BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum juga mengatasi tingginya angka kematian ibu (AKI) yang 307 per 1000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 Per 1000 kelahiran hidup.itu berarti setiap tahun ada 13.778 kematian ibu atau setiap dua jam ada dua ibu hamil, bersalin, nifas yang meninggal karena berbagai penyebab. Kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Angka Kematian Maternal ialah jumlah kematian maternal diperhitungkan terhadap 1.000 atau 10.000 kelahiran hidup, kini dibeberapa Negara malahan terhadap 100.000 kelahiran hidup. Kemajuan yang dicapai dalam kira-kira setengah abad terakhir telah diumumkan oleh banyak penulis. Angka kematian menurun dari 44,2 per 10.000 kelahiran dalam tahun 1928 menjadi 2,5 per 10.000 dalam tahun 1970. Perkembangan ini terlihat pula pada semua Negara-negara itu berkisar antara 1,5 dan 3,0 per 10.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu di Indonesia terbanyak (90 %) disebabkan oleh komplikasi obstetri yaitu perdarahan, infeksi dan eklamsi. Oleh karena itu kebijakan Departemen Kesehatan adalah mendekatkan pelayanan Obstetri dan Neonatal ( kebidanan dan bayi baru lahir ). (IBI, 2006) Di Jawa Barat pada tahun 2009 Angka kematian ibu sampai saat ini masih terbilang tinggi. Untuk itu hampir semua menteri kesehatan di seluruh dunia telah sepakat bahwa tindakan tegas harus segera diambil untuk mengurangi jumlah anSgka kematian ibu selama masa kehamilan atau pada saat Menurunkan angka kematian ibu merupakan salah satu dari Tujuan MDGs (Millenium Development Goals). Di Kabupaten Indramayu tahun 2009 Kematian Ibu dan Bayi mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, dan penyebab kematian ibu lebih
1
banyak disebabkan karena Eklamsi 19 orang, Perdarahan 15 orang, Infeksi 5 orang, dan oleh sebab lain 31 orang, sementara kematian bayi lebih banyak disebabkan berat bayi baru lahir rendah (BBLR) (89), Asfiksi (76),Ispa (6), Infeksi (12), Diare(27) Tetanus (8), lahir mati (157) dan oleh sebab lainya 150. Data laporan tahunan puskesmas plumbon tahun 2009, mencatat bahwa kematian ibu sebanyak 2 orang yang disebabkan karena perdarahan. Sedangkan Kematian Bayi sebanyak 13 bayi penyebabnya karena asfiksi 4 kasus, IUFD 2 kasus, eklamsi 1 kasus, BBLR 2 kasus, premature 1 kasus, dan oleh sebab lain 3 kasus. (Data Laporan Puskesmas Plumbon, 2009) Data di BPS Bidan Siti Koriah tahun 2009 jumlah persalinan sebanyak 196 orang. Kematian ibu dan bayi setidaknya dapat diantisipasi dengan memberikan asuhan secara Komprehensif dari mulai hamil, persalinan, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan Latar Belakang di atas, maka penulis akan melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, dan bayi baru lahir pada Ny. S
1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut.“ Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan secara pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas, dan Asuhan pada bayi baru lahir ”.
1.3 Tujuan 1. Tujuan umum Untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dari masa kehamilan 37 minggu, persalinan, nifas, dan asuhan bayi baru lahir sampai dengan 6 minggu yang didokumentasikan melalui manajemen kebidanan dalam bentuk SOAP.
2
2. Tujuan khusus 1.
Melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil
2.
Melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
3.
Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas
4.
Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
5.
Melakukan asuhan kebidanan pada keluarga berencana (KB)
6.
Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus dan KB
1.4 Ruang lingkup Studi kasus ini dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari Bulan September 2015 sampai Bulan Desember 2015 pada Ny. S, meliputi Asuhan Kebidanan pada masa kehamilan 39 minggu, persalinan, nifas dan asuhan pada bayi baru lahir sampai dengan 6 minggu di Klinik Hj.Nirmala sapni,Am.Keb Tahun 2016
1.5 Manfaat Penulisan 1.5.1. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan materi yang telah diberikan baik dalam proses perkuliahan maupun praktik lapangan agar mampu menerapkan secara langsung dan berkesinambungan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir dengan pendekatan manajemen kebidanan yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. 1.5.2. Bagi Lahan Praktik Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan terutama asuhan pada ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. 1.5.3. Bagi Klien Asuhan Sebagai informasi dan motivasi bagi klien, bahwa perhatian pemeriksaan dan pemantauan kesehatan sangat penting khususnya asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir.
3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Kehamilan 2.1.1. Pengertian kehamilan Kehamilan berlangsung selama 40 minggu, dengan perhitungan bahwa satu bulan sama dengan 28 hari. Kehamilan dianggap lewat bulan bila lebih dari 42 minggu. (Manuaba, 2010 : 98). Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT). Kehamilan dibagi dalam 3 trimester, yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua dari bulan ke 4-6 bulan, dan triemester ketiga dari bulan ke 7-9 bulan. (Saifuddin, 2006 : 90). Kehamilan adalah proses dimana sperma menembus ovum sehingga terjadinya konsepsi dan fertilasi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan), dihitung dari pertama haid terakhir (Sumber : Alzam Faisal, 2009).
2.1.2. Penyesuaian Psikologi Pada Trimeter III Trimester Tiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. (Varney, 2006 : 492) Trimester Ketiga ini merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dengan menjadi orang tua sementara perhatian pertama wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan, pergerakan janin dan
4
pembesaran uterus keduanya menjadi hal yang terus menerus mengingat tentang keberadaan bayi. (Varney, 2006 : 492) Wanita akan kembali meresahkan ketidak nyamanan yang semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung, jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten dari pasanganya. (Varney, 2006 : 493)
2.1.3. Perubahan Maternal Pada Ibu 1. Perubahan pada sistem gastrointestinal Perubahan sistem gastrointestinal adalah sebagai besar terjadi oleh karena makin meningkatnya hormon progesteron yang dapat mengurangi peristaltik usus dan menimbulkan berbagai komplikasi ringan sampai berat. 2. Perubahan pada kulit Perubahan pada kulit adalah ibu hamil, terjadi karena terdapat hormon khusus. Perubahan kulit dapat bentuk hiperpigmentasi dan hiperemia di beberapa tempat. 3. Sistem kardiovaskular Sistem kardiovaskular mengalami perubahan untuk dapat mendukung peningkatan metabolisme sehingga tumbuh kembangnya janin sesuai dengan kebutuhnya. 4. Perubahan sistem kelenjar endokrin Kehamilan telah mengubah seluruh sistem sehingga bersama-sama dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembangnya janin dalam uterus dengan sempurna. 5. Perubahan metabolisme pada ibu hamil Kehamilan merupakan satu tambahan kehidupan intra uteri yang memerlukan nutrisi, elektrolit, trace elemen, dan lain-lain sehingga secara keseluruhan metabolisme anak meningkat sekitar 20-25%.Deposit nitrogen dalam bentuk protein naik sekitar 25% sehingga diperlukan tambahan protein yang cukup untuk dapat meningkatkan tumbuh kembang janin dengan
sempurna,
tidak
mengalami
anemia.(Manuaba, 2007 : 136-149)
5
gangguan
atau
mengalami
6. Servik uteri Servik uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon estrogen. Jika korpus uteri mengandung lebih banyak jaringan otot, maka servik lebih banyak mengandung jaringan ikat, hanya 10% jaringan otot. Jaringan ikat pada servik ini banyak mengandung kolagen. Akibat kadar estrogen meningkat, dan dengan adanya hipervaskularisasi maka konsistensi servik menjadi lunak. (Sarwono, 2005 : 94) Servik berfungsi menjadi barier yang efektif terhadap infeksi saat kehamilan. Hal ini juga terstruktur untuk melindungi fetus pada saat perkembangannya, dengan cara menutup dan menyediakan resistensi terhadap tekanan dari atas saat ibu dalam posisi berdiri. (Salmah, 2006:48) 7. Sistem respirasi Kehamilan sangat sedikit mempengaruhi system respirasi dibandingkan dengan sistem kardiovaskuler. Tetapi perubahan yang terjadi menyebabkan ketidaknyamanan dan keadaan tidak menyenangkan pada kehamilan dan penyakit sistem respirasi bisa menjadi lebih parah karena kehamilan. (Salmah, 2006:53).
