BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi ini, komunikasi makin sangat penting terutama di daerah perbatasan negara. Indonesia adalah negara yang berdaulat yang memiliki perbatasan darat dengan beberapa negara. Terdapat 3 negara yang berbatasan langsung dengan darat Indonesia yaitu Indonesia bagian wilayah utara yakni Indonesia-Malaysia. Indonesia dan Malaysia yang terdapat di sebelah utara pulau Kalimantan. Selanjutnya ada perbatasan darat IndonesiaTimor Leste yang terletak di provinsi Timor Timur. Dan yang terakhir adalah perbatasan darat antara Indonesia dan Papua Nugini yang terletak di pulau Papua. Perbatasan wilayah Indonesia-Malaysia sepanjang 2.019 km dari Tanjung Batu di Kalimantan Barat Laut, melewati dataran tinggi pedalaman Kalimantan, hingga ke Teluk Sebatik dan Laut Sulawesi di sebelah Timur Kalimantan. Provinsi yang memisahkan Kalimantan Utara dan Kalimantan Barat di Indonesia ini langsung berbatasan wilayah darat dengan negara bagian Sabah dan Sarawak di Malaysia. Di wilayah perbatasan tersebut menggunakan bahasa Malaysia dan Indonesia sebagai alat komunikasi mereka sehingga hal tersebut tidak mengalami kesulitan maupun kendala dalam bahasa. Perbatasan lainnya berada di selatan Indonesia yang berbatas langsung dengan Timor Leste. Di perbatasan wilayah Indonesia dengan Timor Leste yang berdampingan ini menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi mereka. Bahkan warga Timor Leste masih menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari, padahal bahasa resmi telah ditetapkan di Timor Leste adalah bahasa Portugis. Sehingga kedua wilayah yang
berdampingan
dapat
meminimalisirkan
kendala-kendala
dalam
berkomunikasi. Namun lain halnya dalam perbatasan wilayah yang berada di timur Indonesia yakni Papua dan Papua Nugini.
1
Papua adalah termasuk salah satu wilayah perbatasan Indonesia yakni membatasi antara Indonesia dan Papua Nugini yang terletak di distrik Sota, Merauke. Berikut tampilan peta Papua, Indonesia dengan Papua Nugini: Gambar 1.1 Pulau Papua, Indonesia dan Papua Nugini
(Sumber: https://www.google.com/maps) Papua terletak diantara 130 ° - 141° Bujur Timur dan 2°25' Lintang Utara - 9° Lintang Selatan. Papua adalah provinsi terluas di Indonesia dengan luas daratan 21,9% dari total tanah seluruh Indonesia yaitu 421.981 km2. Berbeda halnya dengan luasnya daratannya, Papua memiliki jumlah penduduk paling sedikit (http://www.indonesia.go.id/). Dari hasil sensus penduduk tahun 2014 jumlah penduduk di Papua hanya sekitar kurang lebih 3 juta penduduk yang tersebar di wilayah Papua (http://papua.bps.go.id/). Penduduk asli Papua terdiri dari berbagai etnik sebanyak kurang lebih 255 kelompok atau suku. Mereka hidup dengan unit-unit kecil, saling terpisah, dan memiliki adat dan budaya yang berbeda serta bahasa. Selain suku asli Papua yang menetap di Papua, terdapat 52% non-papua yang mendominasi dari suku Jawa dan Sulawesi (http://indonesia.ucanews.com/). Apabila mengacu pada topografi Papua, terdapat ratusan kelompok etnik dengan adat dan budaya yang berbeda., maka secara garis besar penduduk Papua dibagi menjadi 3 kelompok besar yaitu penduduk daerah pantai dan kepulauan, penduduk daerah pedalaman yang hidup pada daerah sungai, rawa, danau dan lembah serta kaki gunung dan penduduk daerah dataran tinggi.
