BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kondisi pasar tenaga kerja di negara berkembang biasanya digambarkan
sebagai pasar tenaga kerja yang dualistik yaitu terdiri dari pasar tenaga kerja modern dan pasar tenaga kerja tradisional atau informal. Dalam pasar tenaga kerja dualistik, kelebihan tenaga kerja tidak dapat tercermin dalam angka pengangguran seperti di negara maju. Kelebihan tenaga kerja tercermin dengan banyaknya pekerja yang bekerja disektor informal yang memiliki produktivitas rendah. Di negara maju kelebihan tenaga kerja tidak terampil yang bekerja di sektor informal mencerminkan kelebihan tenaga kerja yang jumlahnya melebihi banyaknya pengangguran (Widianto, 2004). Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang masih dalam kategori kurang baik dapat disebabkan oleh banyak faktor. Pencari kerja dan perusahaan yang tidak berhasil mendapatkan titik temu menjadi salah satu penyebab permasalahan ketenagakerjaan sering terjadi. Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia yang masih kurang baik inilah yang menjadi salah satu penyebab munculnya berbagai permasalahan ketenagakerjaan. Media massa merupakan salah satu media yang menjadi sarana dalam menyajikan informasi mengenai kondisi serta permasalahan terkini yang tengah terjadi di suatu wilayah, tidak terkecuali mengenai isu ketenagakerjaan. Pemanfaatan media massa sebagai sarana menyampaikan informasi maupun aspirasi dapat menjadi salah satu cara untuk membentuk opini publik, sehingga pemerintah dapat merespon hal yang disampaikan oleh media terkait suatu permasalahan. Dalam perspektif komunikasi, peran media dalam ranah kebijakan publik dapat dilihat melalui pendekatan analisis isi media. Bagaimana pers memandang isu ketenagakerjaan dan bagaimana pers menjalankan fungsinya dapat dikaji melalui analisis isi media.
1
Isu-isu ketenagakerjaan yang lazim ditemukan dalam media massa di Indonesia dari waktu ke waktu lebih menekankan pada analisis risiko dampak pengangguran. Permasalahan perlindungan tenaga kerja dan jaminan atas kepastian hukum yang mengatur hubungan antara pekerja dan pengusaha merupakan isu tersendiri yang kerap muncul di media massa (Bambang Wiswaluyo, 2006). Tahun 2012 bisa dinilai sebagai tahun perjuangan bagi kaum buruh. Banyaknya jumlah pemogokan serta jumlah buruh yang terlibat bisa dikatakan paling besar pasca reformasi (Roeslan, 2012). Selama tahun 2012 telah terjadi banyak demonstrasi buruh. Demonstrasi buruh di Jabodetabek telah terjadi sebanyak lebih dari 200 kali sepanjang tahun 2012, serta lebih dari 350 perusahaan di kawasan industri disweeping oleh para buruh yang menggelar unjuk rasa (Tri, 2013). Beberapa aksi unjuk rasa buruh terjadi secara besar-besaran. Demo yang terjadi pada 27 Januari 2012 di Bekasi yang melibatkan ribuan buruh. Unjuk rasa buruh dalam rangka peringatan May Day yaitu tanggal 1 Mei 2012 yang melibatkan hampir 100.000 buruh di Gelora Bung Karno di Jakarta. Bulan Oktober yang merupakan puncak unjuk rasa buruh yaitu “Getok Monas” yang melibatkan buruh hingga mencapai 2 juta buruh. (Roeslan, 2012). Pada bulan November buruh melakukan aksi besar-besaran yang terjadi di 35 kabupaten/kota di 12 provinsi. Aksi ini menyebabkan terjadinya produksi dan iklim investasi yang semakin melesu, sehingga tak kurang sepuluh perusahaan baik dari luar negeri maupun dalam negeri yang telah memutuskan untuk menutup pabriknya. Aksi yang dilakukan oleh para buruh tersebut merupakan realisasi dari rencana mogok kerja nasional yang dilakukan para buruh yang memperjuangkan tiga tuntutan mereka. Ketiga tuntutan para buruh tersebut yaitu penghapusan sistem outsourcing, perbaikan tingkat upah, dan pemberian jaminan sosial kesehatan mulai 2014.(Hizbut Tahrir Indonesia, 2013). Berita di media massa tidak bersifat objektif, tapi memiliki subjektivitas dari yang membuat dan menerima realitas serta perspektif atau cara pandang terhadap suatu realitas. Suatu berita perlu dianalisis karena suatu peristiwa yang diberitakan oleh wartawan merupakan hasil konstruksi yang dihadirkan oleh
2
konsep subjektif wartawan, tidak ada realitas yang objektif karena berita tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu tergantung bagaimana wartawan memahami realita tersebut (Pemerintah Garut, 2012). Hal tersebut menjadikan salah satu alasan pentingnya dilakukan analisis media. Perbedaan tempat dan waktu dapat menghasilkan suatu isu ketenagakerjaan yang berbeda pula karena kondisi ketenagakerjaan yang bervariasi antar wilayah. Variatifnya
isu
ketenagakerjaan yang mungkin terjadi di tingkat nasional maupun lokal yang disajikan di media massa menjadi salah satu alasan
perlunya mengkaji isu
ketenagakerjaan yang disajikan di media massa ditingkat nasional dan lokal.
