BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hasil pengamatan awal yang dilakukan di SDN Katekan 2 Ngadirejo Temanggung pada kelas V mata pelajaran IPA masih banyak mengalami kesulitan. Hal ini terlihat dari rendahnya nilai mata pelajaran IPA yaitu rata-rata nilai 55 sedangkan KKM yang ditentukan guru adalah 65 (Turachman, 2012). Berdasarkan hasil observasi di SDN 2 Katekan ditemukan bahwa pada saat proses belajar mengajar guru lebih banyak menggunakan metode ceramah bervariasi. Guru juga kurang memaksimalkan alat peraga. Hal ini memaksa siswa untuk berpikir abstrak sehingga siswa merasa kurang termotivasi untuk belajar, siswa bermain dengan teman sebelah, bercerita sendiri, dan siswa bingung dalam menerima informasi. Berhasilnya
tujuan
pembelajaran
ditentukan
oleh
banyak
faktor
diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan (Ibrahim, 2003).
Sebagai pengatur sekaligus pelaku
dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut. Anak dalam usia sekolah dasar cenderung aktif dalam hal pembelajaran di kelas. Seorang guru konstruktivism yang baik adalah mereka yang suka menyediakan lingkungan atau bahan belajar (learning materials) bagi anak didiknya, sebab guru tahu bahwa anak senang mengeksplorasi lingkungan belajar. 1
2
Guru juga akan berusaha untuk menciptakan system interaksi pengajaran dengan siapa saja anak itu berinteraksi (guru dan temannya sendiri) yang menjembatani
arti
yang
diperlukan.
Selanjutnya,
akan
diyakini
guru
konstruktivism itu bahwa eksplorasi lingkungan dan interaksi yang terjadi merefleksikan pengalaman belajar si anak sehingga membentuk pengetahuan yang berkembang terus sebagai milik mereka sendiri.
Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Winataputra, 2007). Salah satu tugas guru yang paling utama adalah mengajar. Hal ini akan menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk memiliki kompentensi mengajar. guru akan memiliki kompentensi mengajar, jika guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara teknis berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya denga belajar disamping kemampuan lain yang menunjang. Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa hal antara lain minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran, semangat siswa untuk melakukan tugas-tugas belajarnya, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas-tugasnya, reaksi yang ditunjukkan siswa terhadap stimulus yang diberikan guru, rasa senang dan puas dalam mengerjakan tugas yang diberikan (Sudjana, 2010). Dari teori diatas maka dapat disimpulakan bahwa dengan adanya motivasi, semangat tanggung jawab, reaksi yang positif, rasa senang dan rasa puas dapat berpengaruh terhadap keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Hal tersebut juga dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Berkaitan dengan proses interaksi belajar mengajar ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah metode pembelajaran. Metode yang digunakan guru dalam mengajar menentukan sikap siswa, sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti kegiatan belajar. Pemilihan dan penggunaan metode yang tepat sesuai dengan tujuan kompetensi sangat diperlukan. Metode adalah cara yang digunakan oleh guru untuk mengadakan hubungan dengan siswa
3
pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Untuk itu guru sebagai pengarah dan pembimbing tidak hanya pandai dalam memilih metode pembelajaran namun usaha guru-guru untuk mengoptimalkan komponen pembelajaran diperlukan dalam rangka meningkatkan prestasi belajar. Ilmu pengetahuan alam merupakan sebuah mata pelajaran yang membutuhkan kecermatan dan ketelitian sehingga metode yang digunakan harus sesuai agar mendapatkan hasil yang maksimal (Djamarah, 2002). Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus bisa membuat suasana kelas menjadi hidup. Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan metode belajar yang menarik dan menuntut siswa untuk aktif di dalam kelas. Disamping pemilihan metode pembelajaran yang tepat, guru juga harus memanfaatkan alat peraga yang ada sebaik mungkin sehingga siswa bisa lebih termotivasi untuk belajar. Terlebih lagi pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan alam karena pada mata pelajaran ini kita dituntut untuk lebih aktif di dalam kelas. Karena kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan, maka segala sesuatu memerlukan eksperimentasi. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas digunakan teknik eksperimen. Yang dimaksud adalah salah satu cara mengajar diamana siswa melakukan suatu percobaan tentang suatu hal mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (scientific thinking). Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2008). Dengan bertambah majunya tekhnologi, maka akan berpengaruh terhadap kemajuan media dalam proses belajar mengajar di kelas. Misalnya adanya alat peraga yang lebih canggih untuk membantu siswa dalam belajar. Kemajuan IPTEK harus kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran. dengan menggunakan metode eksperimen maka guru yang kreatif akan memanfaatkan IPTEK dalam proses pembelajaran.
4
Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru (Roestiyah, 2001). Berdasarkan teori tersebut, penulis menyimpulkan bahwa metode eksperimen adalah satu metode yang tepat untuk digunakan dalam pelajaran IPA. Dimana siswa dapat mencobakan suatu teori yang selama ini menjadi hipotesis anak. Sehingga semua pertanyaan tentang teori itu dapat terjawab. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka guru berusaha untuk menggunakan metode eksperimen yaitu metode pemberian kesempatan kepada anak didik peroranganatau kelompon, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode eksperimen ini siswa dapat lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaan sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku, dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dn tekhnologi dan dengan metode eksperimen ini siswa akan terbina menjadi manusia yang dapat membawa terobosan-terobosan baru denga penemuan sebagai hasil percobaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. Penggunaan metode eksperimen diharapkan dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar sehingga dalam proses belajar mengajar itu aktivitasnya tidak hanya didominasi oleh guru, dengan demikian siswa akan terlibat secara fisik, emosional dan intelektual yang pada gilirannya diharapkan konsep perubahan benda yang diajarkan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti akan mengeksperimenkan “Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas V Di SD N 2 Katekan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012”. 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Apakah Penggunaan Metode Eksperimen Berpengaruh Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA
5
Siswa Kelas V Di SD N 2 Katekan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2011/2012?” 1.3 Tujuan Penelitian Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode eksperimen terhadap motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA siswa kelas V di SD N 2 Katekan Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung Tahun Ajaran 2011/2012. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat teoritis yang akan diperoleh adalah: 1)
Mendapatkan wawasan dan pengalaman baru yang relevan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA
2)
Sebagai dasar untuk mengembangkan dan melaksanakan penelitian lebih lanjut, baik untuk diri sendiri maupun teman sejawat.
Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perseorangan atau institusi, seperti diuraikan berikut ini: 1)
Bagi Siswa Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar dan pemahaman siswa terhadap materi sifat-sifat cahaya.
2)
Guru Guru dapat mengetahui variasi, strategi pembelajaran yang termasuk didalamnya memilih metode dan media yang sesuai dengan tujuan dan materi yang akan diberikan sehingga masalah yang dihadapi guru yang berhubungan dengan materi dan siswa dapat diminimalkan.
3)
Kepala Sekolah Hasil penelitian dapat memberikan masukan bagi kepala sekolah dalam usaha perbaikan proses pembelajaran para guru.
4)
Peneliti Dapat digunakan sebagai bahan rujukan yang dapat memberikan manfaat dalam memperkuat landasan teori yang dibutuhkan dalam penelitian selanjutnya