2
Terdapat banyak suku di Papua diantaranya suku Aitinyo, Arfak, Asmat, Agast, Aya Maru, Mandacan, Biak, Arni, Sentani, Marind dan lain-lain. Banyak terdapat hal unik yang terdapat pada suku-suku yang dianut oleh masyarakat Papua. Di Papua terdapat banyak suku yang tersebar di berbagai daerah. Setiap suku memiliki budaya yang berbeda-beda. Terdapat beberapa contoh budaya yang dimiliki dari suku-suku yang terdapat di Papua. Salah satunya adalah suku Dani di Kabupaten Jayawijaya yang melakukan perangperangan yang disebut dengan Win. Budaya tersebut adalah bagian dari festival budaya lembah Baliem. Win merupakan warisan budaya turun menurun dari nenek moyang yang dimiliki oleh suku Dani. Di Wamena sendiri terdapat rumah tradisional yang bernama Honai yang terdapat 3 Mummy. Mummy-mummy tersebut diantaranya bernama Mummy Aikima dengan usia 350 tahun, Mummy Jiwika berusia 300 tahun, dan Mummy Pomo yang paling muda dengan usia 250 tahun (http://www.indonesia.go.id/). Banyak hal-hal unik yang tersimpan di pulau ini, salah satunya adalah ras. Ras Papua sangat berbeda dengan ras masyarakat Indonesia lainnya. Papua termasuk dalam golongan ras Melanezoid dengan ciri-ciri rambut keriting, bibir tebal, dan kulit hitam. Selain di Papua, golongan ras ini dapat ditemui di pulau Kai dan Aru. Di Indonesia sendiri terdapat empat macam ras yang tersebar di berbagai daerah. Selain melanezoid, terdapat golongan melayu mongoloid yang dikatakan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia dengan ciri-ciri rambut ikal atau lurus dan muka bulat. Ras tersebut terbagi 2 golongan yaitu golongan melayu tua (Proto Melayu) seperti suku Batak, Toraja dan Dayak dan golongan melayu muda (Deutro Melayu) seperti suku Jawa, Bali, Madura, dan Banjar. Selain 2 golongan tersebut, terdapat 2 golongan lainnya yaitu negroid dengan ciri-ciri rambut keriting, perawakan kecil dan kulit hitam yang persebarannya berada di Semenanjung Malaya dan Kepulauan Andaman. Selanjutnya terdapat golongan wedoid yang berasal dari Srilanka dengan ciri perawakan kecil, kulit sawo matang, dan rambut berombak yang seperti orang Sakai di Siak, orang kubu di Jambi, orang Enggaro, Mentawai, Toala Tokea,
3
Tomuna di Kepulauan Muna. Melanezoid merupakan golongan minoritas di Indonesia karena berbeda dengan golongan yang lainnya. Meskipun melanezoid merupakan golongan asli yang mendiami papua, tetapi tetap masih golongan yang dapat dikatakan tersisihkan dari golongan lain. Golongan melanezoid masih mengalami perlakuan tidak adil meskipun di wilayahnya sendiri. Selain budaya dan adat istiadat, Papua memiliki ratusan bahasa pula. Uniknya 35% dari 700 bahasa yang dimiliki Indonesia terdapat di provinsi Papua dan Papua Barat (http://celd.uni-koeln.de/) yakni sebanyak 307 bahasa daerah menurut tim Balai Bahasa Papua dan Papua Barat pada tahun 2013 (http://tabloidjubi.com/). Sehingga tanah Papua disebut sebagai Laboratorium bahasa
oleh
para
peneliti
di
Amerika
dan
Eropa
(http://www.thecrowdvoice.com/). Berikut bahasa-bahasa di Papua: Gambar 1.2 Bahasa-bahasa di Papua
(Sumber: http://www.worldteampapua.org/) Gambar di atas menunjukkan bahwa hampir setiap wilayah mempunyai bahasanya masing-masing. Ada dua kelompok bahasa yaitu kelompok bahasa
4
Austronesian dan kelompok bahasa Papuan. Kelompok bahasa Papuan sendiri tercatat bahwa bahasa Dani Barat yang mempunyai jumlah penutur terbanyak yakni 180.000 orang, sedangkan untuk bahasa Austronesian terdapat bahasa Biak yanki kurang lebih sebanyak 30.000 orang. Untuk kelompok bahasa Papuan penutur paling sedikit yakni sedikitnya berjumlah 4 orang adalah bahasa Sopena dan bahasa Mapia adalah penutur yang paling sedikit di kelompok bahasa Austronesian yakni hanya memiliki satu orang penutur saja (http://celd.uni-koeln.de/). Penduduk di Papua dalam sehari-harinya cenderung menggunakan bahasa daerah karena faktor alam, laut, dan pengunungan yang melatarbelangin mereka. Keanekaragaman bahasa inilah yang menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainnya sehingga menimbulkan pola komunikasi yang berbeda. Di Papua perbatasan wilayah antara Indonesia dan Papua New Guinea terletak di Merauke. Merauke adalah kabupaten provinsi Papua yang berada antara 1370 - 1410 BT dan 50 00’9 00’ LS. Kabupaten Merauke merupakan daerah yang terluas yaitu 4937 Ha atau 13,87% dari total luas provinsi Papua. Kabupaten Papua juga merupakan wilayah nusantara yang terletak paling timur dengan batas-batas sebagai berikut: 1. Sebelah Utara dengan kabupaten Boven Digoel dan kabupaten Mappi 2. Sebelah Timur dengan negara Papua New Guinea 3.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Arafura
