurang lebih 2 jam kemudian dilakukan pemeriksaan didapatkan bahwa kemajuan persalinan berlangsung normal dengan hasil pembukaan serviks 10 cm dan kepala sudah berada di hodge IV. Kala II Selama kala II ibu dipimpin meneran ketika ada his dan menganjurkan ibu untuk minum di sela-sela his, 25 menit kemudian ibu mengatakan bahwa ia ingin meneran dan sudah ada tanda-tanda persalinan yaitu : adanya dorongan meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, dan vulva membuka. Kala II berlangsung selama 25 menit terdapat robekan derajat 1 pada jalan lahir dengan jumlah darah ± 150 cc. Kala III Kala III dimulai dari setelah pengeluaran janin sampai pengeluaran uri biasanya berlangsung 5-30 menit (mohtar, 2007:97). Segera setelah melakukan asuhan pada bayi baru ahir, maka manajemen aktif kala III segeraa dilakukan untuk meminimalkan kejadian kompikasi. Kala III segera selama 10 menit dengan perdarahan ± 100 cc. Kala IV Kala IV adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya atau pardarahan. (mochtar, 2007). Setelah proses persalinan selesai maka bidan mamntau kondisi selama 2 jam diantaranya yaitu melakukan pemantauan tanda-tanda vital, perdarahan dan menilai kontraksi fundus uteri dari hasil pemantauan tersebut didapatkan keadaan ibu baik secara keseluruhan persalinan berlangsung normal tanpa ada penyulit. 4.3. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Masa nifas (puerperium) didefinisikan sebagai periode 6 minggu segera setelah lahirnya dan mencerminkan periode saat fisiologis ibu, terutama sistem reproduksi kembali mendekati keadaan sebelum hamil. (Dunstall, 2007: 304), dimana pada masa nifas ini perlu mendapat perhatian lebih karena banyak hal yang dapat terjadi pad masa nifas ini, yaitu perdarahan dan infeksi.
82
Pengawasan masa nifas berdasarkan program dan kebijakan teknis Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dilakukan untuk menilai keadan ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah, mendeteksi, dan menagani masalah-masalah yang terjadi, dimana bidan harus melakukan kunjungan dan pengawasan paling sedikti 4 kali yaitu dalam 6-8 jam, 2-6 hari, 2 minggu dan 6 minggu. Dalam hal ini penuis melakukan kunjungan nifas sesuai dengan program yang ada dan hasilnya masa nifas
belangsung secara normal tanpa ada
komplikasi seperti adanya perdarahan, sub involusi, maupun infeksi dan pengeluaran ASI tidak ada masalah. Selama melakukan asuhan penulis melakukanya sesuai dengan tujuan pengawasan masa nifas diantaranya menjaga kesehatan bayinya baik fisik maupun psikologi, melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, memeberikan pendidikan kesehatn tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, dan imunisasi pada bayi sesuai dengan teori. Dari hasil pemantauan tersebut didapatkan keadaan ibu baik. Secara keseluruhan persalinan berlangsung normal tanpa ada penyulit. 4.4. Bayi Baru Lahir Bayi Ny. D lahir spontan pada tanggal 23 April 2016 pukul 08.10 WIB, menangis keras dan warna kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki, tidak ada cacat kongenital, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm. Asuhan segera yang dilakukan pada bayi baru lahir adalah bebaskan jalan nafas, mengeringkan bayi, memotong tali pusat, menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI, pencegahan infeksi, pemberian imunisasi. (APN, 2007) Asuhan yang diberikan pada bayi segera setelah lahir yaitu penulis melakukan penilaian dengan cepat dan hasilnya adalah normal, maka langsung meletakan bayi di atas perut Ny. D segera mengeringkan, membungkus kepala dan badan bayi, tali pusat kemudian di jepit dengan klem dan memotongnya. Setelah itu mengganti kain yang tadi membungkus bayi dengan kain yang bersih dan kering kemudian dilakukan IMD. Sebagai upaya profilaksis diberikan salep mata tetracyclin 1 % dn vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan 1 jam setelah IMD. 1 jam kemudian bayi dalam keadaan sehat, bayi dapat menyusu pada ibunya dengan baik dan kebersihan bayinya terjaga dengan baik.
