BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sistem penanganan bahan baku memegang peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu pabrik. Pada sebagian besar manufacturing, orang beranggapan bahwa lebih baik bahan yang bergerak atau berpindah dari pada orang atau mesinnya. Untuk beberapa kasus tertentu kadang-kadang akan lebih baik manusia atau mesin (ataupun keduanya) yang dipindakan. Perencanaan tata letak pabrik tidaklah bisa mengabaikan signifikasi dari aktivitas pemindahan bahannya, demikian juga sebaliknya tidak mungkin menerapkan sistem pemindahan bahan secara efektif tanpa memperhatikan masalah-masalah umum yang dijumpai dalam perencanaan tata letaknya. Pemindahan bahan atau material adalah suatu aktivitas yang sangat penting dalam kegiatan produksi dan memiliki kaitan erat dengan perencanaan tata letak fasilitas produksi. Aktivitas ini merupakan aktivitas “non produktif” sebab tidak memberikan nilai perubahan apa-apa terhadap material atau bahan yang dipindahkan, tidak akan terjadi perubahan bentuk, dimensi, maupun sifat-sifat fisik atau kimiawi dari material yang berpindah. Kegiatan pemindahan bahan/material tersebut akan menambah biaya (cost). Dengan demikian sebisa mungkin aktivitas pemindahan bahan tersebut dieliminir atau paling tepat untuk menekan biaya pemindahan bahan tersebut adalah memindahkan bahan pada jarak yang sependekpendeknya dengan mengatur tata letak fasilitas produksi atau departmen yang ada. Material handling adalah aliran bahan yang harus direncanakan secermatcermatnya sehingga material (bahan) akan bisa dipindahkan pada saat dan menuju lokasi yang tepat. Biaya material handling dengan mudah akan dapat dihitung. Biasanya biaya material handling akan proporsional dengan jarak pemindahan material dan pengukuran jarak akan bisa dilaksanakan dengan sederhana bilamana layout dari fasilitas produksi tersebut bisa digambarkan. Biaya material handling seringkali akan sangat dipengaruhi oleh desain layout itu sendiri. Karena biaya material handling proporsional dengan jarak perpindahan material, maka pemilihan tipe layout itu sendiri sudah akan memberi pengaruh terhadap jumlah biaya material handling. Perancangan layout fasilitas memiliki peranan penting dalam menunjang kelancaran keseluruhan produksi yang berdampak pada ketepatan waktu penyelesaian order. Pengaturan layout fasilitas yang optimal akan mendukung
upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi perusahaan. Secara umum tujuan perancangan layout adalah untuk meminimalkan total biaya, terutama yang menyangkut konstruksi dan instalasi, material handling, produksi, maintenance, safety dan storage selain itu juga bertujuan untuk mengurangi proses material handling, mengurangi kemacetan, dan kesimpangsiuran aliran material yang ada. Hubungan antara penanganan material dan tata letak pabrik adalah secara khusus tata letak pabrik membutuhkan informasi mengenai biaya operasi peralatan, sehingga perlu diketahui panjang, waktu, sumber serta tujuan perpindahan material. Tata letak pabrik dan material handling mempunyai tujuan umum yaitu meminimumkan biaya. Karena pengaruh yang nyata dalam material handling, penting sekali untuk mendesain layout dan sistem material handling secara simultan atau paling tidak terjadi back tracking yang signifikan. 1.2 Tujuan Mengetahui pentingnya material handling, manfaat, tujuan, dan hubungannya dengan fungsi perancangan layout pada PT. Five Food.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Profil Perusahaan PT. Five Food merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan ringan. Perusahaan ini digagas oleh lima sekawan tepatnya pada tanggal 7 November 2008. Perusahaan ini berlokasi di kawasan Industri Waru Sidoarjo, tepatnya di Jalan Tambak Sawah No. 4-7. Perusahaan ini memproduksi beberapa jenis produk makanan ringan seperti cookies, biscuit, cookies stick, dan wafer. Five Food’s biscuit merupakan salah satu produk unggulan yang dimiliki oleh perusahaan. Head Office dan Pusat Produksi PT. Five Food berada dalam satu wilayah, yakni di Kawasan Industri Waru Sidoarjo. PT. Five Food telah mengembangkan sayapnya di tingkat nasional. Perusahaan multinasional ini telah mempunyai jaringan pemasaran yang cukup luas. Perusahaan ini mempunyai visi menjadi sebuah perusahaan industri pangan yang menjamin kepuasan dan mengutamakan kebutuhan konsumen dengan inovasiinovasi barunya. Untuk mencapai visi tersebut perusahaan selalu mengutamakan kualitas bahan baku dan proses produksi untuk mendapatkan produk yang berkualitas tinggi. Perusahaan ini berkapasitas produksi 2300 produk per hari. 2.2 Profil Produk, Bahan Baku, Bahan Pembantu, Bahan Pengemas, Diagram Alir Proses Produksi 2.2.1 Konsep Produk Snack merupakan segala jenis makanan atau minuman yang dikonsumsi diantara dua waktu makan utama dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari (Muchtadi et al., 1988). Produk snack sangat digemari oleh konsumen terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Menurut Brown (2000), ciri khas yang melekat pada produk cookies adalah memiliki kandungan gula dan lemak yang tinggi serta kadar air yang rendah (kurang dari 5%) sehingga bertekstur renyah, apabila dikemas akan terlindung dari kelembaban, dan memiliki umur simpan yang lama. Ciri khas cookies tersebut sangat ditentukan oleh bahan baku dan proses pembuatannya. Produk Brownies Cookies yang merupakan salah satu produk andalan dari PT. Five Food ini berbentuk kotak dengan ukuran (4x4x2) cm. Brownies cookies ini bertaburkan kacang almond di bagian atasnya. Produk ini berwarna cokelat dengan tekstur yang agak kasar. Brownis cookies ini renyah dan mempunyai rasa yang cukup
manis. Produk Brownis cookies ini dijual dengan harga Rp 5.000,00 per kotak, dimana pada setiap bungkus (kotak) berisi 10 biji brownis cookies.