4. Barat berbatasan dengan Laut Arafura Menurut data sensus penduduk tahun 2014, penduduk Kabupaten Merauke kurang lebih sebesar 213.484 jiwa. Kabupaten Merauke terbagi menjadi 20 Distrik, 8 Kelurahan dan 160 Kampung (Perda No.2 Tahun 2006) (http://www.merauke.go.id/). Salah satu nya adalah distrik Sota yang terletak di perbatasan yang membatasi wilaya Indonesia dan Papua Nugini. Sota sendiri terdiri dari 5 kampung yakni kampung Sota, kampong Yanggandur, kampung Rawa Biru, kampung Toray, dan kampung Erambu. Distrik Sota
5
mempunyai luas 2.766 km2 dan memiliki jumlah penduduk kurang lebih sebesar 3.958 jiwa (http://www.merauke.go.id/). Distrik Sota inilah yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Papua Nugini atau Papua New Guinea sendiri adalah sebuah negara yang terletak di bagian Timur pulau Papua dan berbatasan darat dengan provinsi Papua, Indonesia. Papua Nugini sendiri termasuk dalam benua Oseania yang dimerdekakan oleh Australia pada tanggal 16 september 1975. Negara ini berbaring di Selatan katulistiwa dan 160 km Utara Australia dengan luas 462.800 km2 dengan penduduk kurang lebih 7 juta jiwa. Papua Nugini juga salah satu daratan pertama setelah Afrika dan Eurasia yang dihuni oleh manusia modern, dan juga memiliki migrasi yang pertama dengan Australia. Papua Nugini memiliki 22 provinsi, tetapi sistem pemerintahan PNG berbeda dengan negara lain. Setiap provinsi di PNG terdiri dari beberapa distrik. Setiap distrik terdapat beberapa Local Level Government (LLG) atau wilayah pemerintah terkecil. Merauke berbatasan dengan LLG Morehead Rural. Selain itu, ada 800 bahasa daerah yang tersebar di Papua Nugini dan Tok Pisin, English
dan
Hiri
Motu
adalah
bahasa
resmi
mereka
(http://www.papuanewguinea.travel/). Perbedaan bahasa antara Papua yang hanya mampu menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia dan Papua Nugini dengan 3 bahasa resminya hidup berdampingan pada sebuah perbatasan di distrik Sota tidak menghambat terjadinya interaksi satu sama lain contohnya kegiatan perdagangan. Informan pribadi yaitu kakek peneliti sendiri yang telah menetap di merauke selama kurang lebih 44 tahun semenjak 1971 mengatakan bahwa banyak warga Papua Nugini yang sering mengunjungi Papua untuk memenuhi kebutuhannya seperti mengunjungi pasar di perbatasan maupun bahkan menetap di kabupaten Merauke. Komunikasi antar budaya adalah hal yang tidak dapat masyarakat hindari lagi karena tidak semua manusia memiliki budaya atau suku yang sama terutama di Indonesia. Menurut Liliweri (2013 : 9) komunikasi antar budaya adalah komunikasi antara dua orang/lebih yang berbeda latar belakang
6
kebudayaan. Sekarang ini komunikasi antarbudaya semakin penting. DeVito (2011) menyebutkan beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya komunikasi antar budaya yaitu meningkatnya mobilitas orang di seluruh dunia, saling ketergantungan ekonomi di antara banyak negara, kemajuan teknologi komunikasi, perubahan pola imigrasi dan politik membutuhkan pemahaman atas kultur-kultur yang berbeda (DeVito, 2011 : 530-532). Selain pentingnya komunikasi antar budaya, tentunya terdapat hambatan-hambatan atau masalah yang terjadi diantaranya. Seperti salah satu contoh hal yang sering dialami oleh biasanya yaitu setiap orang yang mengganggap bahwa persepsi yang dipercayainya mengenai sekelilingnya dianggap paling benar padahal setiap orang-orang memiliki kepercayaan maupun pengalaman dari masa lalunya sendiri sehingga menimbulkan perbedaan yang berujung