1.2
Rumusan Masalah Surat kabar merupakan salah satu media untuk menyampaikan informasi
kepada khalayak ramai, tak terkecuali informasi mengenai berita ketenagakerjaan. Kondisi dan karakteristik ketenagakerjaan yang berbeda-beda antar wilayah menyebabkan permasalahan mengenai ketenagakerjaan yang terjadi disuatu wilayah berbeda pula. Perbedaan permasalahan ketenagakerjaan yang terjadi memungkinkan terjadinya perbedaan pemberitaan mengenai permasalahan ketenagakerjaan yang dimuat pada suatu surat kabar. Hal tersebut dapat diketahui melalui berita ketenagakerjaan yang dimuat di surat kabar. Permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut “ bagaimana respon surat kabar nasional dan lokal terhadap isu ketenagakerjaan ”. Beberapa pertanyaan penelitian yang dapat diajukan adalah : 1.
Apakah ada perbedaan antara isu ketenagakerjaan sesungguhnya yang terjadi di tingkat nasional dan lokal dengan isu ketenagakerjaan yang dimuat di surat kabar?
2.
Apakah ada perbedaan antara surat kabar nasional dan lokal dalam menyingkap isu ketenagakerjaan?
3.
Apakah surat kabar menganggap isu ketenagakerjaan sebagai isu yang penting atau tidak?
4.
Bagaimana distribusi spasial dan temporal tentang isu ketenagakerjaan yang dimuat di surat kabar?
3
1.3
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1.
Memahami dan menganalisis isu ketenagakerjaan yang sesungguhnya dengan isu ketenagakerjaan yang dimuat di surat kabar.
2.
Memahami dan menganalisis apakah ada perbedaan antara surat kabar nasional dan lokal dalam menyingkap isu ketenagakerjaan.
3.
Memahami dan menganalisis apakah isu ketenagakerjaan merupakan isu yang dianggap penting atau tidak bagi surat kabar.
4.
Memahami dan menganalisis distribusi spasial dan temporal isu ketenagakerjaan yang ada di surat kabar.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1
Manfaat Akademis Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti lain yang
berkeinginan melakukan penelitian dengan metode yang sama, baik dengan tema yang sama namun dalam konteks waktu dan tempat yang berbeda maupun tema yang berbeda.
1.4.2
Manfaat Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi bagi pembaca mengenai
isu ketenagakerjaan di tingkat nasional maupun lokal yang dimuat di surat kabar serta respon surat kabar dalam menyingkap isu ketenagakerjaan. Pemerintah dapat mengetahui
permasalahan
ketenagakerjaan
yang
sesungguhnya
melalui
pemberitaan permasalahan ketenagakerjaan di surat kabar, serta pemerintah dapat merespon aspirasi yang disampaikan melalui media massa.