Gambar 1. Brownis cookies 2.2.2 Proses Pengolahan Proses pembuatan cookies terdiri dari tiga tahap, yaitu pembuatan adonan, pencetakan, dan pemanggangan adonan. Pembuatan adonan diawali dengan proses pencampuran dan pengadukan bahan-bahan, dimana bahan baku dicampur secara bertahap. Tahap pertama adalah pencampuran lemak dan gula, kemudian tahap selanjutnya adalah penambahan susu dan zat aditif yang sebelumnya telah dilarutkan dalam air. Penambahan tepung terigu dilakukan pada bagian paling akhir untuk membatasi pengembangan gluten yang berlebihan. 2.2.3 Bahan Baku dan Bahan Pembantu Menurut Matz dan Matz (1978), bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan cookies terbagi dalam dua kelompok, yaitu bahan pengikat dan bahan pelembut. Bahan-bahan yang berfungsi sebagai pengikat adalah terigu, susu, dan putih telur. Sedangkan bahan-bahan yang berfungsi sebagai pelembut adalah gula, lemak, leavening agent (baking powder), dan kuning telur. Bahan pendukung lain yang sering digunakan adalah garam, flavor, emulsifier, dan cokelat bubuk. Produk cookies yang difortifikasi secara khusus melibatkan penambahan premix mineral, premix vitamin serta serat pangan (fiber). Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk Brownis cookies ini diantaranya adalah terigu, telur, lemak, air, susu, gula dan baking powder. Sedangkan bahan-bahan pembantu yang digunakan diantaranya adalah garam, flavor, emulsifier dan cokelat bubuk. PT. Five Food selalu menjamin mutu bahan baku dan bahan pembantu yang digunakan dalam proses produksi Brownis cokelat ini untuk menghasilkan produk yang berkualitas.
2.2.4 Bahan Pengemas PT. Five Food selain mengutamakan keuntungan perusahaan juga mengutamakan dampak terhadap lingkungan yang akan diberikan, sehingga bahanbahan pengemas yang dipilih dan digunakan dalam perusahaan ini berdasar pada sifat keramahannya terhadap lingkungan. Bahan pengemas yang digunakan dalam produk Brownis cookies ini terdiri dari 3 jenis, yakni kemasan primer, kemasan sekunder dan kardus. Kemasan primer dari produk ini adalah aluminium foil yang dirasa cukup aman dan bersahabat dengan lingkungan. Kemasan sekunder dari produk ini berbahan kertas yang berbentuk kotak. Sedangkan kemasan kardus dari produk ini terbuat dari kertas kardus yang mudah terdegradasi. Berdasarkan gambaran umum, rancangan dari kemasan produk kami kuranng lebih adalah seperti gambar di bawah ini.
