BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan seluruh penduduk yang cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang, baik pada tingkat nasional, Provinsi,
Kabupaten/Kota,
Desa,
Keluarga
hingga
peorangan.
Ketahanan pangan harus diwujudkan secara merata di seluruh wilayah sepanjang waktu, yang didasarkan pada optimalisasi dan berbasis keragaman sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal. Mengingat pangan juga merupakan komoditas ekonomi, maka dalam pembangunannya dikaitkan dengan peluang pasar dan peningkatan daya saing produk, dengan memanfaatkan keunggulan komperatif dan kompetitif dan memanfaatkan teknologi spesifik lokasi. Produksi pangan sebagian besar dilaksanakan oleh petani/masyarakat dengan skala usaha kecil di pedesaan, sehinngga pembangunan ketahanan pangan sangat strategis untuk memperkuat ekonomi pedesaan dan sekaligus mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan kelaparan. Ketahanan
pangan,
di
samping
sebagai
prasyarat
untuk
memenuhi hak azasi manusia, juga merupakan pilar bagi eksistensi dan kedaulatan suatu bangsa. Oleh sebab itu, seluruh komponen bangsa baik Pemerintah, Masyarakat dan Pihak Swasta, mulai dari Pusat, Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, sepakat untuk bersama-sama membangun ketahanan pangan Nasional maupun Daerah. Dalam sistem pemerintahan yang demokratis dan desentralistis saat ini, pelaku utama pembangunan pangan mulai dari produksi, penyediaan, distribusi dan konsumsi adalah masyarakat, sedangkan pemerintah lebih berperan sebagai inisiator, fasilitator, serta regulator, agar kegiatan masyarakat yang memanfaatkan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
1
sumber daya daerah dapat berjalan lancar, efisien, berkeadilan dan bertanggungjawab. Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai bagian integral dari Pemerintah Pusat yang telah menyatakan komitmen dan berperan aktif, dalam berbagai hal untuk melaksanakan aksi kemanusiaan, terutama mengatasi masalah
kekurangan
pangan
dan
kelaparan,
kekurangan
gizi
serta
kemiskinan di dunia. Kesepakatan tersebut antara lain tertuang dalam Deklarasi Roma Tahun 1996 pada KTT Pangan Dunia (World Food Summit 1996) dan ditegaskan kembali dalam World Food Summir: five years later (WFS:fyl) 2001, serta deklarasi Millenium Development Goals (MDGs) 200 yang
isinya
antara
lain
menyepakati mengurangi angka kemiskinan
ekstrem/penduduk lapar dan kerawanan pangan di dunia sampai setengahnya pada tahun 2015. Berdasar
kerangka
berfikir
dan
komitmen
tersebut,
Ketahanan Pangan sebagai Organisasi Perangkat Daerah
Badan
Provinsi Jawa
Barat, dengan tugas pokoknya yaitu menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam mendorong perwujudan ketahanan pangan daerah termasuk dalam mengurangi angka kemiskinan dan membebas masyarakat dari kelaparan dan kerawanan pangan. Dalam rangka memelihara kesinambungan proses pembangunan dan melanjutkan berbagai pencapaian pembangunan yang telah dilaksanakan serta sebagai upaya untuk mewujudkan kondisi yang diharapkan, maka diperlukan Rencana Strategis (Renstra) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018. Renstra tersebut merupakan dokumen perencanaan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Kebijakan, Program dan Kegiatan pokok pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Penyusunan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat mengacu pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
2
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta mempedomani Peraturan Gubernur Nomor 24 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 – 2013. Pada Peraturan Perundang-undangan tersebut diwajibkan bahwa setiap OPD Provinsi DAN Kabupaten/Kota menyusun Rencana Strategis yang memuat Visi, Misi, Tujuan, Strategi, Kebijakan, Program Dan Kegiatan Pokok Pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
1.2.
Landasan Hukum. Dasar hukum penyusunan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 adalah : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; 2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700); 4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataa n Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725); 5. Undang-Undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815);
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
3
8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan,
Pengendahan
dan
Evaluasi
Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4817); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725); 10. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 11); 11. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi. 12. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota. 13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia. 14. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Nomor 2 Tahun 2003 Seri E); 15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 8 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 45). 16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Provinsi (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 46); 17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 11 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47);
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
4
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat 19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 23 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 58); 20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2012 tentang Kemandirian Pangan Daerah, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 118. 22. Peraturan Gubernur Nomor 54 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 (Berita Daerah Tahun 2008 Nomor 54 Seri E). 23. Peraturan Gubernur Jawa Barat No 60 tahun 2010 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Potensi Lokal 24. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah. 25. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 55 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018. 26. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Kemandirian Pangan Daerah.
1.3. Maksud dan Tujuan Tujuan dari penyusunan Rencana Strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat adalah : Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
5
1. Sebagai dokumen perencanaan kebijakan dan program strategis Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat selama 5 (lima) tahun 2013-2018. 2. Sebagai pedoman penyusunan Rencana Kerja (Renja) dan penyusunan anggaran Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018.
1.4.
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 terdiri dari 6 (enam) Bab yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
BAB I.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Landasan Hukum 1.3. Maksud dan Tujuan 1.4. Sistematika Penulisan
BAB II.