1.5
Tinjauan Pustaka
1.5.1
Isu Ketenagakerjaan Istilah masalah pasar kerja, masalah tenaga kerja, dan masalah kesempatan
kerja menunjuk pada masalah yang sama hanya berbeda sudut pandangnya saja (Suroto, 1992). Pelaku pasar kerja terdiri dari (1) pengusaha yang membutuhkan
4
tenaga, (2) pencari kerja, (3) perantara atau pihak ketiga yang memberikan kemudahan bagi pengusaha dan pencari kerja untuk saling berhubungan (Simanjuntak, 1985). Didalam pasar tenaga kerja, permintaan dan penawaran secara bersamasama menentukan jumlah yang akan dipekerjakan serta upah yang akan diterima. Dalam hal ini pasar tenaga kerja adalah sama dengan pasar barang. Akan tetapi pasar tenaga kerja mempunyai satu ciri yang coraknya unik dan dipandang cukup dapat membedakan dari semua pasar lainnya ditilik dari segi faktor-faktor produksi dari semua pasar produksi (Bellante dan Jackson, 1983). “Tindak laku manusia dalam produksi tidak dapat dibeli atau dijual seperti halnya mesin atau pelaku produksi yang bersifat materi”(Alfred Marshall dalam Bellante dan Jackson, 1983). Berdasarkan kenyataan yang unik ini, maka perorangan yang menjual jasa tenagakerjaanya memiliki terlebih dahulu satu rangkaian kondisi kerja (berupa letak dan keadaan lingkungan tempat bekerja, jaminan tugas pekerjaan, kesempatan untuk memperoleh kemajuan dalam pekerjaan dan lain sebagainya) sebelum pekerja itu mengambil keputusan untuk menerima lowongan kerja. Hal tersebut menimbulkan hal-hal yang rumit yang begitu mutlak memberikan ciri perbedaan antara pasar tenaga kerja dengan pasar-pasar lainnya (Belante dan Jackson, 1983). Masalah dalam pasar kerja adalah ketidakseimbangan antara persediaan dengan kebutuhan tenaga kerja dan dapat digolongkan dalam 4 kelompok, yaitu (Suroto, 1992) : 1.
Masalah kelebihan tenaga kerja yang timbul apabila tenaga kerja lebih besar daripada kebutuhan tenaga kerja dalam masyarakat (Suply > Demand).
2.
Masalah kekurangan tenaga kerja yang timbul apabila persediaan tenaga kerja kurang dari kebutuhan tenaga kerja (Suply < Demand).
3.
Masalah rintangan pasar kerja yang timbul apabila persediaan tenaga kerja sebenarnya sudah sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja dalam masyarakat, akan tetapi nyatanya karena adanya sesuatu rintangan, keduanya tidak dapat bertemu pada tempat dan waktu yang sama. Disini masalahnya terletak dalam mekanisme penyaluran (Suply ≠ Demand).
5
4.
Masalah dalam lingkungan pekerjaan, baik pekerjaan-pekerjaan dalam hubungan kerja (upahan atau buruhan dan kontrakan), maupun dalam pekerjaan sendiri. Masalah ini menyangkut pendapatan, kepastian tenaga kerja untuk memiliki dan mempertahankan pekerjaannya, keselamatan jasmani, ketentraman, perlakuan adil dan produktivitas kerja. Kelompok masalah ini disebut ketidaklayakan dalam lingkungan kerja (Suply X Demand). Wujud masalah S > D yaitu masalah pengangguran, setengah
pengangguran, serta pekerja miskin. Wujud permasalahan S < D yaitu kekurangan tenaga kerja terampil. Bentuk permasalahn S ≠ D yaitu penumpukkan pencari kerja disuatu daerah dan kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja. Permasalahan S X D dalam pasar kerja meliputi kecelakaan dalam kerja, kesehatan lingkungan kerja, upah yang rendah, jaminan sosial kurang memadai, dan pekerja miskin (Tukiran, 2005). Proses mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja membutuhkan waktu yang lama karena baik pencari kerja maupun pengusaha dihadapkan pada kenyataan bahwa (Simanjuntak, 1985) : (1)
Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan, dan sikap pribadi yang berbeda. Di lain pihak setiap lowongan pekerjaan yang tersedia mempunyai sifat pekerjaan yang berlainan. Pengusaha memerlukan pekerja dengan pendidikan, keterampilan, kemampuan, bahkan sikap pribadi yang berbeda untuk lowongan yang berlainan. Hal itu penyebabkan tidak semua pelamar mampu dan dapat diterima untuk suatu lowongan tertentu.