Gambar 2. Kemasan Primer, Sekunder dan Kardus 2.2.5 Diagram Alir Proses Produksi
Gambar 3. Diagram Alir Proses Produksi Brownis cookies
2.3 Pertimbangan Pemilihan Lokasi Pabrik Atau Perusahaan Perencanaan lokasi merupakan suatu kegiatan strategis yang bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan lokasi bagi perusahaan sehingga perusahaan atau pabrik dapat beroperasi dengan lancer, dengan biaya yang rendah, dan memungkinkan perluasan di masa dating. Dalam menentukan lokasi perusahaan, manager perlu mempertimbangkan berbagai factor seperti kedekatan terhadap pasar, kemudahan mendapatkan bahan baku, rendahnya biaya tenaga kerja, rendahnya biaya transportasi, dan lain-lain. Kemampuan lokasi yang tepat akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam (Herjanto, 2008): Melayani konsumen dengan memuaskan Mendapatkan bahan-bahan mentah yang cukup dan kontinyu dengan harga yang layak/ memuaskan Mendapatkan tenaga kerja yang cukup Memungkinkan perluasan perusahaan di kemudian hari Dalam mendapatkan lokasi suatu perusahaan/ pabrik yang tepat, perlu untuk memperhatikan faktor-faktor yang berkaitan dengan kegiatan usaha perusahaan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut (Herjanto, 2008): 1. Letak pasar 2. Letak sumber bahan baku 3. Ketersediaan tenaga kerja 4. Ketersediaan tenaga listrik 5. Ketersediaan air 6. Fasilitas pengangkutan 7. Fasilitas perumahan, pendidikan, perbelanjaan, dan telekomunikasi 8. Pelayanan kesehatan, keamanan, dan pencegahan kebakaran 9. Peraturan pemerintah setempat 10. Sikap masyarakat 11. Biaya dari tanah dan bangunan 12. Luas tempat parker 13. Saluran pembuangan 14. Kemungkinan perluasan 15. Lebar jalan Penentuan lokasi pabrik sangat menetukan kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan dating. Pemilihan lokasi berarti menghindari sebanyak mungkin seluruh segi-segi negative dan mendapatkan lokasi dengan paling banyak faktorfaktor positif. Penentuan lokasi yang tepat akan meminimumkan beban biaya
(investasi dan operasional) jangka pendek ataupun jangka panjang, dan ini akan meningkatkan daya saing perusahaan. Letak geografis suatu pabrik mempunyai pengaruh terhadap sistem produksi yang ekonomis, karena banyak faktor-faktor yang memengaruhi letak fasilitas/ mesin-mesin dalam pabrik, dan yang lebih penting lagi karena lokasi tersebut akan memengaruhi besarnya biaya operasi ataupun biaya capital (Prasetya dan Lukiastuti, 2009). Di dalam penentuan lokasi pabrik, di mana pabrik itu akan didirikan dan di bagian mana dari daerah itu akan didirikan pabrik, pemilihan letak pabrik pada umumnya dipengaruhi oleh factor-faktor (Prasetya dan Lukiastuti, 2009): 1. Lingkungan masyarakat 2. Kedekatan dengan pasar 3. Tenaga kerja 4. Kedekatan dengan bahan mentah dan penyuplai 5. Fasilitas dan biaya transportasi 6. Sumber-sumber daya alam 7. Tanah untuk perluasan Setelah lokasi ditentukan, maka perusahaan harus menentukan di bagian mana pabrik akan didirikan. Berbagai factor yang perlu diperhatikan untuk pemilihan tempat, antara lain (Prasetya dan Lukiastuti, 2009): a. Tanah harus kering dan kuat untuk menyangga bangunan b. Mempunyai keamanan dan perlindungan kebakaran yang baik c. Bila pabrik mengeluarkan asap, maka harus cukup banyak angin yang membawa asap keluar daerah permukiman d. Dekat dengan transportasi masyarakat e. Cukup tersedia areal untuk bangunan sekarang, ekspansi dan parker kendaraan karyawan. Pemilihan lokasi suatu pabrik membutuhkan pertimbangan yang penting dari banyak faktor. Pemilihan lopkasi industri yang strategis haruslah dapat meminimalkan biaya, strategi yang digunakan terfokus pada memaksimalkan pendapatan. Pemilihan lokasi PT Five Food yang berada di JL Tambak Sawah 4-7 Waru Sidoarjo telah mempertimbangkan berbagai factor utama diantaranya adalah: 1. Letak pasar Pabrik yang didirikan terletak di area industri yang cukup strategis karena cukup dekat dengan pasar dan konsumen. Sehingga biaya untuk pemasaran dapat diminimalisasi dan keamanan barang tetap terjaga.