GAMBARAN PELAYANAN OPD 2.1. Tugas
Pokok,
Fungsi
dan
Struktur
Organisasi
Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provnsi Jawa Barat 2.2. Sumber Daya Badan Ketahanan Pangan 2.3. Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan 2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Badan Ketahanan Pangan
BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Tugas dan Fungsi Pelayanan BKPD 3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih 3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
6
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis 3.5. Penentuan Isu-isu Strategis
BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat 4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Badan Ketahanan Pangan 4.3. Strategi dan Kebijakan Badan Ketahanan Pangan
BAB V.
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI. INDIKATOR KINERJA BADAN KETAHANAN PANGAN YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VII. PENUTUP
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
7
BAB II GAMBARAN PELAYANAN OPD BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT
2.1. Tugas Pokok, Fungsi dan Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Propinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, berkedudukan sebagai Pelaksana Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam Penanganan Bidang Ketahanan Pangan. Sebagaimana diatur dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat No 49 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas Unit Dan Tata Kerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat, Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan daerah bidang ketahanan pangan. Dalam
menyelenggarakan
tugas
pokok
tersebut
Badan
Ketahanan Pangan Daerah mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis bidang ketahanan pangan; b. penyelenggaraan
pemberian
dukungan
atas
penyelenggaraan
pemerintahan daerah bidang ketahanan pangan meliputi kesekretariatan, kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan; c. penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTB; d. pelaksanaan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. A. Kepala Badan (1) Kepala Badan mempunyai tugas pokok merumuskan, menetapkan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
8
memimpin,
mengkordinasikan
dan
mengendalikan
pelaksanaan
kegiatan tugas pokok badan serta mengkordinasikan dan membina UPTB. (2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Ayat (1) pasal ini, Kepala Badan mempunyai fungsi : a. perumusan, penetapan kebijakan teknis di bidang ketahanan
pangan yang meliputi kesekretariatan, kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan , konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan; b. penyelenggaraan
perumusan
dan
penetapan
pemberian
dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah bidang ketahanan pangan; c. penyelenggaraan fasilitasi dan pengendalian pelaksanaan tugas-
tugas di bidang ketahanan pangan; d. penyelenggaraan koordinasi dan kerjasama dalam rangka tugas
pokok dan fungsi Badan. e. penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTB.
(3) Rincian Tugas Kepala Badan : a. memimpin, membina dan mengendalikan pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi Badan; b. menyelenggarakan
penetapan kebijakan teknis badan sesuai
dengan kebijakan umum Pemerintah Provinsi Jawa Barat; c. menyelenggarakan perumusan dan penetapan pemberian dukungan
tugas atas penyelenggaraan pemerintah daerah bidang ketahanan pangan; d. menyelenggarakan
penetapan
program
kerja
dan
rencana
pembangunan ketahanan pangan di Provinsi; e. menyelenggarakan
fasilitasi
yang
berkaitan
dengan
penyelenggaraan program, kesekretariatan, kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan, konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan; Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
9
f. menyelenggarakan koordinasi dan kerjasama dengan Instansi
Pemerintah, Swasta dan Lembaga terkait lainnya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Badan. g. menyelenggarakan koordinasi penyusunan rencana strategik dan
LAKIP,
pelaksanaan
pelaporan
yang
tugas-tugas
meliputi
teknis
serta
kesekretariatan,
evaluasi
dan
kesekretariatan,
kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan, konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan; h. menyelenggarakan koordinasi kegiatan teknis dibidang ketahanan
pangan; i. menyelenggarakan koordinasi dan pembinaan UPTB; j. melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait; k. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi.
B. Sekretariat Koordinasi
perencanaan
dan
program
badan,
pengkajian
perencanaan dan program, pengelolaan keuangan, kepegawaian, dan umum. (1) Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan koordinasi perencanaan dan program badan, pengkajian perencanaan dan program pengelolaan keuangan, kepegawaian, dan umum. (2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) pasal ini, Sekretariat mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program badan; b. penyelenggaraan
pengkajian
perencanaan
dan
program
kesekretariatan; c. penyelenggaraan pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian dan
umum.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
10
(3) Rincian Tugas Sekretariat a. menyelenggarakan
pengkajian
dan
koordinasi
perencanaan,
program badan; b. menyelenggarakan
pengkajian
perencanaan
dan
program
kesekretariatan; c. menyelenggarakan pengelolaan administrasi keuangan; d. menyelenggarakan pengkajian anggaran belanja; e. menyelenggarakan pengendalian administrasi belanja; f. menyelenggarakan pengelolaan administrasi kepegawaian; g. menyelenggarakan
penatausahaan,
kelembagaan
dan
rumah
dan
ketatalaksanaan; h. menyelenggarakan
pengelolaan
urusan
tangga
perlengkapan; i.
menyelenggarakan
penyusunan
pendokumentasian
bahan
perundang-undangan,
rancangan pengelolaan
perpustakaan, protokol dan hubungan masyarakat; j.
menyelenggarakan pengelolaan naskah dinas dan kearsipan;
k. menyelenggarakan pembinaan jabatan fungsional; l.
menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;
m. menyelenggarakan
pengkajian bahan laporan Akuntabilitas
Instansi Pemerintah (LAKIP) badan; n. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; o. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan
fungsi.
C. Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur (1) Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan operasional dan pembinaan bidang kelembagaan dan infrastruktur. (2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
11
ayat (1) pasal ini, Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan
pengkajian
bahan
kebijakan
teknis
bidang
kelembagaan dan infrastruktur; b. penyelenggaraan fasilitasi bidang kelembagaan dan infrastruktur; (3) Rincian Tugas Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur : a. Menyelenggarakan penyusunan program kerja Bidang Kelembagaan
dan Infrastruktur. b. menyelenggarakan
pengkajian bahan kebijakan teknis
operasional pembinaan kelembagaan dan infrastruktur ; c. menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi bidang kelembagaan
dan infrastruktur; d. menyelenggarakan fasilitasi bidang kelembagaan dan infrastruktur; e. menyelenggarakan koordinasi penyelenggaraan bidang kelembagaan
dan infrastruktur; f. menyelenggarakan fasilitasi clan pengembangan kelembagaan dan
infrastruktur; g. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan
pengambilan kebijakan; h. menyelenggarakan pemantauan, evaluasi clan pelaporan yang
berkaitan dengan tugas Bidang Kelembagaan dan Infrastruktur; i. menyelenggarakan
koordinasi
dengan
Badan
Koordinasi
Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota; j. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; k. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
D. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan (1) Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai tugas pokok menyelengarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi ketersediaan dan penanggulangan kerawanan pangan. Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
12
(2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan
ketersediaan,
pengkajian cadangan
bahan
kebijakan
pangan
dan
teknis
bidang
penanggulangan
kerawanan pangan; b. penyelenggaraan fasilitasi
bidang
ketersediaan,
cadangan
pangan dan kerawanan pangan. (3) Rincian Tugas Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan a. menyelenggarakan
penyusunan
program
kerja
Bidang
Ketersediaan dan Kerawanan Pangan; b. menyelenggarakan
pengkajian
bahan
kebijakan
teknis
operasional pembinaan ketersediaan, cadangan pangan dan penanggulangan kerawanan pan gan; c. menyelenggarakan cadangan
pangan
fasilitasi dan
bidang
ketersediaan,,
penanggulangan
kerawanan
pangan; d. menyelenggarakan
koordinasi
penyelenggaraa n
bidang ketersediaan, cadangan pangan
di
dan
penanggulangan kerawanan pangan; e. menyelenggarakan cadangan
pangan
pengembangan dan
ketersediaan,
penanggulangan
ke rawanan
pangan; f. menyelenggarakan
telaahan
staf
sebagai
bahan
pertimbangan pengambilan kebijakan; g. menyelenggarakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan tugas Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan; h. menyelenggarakan koordinasi dengan Ba dan Koordinasi Pemerintahan
dan
Pembangunan
W ilayah,
dalam
pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota; Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
13
i. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; j. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
E. Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan (1) Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan teknis dan fasilitasi peningkatan konsumsi serta keamanan pangan. (2) Dalam menyelenggarakan tugus pokok sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, Bidang Konsumsi dan Keamanan Pangan mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan perencanaan program peningkatan konsumsi dan keamanan pangan; b. penyelenggaraan pengkajian
bahan kebijakan teknis peningkatan
konsumsi dan keamanan pangan; c. penyelenggaraan fasilitasi
peningkatan konsumsi
dan
keamanan pangan; (3) Rincian Tugas Bidang Konsumsi clan Keamanan Pangan a. menyelenggarakan
penyusunan
program
kerja
Bidang
Konsumsi dan Keamanan Pangan; b. menyelenggarakan
pengkajian
bahan
kebijakan
tek nis
pembinaan peningkatan konsumsi clan keamanan pangan; c. menyelenggarakan pengkajian bahan fasilitasi tingkat konsumsi clan keamanan pangan; d. menyelenggarakan fasilitasi tingkat
konsumsi clan
keamanan
pangan; e. menyelenggarakan koordinasi peningkatan konsumsi dan keamanan pangan; f. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan; g. menyelenggarakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan yang Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
14
berkaitan dengan tugas Bidang Konsumsi clan Keamanan Pangan; h. menyelenggarakan
koordinasi
dengan
Badan
Koordinasi
Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota; i. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; j. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
F. Bidang Distribusi dan Harga Pangan (1) Bidang Distribusi dan Harga Pangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan tekn is dan fasilitasi distribusi dan pengendalian harga pangan. (2) Dalam menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, Bidang Distribusi dan Harga Pangan mempunyai fungsi : a. penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan teknis distribusi
dan pengendalian harga pangan; b. penyelenggaraan fasilitasi distribusi dan pengendalian harga
pangan; c. penyelenggaraan pelayanan informasi pangan dan harga pangan.