2.1.4. Pemeriksaan dan pengawasan Ibu hamil 1. Antenatal Care Asuhan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditunjukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. (Yulaikhah, 2008:67) 2. Jadwal pemeriksaan Ibu hamil ldianjurkan untuk melakukan
pengawasan antenatal minimal
sebanyak 4 kali, yaitu I kali pada trimester 1, 1 kali pada pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. (Yulaikhah, 2008:67) 3. Tujuan a. pengawasan serta penanganan wanita hamil dan pada saat persalinan. b. perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan. c. perawa tan neonatus bayi. d. pemeliharaan dan pemberian laktasi. (Yulaikhah, 2008:67)
6
2.1.5. Kebijakan program Pelayanan/asuhan standar minimal asuhan kehamilan termasuk ”14 T”, yaitu : 1.
Timbang berat badan ( T1) a.
Dalam keadaan normal kenaikan berat badan ibu dari sebelum hamil dihitung dari trimester I sampai trimester II yang berkisar antara 9-13,5 kg. penimbangan berat badan mulai terimester III bertujusn untuk mengetahui kenaikan berat badan setiap minggu, yaitu tergolong normal adalah 0,4-0,5 kg tiap minggu.
b.
Pengukuran tinggi badan ibu hamil dilakukan untuk mendeteksi faktor resiko terhadap kehamilan yang sering berhubungan
2.
Ukur Tekanan darah (T2) Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan sistolik meningkat.30 mmHg atau tekanan distolik > 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. Tekanan pada diastolic pada trimester kedua yang lebih dari 85 mmHg patut dicurigai sebagai bakat pre-eklamsi. (Hanifah, 2005:92)
3.
Nilai status gizi (T3) Nilai status gizi ibu dilihat dari peningkatan barat badan ibu dan kecukupan istirahat ibu, serta dilihat dari LILA ibu. (Mandriwati, 2008:47)
4.
Ukur (Tinggi) fundus uteri (T4) Tujuan pemerikasaan TFU mengunakan tehnik Mc Donald adalah menentukan umur kehamilan berdasarkan umur kehamilan brdasarkan minggu, dan hasilnya bias dibandingkan dengan hasil anamnesis dari pertama haid terakhir (HPHT) dan kapan gerakan janin mulai dirasakan TFU dalam cm yang normal harus sama dengan umur kehamilan dalam minggu yang ditentukan berdasarkan HPHT. (Mandriwati, 2008:83)
7
5.
Kepala dan DJJ (T5) Dilakukanya pemeriksaan presentasi janin yaitu untuk mengetahui bagian terendah janin. Macamnya adalah presentasi puncak kepala, presentasi muka dan presentasi dahi. Dilakukanya pemeriksaan DJJ yaitu untuk mengetahui apakah bayi dalm keadaan sehat, bunyi jantungnya teratur dan frekuensinya berkisar antara 120-160 kali / menit. Kalau bunyi jantung kurang dari 120 kali/menit. Atau lebih dari 160 kali/menit atau tidak teratur, janin dalam keadaan asfiksi (kekurangan oksigen) yang disebut gawat janin.
6.
Pemberian imunisasi (Tetanus toksoid) TT lengkap (T6) Tabel 2.1 Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid
Imunisasi
TT1 TT2 TT3 TT4 7.
Interval (selang waktu minim)
Lama perlindungan
% Perlindungan
-
-
3 tahun
80
5 tahun 10 tahun
95 99
Pada kunjungan antenatal 4 minggu setelah TT1 6 bulan setelah TT2 1 tahun setelah TT3
Pemberian Tablet zat besi (T7) Pemberian Tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan.
8.
Tes terhadap penyakit menular seksual (T8) Pemeriksaan terhadap penyakit menular seksual sangat penting
karena
dapat membahayakan perkembangan janin bahkan kematian janin. Test laboratorium rutin (HB dan Protein), dilakukan pemeriksaan darah ibu hamil, yaitu untuk mengetahui Hb ibu hamil apakah ibu anemis atau tidak, sedangkan dilakukanya pemeriksaan urine pada ibu hamil yaitu untuk mengetahui apakah urine mengandung protein atau tidak untuk mendeteksi gejala pre-eklamsi. (Mandriwati, 2008:54)
8
9.
Temu laksana kasus (T9) Untuk mendeteksi apakah terdapat kegawat daruratan pada ibu hamil serta merencanakan penetalaksanaan kegawat daruratan
tersebut. (Saifudin,
2006:76) 10. Temu wicara (koseling) (T10) Temu wicara atau konseling sangat diperlukan karena dapat
menjalin
tertatalaksana asuhan yang bai selama kehamilan bahkan berlanjut pada asuhan intranatal, postnatal dan asuhan pada bayi baru lahir. Konseling yang perlu diberikan selama hamil meliputi : konseling mengenai kebutuhan nutrisi ibu hamil, senam ibu hamil, persiapan persalinan, tanda bahaya hamil. 11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11) 12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12) 13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13) 14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14) Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat dilakukan standar minimal pelayanan ANC (Prawiroharjo,2002:88).
2.1.6. Nasihat-Nasihat Untuk Ibu hamil 1. Nutrisi Dalam masa kehamilan, kebutuhan zat-zat meningkat. Hal ini
diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang janin, pemeliharaan kesehatan ibu dan persediaan laktasi baik untuk ibu maupun janin. Selama kehamilan terjadi peningkatan kalorisekitar 80.000 kilokalori sehingga dibutuhkan penambahan kalori sebanyak 300 kilokalori/hari. Penambahan kalori ini dihitung melalui protein, lrmak, yang ada pada janin, lemak pada ibu, dan konsumsi O2 ibu selama 9 bulan. (Yulaikhah, 2008 : 49).
