BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah terutama wilayah perkotaan tidak dapat
dilepaskan
dari
perkembangan
dan
pertumbuhan
penduduk.
Seiring
berkembangnya suatu wilayah, jumlah penduduknya juga akan mengalami peningkatan. Semakin bertumbuhnya jumlah penduduk, pada akhirnya akan semakin meningkatkan kebutuhan ruang, terutama kebutuhan permukiman. Kebutuhan permukiman di kawasan perkotaan dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak. Dengan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang cukup tinggi sebagai negara berkembang, menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 akan berjumlah 273,5 juta jiwa. Sedangkan pada tahun 2014, Kementerian Perumahan Rakyat memperkirakan kebutuhan masyarakat akan rumah mencapai lebih dari 15 juta unit rumah. Sudah selayaknya
pemenuhan
kebutuhan
permukiman
menjadi
urgensi
dalam
pembangunan dan pengembangan wilayah. Dalam menjawab kebutuhan permukiman tersebut, pemerintah maupun sektor swasta telah mengembangkan berbagai program terkait perumahan dan permukiman. Salah satunya adalah dengan penyediaan permukiman skala besar atau yang biasa disebut dengan kota baru, baik kota mandiri maupun kota satelit. Kota baru menjadi sebuah solusi untuk membentuk suatu lingkungan permukiman baru, guna menampung kebutuhan permukiman kota asal yang tidak dapat tertampung lagi. Pengembangan kota baru di Indonesia sendiri telah menjadi tren pada beberapa dekade belakangan ini. Pengembangan tersebut didirikan terutama pada kota-kota besar seperti Kota Jakarta, Surabaya dan Surakarta. Sebagai salah satu kota yang memiliki keunikan kultur dan budaya serta kegiatan ekonomi yang berkembang, Kota Surakarta menjadi sebuah kota yang menarik untuk dijadikan tempat tinggal. Daya tarik tersebut kemudian menyebabkan semakin bertambahnya
1
jumlah penduduk, dan pada akhirnya juga mengakibatkan peningkatan kebutuhan permukiman. Namun, keterbatasan ruang menjadikan Kota Surakarta mengalami kekurangan lahan permukiman. Untuk mengatasi permasalahan kurangnya area permukiman di Kota Surakarta dan untuk mengembangkan wilayah Kabupaten Sukoharjo bagian utara, kemudian dikembangkan Kota Solo Baru oleh PT. Pondok Solo Permai. Kota baru yang terletak di Kabupaten Sukoharjo dan berbatasan langsung dengan Kota Surakarta tersebut diharapkan dapat menjadi wadah untuk mengantisipasi pertumbuhan dan perkembangan fisik dari Kota Surakarta. Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sudanti (Kartiko dkk, 1998), Kota Solo Baru dikategorikan sebagai kota satelit karena penghuninya bergantung pada kota lain untuk beraktivitas dan kebanyakan hanya merupakan penglaju yang menjadikan rumahnya sebagai tempat beristirahat saja, atau biasa disebut bedroom community. Dalam perkembangannya, Kota Solo Baru menjadi kawasan perkotaan yang memiliki pertumbuhan cukup pesat. Kota Solo Baru juga dinilai menjadi ikon perekonomian di Kabupaten Sukoharjo dan wilayah di sekitar Kota Surakarta. Perkembangan Kota Solo Baru yang pesat tersebut kemudian dirasakan perlu diantisipasi oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. Hal ini dikarenakan Kota Solo Baru
membutuhkan
penanganan
khusus
yang
dapat
mengakomodasi
perkembangan wilayahnya. Bentuk antisipasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo adalah dengan wacana perumusan peraturan daerah (perda) khusus Kota Solo Baru sebagai kota mandiri (Sasangka, 2013)1. Perda mengenai kemandirian Kota Solo Baru dimaksudkan agar dapat menjadi bingkai perencanaan dan penataan Kota Solo Baru dimasa yang akan datang. Diharapkan dengan pemberlakuan perda kota mandiri tersebut, Kota Solo Baru dapat lebih terarah untuk berkembang menjadi pusat kegiatan bagi Kabupaten Sukoharjo dan khususnya bagi wilayah sekitarnya. Namun disisi lain, secara fungsional perkembangan Kota Solo Baru sendiri dinilai memiliki kaitan yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan Kota Tulisan ini diambil dari Bambang Aris Sasangka berjudul “Pemkab Sukoharjo Wancanakan Perda Khusus Kota Mandiri” di solopos.com yang diakses pada tanggal 4 Desember 2014. 1
2
Surakarta. Perkembangan Kota Surakarta yang cukup pesat baik dari segi ekonomi maupun fisik akhirnya juga mendorong terjadinya perkembangan Kota Solo Baru beserta beberapa daerah yang berada di sekitar Kota Surakarta (Setyawan, 2002). Kontrasnya isu perda kemandirian dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa Kota Solo Baru digolongkan sebagai kota satelit dari Kota Surakarta kemudian menimbulkan pertanyaan tersendiri, apakah kondisi Kota Solo Baru saat ini dapat mendukung apabila isu perda peningkatan kapasitas tersebut diimplementasikan. Dari pertanyaan tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi ketergantungan unsur Kota Solo Baru saat ini dan menggambarkan proses perkembangannya untuk mengetahui prospek perkembangan Kota Solo Baru di masa depan. 1.2
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dilakukannya penelitian serta identifikasi awal
permasalahan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian, yaitu bagaimanakah tingkat ketergantungan dan proses perkembangan sebuah kota satelit. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini sesuai dengan latar belakang dan pertanyaan penelitian yaitu: 1. Untuk mengevaluasi ketergantungan unsur Kota Solo Baru 2. Untuk menggambarkan proses perkembangan Kota Solo Baru. 1.4
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dengan dilakukannya penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1. Bagi pemerintah; penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan, referensi dan juga rekomendasi kepada pemerintah, baik di level pusat maupun daerah dalam merumuskan kebijakan serta agenda-agenda pembangunan terutama dalam konteks pengembangan permukiman kota baru dan kaitannya dengan pengembangan wilayah.