83
Asuhan yang dilakukan penulis dalam setiap kunjungan adalah memberikan konseling tentang menjaga kehangatan dan kebersihan bayi, pemberian ASI, perawatan tali pusat, yaitu dilakukan dengan cara membersihkan dan mengeringkan setelah bayi di mandikan tanpa menggunakan apapun.Setelah melakukan pengkajian sampai evaluasi asuhan bayi baru lahir mulai dari 2 jam, 6 jam, 2 hari, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa bayi dalam keadaan sehat tanpa komplikasi apapu
84
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Asuhan Antenatal yang diberikan kepada Ny. D pada umur kehamilan 36-39 minggu sudah sesuai dengan kebijakan Program pelayanan / Asuhan Standar Minimal 14 T. Selama kehamilan tidak ada keluhan yang serius, Ny. D dan janinya dalam keadaan normal. 2. Asuhan Intranatal dari kala I sampai kala IV, dilakukan sesuai dengan asuhan persalinan normal, tidak ada kesenjangan dalam melakukan asuhan Intranatal, ibu dan bayi lahir tanpa ada penyulit maupun komplikasi. 3. Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dilakukan kebanyak 6 kali dengan tujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, mencegah dan mendetaksi, serta malayani masalah-msalah yang terjadi. Selama memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas, tidak ditemukan adanya masalah atau komplikasi. 4. Asuhan bayi baru lahir yang dilanjutkan dengan asuhan kebidanan 2 jam, 6 jam, 2 hari, 6 hari, 2 minggu, 6 minggu postnatal tidak ditemukan masalah ataupun komplikasi. B. Saran 1. Untuk Institusi Pendidikan Memeberikan kesempatan untuk memperluas area lahan praktek di lapangan sehingga diharapkan mahasiswa dapat mahir dan mengenal banyak kasus di lapangan yang tidak diterangkan dalam bacaan, refrensi atau literatur yang ada, termasuk yang tidak diberikan di dalam kelas. 2. Untuk Puskesmas Peningkatan pelayanan harus terus dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat terutama pada ibu hamil dan bayi untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. Puskesmas sebaagai pelaksana teknik Dinas Kesehatan perlu melengkapi sarana pemeriksaan kehamilan dan laboratorium untuk menyadari bahwa masalah kesehatan, khususnya ibu hamil adalah tanggung jawab tenaga kesehatan untuk mendeteksi dini kemungkinan kegawat daruratan.
85
3
Untuk Klien
Diharapkan dapat dijadikan sebagai pengalaman dan pembelajaran untuk kehamilan-kehamilan berikutnya.
86
Lampiran 1
LEMBAR PERSETUJUAN INFORMED CONSENT Dengan ini saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Ny. D
Umur
: 23 Tahun
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Alamat
: JL. Gg. Cempaka No. 23 Medan Menyatakan
dengan
sesungguhnya
setuju
menjadi
klien
dalam
penatalaksaan Asuhan Kebidanan yang meliputi Asuhan Kehamilan, Asuhan Persalinan, Asuhan Nifas dan Asuhan Bayi Baru Lahir yang kemudian akan disusun sebagai Laporan Tugas Akhir dalam rangka menyelesaikan pendidikan pada Akademi Kebidanan Audi Husada Medan. Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya.
Medan, 23 Juni 2016 Mahasiswa,
Pasien
( Laura Widia Nirrmala Sari )
(
87
Ny. Dita
)
Lampiran 2 SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Tanda Bahaya Kehamilan
Waktu
: 16.00 WIB
Sasaran
: Ny. D
Tanggal
: 10 Juni 2016
Tempat
: Rumah pasien
A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tanda bahaya Kehamilan B. Tujuan Khusus 1. Menegetahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat hamil 2. Mampu mngetahui tanda bahaya kehamilan 3. Mengatasi keluhan bahaya kehamilan C. Metode Ceramah Tanya jawab D. Materi Terlampir
88
MATERI PENYULUHAN TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN
Tanda bahaya pada kehamilan meliputi : 1. Perdarahan a. Perdarahan pada ibu hamil muda dapat menyebabkan kegugura. b. Perdarahan pada hamil tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan janin. 2. Bengkak di kaki, tangan dan wajah atau sakit kepala disertai kejang. 3. Demam tinggi, biassanya disebabkan infeksi atau malaria yang dapat membahayakan
keselamatan
ibu
dan
menyebabkan
keguguran
atau
melahirkan premature. 4. Keluar air ketuban sebelum waktunya, tanda adanya gangguan kehaamilan dan dapat membahayakan bayi dalam kandungan. 5. Gerakan janin berkurang atau tidak bergerak 6. Muntah terus menerus dan tidak nafsu makan.