9
2. Higiene Personal. Mandi di perlukan untuk menjaga kebersihan atau higiene terutama perawatan kulit, karena fungsi ekskresi dan keringat bertambah. Hal ini yang perlu diperhatikan adalah : a. Tidak mandi air panas b. Tidak mandi air dingin c. Pada kehamilan lanjutr, shower lebih aman dari bak mandi (Yulaikhah, 2008 : 49). 3. Pakaian Pakaian yang dikenakan harus longgar, bersih, dan ada ikatan yang ketat pada daerah perut. Selain itu wanita dianjurkan mengenakan Bra yang menyokong payudara dan sepatu dengan hak yang tidak terlalu tinggi karena titik berat wanita hamil berubah.Dianjurkan pula memeakai pakaian dari bahan katun yang dapat menyerap keringat. pakaian dalam harus kering dan harus sering diganti. (Yulaikhah, 2008 : 50) 4. Eliminasi Wanita dianjurkan untuk defekasi teratur dengan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung serat seperti sayuran. Selain itu perawatan perinium dan vagina di lakukan setelah BAK/BAB dengan cara membersihkan dari depan kebelakang,menggunakan pakaian dalam dari bahan dari bahan katum, sering mengganti pakaian dalam, dan tidak melakukan docing/ pembilasan. (Yulaikhah, 2008: 51) 5. Seksual Hubungan seksual saat hamil bukanlah merupakan suatu halangan, asalkan dilakukan dengan hati-hati. Sering dijumpai bahwa hubungan seksual dapt menimbulkan abortus, persalinan prematur.Karena mempunyai riwayat kehamilan yang buruk, sebaiknya dinasihati agar berpuasa dalam berhubungn seksual, khususnya saat hamil muda. Namun ada kemungkinan libido wanita saat hamil meningkat seiring dengan peningkatan estrogen. (Manuaba, 2007 :193)
10
6. Mobilisasi Atau Mekanik Tubuh Postur tubuh, lifting (menangkat), bangun dari posisi jongkok/duduk (bend kness [ menekuk lutut ], turn side [berbalik badan], menahan tangan dari posisi duduk). (Yulaikhah, 2008). 7.
Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Trimester III 1.
Perdarahan Pervaginam
2.
Nyeri perut
3.
Rasa kencang di perut yang terus menerus, berkesinambungan (kontraksi) atau kram.
4.
Rabas atau mancurnya cairan dari vagina.
5.
Bengkak ata pembesaran tangan, kaki, atau wajah yang tiba-tiba.
6.
Ganguan penglihatan
7.
Pusing, sakit kepala yang hebat.
8.
Gerakan janin berkurang
9.
Daerah sakit dan kemerahan di kaki, atau sakit di kaki jika berdiri.
10. Nyeri yang hebat di kemaluan dan panggul, denggan gangguan gerak kaki 11. Nyeri tau panas saat berkemih. 12. Nyeri daerah kemaluan atau gatal. 13. Mual atau muntah yang persisten. (Whalley, 2007:49)
2.2. Persalinan 2.2.1. Pengertian persalinan Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.(Varney, 2007 : 672) Persalinan disertai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada servik (membuka dan menipis) dan berakhirnya dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan penambahan servik. (APN, 2007 : 37)
11
2.2.2. Tujuan Tujuan Asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatah yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapt terjaga pada tingkat yang diinginkan ( Optimal ). (APN, 2007 :3 )
2.2.3. Bentuk- Bentuk Persalianan a.
Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
b.
Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar, misalnya: ekstrasi dengan forsep atau dilakukan operasi SC atau VE.
c.
Persalinan anjuran, bila persalinan berlangsung tidak mulai dengan sendirinya tetapi berlangsung setelah pemecahan ketuban atau pemberian pitosin atau prostaglandin. (Mira, 2009 : 74)
2.2.4 Tanda-Tanda Persalinan 1.
Penipisan dan pembukaan serviks.
2.
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit )
3.
Keluarnya lendir bercampur darah (”show”) melalui vagina. (Mira, 2009: 75)
2.2.5 Permulaan terjadinya persalinan Penyebab mulainya persalinan diuraikan oleh beberapa teori: 1.
Teori hormon progesteron dan estrogen Progesteron
menimbulkan
strogen
meninggikan
kerentanan
otot
rahim.Hormon relaksasi otot-otot rahim, sedangkan estrogen meninggikan kerentanan otot rahim. Hormon yang dominan saat hamil adalah estrogen dan progesteron.
12
Pengaruh hormon progesteron tersebut antara lain: a.
Hormon estrogen meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan rangsangan mekanis.
b.
Hormon
progesteron
menurunkan
sensitivitas
otot
rahim,
menyulitkan otot rahim menerima rangsangan dari luar seperti oksitosin,dan prostaglandin mekanik. c. 2.
Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Teori oksitosin internal Pada akhir kehamilan kadar oksitosin bertambah sehingga timbul kontraksi.
oksitosin
di
hasilkan
oleh
kelenjar
hipofise
parss
posterior.perubahan keseimbangan pogesteron dan estrogen mengubah sensitivitas sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks. Menurunnya pogesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas kontraksi sehingga terjadi persalinan. 3.
Teori prostaglandin Prostaglandin dihasilakan oleh desidua, meningkat setelah usia kehamilan 15 minggu. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulakn kontraksi otot rahim sehingga hassil konsepsi dikeluarkan.
4.
Teori kerengangan. Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas terjadinya kontraksi sehingga persalinan dimulai. Contohnay pada kehamilan ganda.
5.
Pengaruh janin Hipotalamus, hipofise, dan kelenjar suprarenalis janin merupakan pemicu terjadinya persalinan. Oleh karena itu bayi anensepalus, kehamilanya sering lebih lama karena tidak terbentuk hipotalamus. (Mira, 2009:74)
13
2.2.6 Tahapan persalinan Kala I Dapat dinyatakan partus lama dimana bila timbulnya his wanita tersebut mengeluarkan lendir darah ( blood show ). Lendir ini berasal dari lendir kanalis serviks karena servik mulai membuka tau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berad pada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika servik membuka. Proses pembukaanya servik sebagai akibat his dibagi 2 fase, yaitu a.
Fase laten Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b.
Fase Aktif Dibagi dalam 3 fase yaitu :
1.
Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm.
2.
Fase dilatasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
3.
Fase deselerasi. Pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi pembukaan lengkap. (Sarwono, 2007)
Kala II Kala II persalinan adalah di mulai dengan dilatasi lengkap servik
di
akhiri dengan kelahiran bayi. (Varney, 2008). Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk di ruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengedan (Wiknjosastro, 2007).
14
Kala III Kala III adalah setelah plasenta lahir, uterus teraba keras dengan fundus di atas perut.beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.biasanya plasenta lepas dalam 6 jam sampai 15 menit setelah bayi lahir keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. (Wiknjosastro,2007) Tujuan manajemen adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah pada kala III persalinan jika dibandingakan dengan penatalaksanaan fisiologis. Sebagian besar kasus kesakitan dan Kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan dimana sebagian besar disebabkan oleh atonia uteri dan retensi plasenta, yang yang sebenarnya dapat di cegah dengan melakukan manajemen aktif kala III. (APN, 2008:123) Fisiologi persalinan kala III yaitu otot uterus ( miometrium ) berkontraksi mengikuti penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurnagnya ukuran tempat perlekatan plasenta. Karena tempat peerlekatan menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah maka plasenta akan terlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau kedalam vagina. (APN, 2007:123)
Tanda dan Gejala Kala II persalinan : 1.
Ibu merasa ingin meneran bersama dengan terjadinya kontraksi.
2.
Ibu merasakan adanya peningkatan pada rektum dan vaginanya.
3.
Perineum menonjol.
4.
Vulva-vagina dan spingter ani membuka.
5.
Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.
6.
Tanda pasti kala II ditentukan melalui periksa dalam (informasi objektif) yang hasilnya yaitu :
a.
Pembukaan serviks telah lengkap, atau
15
b.
Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. (APN, 2007:7576)
Kala IV Kala IV yait disebut kala pemantuan atau untuk mengamati apakah ada perdarahan postpartum. (Wiknjosastro, 2007) Dalam kala IV yang harus dipantau kontraksi uterus, tinggi fundus, perdarahan, dan mengevaluasi kondisi ibu secara umum. (APN, 2007:137)
2.2.7 Partograp Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama penggunaan partograf : 1.
Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam.
2.
Mendeteksi apakah persalinan berjalan normal
3.