(3) Rincian Tugas Bidang Distribusi dan Harga Pangan a. menyelenggarakan penyusunan program kerja Bidang Distribusi dan Harga Pangan; b. menyelenggarakan
pengkajian
bahan
kebijakan
teknis
operasional distribusi clan pengendalian harga pangan; c. menyelenggarakan
pengkajian
sistem
distribusi
dan
pengendalian harga pangan; d. menyelenggarakan
pengkajian
bahan
penyusunan
pedoman
pengembangan distribusi dan pengendalian harga pangan; e. menyelenggarakan fasilitasi dan supervise kegiatan distribusi dan pengendalian harga pangan; f. menyelenggarakan
koordinasi
kegiatan
distribusi
dan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
15
pengendalian harga pangan; g. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan; h. menyelenggarakan pemantauan, evaluasi dan pelaporan yang berkaitan dengan tugas Bidang Distribusi dan Harga Pangan; i. menyelenggarakan
koordinasi
dengan
Badan
Koordinasi
Pemerintahan dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota; j. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; k. menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
Adapun Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat adalah sebagaimana terlihat pada Gambar 1.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
16
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
17
2.2. Sumberdaya Badan Ketahanan Pangan daerah Provinsi Jawa Barat
Kekuatan Sumberdaya Manusia Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2013 sebanyak 70, dengan komposisi sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Pegawai BKPD Berdasarkan Pangkat dan Golongan No
Gol.I
Jenis Kelamin
Gol.II
Gol.III
Gol.IV
a b c d
a
b c d
a
b
c
d
a b c d e
Jumlah
1
Laki-laki
1 0 1 0
8
0 0 1
4
9
4
5
3 1 1 0 0
39
2
Perempuan
0 0 0 0
3
0 0 2
4
7
5
6
4 0 -
0 0
31
Jumlah
1 0 1 0
11
0 0 3
8
16
9
11
9 0 1 0 0
70
Adapun
Kualifikasi
pendidikan
dan
Jenis
Kelamin
adalah
sebagaimana terlihat pada Tabel berikut :
Tabel 2. Kualifikasi Pendidikan dan Jenis Kelamin No 1 2
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah
SD
SLTP
SLTA
S1
S2
S3
2 0 2
1 0 1
21 13 34
6 13 20
9 5 14
0 0 0
Jumlah 39 31 70
2.3. Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan daerah Provinsi Jawa Barat Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga penyelenggara urusan Pemerintahan Provinsi di bidang ketahanan pangan mempunyai fungsi sebagai inisiator, fasilitator dan regulator atas penyelenggaraan ketahanan pangan di Jawa Barat sesuai arah kebijakan, strategis dan sasaran ketahan pangan nasional. Sebagai pedoman/acuan bagi Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dalam menyelenggarakan urusan wajib di bidang ketahanan pangan, Kementerian Pertanian telah menerbitkan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
18
Peraturan Menteri Pertanian Nomor Standar
Pelayanan
Minimal
65/Permentan/OT.140/12/2010 tentang
Bidang
Ketahanan
Pangan
Provinsi
dan
Kabupaten/Kota. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan bagi Pemerintah Provinsi terdiri atas 4 (empat) jenis pelayanan dasar berikut :
a. Ketersediaan dan Cadangan Pangan, dengan Idikator Penguatan cadangan pangan sebesar 60% pada tahun 2015. Cadangan Pangan Pemerintah terdiri dari cadangan pangan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan pemerintah desa yang perwujudannya memerlukan inventarisasi cadangan pangan, memperkirakan kekurangan pangan dan keadaan darurat, sehingga penyelenggaraan pengadaan dan pengelolaan cadangan pangan dapat berhasil dengan baik.
Definisi Operasional : Tersedianya cadangan pangan pemerintah di tingkat provinsi minimal sebesar 200 ton ekuivalen beras dan di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras;
b. Distribusi dan Akses Pangan, dengan indikator Ketersediaan informasi pasokan, harga dan akses pangan di daerah sebesar 100% pada tahun 2015. Informasi harga, pasokan, dan akses pangan adalah kumpulan data harga pangan, pasokan pangan, dan akses pangan dikumpulkan
secara
rutin
atau
periodik
oleh
kabupaten/kota untuk dapat digunakan sebagai
yang dipantau dan provinsi
maupun
bahan untuk membuat
analisis perumusan kebijakan yang terkait dengan masalah distribusi pangan.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
19
Definisi Operasional : Tersedianya data dan Informasi mencakup komoditas : gabah/beras, jagung, kedele, daging sapi, daging ayam, telur, minyak goreng, gula pasir, cabe merah yang disajikan dalam periode mingguan/ bulanan/kuartal/tahunan.
c. Penganekaragaman
dan
Keamanan
Pangan,
dengan
Indikator
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan sebesar 80% pada tahun 2015. Keamanan Pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang menganggu, merugikan, dan membahayakan manusia.