perselisihan. Inilah yang sering terjadi di Indonesia sendiri. Setiap budaya memiliki sistem-sistem nilai yang berbeda maka dari itu akan menentukan tujuan hidup yang berbeda pula. Cara berkomunikasi akan bergantung pada budaya yang dimiliki seperti bahasa, aturan, cara mencari nafkah, maupun norma masing-masing. Pengirim pesan yang akan melakukan proses komunikasi akan dihadapkan dengan bahasa-bahasa, aturan-aturan dan nilai-nilai yang berbeda. Tidak mudah untuk menghindari kesalapahamankesalapahaman antrabudaya, namun dapat dihindari dengan sedikitnya mengetahui bahasa dan perilaku budayanya serta mengetahui prinsip-prinsip komunikasi antarbudaya dan mempraktikkan dengan orang-orang lain. Indonesia dan Papua Nugini adalah dua negara yang berbeda latar budaya yang hidup berdampingan di satu pulau yaitu Papua dan Papua Nugini. Timbul pertanyaan penulis bagaimana pola komunikasi kedua warga yang berbeda negara ini walaupun dilatarbelakangi budaya yang sangat berbeda bahkan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari. Hal ini membuat penulis tertarik untuk dijadikan penelitian. Selain daerahnya belum banyak dirambah oleh manusia karena akan kaya sumber daya alamnya, provinsi Papua adalah provinsi yang unik. Walaupun provinsi
7
ini sering dianggap sebelah mata oleh orang-orang karena mereka mengganggap bahwa masyrakat Papua adalah masyarakat yang masih primitif namun dibalik semua itu mereka sangat memegang erat teguh budaya asli Indonesia yang tidak pernah tercemar oleh budaya asing dari negara lainnya. Sebab dari situlah adanya keterbatasan komunikasi dengan negara tetangga yang hidup dengan berdiri diatas pulau yang sama antara Papua dan Papua Nugini yang melatarbelakangi banyaknya perbedaan mulai dari bahasa hingga budaya yang berbeda negara. Atas dasar itu, penulis melihat bahwa komunikasi lintas budaya yaitu pada masyarakat Papua dan masyarakat Papua Nugini yang terdapat di perbatasan wilayah timur Indonesia di Papua dapat menarik jika dibedah dengan studi etnografi komunikasi. Untuk itu peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pola Komunikasi Masyarakat Lintas Batas Di Perbatasan Indonesia-Papua Nugini (Studi Kualitatif Pendekatan Etnografi Komunikasi Pada Masyarakat Perbatasan Distrik Sota, Merauke Republik Indonesia – Papua Nugini)”. 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka penulis merumuskan fokus penelitian sebagai berikut 1
Apa saja peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang pada komunikasi masyarakat lintas batas di Distrik Sota?
2
Apa saja komponen komunikasi yang membentuk peristiwa-peristiwa komunikasi tersebut?
3
Bagaimana hubungan antar komponen komunikasi yang ada dalam suatu peristiwa komunikasi?
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diantaranya: 1
Apa saja peristiwa komunikasi yang terjadi secara berulang pada komunikasi masyarakat lintas batas di Distrik Sota?
8
2
Apa saja komponen komunikasi yang membentuk peristiwa-peristiwa komunikasi tersebut?
3
Bagaimana hubungan antar komponen komunikasi yang ada dalam suatu peristiwa komunikasi?
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoris Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan perbandingan dan pengembangan yang lebih untuk mengkaji ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan dengan pola komunikasi. Juga dapat dijadikan bahan pembelajaran mengenai komunikasi antarbudaya dan komunikasi lintas budaya. Selain itu penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi penulis lain yang hendak melakukan di bidang yang sama. 1.4.2 Aspek Praktis Penelitian mengenai komunikasi lintas budaya masyarakat lintas budaya dalam pola komunikasi yang terjadi di perbatasan wilayah dapat dijadikan
referensi
bagi
masyarakat
seluruh
Indonesia
untuk
meningkatkan proses kerjasama maupun adaptasi budaya dengan negara Papua Nugini. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan refernsi atau sebagai pedoman kepada mahasiswa/i dalam interaksi komunikasi dengan menunjukkan bahasa,
ragam bahasa, atau gaya bahasa apa
dalam budaya yang berbeda.