Data
pelengkap
yang
terkait
dengan
pemantauan
kondisi
ibu,
bayi,kemajuan persalinan dan proses persalinan. (APN, 2007:55) Kondisi ibu dan janin harus dinilai dan dicatat secara seksama, yaitu : 1.
Denyut jantung janin dicatat setiap 30 menit.
2.
Air ketuban, catat dengan lambang-lambang berikut :
a. U : Selaput ketuban Utuh (belum pecah) b.
J : Selaput ketuban pecah dan air ketuban Jernih
c.
M : Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur Mekonium
d.
D : Selaput ketuban pecah dan air ketuban bercampur Darah
e.
K : Selaput ketuban pecah dan air ketuban Kering
Penyusupan (Molase) tulang kepala janin, catat dengan lambang-lambang berikut : 1.
Tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dipalpasi.
2.
Tulang-tulang kepala janin hanya terpisah.
3.
Tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih namun
16
masih bisa dipisahkan. 4.
Tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
5.
Pembukaan serviks dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda (X).
6.
Penurunan bagian terbawah janin Turunnya kepala dan garis tidak putus dari 0-5, tertera disisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda “O” yang ditulis pada garis waktu yang sesuai. a. Jam
: catat jam yang sesungguhnya.
b. Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang dijalani sesudah pasien diterima. 7.
Kontraksi uterus, catat setiap 30 menit. Lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitungan detik : a. Beri titik-titik di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang lamanya <20 detik. b. Beri garis-garis di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang lamanya 20-40 detik. c. Isi penuh di kotak yang sesui untuk menyatakan kontraksi yang lamanya >40 detik.
8.
Nadi dicatat setiap 30 menit
9.
Tekanan darah dicatat setiap 4 jam
10. Suhu badan dicatat setiap 2 jam. 11. Protein, aseton, dan volume urin dicatat setiap 2 jam (APN, 2007:57- 63)
2.2.8 Mekanisme persalinan normal Seperti diketahui bahwa proses pesalinan normal, ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu : a. Power Kekuatan his yang adekuat dan tambahan kekuatan mengeja b. Passange Jalan lahir tulang, jaln lahir otot c. Passanger
17
Janin, plasenta, dan selaput ketuban. (Manuaba, 2007)
Gambar 2.1
Sinklitismus : bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul
Gambar 2.2 Asinklitismus anterior : apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul
18
Gambar 2.3 Asinklitismus posterior : keadaan sebaliknya dari asinklitismus anterior.
Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam keadaan, sinklitismus, ialah bila arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul (Gambar 23-11). Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitismus, yaitu arah sumbu kepala miring dengan bidang pintu atas panggul. Asinklitismus anterior menurut Naegle ialah apabila arah sumbu kepala membuat sudut lancip ke depan dengan pintu atas panggul (Gambar 23-12). Dapat pula asinklitismus posterior menurut Litzman, ialah apabila keadaan adalah sebaliknya dari asinklitismus anterior (Gambar 23-13). Keadaan asinklitismus anterior lebih menguntungkan dari pada mekanisme turunnya kepala dengan asinklitismus posterior, karena ruangan pelvis di daerah posterior lebih luas jika dibandingkan dengan ruangan pelvis di daerah anterior. Hal asingklitismus penting apabila daya akomodasi panggul agak terbatas.
19
Gambar 2.4 Fleksi kepala janin
Akibat sumbu kepala janin yang eksentrik atau tidak simetris, untuk lebih mendekati suboksiput, maka tahanan oleh jaringan di bawahnya terhadap kepala yang akan menurun, menyebabkan kepala mengadakan fleksi di dalam rongga panggul
Gambar 2.5 Putaran paksi dalam
20
Gambar 2.6Gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar
Dengan fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling kecil, yakni dengan diameter suboksipitobregmatikus (9,5 cm) dan dengan sirkumferensia suboksipitobregmatikus (32 cm) sampai di dasar panggul kepala janin berada di dalam keadaan fleksi maksimal. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan. Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intrauterin disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi, disebut pula putaran paksi dalam (Gambar 23-15). Di dalam hal mengadakan rotasi ubun-ubun kecil akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul ubun-ubun kecil di bawah simfisis, dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his bersama dengan kekuatan mengejan, berturut-turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut putaran paksi luar (Gambar 23-16). Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali ke posisi sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
21
Gambar 2.7 Kelahiran bahu depan, kemudian bahu belakang
Bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk panggul yang dilaluinya, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan belakang. Selanjutnya dilahirkan trokanter depan terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang (gambar 23-17). Kemudian bayi lahir seluruhnya. (Wikjosastro, 2008 : 314)
3.1 Nifas 3.1.1 Pengertian Pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.(Varney, 2008 : 672) Masa nifas (puerperium) didefinisikan sebagai periode 6 minggu segera setelah lahirnya dan mencerminkan periode saat fisiologis ibu, terutama sistem reproduksi kembali mendekati keadaan sebelum hamil. (Dunstall, 2007: 304) Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan
pasca
perdarahan,
hipotermia
(Winkjosastro, 2008 : 334)
22
dan
asfiksi
bayi
barulahir.
3.1.2 Tujuan asuhan masa nifas Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas bertujuan untuk : a.
Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi dengan diberikan nya asuhan,ibu akan mendapatkan fasilitas dan dukungan dalam upayanya untuk menyusuikan peran barunya sebagai ibu (pada kasus ibu dengan kelahiran anak pertama) dan pendampingan keluarga dalam membuat bentuk dan pola baru dengan kelahiran anak berikutnya. Jika ibu dapat melewati masa ini dengan baik maka kesejahteraan fisik dan psiologis bayi pun akan meningkat.
b.
Pencegahan, diagnosa dini, dan pengobatan komplikasi pada ibu dengan di berikan asuhan pada ibu nifas, kemungkinan munculnya permasalahan dan komplikasi akan lebih cepat terdeteksi sehingga penanganan pun dapat lebih maksimal merujuk ibu dan asuhan tenaga ahli meskipun ibu dan keluarga mengetahui ada permasalahan kesehatan pada ibu nifas yang memerlukan rujukan, namun tidak semua keputusan yang diambil tepat.
c.
Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu memungkinkan untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga dan budaya khusus pada saat memberikan asuhan nifas,ketrampilan seseorang tetanus dapat dihindari, meskipun untuk saat ini angka bidan sangat di tuntut dalam memberikan pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga.
d.
Imunisasi ibu terhadap tetanus dengan pemberian asuhan yang maksimal pada ibu nifas, kejadian kejadian tetanus sudah banyak mengalami penurunan. Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik antara ibu dan anak saat bidan memberikan asuhan pada masa nifas, materi dan pemantauan yang diberikan tidak hanya sebatas pada lingkup permasalan ibu, tapi bersifat menyeluruh terhadap ibu dan anak.(Sulistyawati, 2009: 23)
23
3.1.3 Proses adaptasi psikologi ibu pada masa nifas Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami steres pasca persalinan, terutama pada ibu primipara. Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada masa nifas adalah sebagai berikut: 1.
Fungsi yang mempengaruhi untuk sukses dan lancarnya masa transisi menjadi orang tua.
2.
Respon dan dukungan dari keluarga dan teman dekat.
3.
Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya.
4.
Harapan, keinginan dan aspirasi ibu saat hamil juga melahirkan. Periode ini diekspresikan oleh reva rubin yang terjadi pada tiga tahap
berikut ini: 1.
Talking in period Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif dan sangat tergantung pada orang lain, fokus perhatian terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat.
2.
Talking hold period Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi pada kemampuanya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi, pada masa ini ibu menjadi sangat sensitif, sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawatan untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3.