Definisi Operasional : Dalam rangka meningkatkan keamanan pangan segar maka dilakukan pembinaan dan sertifikasi oleh Lembaga Otoritas Kompetensi Keamamanan Pangan Daerah (OKKPD), sehingga tersedia informasi tentang keamanan pangan khususnya pada produk-produk pangan segar yang tersertifikasi sehingga aman dikonsumsi masyarakat. Hasil pelaksanaaan tugas dan fungsinya OKKPD mengeluarkan sertikat terhadap produk pangan segar dengan kriteria sebagai berikut : 1) Sertifikat Prima Tiga (P-3) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi. 2) Sertifikat Prima Dua (P-2) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi dan bermutu baik. 3) Sertifikat Prima Satu (P-1) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman dikonsumsi bermutu baik serta cara produksinya ramah terhadap lingkungan.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
20
d. Penanganan Kerawanan Pangan, dengan indikator Penanganan daerah rawan pangan sebesar 60% pada tahun 2015. Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan factor penyebabnya kerawanan pangan dibagi menjadi dua yaitu Rawan Pangan Kronis dan Transien Rawan Pangan kronis adalah ketidakmampuan rumah tangga untuk memenuhi standar minimum kebutuhan pangan anggotanya pada periode yang lama karena keterbatasan kepemilikan lahan, asset produktif dan kekurangan pendapatan. Rawan Pangan Transien adalah suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak dan sementara, yang disebabkan oleh perbuatan manusia (penebangan liar yang menyebabkan banjir atau karena konflik sosial), maupun karena alam berupa berbagai musibah yang tidak dapat diduga sebelumnya, seperti: bencana alam (gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, banjir bandang, tsunami). Penanganan rawan pangan dilakukan pertama melalui pencegahan kerawanan pangan untuk menghindari terjadinya rawan pangan disuatu wilayah sedini mungkin dan kedua melakukan penanggulangan kerawanan pangan pada daerah yang rawan kronis melalui program-progam sehingga rawan pangan di wilayah tersebut dapat tertangani. Adapun
Pencegahan
rawan
pangan
tersebut
dilaksanakan
melalui
pendekatan sebagai berikut : 1. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) dengan melaksanakan 3 kegiatan sebagai berikut : a) Peramalan situasi pangan dan gizi melalui SIDI, termasuk peramalan ketersediaan pangan dan pemantauan pertumbuhan balita dan hasil pengamatan sosial ekonomi b) Kajian situasi pangan dan gizi secara berkala berdasarkan hasil survei khusus atau dari laporan tahunan. Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
21
c) Diseminasi hasil peramalan dan kajian situasi pangan dan gizi bagi perumus kebijakan (forum koordinasi tingkat desa, kecamatan, kabupaten dan propinsi). 2. Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability
Atlas)
disusun
pada
periode
3-
5
tahunan
yang
menngambarkan kondisi sampai tingkat kecamatan/desa sebagai acuan dalam penentuan program 3. Penghitungan
tingkat
kerawanan
dengan
membandingkan
jumlah
penduduk miskin yang mengkonsumsi pangan berdasarkan 3 kriteria prosentase angka kecukupan gizi (AKG) sebesar 2.000 Kalori yaitu: a) Penduduk sangat rawan
< 70% AKG
b) Penduduk pangan resiko sedang
< 70% - 89,9% AKG
c) Penduduk tahan pangan
> 89,9% AKG
Capaian
kinerja
Standar Pelayanan Minimal
Badan
Ketahanan
Pangan
Daerah terhadap
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagaimana
terlihat pada Tabel berikut :
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
22
Tabel 3. Pencapaian Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 No
1
Indikator Kinerja
Penguatan Cadangan Pangan (% dan ton)
2
Ketersediaan Informasi
Target
Target
SPM
OPD
(2015)
(2013)
60
Target Rensta OPD
Realisasi Capaian
Ratio Capaian (%)
Tahun ke
Tahun Ke
Tahun Ke
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
125
110
110
120
120
125
272,2
232,2
170,9
217,1
-
247,5
211,1
142,4
180,9
-
100
100
100
100
100
100
100
66,7
66,7
66,7
66,7
-
66,7
66,7
66,7
66,7
-
80
70
-
-
60
65
70
-
-
65,3
77,4
-
-
-
108,8
119,1
-
60
60
40
50
60
70
80
45,4
48,6
63,5
74,3
-
113,5
97,2
105,8
106,1
-
Pasokan, Harga dan Akses Pangan di Daerah (%) 3
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan (%)
4
Penanganan Daerah Rawan Pangan (%)
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
23
Realisasi capaian indikator kinerja Penguatan Cadangan Pangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2012 sebesar 217,1 %, (sebesar 260,52 Ton Beras) sehingga rasio capaian realisasi terhadap target adalah
sebesar 180,9 %. Realisasi capaian pada Indikator Penguatan
Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi pada tahun 2012 Tahun 2015 berdasarkan SPM sebesar 60% atau sebesar 120 Ton beras dari total sebesar 200 ton beras (setara beras), dan sedangkan Target BKPD sebesar 125 %. Cadangan Pangan Pemerintah Daerah (CPPD) yang tersisa sebesar 434,18 ton beras, yang tersimpan di Gudang BULOG.