9
1.5 Tahapan Penelitian
No.
1.
2.
3. 4. 5.
Tabel 1.1 Tahapan Penelitian Tahapan Penelitian Deskripsi Menentukan topik dengan mengkaji Paradigma dan fenomena empiric. Memilih Kajian Topik
Menetapkan Fokus
Menentukan unit analisis atau kategori, sub unit analisis atau sub kategori. Mengembangkan pertanyaan. Menentukan teknik pengumpulan data. Memilih informan dari tiap unit analisis Instrumental Menyiapkan instrument pedoman observasi, wawancara atau studi dokumentasi Mempersiapkan catatan lapangan. Pelaksanaan Penilitian Observasi, wawancara, studi dokumentasi Reduksi Data Pengolahan Data Analisis Data Hasil Penelitian Kesimpulan, saran dan rekomendasi. Sumber: diadaptasi dari buku Satori dan Komariah, 2010 : 82-23
1.5.1 Tahap Memilih Topik Kajian Langkah pertama penelitian kualitatif secara formal adalah merancang penelitian. Menurut Moleong (2007:385) dalam bukunya Satori dan Komariah, (2010 : 83) rancangan penelitian diartikan sebagai usaha merencanakan dan menentukan segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam suatu penelitian kualitatif. Kegiatan perencanaan penelitian kualitatif mencakup komponen-komponen penelitian yang diperlukan walaupun masih bersifat tentatif yang meliputi: fokus penelitian, pengumpulan data, analisis data, perlengkapan penelitian, dan pemeriksaan keabsahan data, penentuan teknik penelitian. 1.5.2 Instrumentasi
Instrumen penelitian kualitatif adalah “Human Instrument” atau manusia sebagai informan maupun mencari data dan instrument utama
10
penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri sebagai ujung tombak pengumpul data (instrument). Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data atau sejumlah informasi yang dibutuhkan. Teknik yang
digunakan
berupa
kegiatan
observasi,
wawancara,
dan
dokumentasi. 1.5.3 Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap ini peneliti mulai melakukan pencarian data dengan menggunakan 3 teknik yaitu: 1. Wawancara Peneliti akan mewawancarai 6 key informan yakni diantaranya 3 informan yang merupakan masyarakat asli turunan Papua Nugini, 1 informan yang merupakan masyarakat asli turunan Papua dan 2 informan yang merupakan masyarakat asli luar Papua yang menetap di perbatasan Indonesia dan Papua Nugini. 5 informan pendukung diantaranya 4 infoman yang berprofesi sebagai aparat keamanan, di perbatasan dan 1 masyarakat asli turunan Papua Nugini. 2. Observasi Peniliti mengobservasi kegiatan-kegiatan yang terjadi di perbatasan wilayah dan lingkungan sekitar. 3. Studi Pustaka Peneliti mempelajari data-data untuk penelitian melalui buku-buku yang terdapat di perpustakaan dan peneliti juga mengambil data-data melalui internet yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 1.5.4 Pengolahan Data
Selanjutnya peniliti akan mengelolah dan menganilisis data dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang telah dilakukan oleh peniliti. Pengelolahan data dilakukan dengan cara analisis data. 1.5.5 Hasil Peneilitian
Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana peneliti akan mengelola dan mendiskripsikan data yang telah dikumpulkan dan akan membahas
11
dari awal hingga akhir kemudian memberikan kesimpulan dan saran yang menyangkut permasalahan yang diteliti. 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di daerah perbatasan Indonesia dan Papua Nugini yakni distrik Sota, Merauke. 1.6.2. Waktu Penelitian Adapun kegiatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan berlangsung selama enam bulan yaitu dari bulan Maret 2015 – September 2015. Rincian kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:
Kegiatan
1
Tabel 1.2 Waktu Penelitian Bulan Ke 3 2
Pencarian Informasi Wawancara Narasumber Pengolahan Data Penyusunan Laporan Permohonan Sidang Skripsi Sidang Skripsi Sumber: Olahan Peneliti
12
4
5