89
Lampiran 3 SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Asuhan Kebidanan Persalinan
Sub Pokok Bahasan
: Tahap – Tahap Persalinan
Waktu
: 16.00 WIB
Sasaran
: Ny. D
Tanggal
: 10 Juni 2016
Tempat
: Rumah pasien
A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya persalinan. B. Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengertian Persalinan 2. Menyebutkan Tahap – Tahap Persalinan C. Metode Ceramah Tanya jawab D. Materi Terlampir
90
MATERI PENYULUHAN ASUHAN KEBIDANAN PESALINAN
A. Pengertian Persalinan Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Persalinan disertai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada servik (membuka dan menipis) dan berakhirnya dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan penambahan servik. B. Bentuk- Bentuk Persalianan 1. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir. 2. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya: ekstrasi dengan forsep atau dilakukan operasi sc atau ve. 3. Persalinan anjuran, bila persalinan berlangsung tidak mulai dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah pemecahan ketuban atau pemberian pitosin atau prostaglandin. C. Tahapan Persalinan Kala I Dapat dinyatakan partus lama dimana bila timbulnya his wanita tersebut mengeluarkan lendir darah ( blood show ). Lendir ini berasal dari lendir kanalis serviks karena servik mulai membuka tau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berad pada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika servik membuka. Proses pembukaanya servik sebagai akibat his dibagi 2 fase, yaitu : a. Fase laten Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
91
b. Fase aktif Dibagi dalam 3 fase yaitu : 1. Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm. 2. Fase dilatasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. 3. Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi pembukaan lengkap. Kala II Kala II persalinan adalah di mulai dengan dilatasi lengkap servik di akhiri dengan kelahiran bayi. Pada kala ii his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara
reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan. Kala III Kala III adalah setelah plasenta lahir, uterus teraba keras dengan fundus diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 jam sampai 15 menit setela bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Tujuan manajemen adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah pada kala III persalinan jika dibandingakan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensi plasenta, yang yang sebenarnya dapat di cegah dengan melakukan manajemen aktif kala III. Fisiologi persalinan kala III yaitu otot uterus ( miometrium ) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat peerlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
92
berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina. Kala IV Kala IV yaitu disebut kala pemantuan atau untuk mengamati apakah ada perdarahan postpartum.
93
Lampiran 4 SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik
: Asuhan Pelayanan Kebidanan Post Partum
Sub Pokok Bahasan
: Tanda Bahaya Nifas
Waktu
: 16.00 WIB
Sasaran
: Ny. D
Tanggal
: 6 Juni 2016
Tempat
: Klini Hj. Hamida
A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang tanda-tanda bahaya nifas. B. Tujuan Khusus Setelah melakukan penyuluhan, diharapkan klien dapat : 1. Mengetahui pengertian tanda bahaya nifas. 2. menyebutkan macam-macam tanda bahaya nifas. 3. mengatasi keluhan bahaya nifas. C. Metode Ceramah Tanya jawab D. Materi Terlampir.
94
MATERI PENYULUHAN TANDA BAHAYA MASA NIFAS
Adapun tanda dan bahaya masa nifas adalah sebagai berikut: 1 Perdarahan Pervaginam Perdarahan pervaginam yang melebihi 500ml setelah bersalin didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini : a. Perkiraan kehilangan darah biasannya tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine, darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember dan lantai. b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah. c. Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi syok. Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan aktif kala III sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri. Semua ibu pasca bersalin harus dipantau dengan ketat untuk mendiagnosis perdarahan fase persalinan. 2. Infeksi Masa Nifas Beberapa bakteri dapat menyebabkan infeksi setelah persalinan, Infeksi masa nifas masih merupakanpenyebab tertinggi AKI. Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi yang meluas kesaluran urinary, payudara, dan pasca pembedahan merupakan salah satu penyebab terjadinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi berupa suhu badan panas, malaise, denyut nadi cepat.