2. Letak sumber bahan baku Lokasi perusahaan yang berada di area industri ini dekat dengan sumber bahan baku, sehingga memudahkan dalam pendistribusian bahan baku menuju pabrik dan meminimasikan biaya untuk memperoleh bahan baku produksi. Bahan baku yang digunakan cukup mudah penanganannya, dan tidak mudah rusak serta tahan lama sehingga untuk memperoleh bahan baku ini cukup mudah. 3. Ketersediaan tenaga kerja Tenaga kerja yang bekerja di perusahaan mudah untuk menjangkau area perusahaan. Selain itu terdapat hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam tenaga kerja mencakup tingkat kecakapan yang diperlukan, kuantitas yang mencukupi, serta tinggi rendahnya upah. Tenaga kerja yang terdapat dalam perusahaan terdiri dari dua kelompok yaitu tenaga kerja berkemampuan kecakapan tinggi dan tenaga kerja berkecakapan rendah. Berdasarkan tingkatan tersebut, tenaga kerja tetap mudah untuk mencapai lokasi perusahaan. 4. Ketersediaan tenaga listrik Tenaga listrik yang diperlukan oleh perusahaan adalah tenaga listrik yang besar. Lokasi sumber tenaga listrik tersebut mampu mencukupi kebutuhan listrik perusahaan, sehingga memudahkan perusahaan dalam beroperasi. Berdasarkan hal tersebut, listrik yang digunakan juga memiliki mutu serta kestabilan yang tinggi dan tariff yang telah disesuaikan dengan tariff dasar listrik. 5. Ketersediaan air Lokasi pabrik yang berada di area industri memiliki sumber air yang mencukupi dan diperoleh dari sungai di dekat lokasi perusahaan. Jumlah air mencukupi untuk proses produksi, serta mutu air yang digunakan terjaga dan terhindar dari bahaya-bahaya yang dapat menambah biaya investasi untuk pengelolaan tambahan. 6. Fasilitas pengangkutan Fasilitas pengangkutan atau transportasi mudah mencapai lokasi perusahaan. Fasilitas transportasi yang digunakan adalah transportasi darat sehingga mudah untuk dilewati. 7. Fasilitas perumahan, pendidikan, perbelanjaan, dan telekomunikasi Perusahaan menyediakan perumahan untuk tenaga kerja yang berada di pemukiman area perusahaan sehingga memudahkan untuk menjakau lokasi. 8. Pelayanan kesehatan, keamanan, dan pencegahan kebakaran Lokasi pabrik cukup dekat dengan pelayanan kesehatan dan keamanan. Sehingga missal terdapat kecelakaan kerja, dapat memudahkan untuk menjangkau pusat pelayanan kesehatan tersebut.
9. Peraturan pemerintah setempat Dalam peraturan pemerintah yang ditetapkan mencakup system pajak, jam kerja maksimum, upah minimum, usia kerja minimum dan kondisi lingkungan kerja. Pemilihan lokasi perusahaan sudah sesuai dengan peraturan pemerintah dan lokasi yang digunakan cukup strategis. 10. Sikap masyarakat Masyarakat memberikan tanggapan yang positif atas berdirinya perusahaan karena lokasi yang dipilih berada di area industri dan tidak mengganggu kenyamanan masyarakat. 11. Biaya dari tanah dan bangunan Biaya investasi untuk pembangunan perusahaan dari berbagai alternative yang dipilih, diketahui bahwa investasi yang sesuai adalah area industri di daerah Waru Sidoarjo ini. 12. Luas tempat parker Area parkir industri cukup luas dan mendukung untuk mobilisasi kagiatan industri. 13. Saluran pembuangan Saluran pembuangan limbah industri cukup aman karena telah terdapat lokasi kusus untuk pembuangan limbah dan tidak menimbulkan pencemaran untuk lokasi sekitar. 14. Kemungkinan perluasan Kemungkinan perluasan perusahaan cukup mendukung, karena masih terdapat cukup lokasi yang luas di area industri untuk perluasan pabrik. 15. Lebar jalan Jalan di area perusahaan luas dan dekat dengan jalan besar, sehingga memudahkan untuk transportasi baik distribusi dan pemasaran produk.
2.4 Urut-Urutan Material Dari Supplier Hingga Konsumen (Termasuk Di Dalam Fasilitas Produksi/Perusahaan) + Peta Dari-Ke (From-To Chart) (Jarak Dan Muatan) Urutan Material: SUPPLIER
RECEIVING
PENCETAKAN
PEMANGGANGAN
PENDINGINAN
PENGEMASAN
KONSUMEN
STORAGE
PENGADONAN
WAREHOUSING
PENIMBANGAN BAHAN
PENCAMPURAN BAHAN
SHIPPING
DISTRIBUSI
1. Supplier Pada proses pembuatan Brownies Cookies ini bahan baku langsung didapatkan dari supplier. Pemilihan supplier ini di dasarkan atas kualitas bahan baku, kedekatan supplier dengan lokasi perusahaan, dan harga bahan baku. Pemilihan harga bahan baku sangat penting karena 70% harga operasional bergantung pada bahan baku. 2. Receiving Receiving adalah proses awal menerima barang dari supplier atau pemasok bahan baku. Di receiving bahan baku akan diperiksa mengenai perhitungan, penimbangan dan pengambilan sampel. Setiap bahan dipisahkan berdasarkan penampakannya. Pemisahan dilakukan dalam ruang persiapan, agar tidak terjadi kontaminasi bau, rasa dan yang lainnya antar bahan baku dengan benda lainnya.
3.
4.
5.
6.
7.