(2)
Setiap perusahaan atau unit usaha menghadapi lingkungan yang berbeda : keluaran (output), masukan (input), manajemen, teknologi, lokasi, pasar, dan sebagainya sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memberikan tingkat upah, jaminan sosial, dan lingkungan pekerjaan. Pencari kerja mempunyai produktivitas yang berbeda dan harapan – harapan mengenai tingkat upah dan lingkungan pekerjaan. Tidak semua pencari kerja bersedia menerima pekerjaan dengan tingkat upah yang
6
berlaku disuatu perusahaan dan tidak semua pengusaha mampu dan bersedia mempekerjakan pelamar dengan tingkat upah dan harapanharapan yang diinginkan pelamar kerja. (3)
Baik pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai informasi yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam butir (1) dan (2).
Menurut Firdaus Badrun Sekretaris Jenderal Bina Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja Kemenakertrans, ada 4 Permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia. Permasalahan
pertama
yaitu
mengenai
terbatasnya
kesempatan
kerja.
Permasalahan kedua yakni mengenai rendahnya kualitas angkatan kerja Indonesia. Permasalahan ketiga yaitu tinginya pengangguran. Terbatasnya kesempatan kerja menjadi salah satu penyebab tingginya pengangguran. Permasalahan yang keempat yakni terkait globalisasi arus barang dan jasa yang juga akan berdampak pada permasalahan ketenagakerjaan. Hal ini akan menyebabkan perpindahan manusia antar negara yang akan berdampak semakin tingginya tingkat persaingan dalam pasar kerja (Virdhani, 2012).
1.5.2
Media Massa Jurnalistik atau jurnalism secara etimologis berasal dari kata “journal”
atau “du jour” yang artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian seharihari, atau surat kabar harian. Kata journal berasal dari bahasa latin “diunalis” yang artinya “harian” atau “tiap hari”. Saat ini jurnalistik dapat diartikan sebagai kegiatan menyampaikan pesan atau berita kepada khalayak atau massa melalui saluran media komunikasi yang diorganisir seperti media cetak (surat kabar dan majalah) atau elektronika (radio,TV,dan film) (Barus, 1996). Komunikasi massa merupakan komunikasi yang menggunakan media massa. Ciri-ciri komunikasi massa yaitu : 1.
Umumnya komunikasi massa bersifat komunikasi sejarah.
2.
Menyajikan rangkaian dan aneka pilihan yang luas, baik ditinjau dari khalayak yang akan dicapai maupun dari segi pilihan isi oleh khalayak media massa.
7
3.
Sifat dari media massa dapat menjangkau sejumlah besar khalayak yang tersebar karenanya jumlah media lebih sedikit daripada khalayaknya.
4.
Karena sifatnya untuk menarik perhatian khalayak yang luas dan besar, maka ia harus dapat mencapai tingkat intelek rata-rata (umum).
5.
Organisasi yang menyelenggarakan komunikasi massa merupakan lembaga masyarakat, yang harus peka terhadap lingkungannya. (Assegaff, 1982) Media massa adalah sarana penghubung dengan masyarakat seperti surat
kabar, majalah, buku, radio, dan televisi (Assegaff, 1982). Tempat dan peranan media massa yang ditentukan oleh sistem sosial poltik akan menentukan jenis dan isi kebebasan, dalam hal ini kebebasan pers. Ada 2 pikiran pokok dari hal tersebut. Pertama, pada awalnya pengaruh bukan dari media ke masyarakat, tetapi dari masyarakat ke media. Kedua, bagaimana tempat dan peran media massa selanjutkan akan ditentukan oleh sistem politik yang berlaku (Oetama, 1987). Surat kabar adalah penerbitan yang berupa lembaran yang berisi beritaberita, karangan-karangan dan iklan, yang dicetak dan terbit secara tetap atau periodik dan dijual untuk umum (Assegaff, 1982). Pada masa awal surat kabar ditandai dengan : wujud yang tetap, bersifat komersial (dijual secara bebas), bertujuan banyak (memberi informasi, mencatat, menyajikan adpertensi, hiburan, dan desas-desus), bersifat umum dan terbuka (McQuail, 1989). Jurnalistik dan media massa memiliki fungsi sosial sebagai pelayanan sosial (sosial service), ada 4 fungsi jurnalistik (Barus, 1996) : 1.
Memberikan informasi (to inform) Pada masyarakat yang well informed, informasi menjadi kebutuhan maka media massa (perss, radio, televisi, dan film) berperan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
2.