95
Gejala lokal dapat berupa Uterus lembek, kemerahan dan rasa nyeri pada payudara atau adanya disuria. 3. Sakit Kepala, Nyeri Epigastrik, Penglihatan Kabur Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya Eklampsia post partum, bila disertai dengan tekanan darah yang tinggi. 4. Pembengkakan di Wajah atau Ekstrenitas. 5. Demam, Muntah, Rasa Sakit Waktu Berkemih Pada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman, yang ditimbulkan oleh epiosomi yang lebar, laserasi, hematom dinding vagina. 6. Payudara yang Berubah Menjadi Merah, Panas, dan Terasa Sakit. Disebabkan oleh payudara yang tidak disusu secara adekuat, putting susu yang lecet, BH yang terlalu ketat, ibu dengan diet jelek, kurang istirahat, anemia. 7. Kehilangan Nafsu Makan Dalam Waktu Yang Lama Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu makan,sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang. Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat,susu,kopi atau teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah makanan yang sifatnya ringan,karena alat pencernaan perlu istirahat guna memulihkan keadaanya kembali. 8. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan di kaki Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi.
96
Lampiran 5 SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik
: Cara Perawatan Bayi Baru Lahir
Waktu
: 16.00 WIB
Sasaran
: Ny.S
Tanggal
: 10 Juni 2016
Tempat
: Rumah pasien
A. Tujuan Umum Agar klien dapat mengetahui dan mengerti tentang cara merawat tali pusat dengan benar. B. Tujuan Khusus 1. Menegetahui hal-hal yang harus diperhatikan pada saat menyusui 2. Mampu mempraktekan cara menyusui yang baik dan benar 3. Mengatasi keluhan bahaya nifas. C. Metode Ceramah Tanya jawab D. Materi Terlampir
97
MATERI PENYULUHAN Membersihkan tali pusat pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan menggunakan kapas yang diberikan dengan sedikit larutan alkohol. Perawatan tali pusat bayi baru lahir dilarang keras menggunakan salep dan obat-obatan lain, sangat disarankan untuk menggunakan obat dengan resep dokter. Merawat tali pusat dengan benar dan tepat juga akan membuat proses penyembuhan lebih cepat dan terhindar dari ancaman infeksi. Berikut hal penting yang harus diperhatikan bunda dalam merawat tali pusat pada bayi baru lahir untuk menghindari infeksi. 1. Gunakan kasa steril untuk membersihkan perdarahan sebelum atau sesudah puput. Rutinlah mengganti kain kasa pada tali pusat bayi setiap kali selesai mandi. Dan segeralah untuk menghubungi dokter jika perdarahan yang dialaminya tidak segera berhenti. 2. Untuk memandikan sebaiknya menggunakan washlap dengan menggunakan air hangat. Usahakan untuk tidak memandikan bayi baru lahir dengan posisi berendam apabila tali pusat bayi belum puput atau belum terlepas. 3. Saat memakaikannya popok atau diapers, sebaiknya bunda memasangnya di bawah perut bayi atau pada bagian bawah tali pusatnya. Hal ini bertujuan untuk menghindari agar tali pusat tidak terkena kotoran atau pipis bayi. 4. Gunakan pakaian longgar dan nyaman pada bayi baru lahir hingga tali pusatnya puput dengan tujuan supaya tidak mengganggu sirkulasi udara yang ada di sekitar tali pusatnya. 5. Tidak disarankan memberikan ramuan-ramuan tradisional lain pada pangkal tali pusat bayi baru lahir dengan tujuan segera puput jika tanpa ada ijin dari dokter. 6. Saat tali pusat bayi sudah puput, biarkan sekitar tali pusat tersebut sembuh dan kering dengan sendirinya dan bunda tidak dianjurkan untuk memplester atau menutupinya.