Apabila telah sesuai, maka diberikan cap received sebagai tanda terima barang. Bahan baku di angkut dengan menggunakan truck dari supplier dan di alokasikan ke storage. Storage Storage adalah tempat menyimpan bahan baku dari pembuatan Brownies Cookies. Setelah bahan baku melewati receiving, lalu disimpan di storage terlebih dahulu sebelum memasuki proses produksi. Bahan baku di angkut dari receiving ke storage dengan menggunakan forklift. Penimbangan bahan Beberapa bahan seperti tepung terigu, susu bubuk, cokelat bubuk, dan gula akan melalui tahap pengayakan terlebih dahulu sebelum penimbangan. Setelah masing-masing bahan tersebut ditimbang sesuai formulasinya, bahan tersebut dimasukkan ke dalam plastik dengan warna yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan untuk membedakan jenis-jenis bahan. Penimbangan bahan baku Brownies Cookies dengan menggunakan alat timbangan digital. Masing-masing bahan baku ditimbang sesuai dengan kapasitas produksi dalam sekali proses produksi. Pencampuran bahan Pencampuran bahan dilakukan secara bertahap. Tahap pertama merupakan pencampuran lemak dan gula. Tahap selanjutnya adalah penambahan susu dan zat aditif yang sebelumnya telah dilarutkan dalam air. Tahap selanjutnya penambahan tepung terigu dilakukan pada bagian paling akhir. Pencampuran bahan dilakukan dengan menggunakan mixer. Pengadonan Dalam proses pengadonan dilakukan pembentukan lembaran (Sheeting). Adonan yang telah tercampur rata kemudian dipindahkan ke konveyor dengan alat bantu berupa sekop. Di atas konveyor, adonan akan melewati pembatas pada sisi atas, sehingga adonan menjadi lebih tipis kemudian adonan ini akan masuk ke dalam penampungan untuk siap pencetakan. Pemanggangan Pemanggangan dilakukan dengan menggunakan indirect oven yang mempunyai lima zona dengan total waktu pemanggangan selama 8 menit. Indirect oven tidak menggunakan api langsung sebagai sumber panas pada oven. Sumber panas menggunakan udara kering yang berasal dari pipa-pipa panas berisi air yang dipanaskan dengan bahan bakar gas elpiji. Pembagian zona ini memiliki tujuan berbeda yaitu, zona 1 dan 2 bertujuan untuk pengembangan adonan cookies. Suhu di zona ini 175ºC dan 185ºC. Zona 3 memilik suhu 195ºC
bertujuan untuk pematangan cookies. Zona 4 dan 5 bertujuan untuk pewarnaan dengan suhu 190ºC dan 175ºC.7. 8. Pencetakan Adonan yang telah ditipiskan turun ke dalam penampungan dengan dibantu menggunakan roll. Adonan akan diteruskan menuju lubang pencetak dengan adanya dorongan dan pengaturan berat standar. Alat pencetak terdiri atas tabung dan lubang sebanyak 18 lubang dengan diameter kurang lebih 2 cm. Adonan yang telah masuk dalam pipa pencetak akan diteruskan ke bagian mulut bawah pipa. Proses selanjutnya, adonan yang terdorong keluar akan dipotong menggunakan kawat tipis (wire cutter) hingga membentuk koin tebal (bulatan cookies) yang kemudian jatuh ke atas konveyor untuk mengalami tahap berikutnya. 9. Pendinginan Pendinginan Brownies Cookies dilakukan secara 2 tahap, antara lain: 1) Pendinginan I Setelah pemanggangan, tahap selanjutnya akan dilakukan pendinginan. Pendinginan dilakukan dengan menggunakan kipas angin dan exhaust fan dengan suhu 20-27ºC selama 12-16 menit. Pendinginan ini bertujuan untuk menurunkan suhu brownies sehingga tekstur brownies akan menjadi renyah dan mempunyai kadar air yang memenuhi standar. Bersamaan dengan proses ini dilakukan pengecekan dari segi dimensi, kadar air, dan warna dari brownies oleh operator bagian produksi sebelum dilakukan pengemasan. 2) Pendinginan II Setelah melalui exhaust fan, brownies akan melewati tunnel pendingin bersuhu 10-15ºC selama 4-5 menit. Hal ini bertujuan untuk mendinginkan chocochip yang ada dalam brownies. Pendinginan ini untuk memperkuat dan mempertegar tekstur chocochip sehingga tidak mudah lumer. 10. Pengemasan Pengemasan Brownies Cookies dilakukan secara 2 tahap, antara lain: 1) Pengemasan I Proses yang dilakukan untuk menyusun brownies ke dalam tray dan kemudian di kemas dengan plastik Oriented Poly Propylene (OPP). Brownies Cookies diletakkan dalam sebuah tray yang terbagi atas 3 bagian yang dipisahkan oleh 2 sekat. Proses pengemasan dilakukan secara otomatis dan selanjutnya produk dilewatkan pada alat metal detector. Pengemasan dilakukan menggunakan mesin pengemas (warping machine) otomatis. Hal