CPPD dimaksudkan untuk
mengantisipasi terjadinya kerawanan pangan transien maupun kerawaanan pangan kronis di masyarakat. Target Indikator Ketersediaan Informasi Pasokan, Harga dan Akses Pangan dengan target SPM dan target OPD sebesar 100%, pada Tahun 2012 baru mencapai 66,7% karena dari ketiga komponen Informasi tersebut, baru tersedia Informasi Pasokan dan Harga Pangan, sementara untuk Informasi akses pangan baru dilaksanakan pada Tahun 2013. Indikator kinerja Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan, baru dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2011, karena Kelembagaan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) Provinsi Jawa Barat baru dibentuk Tahun 2010, melalui Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 501/Kep.236-BKPD/2010 Tanggal 26 Januari 2010 tentang Penunjukan Badan Ketahanan Pangan Daerah sebagai pelaksana Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah Jawa Barat, yang berfungsi : - Memberikan sertifikat kepada pelaku usaha yang menerapkan sistem jaminan mutu seperti Sertifikat Prima 2 dan Prima 3, GAP (Good Agricultural Practice), GHP (Good Handling Practice), GMP (Good Manufacturing Practice - Melakukan audit dalam rangka registrasi pangan hasil pertanian dan melaporkannya ke OKKP-P - Pelayanan registrasi produk pangan segar hasil pertanian - Melakukan pengawasan pangan hasil pertanian pada pelaku usaha.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
24
Jumlah sample pangan segar yang di Uji Laboratoriun sampai dengan Tahun 2012 adalah sebanyak 115 sample, dan 89 sample diantaranya bebas residu pestisida dan bahan berbahaya lainnya serta memperoleh sertifikat Prima 2 dan Prima 3. Dengan demikian capaian kinerja Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan adalah sebesar 77,4 % dari target 70%, dengan rasio capaian sebesar 108,8% pada Tahun 2012. Berdasarkan DDRT/SRT bahwa jumlah Desa Rawan Pangan di Jawa Barat adalah sebanyak 2.500 Desa. Sampai dengan Tahun 2012 jumlah Desa sudah diintervensi sebanyak 1.857 Desa, melalui Program Desa mandiri Pangan sebanyak 202 Desa, Lumbung Pangan 697 Desa, Usaha Ekonomi Produktif
(UEP)
778
Desa,
dan
Lingkungan
Bebas
Rawan
Pangan
(Lingbasrangan) sebanyak 180 Desa. Dengan demikian capaian indikator penanganan daerah rawan pangan Tahun 2012 adalah sebesar 74,3 % lebih besar dibandingkan target yaitu 70%, dengan rasio capaian 106,1 %. Adapun anggaran dan realisasi pendanaan pelayanan OPD tersebut adalah sebagaimana tersebut di atas.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
25
Tabel 4. Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat
Anggaran Pada Tahun ke
Program dan Kegiatan 1 A B
BELANJA TIDAK LANGSUNG BELANJA LANGSUNG
Realisasi Anggaran ke
Ratio Realisasi dan anggaran
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
I
II
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
3,836,681,160
7,066,315,015
7,456,395,452
7,735,551,612
3,449,194,119
6,446,739,931
7,104,568,539
7,610,402,089
89.90
91.23
95.28
98.38
14,407,193,000
12,489,302,000
16,737,320,638
13,756,054,016
11,129,800,363
11,340,755,519
13,484,299,664
13,200,705,704
77.25
90.80
80.56
95.96
700,000,000
-
-
-
604,112,000
-
-
-
86.30
-
-
-
790,000,000
-
-
-
618,429,000
-
-
-
78.28
-
-
-
-
1,000,000,000
-
-
-
917,298,590
-
-
-
91.73
-
-
-
2,000,000,000
2,325,000,000
2,599,400,000
-
1,992,677,500
2,520,605,000
-
92.48
85.71
96.97
-
-
726,495,000
-
-
449,831,500
-
-
-
61.92
-
Kegiatan Fasilitasi 1
Peningkatan Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat Kegiatan Fasilitasi Konsumsi
2
dan Keamanan Pangan Jawa Barat Kegiatan Fasilitasi
3
Pemanfaatan Pekarangan Rumah Tangga di Desa Rawan Pangan Kegiatan Fasilitasi Keluarga
4
Sadar Gizi (Kadarzi) dan Lingkungan
Bebas
Rawan
1,849,548,600
Pangan (Lingbasrangan) Kegiatan Fasilitasi Percepatan 5
Penganekaragaman Pangan yang
Beragam,
Bergizi,
-
Berimbang, Aman dan Halal
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
26
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kegiatan Fasilitasi Otoritas 6
Kompeten Keamanan Pangan
-
-
750,000,000
-
-
-
333,738,750
-
-
-
44.50
-
-
-
-
1,275,000,000
-
-
-
1,204,925,500
-
-
-
94.50
-
-
-
375,000,000
-
-
-
359,307,500
-
-
-
95.82
848,795,000
-
-
-
705,670,600
-
-
-
83.14
-
-
-
4,500,000,000
-
-
-
3,771,740,000
-
-
-
83.82
-
-
-
-
851,971,200
-
-
-
593,107,982
-
-
-
69.62
-
-
-
-
1,000,965,000
-
-
-
921,055,250
-
-
-
92.02
-
Daerah Kegiatan
Percepatan
Penganekaragaman 7
Konsumsi
Pangan
dan
Otoritas Kompeten Keamanan Pangan (OKKP-D) Kegiatan Pilot Project TKPK Prov. 8
Jabar
Penguatan
Ketahanan Pangan Rumah Tangga
Miskin
Optimalisasi
Melalui Lahan
Pekarangan Kegiatan Fasilitasi 10
Ketersediaan dan Penanganan Daerah Rawan Pangan Kegiatan Fasilitasi