Letting go period Dialami setelah tiba ibu dan bayi tiba di rumah mulai secara penuh menerima tanggungjawab sebagai “sebagai ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi sangat tergantung pada diriya. (Saleha, 2009 : 6364)
24
3.1.4
Perubahan fisiologis pada masa nifas
1.
Uterus
a.
Pengertian rahim Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi sebelum hamil. Dengan involusi uterus ini, lapisan luar dari desidus yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi neurotic ( layu/mati ). Perubahan ini diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi dimana TFU nya ( tinggi fundus uteri ).
Tabel 2.7 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi
Involusi
Tinngi fundus uteri
Berat badan
Bayi lahir
Setinggi pusat
1000 gram
Uri lahir
2 jari bawah pusat
700 gram
1 minggu
Pertengahan pusat simfisis
500 gram
2 minggu
Tidak teraba di atas simfisi
300 gram
6 minggu
Bertambah kecil
40-60 gram
8 minggu
Sebesar normal
30 gram
(Saleha,2009:3) b.
Lokhea Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas. Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus. Lokhea dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu keluarnya:
d.
a.
Lokhea rubra/merah
b.
Lokhea ini keluar dari hari pertama sampai hari ke masa post partum
c.
Lochea sanguinolenta
Lochea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post pastum.
25
e.
Lochea serosa ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung serum, leukosit, dan robekan atau laserasi plasenta. Keluar pada hari ke-7 sampai hari ke-14.
f.
Lochea alba/putih Lochea ini mengandug leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir
servik, dan serabut jaringan yang mati. Lochea alba ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum. (Sulistyawati, 2009 : 76). g.
Perubahan pada servik Perubahan yang terjadi pada servik ialah bentuk servik agak menganga seperti corong, segera setelah bayi baru lahir. Bentuk ini disebabkan oleh corpus uteri yang dapt mengadakan kontraksi sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik berbentuk semacam cincin.Muara servik yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah bayi b ru lahir, tangan dapat masuk kedalam rongga rahim. Setelah 2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post partum, servik sudah menutup kembali. (Sulistyawati, 2009 : 77)
h.
Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan, sera peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam bebrapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi lebih menonjol.(Sulistyawati, 2009 : 77)
i.
Sistem pencernaan Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyatap makananya dua jam setelah persalinan. Kalsium mat sangat penting untuk gigi pada kehamilan, masa nifas, dimana pada massa ini terjadi penurunan konsentrasi ion kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu, teruutama pada bayi yang dikandunganya untuk proses pertumbuhan janin juga pada ibu pada massaa laktasi. (Saleha, 2009 : 5)
j.
Sistem perkemihan
26
Pelvis ginjal dan ureter yang teregang dan berdilatasi selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu keempat setelah melahirkan. Pemeriksaan sistokopik segera setelah melahirkan menunjukan tidak saja edema dan hyperemia dinding kendung kemih, tetapi sering kali terdapat ekstavasai darah pada submukosa.Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami proteinuria yang non patologis sejak pasca melahirkan sampai dua hari post partum agar dapat dikendalikan.Diuretis yang normal dimulia segera setelah bersalin sampai hari kelima setelah persalinan. Jumlah urine yang keluar dapat melebihi 3.000 ml perharinya. Hal ini diperkirakan merupakan salah satu cara untuk menghilangkan peningkatan cairan ekstraseluler yang merupakan bagian normal dari kehamilan. Selain itu juga di dapati adanya keringat yang banyak pada beberapa hari pertama setelah persalinan. (Saleha, 2009 : 59) k.
Sistem muskuloskeletal Ligamen-ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligament rotundum mengendur,sehingga uterus jatuh ke belakang. Fasia jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat di atasi dengan latihan-latihan tartentu. (Saleha, 2009:59)
l.
Sistem endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada system endokrin, terutama pada hormone-hormon yang berperan pada proses tersebut.
m.
Oksitosin Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Selama tahap ke 3 persalinan,hormone oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,sehingga mencegah pendarahan. Isapan bayi dapat merangsang produksi asi dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali ke bentuk normal.
n.
Prolaktin Menurunya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan prolaktin, hormone ini beraperan
27
dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya, kadar prolaktin cepat tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang di tekan. (Saleha, 2009 : 59) o.
Kadar estrogen Setelah persalinan,terjadi penurunan kadar estrogen yang bermakna sehingga aktifitas prolaktin
yang juga sedang meningkat dapat
mempengaruhi kelenjar mamae dalam menghasilkan ASI. (Sulistyawati, 2009:80)
1.
Perubahan tanda – tanda vital Tanda – tanda vital yang harus dikaji pada masa nifas adalah sebagai berikut : a.
Suhu Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat celsius, sesudah
partus dapat naik kurang lenih 0,5 derajat celsius dari
keadaan normal, namun tidak akan melebihi 8 derajat celsius. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 derajat celsius, mungkin terjadi ionfeksi pada klien. b.
Nadi dan pernapasan Nadi berkisar antara 60 – 80 denyut per menit setelah partus, dan dapat terjadi bradikardia. Bila terdapat takikardia dan suhu tubuh tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihanatau ada vitium kordis pada penderita. Pada masa nifas umumnya denyut nadi labil dibandingkan dengan suhu tubuh, sedangkan pernapasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian kembali seperti keadaan semula.
28
c.
Tekanan Darah Pada beberapa kasusu ditemu8kan keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak terdapat penyakit – penyakit lain yang menyertainya dalam ½ bulan tanpa pengobatan.
d.
Sistem Hematologi dan Kardiovaskular Leukositosis adalah meningkatnya jumlah
sel – sel darah putih
sampai sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel – sel darah putih tersebutsemacam itu. Jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan sangat bervariasi pada awal – awal masa nifas sebagai akibar dari volume darah, volume plasma, dan volume sel darah yang berubah – ubah. Sering dikatakan bahwa jika hematokrit pada hari pertama atau kedeua lebih rendah dari titik 2 % atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka klien dianggap telah kehilangan 500 ml darah. Biasanya terdapat suatu penurunan besar kurang lebih 1.500 ml dalam jumlah darah keseluruhan selama kelahiran dan masa nifas. Rincian jumlah darah yang terbuang pada klien ini kira kira 200 – 500 ml hingga masa persalinan, 500 – 800 ml hingga selama minggu pertama postpartum, dan terakhir 500 ml selama sisa masa nifas. 3.1.4 Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali Kunjungan ini bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah – masalah yang terjadi.
29
Tabel 2.8 Kunjungan masa nifas Kunjungan
Waktu
I
6-8 jam setelah persalinan
II
Tujuan
- Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas. - Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut. - Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga mengenai bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. - Pemberian ASI pada masa awal menjadi ibu. - Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. - Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika bidan menolong persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi dalam keadaan stabil. 6 hari setelah - Memastikan involusi uterus berjalan persalinan normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau. - Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau kelainan pasca melahirkan. - Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat. - Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada kesulitan. - Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
30
Kunjungan
Waktu
Tujuan
III
2minggu setelah - Sama dengan di atas (6 hari setelah persalinan persalinan). Memastikan Diasthasis rektus abdomonalis
IV
6 minggu - Menanyakan pada ibu tentang setelah penyulit-penyulit yang ia atau bayi persalinan alami. - Memberikan konseling KB secara dini. Memberikan konseling tentang hubungan sexual. - Menganjurkan/mengajak ibu membawa bayinya ke posyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi
(Saleha, 2009:84)
3.1.5 Tanda bahaya masa nifas Tanda-tanda bahaya berikut merupakan hal yang sangat penting, yang harus disampaikan kepada ibu dan keluarga. Jika ia mengalami salah satu atau lebih keadaan berikut maka ia harus secepatnya datang kebidan atau kedokter. e.
Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak ( lebih dari perdarahan haid biasa atau memerlukan ganti pembalut 2 hari dalam setengah jam ).
f.
Pengeluran pervaginam yang berbau menusuk ( menyengat ).
g.
Rasa sakit dbagian bawah abdomen atau punggung.
h.
Rasa sakit kepala yang terus menerus atau masalah penglihatan
i.
Pembengkakan diwajah atau ditangan. Demam, muntah , rasa sakit waktu buang air kecil, atau merasa tidak enak badan
j.
Payudarah yang berubah menjadi merah, panas dan sakit.
k.
Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama.
l.
Rasa sakit, warna merah, pembengkakan di kaki.
m.
Merasa sedih dan tidak mampu merawat bayinya atau dirinya sendiri
31
n.
Merasa sangat letih atau nafas terengah-engah. (Sulistyawati, 2009 : 137)
3.1.6
Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1.
Memberi dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.
2.
Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.
3.
Mengondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman. (Saleha, 2009 : 5)
4.1
Bayi baru lahir
4.1.1 Pengertian Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir satu jam pertama sampai 24 jam setelah kelahiran. Sebagian besar bayi baru lahir menunjukan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.(APN, 2007)
4.1.2 Tujuan Mengetahui derajat vitalitas dan mengukur reaksi bayi terhadap tindakan resusitas. Derajat vitalitas bayi adalah kemampuan sejumlah fungsi tubuh yang bersifat esensial dan kompleks untuk berlangsungnya kelangsungan hidup bayi seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflekrefleks primitive seperti menghisap dan mencari puting susu. (Saifuddin, 2006 : 133)
2.
Penilaian bayi baru lahir Penilaian awal bayi baru lahir haru segera dilakukan secara tepat dan tepat (0-30 detik), dengan cara menilai:
a.
Apakah bayi mengis dengan kuat atau bernafas tanpa kesulitan?
32
b.
Apakah bayi bergerak aktif?
c.
Apakah kulit bayi berwarna merah muda, pucat, atau biru? Identifikasi bayi baru lahir yang memerlukan asuhan tambahan adalah bila bayi tidak menagis kuat, kesulitan bernafas, gerak bayi tidak aktif, warna kulit bayi pucat. (APN, 2007:42)
2.
Penanganan Bayi baru lahir Tujuan utama perawatan bayi segera sesudah lahir adalah :
a.
Membersihkan jalan nafas Bayi normal akan menangis spontan setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis penolong segera memberikan jalan nafas dengan cara sebagai berikut:
1.
Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat
2.
Gulung kain dan letakkan dibawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah kebelakang.
3.
Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tengan yang membungkus dengan kassa steril.
4.
Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering. Dengan rangsangan ini biasanya bayi segera menangis.
b.
Memotong dan merawat tali pusat Tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan menggunakan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril, tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan kassa steril.
c.
Mempertahankan suhu tubuh Pada waktu baru lahir, bayi belum mampu mengatur tetap suhu badannya, dan membutuhkan pengaturan dari luar untuk membantunya tetap hangat. Bayi baru lahir harus dibungkus hangat setelah IMD, suhu tubuh bayi merupakan tolak ukur kebutuhan akan tempat tidur yang hangat sampai suhu tubuhnya sudah stabil, suhu bayi harus dicatat.
33
d.
IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
a.
Pengertian IMD Inisiasi Menyusu dini (early initiation) adalah bayi diberi kesempatan mulai atau inisiasi menyusui sendiri segera setelah lahir/dini dengan cara membiarkan kulit bayi melekat pada kulit ibu setidaknya satu jam atau sampai menyusu awal selesai, dengan cara merangkak mencari payudara (The Breast Crawl).
b.
Tahapan Perilaku Bayi Sebelum Menyusui Untuk mencari payudara, bayi merangkak melalui 5 tahapan, yaitu: 1.
Dalam 30 menit pertama : istirahat siaga, sekali-kali melihat ibunya, menyesuaikan dengan lingkungannya.
2.
30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan menghisap, memasukan tangan ke mulut.
3.
Mengeluarkan air liur
4.
Kaki menekan-nekan perut ibu untuk bergerak kearah payudara.
5.
Menjilat-jilat kulit ibu, menyentuh puting susu dan tangannya
6.
Menghentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri
7.
Menemukan puting, menjilat, mengulum puting susu.
8.
Membuka mulut lebar dan melekat dengan baik serta menghisap dengan kuat pada puting susu ibu.
e.
Manfaat IMD 1.
Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat, sehingga menurunkan AKB karena hypotermia.
2.
Ibu dan bayi merasa tenang.
3.
Memindahkan bakteri kulit ibu ke kulit bayi, dengan menjilat kulit ibu maka bayi menelan bakteri berkoloni dan bakteri yang berada diusus bayi akan menyaingi bakteri ganas dari lingkungannya.
4.
Jalinan kasih sayang ibu-bayi lebih baik sebab bayi siaga 1-2 jam pertama.
5.
Mendapat colostrum, kaya anti bodi, penting untuk pertumbuhan usus, ketahanan infeksi, kehidupan bayi.
34
6.
IMD lebih berhasil menyusui eksklusif dan lebih lama disusui.
7.
Sentuhan, emutan, jilatan pada puling merangsang pengeluaran hormon oksitosin, penting untuk Kontraksi rahim, membantu mengurangi pendarahan.
8.
Merangsang hormon lain membuat ibu tenang, rileks, mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, kebahagiaan.
9.
f.
Merangsang pengeluaran ASI.
Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini 1.
Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan.
2.
Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak atau mengurangi mempergunakan obat kimiawi.
3.
Dikeringkan, kecuali tangannya, tanpa menghilangkan lemak putih (vernix).
4.
Tengkurupkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Selimuti keduanya. Kalau perlu menggunakan topi bayi
5.
Biarkan bayi mencari putting susu ibu sendiri Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting tapi jangan memaksakan bayi ke puting susu
6.
Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses menyusu pertama selesai atau setelah satu jam pertama IMD.
7.
Tunda menimbang, mengukur, suntikkan vitamin K dan menetesi dengan obat tetes mata sampai proses menyusu awal selesai.
8.
Ibu melahirkan dengan proses operasi berikan kesempatan skin to skin contact.
9.
Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis. Rawat gabung ibu : ibu-bayi dirawat dalam satu kamar dalam jangkauan ibu selama 24 jam.
35
10.
Bila inisiasi dini belum terjadi dikamar bersalin : bayi tetap diletakkan didada ibu waktu dipindah dikamar perawatan. Usaha menyusu dini dilanjutkan dikamar perawatan ibu.
g.
Peran tenaga kesehatan dalam proses IMD : 1.
Menyediakan waktu dan suasana tenang.
2.
Membantu ibu menemukan posisi yang nyaman.
3.
Membantu bapak dan ibu menunjukkan perilaku pre-feeding yang positif saat bayi mencari payudara.
h.
4.
Membantu meningkatkan rasa percaya diri ibu
5.
Menghindarkan memaksa memasukkan puting susu ke mulut bayi.
6.
Perlu Kesabaran.
Pendapat yang menghambat IMD pada bayi baru lahir 1.
Bayi kedinginan.
2.
Ibu lelah setelah melahirkan.
3.
Kurang tersedia tenaga kesehatan.
4.
Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk.
5.
Ibu harus dijahit.