ini bertujuan untuk mewadahi, melindungi produk, dan mempertahankan kualitas tekstur serta aroma dari produk. 2) Pengemasan II Pengemasan ini merupakan proses pengemasan produk yang sudah dikemas dengan OPP ke dalam karton (doos). Salah satu tujuannya adalah mempermudah pendistribusian barang dari ruang produksi ke gudang penyimpanan hingga ke tangan konsumen. 11. Warehousing Warehousing ialah tempat untuk menyimpan produk jadi. Brownies Cookies yang sudah diproduksi akan disimpan di warehouse. Di warehouse akan di data jumlah brownies cookies yang sudah di hasilkan dalam sekali proses produksi. 12. Shipping Shipping ialah proses pemeriksaan bahan akhir. Brownies Cookies sebelum di distribusi akan diperiksa di proses shipping mengenai kelayakan produk sebelum memasuki pasar/konsumen yang dituju. 13. Distribusi Setelah proses shipping maka Brownies Cookies di distribusikan ke konsumen. 14. Konsumen Setelah di distribusi ke konsumen, Brownies Cookies bisa dibeli dan dinikmati oleh konsumen melalui mall, swayan, pusat oleh-oleh, pusat perbelanjaan dan warung-warung kecil. Peta Dari Ke Jarak (m)
Peta Dari Ke Muatan (kg)
Ongkos penanganan bahan mempunyai pengaruh yang besar terhadap biaya produksi, oleh karena itu agar biaya produksi dapat ditekan maka ongkos penanganan bahan ini harus diminimalkan. Ongkos penanganan bahan dipengaruhi oleh jumlah load (beban atau berat bahan) dan biaya untuk berpindahnya suatu load, dimana kedua hal tersebut akan mempengaruhi pemilihan penggunaan alat penanganan bahan. Disamping itu jarak perpindahannya juga akan mempengaruhi terhadap ongkos (Ma’arif dan Tanjung, 2003). Pada peta dari ke mengenai jarak perpindahan dari receiving, proses produksi hingga shipping didapatkan jarak perpindahan sebesar 98 m. Hal ini berarti jarak perpindahannya tidak begitu besar. Dengan adanya jarak perpindahan yang cukup pendek maka akan mengurangi ongkos material handling. Sedangkan pada peta dari ke mengenai berat bahan/muatan didapatkan sebesar 11057 kg. Muatan bahan setiap perpindahan di buat seefisien mungkin agar ongkos material handling diminimalisir sehingga mengurangi biaya produksi bagi perusahaan. 2.5. Tipe Layout Dan Layout Proses Produksi (Gambar) Product Layout dapat didefinisikan sebagai metode atau cara pengaturan dan penempatan semua fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam suatu departemen tertentu atau khusus. Suatu produk dapat dibuat/diproduksi sampai selesai didalam
departemen tersebut. Bahan baku di pindahkan dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya di dalam departemen tersebut, dan tidak perlu dipindah-pindahkan ke departemen lain. Dalam Product Layout, mesin-mesin atau alat bantu disusun menurut urutan proses dari suatu produk. Produk-produk bergerak secara terus-menerus dalam suatu garis perakitan. Product Layout akan digunakan bila volume produksi cukup tinggi dan variasi produk tidak banyak dan sangat sesuai untuk produksi continue (Prasetya dan Lukiastuti, 2009). Pada proses pembuatan Brownies Cookies menggunakan tipe Layout – Product Layout dikarenakan penempatan stasiun kerja berdasarkan urutan operasi dari sebuah produk. Di dalam pembuatan Brownies Cookies ini proses yang dilakukan dari awal hingga akhir secara urut tanpa adanya proses backtracking. Layout yang digunakan lurus dalam satu lini proses produksi. Product Layout