11
Pengembangan Cadangan Pangan Pemda Prov. Jabar Kegiatan Penanganan Daerah
12
Rawan Program
Pangan
Melalui
Pengembangan
Desa Mandiri Pangan 13
Fasilitasi Pengembangan Demapan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
27
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kegiatan Pemetaan Daerah 14
Rawan Pangan Tingkat Desa
-
-
1,800,000,000
-
-
-
39,156,250
-
-
-
2.18
-
-
-
-
2,687,667,939
-
-
-
2,678,483,500
-
-
-
99.66
725,000,000
800,000,000
500,000,000
-
683,803,750
708,012,250
414,220,000
-
94.32
88.50
82.84
-
-
-
500,000,000
-
-
-
485,653,400
-
-
-
97.13
-
-
-
-
1,250,000,000
-
-
-
1,175,944,200
-
-
-
94.08
500,000,000
-
-
-
449,886,250
-
-
-
89.98
-
-
-
850,000,000
1,500,000,000
550,000,000
-
650,574,950
1,391,333,000
537,146,000
-
76.54
92.76
97.66
-
-
2,650,000,000
2,700,000,000
-
-
2,634,143,000
2,679,600,000
-
-
99.40
99.24
-
di 26 Kab./Kota Kegiatan 15
Pengembangan
Desa Mandiri Pangan dan Cadangan
Pangan
Pemerintah Prov. Jabar Kegiatan Fasilitasi Distribusi 16
dan Harga Pangan Jawa Barat Kegiatan Fasilitasi
17
Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat Kegiatan Fasilitasi Lumbung
18
pangan
Masyarakat
dan
Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Kegiatan Penyusunan
19
Rencana Induk Ketahanan Pangan Jawa Barat
20
Kegiatan Pengembangan Food Centre Kegiatan Peningkatan Kompetensi Pendampingan
21
Badan Ketahanan Pangan (Tahun 2009 : ABT)
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
28
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kegiatan Fasilitasi Menumbuh 22
kembangkan Infrastruktur dan Kelembagaan Pangan di Jawa
-
558,770,000
-
-
-
-
1,114,027,500
700,000,000
-
-
-
733,000,000
-
-
-
700,000,000
421,240,000
1,586,181,000
-
424,449,000
-
-
-
75.96
-
-
-
1,033,235,000
655,608,150
-
-
92.75
93.66
-
-
-
633,350,000
-
-
-
86.41
100,000,000
-
-
-
89,651,200
-
-
-
89.65
519,710,000
378,002,500
425,276,450
249,644,250
490,107,526
360,269,400
60.75
59.26
94.30
95.31
1,420,667,100
1,564,997,500
1,325,200,000
1,518,036,618
1,508,784,884
1,302,130,510
95.70
95.03
96.41
98.26
750,000,000
539,173,700
1,554,455,638
1,417,633,577
710,260,700
517,073,700
1,513,210,300
1,346,262,670
94.70
95.90
97.35
94.97
163,550,000
50,000,000
50,000,000
50,000,000
159,219,200
49,625,000
49,557,500
43,950,000
97.35
99.25
99.12
87.90
Barat Kegiatan 23
Fasilitasi
Ketahanan
Dewan
Pangan
Jawa
Barat Kegiatan 24
Manajemen dan
Optimalisasi Kelembagaan
Infrastruktur
Pangan
Jawa Barat Kegiatan 25
Penyusunan
Fasilitasi Kebijakan
Kemandirian Pangan Daerah Kegiatan Peningkatan 26
Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Kegiatan Penyelenggaraan
27
Administrasi Perkantoran BKPD Prov. Jabar
1,350,118,426
Kegiatan Pengadaan Sarana 28
dan Prasarana dan Jasa Perkantoran Kegiatan Perencanaan,
29
Evaluasi, Pelaporan Internal Badan Ketahanan Pangan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
29
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Kegiatan Pemeliharaan 30
Sarana dan Prasarana Kantor
893,667,000
697,480,000
831,670,000
665,150,000
864,106,795
656,401,721
797,485,804
631,713,574
96.69
94.11
95.89
94.97
-
-
250,000,000
200,000,000
-
-
238,840,000
198,504,500
-
-
95.54
99.25
(Thn 2009 :ABT Rp. 200 Juta) Kegiatan Penyusunan dan 31
Penyajian Data dan Informasi/Statistik Kerawanan Pangan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
30
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Badan Ketahanan Pangan
Tantangan dalam pembangunan ketahanan pangan secara umum
menyangkut
pertambahan
penduduk,
semakin
menurunnya
sumber daya alam, masih terbatasnya prasarana dan sarana usaha di bidang pangan, semakin ketatnya persaingan pasar dengan produk impor, serta besarnya proporsi penduduk miskin. Jumlah penduduk Jawa Barat cukup besar, pada tahun 2012 sekitar 44,21 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat adalah 1,91% per tahun. Permintaan bahan pangan per kapita juga meningkat didorong oleh meningkatnya pendapatan, kesadaran akan kesehatan dan pergeseran pola makan karena pengaruh globalisasi dan ragam aktivitas masyarakat. Pada sisi lain, ketersediaan sumber daya lahan semakin berkurang, karena tekanan penduduk serta persaingan pemanfaatan lahan antara sektor pangan dengan sektor non pangan. Sementara itu, jumlah penduduk miskin yang rentan terhadap masalah kerawananan pangan masih cukup tinggi proporsinya yaitu sebesar 9,98 %. Penyebab utama kerawanan pangan dan kemiskinan adalah keterbatasan keterampilan yang dikuasai, sehingga kesulitan untuk memasuki lapangan kerja, serta keterbatasan aset dan akses terhadap sumber daya untuk mengembangkan usaha. Masalah kemiskinan tidak boleh dibiarkan begitu saja. Karena itu harus ada upaya perbaikan dan peningkatan
kemampuan
masyarakat
miskin.