98
Lampiran 6 SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik
: Metode kontrasepsi
Waktu
: 16.00 WIB
Sasaran
: Ny. D
Tanggal
: 23 Juli 2016
Tempat
: Rumah pasien
A. Tujuan Umum Setelah mendapatkan penyuluhan, ibu diharapkan mengetahui dan memahami tentang metode kontrasepsi. B. Tujuan Khusus Setelah mengikuti penyuluhan ibu diharapkan mampu : 1. Mengetahui pengertian kontrasepsi. 2. Menegtahui tentang manfaat, kerugian dan kontra indikasi alat kontrasepsi. 3. Menyebutkan macam-macam kontrasepsi. 4. Dapat memilih metode kontrasepsi yang akan digunakan. C. Metode Ceramah Tanya jawab D. Materi Terlampir.
99
MATERI PENYULUHAN KELUARGA BERENCANA Penjarangan kehamilan dilakukan dengan pemberian obat, pemasangan ala, dan tindakan bedah. Program Keluarga Berencana sangat dianjukan untuk pasangan suamu istri yang mempunyai : a. Keinginan untuk mencegah kehamilan dengan alasan-alasan pribadi b. Keinginan untuk menjarangkan kehamilan c. Keinginan untuk membatasi jumlah anak d. Alasan kesehatan Manfaat Keluarga Berencana dari segi kesehatan bagi keluarga adalah : a. Dengan mengatur jumlah dan jarak kelahiran, ibu dapat meningkatakan kesehatanya, baik fisik, mental, maupun sosial. b. Memberikan kesmpatan pada suami untuk meningkatkan atau memperbaiki ksehatan fisik, mental dan sosial. c. Memberikan kesempatan pada anak-anak untuk tumbuh dengan wajar dan memperoleh pendidikan, perhatian, pemeliharaan, kecukupan, makanan serta memperoleh perkembangan mental dan sosial. Kontrasepsi yand dipilih oleh Ny. D adalah Kb suntik 3 bulan. Metode KB ini dilakukan dengan cara menyuntikan hormone pencegahan kehamilan pada ibu yang masih subur. Obat ini hanya berisi hormone progesterone dengan interval diberikan 12 minggu sekali. a.
Keuntungan
KB ini sangat tepat untuk ibu yang sedang menyusui karena tidak mempengaruhi produksi ASI. b.
Kerugian
Perdarahan terjadi secara teratur dan tidak mendapat haid dalam waktu yang lama. c.
kontra-indikasi
1.
Wanita yang menderita tumor, terutama tumor ganas pada payudara atau kelamin.
2. Varises yang luas, lading pembuluh darah atau kelainan perdarahan jantung. 3. Penyakit hati (hepar)
100
4. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya. d.
efek saamping 1. Gangguan haid berupa spotting, perdarahan yang tidak teratur, amenorrhea 2. Berat badan bertambah 3. Cenderung ada penigkatan gula darah 4. Keluhan lain berupa mua, muntah, sakit kepala, panas, dingin, pegalpegal dan nyeri perut.
101
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR Dinkes Kabupaten Indramayu, 2009. Laporan Kematian Ibu dan Bayi Manuaba, IBG. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC Prawirohardjo, Sarwono, 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika. Varney, Helen. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Whalley, Janet. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, Dan Bayi. Jakarta : Arca. Varney, Helen. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC Prawirohardjo, Sarwono, 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta : Sulistyawati Ari Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Jakarta : Depkes RI Mira, Dwi. 2009. Buku Ajar Biologi Reproduksi. Jakarta : EGC Dunstall, Melvyn, 2010. Anatomi Dan fisiologi Untuk Bidan. Jakarta : EGC. Saifuddin, AB, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Datta, Monika. 2007. Panduan Praktis Kehamilan dan Melahirkan, Jakarta : Pengurus IBI Pusat IBI. 2006. Catatan Tentang Perkembangan Dalam Praktek Kebidanan. Jakarta Cetakan Ke VI-April 2006 Salmah, S.Kp, M.Kes. 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC Manuaba, IBG. 2010. Penyakit Kandungan Dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
102