1. Receiving 2. Storage 3. Penimbangan Bahan 4. Pencampuran (Secara Bertahap) 5. Pengadonan 6. Pemanggangan 7. Pencetakan 8. Pendinginan 9. Pengemasan 10. Warehousing 11. Shipping 2.6. Penanganan Bahan (Kupas Untuk Masing-Masing Material Dan Sebutkan Alat/Mesin/Peralatan Yang Dibutuhkan (Sertakan Gambar), Serta Analisis Dan Dasar Pemilihan Mesin adalah sesuatu yang digerakkan oleh kekuatan atau tenaga yang diguanakan untuk membantu manusia dalam mengerjakan produk atau bagian produk. Peralatan adalah instrumen atau perkakas yang digunakan untuk melakukan pekerjaan pada bagian hasil atau produk. Mesin dan peralatan yang tepat harus memenuhi desain proses dan produk perusahaan serta dapat memperlancar arus
barang atau material dalam jalur produksi (Assauri,2004). Menurut Ahyari (2002), jenis mesin dan peralatan ditinjau dari segi operasi produksinya dibedakan menjadi tiga, yaitu: a. Manual Merupakan mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan untuk melaksanakan proses produksi dengan tangan. Mesin dan peralatan produksi yang bersifat manual adalah merupakan mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan untuk melaksanakan proses produksi dengan menggunkan tangan atau kerja manusia. b. Semi otomatis Merupakan mesin dan peralatan yang dipergunakan untuk keperluan tertentu (baik bersifat umum maupun khusus). Mesin dan peralatan produksi semi otomatis merupakan mesin dan peralatan yang bersifat otomatis, tetapi masih ada beberapa fungsional mesin yang dilakukan secara manual. c. Otomatis Mesin peralatan yang termasuk dalam kategori otomatis adalah mesin peralatan yang dipergunakan dalam perusahaan secara otomatis penuh (full automatic). Mesin dan peralatan yang digunakan dalam perusahaan secara otomatis (semua dijalankan dengan mesin) sedangkan tenaga manusia hanya untuk mengontrol saja. 2.6.1 Dari Receiving ke storage Semua material dari suplier pada saat perpindahannya dari receiving ke storage menggunakan Forklift. Gambar Forklift
Alasan : 1. Mempermudah dalam pengangkutan. 2. Dapat mengangkut bahan yang ketaknya di ketinggian 3. Mempermudah menjangkau bahan yang berat
2.6.2 Dari Storage ke Proses Produksi Material seperti tepung terigu, Lemak atau mentega, susu, gula, telur, kokoa, lesitin, flavor, garam,serta bahan pengembang cookies, dalam proses perpindahan bahan dari storage ke proses produksi menngunakan LOAD TROLLY STAINLESS. Pada bahan telur, telur diletakkan pada keranjang, kemudian dalam perpindahannya menggunakan Load Trolly Stainless.
Alasan: 1. Mempermudah dalam perpindahan susu untuk memasuki proses produksi 2. Mengurangi kerusakan material akibat perpindahan 3. Fungsi dari trolley ini adalah untuk memudahkan dalam pemindahakan barang dari suatu tempat ketempat lain. Trolley stainless sangat baik kegunaannya mulai dari lebih ringan dari besi, tahan lama sampai mudah perawatannya. 2.6.3 Pada saat Proses Penimbangan Material seperti jenis bubuk yaitu tepung terigu, mentega, susu, gula, kokoa, te;ur, flavor, garam serta pengembang cookies menggunakan mesin penimbang digital.
Alasan : 1. Mempermudah dalam penimbangan dengan berat 150 kg-300 kg. 2. Hasil penimbangan menunjukkan berat yang akurat. 3. Timbangan kapasitas 150kg-300kg. timbangan ini cocok untuk industri. terbuat dari rangka yang kokoh sehingga dapat mengurangi kelembaman dari rangka dan akan menghasilkan hasil penimbangan yang lebih presisi. 2.6.4 Proses Pencampuran Pada saat pencampuran, mesin yang digunakan dalam proses ini adalah mixer
Alasan: Mixer ini dapat digunakan dalam pencampuran bahan dengan jumlah volume lebih banyak. 2.6.5 Proses Pengadonan
Alasan : 1. Dapat mempermudah dalam proses pengadonan karena memuat dalam jumlah banyak. 2. Pengaturan yang diatur secara otomatis. 3. Adonan yang dihasilkan memiliki tekstur yang baik.