3
2. Bagi ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota; pada tingkat akademis, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan yang memperkaya ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota khususnya terkait dengan topik kota baru dan proses perkembangannya. 3. Bagi pengembang; hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan dan bahan evaluasi untuk kebutuhan peningkatan kualitas dan kapasitas kota baru yang mereka kembangkan. 1.5
Batasan Penelitian Batasan atau lingkup penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Fokus Fokus bahasan pada penelitian ini adalah ketergantungan unsur-unsur fisik Kota Solo Baru dengan kota lain dan proses perkembangan Kota Solo Baru dari tiap fase perkembangannya. 2. Lokasi Wilayah amatan pada penelitian ini adalah Kota Solo Baru, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. 1.6
Keaslian Penelitian Berdasarkan tinjauan literatur yang telah dilakukan, terdapat beberapa
penelitian yang membahas mengenai proses perkembangan kota baru dalam kaitannya dengan ketergantungan kota. Penelitian yang mendekati topik tersebut salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Ahn (2005). Dalam penelitiannya, telah dibahas ketergantungan kota-kota satelit di area metropolitan Kota Seoul pada Kota Seoul. Hanya saja penelitian tersebut belum menggambarkan proses perkembangan kota-kota satelit tersebut. Sementara di Indonesia, penelitian-penelitian yang berkaitan dengan proses perkembangan kota baru dalam kaitannya dengan ketergantungan kota masih belum banyak tersedia pada tinjauan literatur yang dilakukan oleh penulis. Pembahasan yang mendekati topik tersebut sebatas pada evaluasi kinerja pembangunan kota baru. Hal tersebut juga dipengaruhi kecenderungan pemberian klaim pada pembangunan kota baru yang terjadi di Indonesia, sebagai bentuk promosi semata. 4
Misalnya saja, penelitian yang dilakukan oleh Rafnaldi (2001) yang mengevaluasi pembangunan Kota Baru Tigaraksa, Tangerang, Jawa Barat. Pada penelitian tersebut, dihasilkan beberapa faktor yang dianggap mempengaruhi dan menjadi kendala dalam pengembangan Kota Baru Tigaraksa. Penelitian ini berfokus kepada evaluasi pembangunan Kota Baru Tigaraksa dan mengidentifikasi kendala-kendala yang ada dalam pelaksanaan pembangunan kota baru tersebut. Penelitian mengenai kota satelit dengan lokasi yang sama juga dilakukan oleh Nailulmuna (2012) yang lebih berfokus pada kinerja tata ruang pembangunan Kota Solo Baru dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, didasarkan kepada penilaian penduduknya sebagai pengguna unsur-unsur kota yang disediakan. Selain itu, juga terdapat penelitian yang berlokasi di Kota Solo Baru yang dilakukan oleh Ernawati (2003). Penelitian tersebut berfokus kepada persepsi stakeholder yang berkepentingan dalam pengelolaan Kota Solo Baru. Persepsi tersebut dilihat dari aspek sistem aktivitas, sistem jaringan, sistem lingkungan dan sistem kelembagaannya. Penelitian-penelitian tersebut secara umum memiliki topik dan tema yang mendekati penelitian mengenai proses perkembangan kota baru dalam kaitannya dengan ketergantungan kota. Tetapi secara khusus penelitian-penelitian tersebut memiliki perbedaan yang cukup mendasar dengan penelitian ini, terutama mengenai fokus dan metode yang digunakan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa penelitian berjudul ‘Kota Solo Baru: Ketergantungan atau Kemandirian?’ ini belum pernah dilakukan sebelumnya. 1.7
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian dan keaslian penelitian. Bab II Tinjauan Pustaka Bab ini menjelaskan teori-teori yang digunakan sebagai kerangka teori peneliti dalam melakukan penelitian
5
Bab III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan mengenai metode-metode dan langkah-langkah untuk melakukan penelitian, baik dari metode pengumpulan data, teknik pengambilan sampel, unit amatan dan analisis, sampai pada metode analisis yang digunakan. Bab IV Deskripsi Wilayah Penelitian Bab ini berisikan penjelasan mengenai kondisi wilayah penelitian, baik kondisi fisik maupun non fisik. Bab V Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini dijabarkan berbagai hasil dan temuan dari penelitian yang kemudian dianalisis sehingga menghasilkan jawaban atas pertanyaan penelitian yang ada. Bab VI Kesimpulan dan Saran Bab ini menjelaskan intisari dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Selain itu dalam bab ini terdapat rekomendasirekomendasi terkait dengan kesimpulan dalam penelitian ini.
6