Memberikan pendidikan (to educate) Media massa dalam banyak hal memang dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan. Tidak hanya karena informasi dan berita-beritanya yang kaya akan pengetahuan tetapi juga ulasan-ulasannya, tajuk rencananya, kolom,
8
dan artikel-artikelnya dapat meningkatkan daya nalar dan pekerti masyarakat. 3.
Memberi hiburan (to entertain) Perlu kita ketahui bahwa kemuliaan peran media massa yang utama justru terletak pada kemampuannya menyajikan hiburan yang sekaligus mendidik dan mengembangkan kebudayaan bangsa dimana media itu hidup.
4.
Kontrol sosial (social control) Fungsi pokok dari pers ialah mengadakan social control atau pengawasan masyarakat. Demikian besar pengaruhnya dalam masyarakat maka pers dalam melaksanakan fungsi kontrolnya sering disebut sebagai “kekuatan keempat” (the fourth estate). Di negara-negara liberal, media sering juga dianggap sebagai pengawal demokrasi. Peran lain dari media massa dalam sistem sosial sering dimanfaatkan bagi
keperluan penerangan, propaganda, psywar, agitasi. Bagi produsen barang-barang konsumtif fungsi media massa terutama adalah untuk keperluan promosi dan pemasaran barang dan jasa.
1.5.3
Pentingnya Analisis Media Massa Irfan Junaidi seorang narasumber dari harian Republika pada acara Bimtek
Kehumasan di Kabupaten Subang yang diadakan pada tanggal 24-26 April 2012 mengungkapkan mengenai pentingnya analisis media massa. Media massa merupakan kekuatan keempat dalam sebuah negara setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Berita di media massa tidak bersifat objektif, tapi memiliki subjektivitas dari yang membuat dan menerima realitas serta perspektif atau cara pandang terhadap suatu realitas. Suatu berita perlu dianalisis karena suatu peristiwa yang diberitakan oleh wartawan merupakan hasil konstruksi yang dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan, tidak ada realitas yang objektif karena berita tercipta lewat konstruksi dan pandangan tertentu tergantung bagaimana wartawan memahami realita tersebut. Media yang merupakan agen konstruksi yang mendefinisikan realitas menjadi salah satu alasan pentingnya analisis media.
9
Kaum konstruksionis berpandangan bahwa media bukanlah saluran bebas, melainkan subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Berita bukan refleksi dari realitas tetapi hanya konstruksi realitas. Wartawan tidak bertindak sebagai pelapor fakta melainkan sebagai agen konstruksi yang turut mengkosntruksi fakta yang didapatnya untuk dijadikan berita sehingga berita yang dihasilkan akan dipengaruhi oleh etika, moral, dan keberpihakan wartawan. Alasan yang tak kalah penting adalah karena pembaca mempunyai penafsiran tersendiri terhadap suatu berita. (Pemerintah Garut, 2012).
10
1.6
Penelitian Sebelumnya Penelitian mengenai analisis isi surat kabar cukup banyak diteliti oleh para peneliti di bidang komunikasi dan budaya dengan
tema yang bervariasi. Penelitian analisis isi surat kabar mengenai isu ketenagakerjaan sebelumnya belum pernah diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian skripsi pertama di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada yang mengambil tema ketenagakerjaan dengan memanfaatkan analisis surat kabar. Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya yaitu peneliti menggunakaan unit kategori yang ada untuk melakukan penilaian, peneliti membandingkan hasil analisis surat kabar dengan hasil penelitian sebelumnya, serta peneliti melakukan analisis spasial dan temporal. Beberapa penelitian menggunakan metode analisis isi antara lain sebagai berikut : No 1.
Judul Analisis Isi Pemberitaan Media Massa tentang Kerusakan Lingkungan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ( Analisis Isi Pemberitaan Kerusakan Lingkungan pada Harian Bangka Pos dan Rakyat Pos Edisi 2 Januari-28 Februari 2007)
Penulis Rina Puji Lestari/ 2009
Tujuan
Metode
Hasil
1.untuk mengetahui isi pemberitaan dan kecenderungan pemberitaan serta untuk memperoleh gambaran yang objektif mengenai berita yang dikemukakan sekaligus tingkat 2. untuk mengidentifikasi perbedaan antara Bangka Pos dan Rakyat Pos dalam memberitakan kerusakan lingkungan yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Analisis isi (Content Analysis)
Hasil penelitian analisis isi pemberitaan kerusakan lingkungan di provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada SKH Bangka Pos dan Rakyat Pos edisi 2 Januari – 28 Februari 2007 berdasarkan : Unit kategori berdasarkan format berita Unit kategori berdasarkan sumber berita Unit kategori berdasarkan nilai berita yang ditonjolkan Unit kategori berdasarkan isi berita Unit kategori berdasarkan tipe peliputan Unit kategori berdasarkan posisi berita Unit kategori berdasarkan sifat berita Unit kategori berdasarkan dimensi berita
11
-
2.