2.6.6 Proses Pemanggangan Pada saat adonan sudah jadi, kemudian adonan memasuki proses pemanggangan. Proses pemanggangan menggunakan Oven
Alasan : 1. Oven ini memiliki kapasitas yang banyak jika adonan yang telah dicetak menghasilkan hasil dalam jumlah banyak. 2. Proses yang diatur secara otomatis oleh mesin menghemat tenaga operator 2.6.7 Proses Pencetakan Pencetakan adonan menggunakan mesin pencetak cookies
Alasan: 1. Mempermudah dalam proses pencetakan karena diatur oleh mesin. 2. Mesin cetak cookies KMK 510, dimensi 1500x1000x1400 mm, 220V, computerized/otomatis, yang sangat cocok sekali untuk membuat cookies sesuai bentuk yang diinginkan. 3. Dapat mencetak dengan hasil yang baik sesuai ukuran dari produk yang dihasilkan
2.6.8 Proses Pendinginan Proses Pendinginan menggunakan freezer snack
Alasan : 1. Dapat memperhemat waktu endinginan karena diatur dalam mesin waktu pendingin. 2. Alat freezer ini cocok dalam industri cookies dalam jumlah banyak. 2.6.9 Mesin Perpindahan Bahan dari satu mesin ke mesin lainnya Mesin belt conveyor yang digunakan dalam perpindahan adonan
Alasan: 1. Mempermudah dalam proses perpindahan 2. Mencegah terjadinya kerusakan bahan. 3. Mencegah terjadinya proses antrian. 2.6.10 Proses pengemasan
Mesin pengemas Sunpack
Alasan : 1. Merupakan mesin packaging yang digunakan untuk mengemas produk dengan jenis GB dan GC yang memiliki netto 250 gram dan 500 gram. 2. Cocok dalam pengemasan sekunder. 3. Memiliki spesifikasi khusus yaitu: Power 5 amp Jumlah Mesin 1 unit Buatan Korea
Mesin packaging sealer Alasan: 1. Sangat cocok dalam pengemasan primer 2. Memiliki spesifikasi-spesifikasi khusus seperti Mesin pengemas (sealer plastic) berfungsi untuk menutup plastik polypropylene dengan panas. 2.7. Ongkos Material Handling (Pilih Satu Tahap Operasi Saja) Data untuk perhitungan material handling pada alat angkut forklift: Pembelian alat angkut dengan harga Rp 60.000.000,-, dengan umur ekonomis 8 tahun. Biaya bahan adalah sebesar Rp 30.000,-/ 8 jam. Biaya perawatan untuk alat adalah Rp 6.000,-. Setiap harinya forklift berjalan rata-rata 20.000 m. alat angkut ini beroperasi selama 300 hari per tahun, dan upah operatornya adalah Rp 15.000,-/ jam. Dari data tersebut dapat diketahui besarnya ongkos material handling sebagai berikut: Depresiasi garis lurus
Jarak angkutan tiap jam
Total biaya = Biaya (maintenance + bahan bakar + depresiasi + operator)
Ongkos Material Handling
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan PT. Five Food merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan ringan. Perusahaan ini memproduksi beberapa jenis produk makanan ringan seperti cookies, biscuit, cookies stick, dan wafer. Five Food’s biscuit merupakan salah satu produk unggulan yang dimiliki oleh perusahaan. Produk Brownies Cookies yang merupakan salah satu produk andalan dari PT. Five Food ini berbentuk kotak dengan ukuran (4x4x2) cm. Brownies cookies ini bertaburkan kacang almond di bagian atasnya. Produk ini berwarna cokelat dengan tekstur yang agak kasar. Brownis cookies ini renyah dan mempunyai rasa yang cukup manis. Produk Brownis cookies ini dijual dengan harga Rp 5.000,00 per kotak, dimana pada setiap bungkus (kotak) berisi 10 biji brownis cookies. Proses pembuatan cookies terdiri dari tiga tahap, yaitu pembuatan adonan, pencetakan, dan pemanggangan adonan. Bahan pengemas yang digunakan dalam produk Brownis cookies ini terdiri dari 3 jenis, yakni kemasan primer, kemasan sekunder dan kardus. Kemasan primer dari produk ini adalah aluminium foil yang dirasa cukup aman dan bersahabat dengan lingkungan. Kemasan sekunder dari produk ini berbahan kertas yang berbentuk kotak. Sedangkan kemasan kardus dari produk ini terbuat dari kertas kardus yang mudah terdegradasi. Pada proses pembuatan Brownies Cookies ini bahan baku langsung didapatkan dari supplier. Pemilihan harga bahan baku sangat penting karena 70% harga operasional bergantung pada bahan baku. Pada proses pembuatan Brownies Cookies menggunakan tipe Layout – Product Layout dikarenakan penempatan stasiun kerja berdasarkan urutan operasi dari sebuah produk. Di dalam pembuatan Brownies Cookies ini proses yang dilakukan dari awal hingga akhir secara urut tanpa adanya proses backtracking. Layout yang digunakan lurus dalam satu lini proses produksi. Pengaturan layout fasilitas yang optimal akan mendukung upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Ahyari, A. 2002. Manajemen Produksi Perencanaan sistem Produksi. Buku Dua. Edisi Keempat. BPPE. Yogyakarta. Assauri, S. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Brown, A. 2000. Understanding Food: Principles and Preparation. Wadsworth Inc., Belmont. Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Grasindo. Jakarta. Ma’arif ,M.S dan Hendri Tanjung. 2003. Manajemen Operasi. Erlangga. Jakarta. Matz, S.A. dan T.D. Matz. 1978. Cookies and Crackers Technology. The AVI Publishing Co. Inc., Texas. Muchtadi, T.R., Purwiyatno, dan Basuki, A. 1988. Teknologi Pemasakan Ekstrusi. Lembaga Sumber Daya Informasi. IPB, Bogor. Prasetya, Hery dan Lukiastuti, Fitri. 2009. Manajemen Operasi. MedPress. Yogyakarta.