6.
Bayi perlu diberi vitamin K dan tetes mata segera.
7.
Bayi harus segera dibersihkan, ditimbang dan diukur.
8.
Colostrum tidak keluar, tidak cukup, tidak baik dan bahkan tidak baik untuk bayi.
9.
Suhu kamar bersalin, kamar operasi harus dingin dan biasanya AC sentral.
10.
Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya
memberi
kesempatan inisiasi dini pada bayi lahir dengan operasi cesarea (Utami Roesli, 2008).
36
3.
Pedoman umum yang diikuti ibu saat menyusui mencakup. 1.
Mulai menyusui segera setelah lahir (dalam waktu satu jam)
2.
Jangan berikan makan dan minuman lain kepada bayi
3.
Berikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupanya dan baru dianjurkan untuk memulai pemberian makanan pendamping ASI setelah periode eksklusif tersebut.
4.
Berikan asi pada bayi sesuai dorongan alamiahnya baik siang maupun malam (8-10 kali atau lebih dalam 24 jam) selam bayi menginginkan. (APN, 2007 : 101)
4.
Cara menghilangkan panas dari tubuh bayi Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara beriku:
a.
Evaporasi Kehilangan panas terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh bayi.
b.
Konduksi Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
c.
Konveksi Kehilangan panas saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
d.
Radiasi Kehilangan panas karena bayi ditempatkan ditempat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. (APN, 2007:9697).
5.
Reflek-reflek pada bayi baru lahir Bayi dilahirkan dengan banyak refleks normal. Saat semakin dewasa, banyak dari refleks atau aksi awal ini yang akan hilang. Ketika baru lahir, memeriksakan refleks-refleks ini, yang merupakan tanda dari kesehatan neurology yang baik. Beberapa refleks mempunyai nama khusus.
37
a.
Refleks moro atau terkejut Terjadi jika bayi anda kaget terhadap suatu bunyi, cahay terang,
atau
takut terhadap suatu bunyi, cahaya terang atau gerakan yang cepat. Bayilebih mudah terkejut jika ia terbaring terlentang. b.
Refleks menggengga Terjadi jika anda meletakan jari-jari anda ditelapak tanganya; ia akan memberikan respons dengan mengengam jemari anda dengan kencang. (Whalley, 2008:351)
c.
Refleks menghisap dan menelan Refleks ini berkembang dengan baik pada bayi yang normal dan terkondinasi dengan pernafasan. Refleks ini sangat penting artinya bagi proses pemberian makan dan kecukupan nutrisi.
d.
Refleks rooting Bayi
akan
memutar
kearahsumber
rangsangan
dan
membuka
mulut,bersiap untuk menyusu jika disentuh di pipi atau tepi mulut. e.
Refleks muntah, batuk, dan bersin Refleksi ini melindungi bayi dari sumbatan jalan nafas.
f.
Refleks berjalan dan melangkah Jika disangga pada posisi tegak dengan kakinya menyentuh permukaan datar, bayi seperti mencoba berjalan. Jika di gendong tibia menyentuh ujung meja bayi, bayi akan mencoba menaiki meja tersebut(refleks perubahan ekstremitas).
g.
Refleks tonus leher yang tidak simetris Pada posisi terlentang, ekstermitas di sisi tubuh dimana kepala menoleh mengalami ekstensi, sedangkan disisi tubuh lainya fleksi. Tonus otot dapat dilihat pada respons terhadap gerakan pasif.
h.
Penahan sentral Jika ditahan pada tangan pemeriksa dengan posisi tengkurap, bayi akanmenahan posisi kepala sebentar dengan badanya dan menekuku ekstremitasnya.refleks dan merespons tersebut merupakan mekanisme pertahanan diri, yang memang ditunjukan menarik perhatian sang ibu
38
terhadap bayinya sehingga meningkatkan perlekatan antara ibu dab bayinya. (Cooper, 2009:722).
5
Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai
a.
Temperatur aksila di atas 37,5° c atau di bawah 36,5° c
b.
Kemungkinana adanya ikterus jika pada bayi, anggota gerak, dan bagian putih matanya berwarna kekuningan.
c.
pada prilaku bayi seperti lebih diam atu rewel dan gelisah yang tak biasa.
d.
Masalah dengan tali pusat, termasuk perdarahan .
e.
Masalah dengan pemberian makan, termasuk menyusui bayi baru lahir kurang dari tujuh atau delapan kali dalm 24 jam, atau bayi yang disusui tidak efektif.
f.
Masalah buang air besar
g.
Masalah dengan pernafasan. (Whalley, 2007:369)
6
Imunisasi pada bayi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terkena pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi).
a.
Hepatitis Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadp bayi, terutama jalur penularan ibu –bayi. Terhadap 2 jadwal pemberian imunisasi
b.
Jadwal pertama imunisasi Hepetitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada usia 0 (segera setelah lahir mengunakan uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali, yaitu pada usia0, dan DPT+Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia kehamilan.(APN, 2007:106)
Disuntikkan dengan dosis 0,5 ml secara IM, dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, selanjutnya dengan interval minimal 4 minggu. Bidan juga
39
harus memprogramkan pemberian dosis pertama vaksin Hepatitis B dalam 12 jam setelah kelahiran. (Varney, 2008 : 895) a.
BCG (Bacillus Calmette Guerine) Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberculosis. Diberikan sebanyak 1 kali secara intrakutan di lengan kanan atas vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.
b.
Polio Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomyelitis. Diberikan secara oral 2 tetes sebanyak 4 kali dengan interval 4 minggu
c.
DPT Indikas : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit difteri, tetanus, pertusis, dan hepatitis B. Cara pemberian dosis :
1.
Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogen.
2.
Disuntikkan secara intra muskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.
3.
Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan interval paling cepat 4 minggu (1 bulan)
d.
Campak Indikasi : untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Cara pemberian dan dosis :
a.
Sebelum disuntikkan vaksin terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut.
b.
Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster) pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch up campaign campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1-6
40
4.1.3 Manajemen kebidanan 1.
Proses Manajemen Kebidanan Menurut Varney (2007), manajemen kebidanan adalah prosess pemecahan
masalah
yang
digunakan
sebagai
metode
untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien. Proses manajemen kebidanan terdiri dari langkah – langkah sebagai berikut : a.
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
b.
Menginterpretasikan data untuk menidentifikasi diagnosa dan masalah.
c.
Mengidentifikasi
diagnosa
atau
masalah
potensial
dan
mengantisipasi penanganannya. d.
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
e.
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek – aspek asuhan yang tidak efektif.
f.
Melihat dari penjelasan diatas maka proses manajemen kebidanan merupakan suatu langkah sistematis yang menjadi pola pikir bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang
sistematis dan rasional
sehingga semua asuhan yang diberikan bidan pada klien akan efektif.
41
2.
Dokumentasi Asuhan Kebidanan Dokumentasi adalah catatan tentang interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, keluarga pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan yang mencatat tentang hasil dari pemeriksaan prosedur, pengobatan pada pasien dan pendidikan pada pasien serta respon terhadap semua asuhan yang telah dilakukan. Alur berfikir saat menghadapi klien meliputi 7 langkah Varney dan di dokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
a.
S (Subjektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney.
b.
O (Objektif), menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorrium dan uji diagnostik lain yang merumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 Varney.
c.
A (Analisa), menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi
1.
Diagnosis atau masalah potensial
2.
Antisipasi diagnosis atau masalah potensial
3.
Perlunya tindakan segera oleh bidan/ dokter, konsultasi atau kolaborasi serta rujukan sebagi 2, 3 dan 4 Varney.
d.