Pemberitaan Gender dalam Media Lokal (Analisis Isi tentang Pemberitaan Perempuan dalam SKH Pos Kupang Edisi Juli-Agustus 2008
M.A. Noya Letuna/ 2009
Untuk mengetahui bagaimana isi pemberitaan dan untuk memperoleh gambaran obyek topik yang dikemukakan sekaligus tingkat pemberitaan tentang gender dalam koran Kupang Pos
Analisis isi (Content Analysis)
3.
Studi Analisis Isi Pemberitaan Eko Media Massa tentang Kurniawan/ Lingkungan Hidup dan 2006 Implikasinya terhadap Kebijakan Pengelolaan Lingkungan di Kabupaten Bangka
1. Mendeskripsikan profil isi pemberitaan lingkungan pada surat kabar Bangka Pos, Bangka Belitung Pos, dan Rakyat Pos di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2. Mendeskripsikan intensitas dan kualitas pemberitaan pada surat kabar Bangka Pos, Bangka Belitung Pos, dan Rakyat Pos di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 3. Mendeskripsikan implikasi berita terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan di Kabupaten Bangka
Analisis Isi (Content Analysis)
12
Hasil penelitian analisis isi pemberitaan kesetaraan gender di provinsi NTT pada SKH Pos Kupang edisi Juli – Agustus 2008 berdasarkan unit analisis: - Format berita - Sumber berita - Tipe peliputan - Nilai berita - Sifat berita - Dimensi berita - Posisi berita - Perspektif gender - Ragam persoalan gender - Tempat kejadian persoalan gender 1. Deskripsi wilayah 2. Deskripsi surat kabar 3. Analisis isi pemberitaan lingkungan 4. Analisis implikasi terhadap kebijakan pengelolaan lingkungan
1.7
Kerangka Pemikiran Peneliti memilih surat kabar Kompas untuk surat kabar nasional dan surat
kabar Kedaulatan Rakyat untuk surat kabar lokal. Dari kedua surat kabar tersebut dicari berita ketenagakerjaan mulai dari edisi 1 Januari 2012 hingga 31 Desember 2012.
Berdasarkan
berita
kertenagakerjaan
tersebut,
untuk
mengetahui
perbandingan antara isu ketenagakerjaan yang sesungguhnya dengan yang ada di surat kabar didasarkan pada tema berita. Respon surat kabar nasional dan lokal dalam menyingkap isu ketenagakerjaan didasarkan pada tipe peliputan, sifat berita, dan narasumber. Penilaian seberapa penting isu ketenagakerjaan bagi surat kabar didasarkan pada ruang rubrikasi, halaman penempatan, dan ukuran kolom dan baris. Distribusi spasial dan temporal isu ketenagakerjaan di surat kabar didasarkan pada frekuensi kemunculan berita, dan lokasi kemunculan berita (lihat Gambar 1.1).
13
Surat Kabar
Tingkat Nasional
Tingkat Lokal
Surat Kabar Kompas
Surat Kabar Kedaulatan Rakyat
Edisi 1 Januari - 31 Desember 2012
Isu Ketenagakerjaan
Kategori - Tema Berita
Perbandingan isu ketenagakerjaan yang sesunggguhnya dengan yang di muat di surat kabar
Kategori
Kategori
Kategori
- Tipe Peliputan - Sifat Berita - Narasumber
- Ruang Rubrikasi - Halaman Penempatan - Ukuran Kolom dan Baris
- Frekuensi kemunculan - Lokasi kemunculan berita
Respon surat kabar nasional dan lokal dalam menyingkap isu ketenagakerjaan
Seberapa penting isu ketenagakerjaan bagi surat kabar
Distribusi spasial dan temporal isu ketenagakerjaan di surat kabar
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
14