P (Penatalaksanaan), menyusun suatu rencana secara menyeluruh dan melaksanakan asuhan asuhan secara efisien dan aman serta mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan. Sebagai langkah 5, 6 dan 7 Varney
42
5.1
KELUARGA BERENCANA
5.1.1 PENGERTIAN KB Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Manuaba, 2003). Keluarga berencana menurut WHO adalah tindakan yang memakai individu atau pasangan suami istri untuk : 1.
Mendapatkan obyek-obyek tertentu.
2.
Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan.
3.
Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan.
4.
Mengatur interval diantara kehamilan.
5.
Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri.
6.
Menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hanafi, 2004)
5.1.2 TUJUAN UMUM KELUARGA BERENCANA Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial – ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 2002) Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari : 1.
Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan
Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan
untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda / mencegah kehamilan : 2.
Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak
mempunyai
anak dulu karena berbagai alasan. 3.
Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda.
4.
Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi.
43
5.
Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil oral.
5.1.3 CIRI-CIRI KONTRASEPSI YANG DIANJURKAN 1.
Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak.
2.
Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.
3.
Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20 – 30 / 35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak dua orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 – 4 tahun.
5.1.4 CIRI-CIRI KONTRASEPSI YANG DIPERLUKAN 1.
Efektivitas cukup tinggi
2.
Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.
3.
Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan.
4.
Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.
5.1.5 MENGHENTIKAN/ MENGAKHIRI KEHAMILAN / KESUBURAN Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak. Alasan mengakhiri kesuburan : 1.
Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau tidak punya anak lagi, karena alasan medis atau alasan lainnya.
2.
Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap.
44
3.
Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi.
5.1.6 MACAM-MACAM KB 1.
Metode sederhana meliputi : a.
Tanpa alat yaitu KB alamiah (Metode kalender (Ogino-Knaus), Metode Suhu Basal (Termal), Metode lendir serviks (Billings), Metode Simpto-Termal) dan Coitus Interuptus (Hanafi, 2001).
b.
Dengan alat yaitu Mekanis (Barrier) [Kondom Pria, Barier intravaginal (Diafragma),Kap Serviks (Cervical cap), Spons (Sponge), (Kondom wanita dan
kimiawi Spermisid), (Vaginal cream,
Vaginal foam, Vaginal Jelly, Vaginal suppositoria), (Vaginal tablet (busa), (Vaginal soluble film)
2.
Metode modern a.
Kontrasepsi hormonal yaitu Per-oral [Pil Oral Kombinasi (POK), Mini-pil, Morning-after pill], Injeksi atau suntikan [DMPA, NETEN, Microspheres, Microcapsules] dan Sub-kutis : Implant (Alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK), Implant Non-biodegradable (Norplant, Norplant-2, ST-1435, Implanon), Implant Biodegradable (Capronor, Pellets).
b.
Intra uterie devices (IUD, AKDR)
c.
Kontrasepsi
mantap
:
pada
wanita
(tubektomi)
dan
pada
pria(vasektomi). (Hanafi, 2004)
5.1.7 KONSELING KB 1.
Konseling Awal Konseling awal sangat diperlukan untuk calon yang baru pertama datang dan dimaksudkan untuk mengenalkan klien kepada semua cara KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinik, kebijakan, dan bagaimana pengalaman klien pada kunjungannya itu. Bila konseling awal dilakukan dengan baik, maka dapat membantu klien dalam memilih cara KB yang
45
cocok bagi klien. Dalam konseling awal diberitahukan secara singkat tentang cara-cara KB yang tersedia di klinik. Jawab pertanyaan klien dengan jelas dan terarah.
2.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam pelaksanaan konseling awal : a.
Tanyakan kepada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang ia ketahui mengenai cara tersebut.
3.
b.
Uraikan secara ringkas.
3.
Bagaimana cara kerjanya.
4
Manfaat dan kerugiannya.
Konseling awal secara individual atau berkelompok berisikan: a.
Suasana pelayanan yang nyaman melalui penerimaan yang hangat dan kekeluargaan.
b.
Penyuluhan mengenai cara-cara KB.
c.
penyuluhan mengenai keefektifan menyusui untuk KB bagi ibu yang baru melahirkan.
d.
keterangan
mengenai
apa
yang
diinginkan
oleh
klien
selamakunjungan tersebut. 4.
Konseling Metode Khusus Konseling khusus mengenai metode KB yang memberi kesempatan kepada klien untuk :
46
a.
Mengajukan pertanyaan tentang cara KB tertentu dan membicarakan pengalamannya.
b.
Mendapat informasi lebih rinci tentang cara KB yang tersedia yang ingin dipilihnya.
c.
Mendapat bantuan untuk memilih metode KB yang cocok.
d.
Penerangan lebih jauh tentang bagaimana menggunakan metode tersebut dengan aman, efektif, dan memuaskan.
5.
Selama konseling ini, petugas memberi pelayanan adalah : a.
Menanyakan kepada klien cara apa yang ingindipilih dan apa yang ia ketahui tentang cara tersebut. Dengan cara demikian pemberian pelayanaan dapatmengoreksi dan informasi yang salah yang muncul di masyarakat untuk selanjutnya memberikan informasi yang benar.
b.
Memberitahukan dan mendiskusikan cara kerja setiap metode KB, keefektifannya, manfaat dan kerugiannya.
c.
Membantu klien untuk mulai memilih suatu metode
d.
Menasehati klien perlunya evaluasi lebih lanjut.
e.
Memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya lebih lanjut atau ada hal lain yang masih merisaukan.
f.
Menjelaskan secara singkat dan jelas bagaimana menggunakan metode tersebut dan memungkinkan efek samping yang timbul
g.
Meminta klien mengulang instruksi untuk menyakinkan bahwa ia benar-benar telah mengerti.
h.
Membicarakan dengan klien apa harus kembali atau follow up. Penekanan dititik beratkan pada penyediaan alat, nasehat tentang efek samping, bagaimana mengenal adanya masalah sedini mungkin, bagaimana bila ingin mengganti alat kontrasepsi.
6.
Konseling Kunjungan Ulang Bila klien datang untuk mendapatkan obat baru atau pemeriksaan ulang maka penting untuk berpijak pada konseling yang dulu. Secara khusus, kunjungan ulang memberikan kesempatan untuk : a.
Membesarkan hati klien atas keputusannya untuk ber-KB.
47
b.
Mengetahui apakah klien puas dan apakah masih menggunakan cara KB.
c.
Menyakinkan bahwa cara yang dipakai klien telah benar dan bila benar cocok,untuk mengulangi intruksi pemakaiannya.
d.
Menyediakan suplai (bahan secukupnya).
e.
Menjawab pertanyaa klien.
f.
Membesarkan hati klien dan mengobati efek samping yang kecil bila perlu.
g.
Memeriksa komplikasi medis dan merujuk untuk evaluasi medis bila diperlukan.
h.
Mencari perubahan-perubahan kesehatan pada saat itu atau keadaan hidupnya yang bisa menjurus untuk berganti cara atau berhenti menggunakan cara KB.
7.
Kunjungan ulang yang pertama tergantung pada jenis KB yang dipakai. Sebagai contoh, dibawah ini diberikan jadwal yang dianjurkan a.
Pil oral: 3 bulan
b.
AKDR : 3 – 6 minggu
c.
KB suntik: 2 – 3 bulan, tergantung jenisnya.
Norplant: Bila tidak ada keluhan, tidak perlu melakukan kontrol rutin sampai akhir 5 tahun.
48
49