Di
antaranya
melalui
pemberdayaan masyarakat, penciptaan lapangan kerja dan lain lain. Jika upaya tersebut tidak dilakukan, dikhawatirkan masyarakat miskin tersebut akan semakin terpuruk dan semakin menderita. Secara umum potensi dan peluang dalam mewujudkan ketahanan pangan yang berkelanjutan, adalah besarnya jumlah penduduk sebagai pasar produk pangan sekaligus penggerak ekonomi nasional. Di samping itu, perkembangan teknologi informasi merupakan penunjang bagi efektivitas manajemen pembangunan ketahanan pangan, yang juga menunjang pengembangan ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan. Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
31
Di sisi ketersediaan pangan, selain masih tersedia sumber daya alam yang belum termanfaatkan secara optimal untuk produksi pangan, juga tersedia teknologi untuk meningkatkan produksi bahan pangan primer maupun olahan. Adapun peluang pengembangan sistem distribusi pangan ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi dan alat transportasi yang apabila didayagunakan dapat membuka keterisolasian daerah terpencil. Di bidang konsumsi, potensi peningkatan juga ditunjang oleh kemajuan teknologi komunikasi, kegiatan promosi dan advokasi, serta dukungan organisasi masyarakat sebagai infrastruktur sosial yang membantu proses peningkatan kesadaran gizi masyarakat. Dengan jumlah penduduk sekitar 44,21 juta jiwa pada tahun 2012 dan terus bertambah 1,91 persen per tahun, maka Jawa Barat merupakan potensi pasar yang sangat besar. Penduduk ini juga merupakan agen pelaku usaha di bidang pangan yang menggerakkan perkonomian daerah maupun nasional. Sebagian besar PDB (Produk Domestik Bruto) setelah periode krisis dibangkitkan dari konsumsi domestik lebih dari 65 persen dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Kegiatan ekonomi
pangan
masyarakat
memiliki
peran
penting
dalam
mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Penggunaan rekayasa teknologi informatika untuk pengembangan sistem dan jaringan data dan informasi sangat menunjang dalam pemantapan ketahanan pangan. Informasi yang di susun di antaranya mengenai peta-peta produksi, distribusi, konsumsi, dan sistem deteksi dini kerawanan pangan yang terkoneksi antar daerah dan dengan pusat.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
32
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi A. Ketersediaan Pangan Untuk mengetahui Tingkat ketersediaan pangan berdasarkan komposisi kalori dan protein digunakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang merupakan acuan kuantitatif kebutuhan energi bagi setiap individu agar mampu menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia, dalam satuan rata-rata perkapita perhari untuk ketersediaan energi sebesar 2.150 kkal dan protein 57 gram. Kondisi dan perkembangan pencapaian ketersediaan pangan dari tahun 2010 s.d 2012 berdasarkan Neraca Bahan Makanan, adalah sebagai berikut : a) Ketersediaan Energi Tahun 2012 adalah sebesar 2.561 kkal/kapita/ hari
terjadi penurunan sebesar 60 kkal/kapita/hari ( -2,29%)
dibandingkan Tahun 2010 yang mencapai 2.621 kkal/kapita/hari. Perkembangan rata-rata setiap tahun selama kurun waktu Tahun 20102012 adalah sebesar -1,00 %.
Tabel 5 Ketersediaan Energi kkal/kapita/tahun Penduduk Jawa Barat Tahun 2010-2012 No
Komoditi
1
Padi-padian
2
Makanan Berpati
3
Gula
4
Buah Biji Berminyak
5
Buah-buahan
2010
2011
2012
1,847
1,814
1,740
191
191
193
54
50
52
131
175
133
68
94
77
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
33
No
Komoditi
2010
2011
2012
6
Sayur-sayuran
62
61
59
7
Daging
64
101
112
8
Telur
27
17
16
9
Susu
9
10
9
10
Ikan
45
48
49
11
Minyak& lemak
125
176
120
2,621
2,738
2,561
Jumlah Total Sumber : BKPD Prov. Jabar
b) Ketersediaan
Protein
Tahun
2012
adalah
sebesar
78.83
gram/kapita/hari terjadi penurunan sebesar 14,02 gram/kapita/hari (-15,1%)
dibandingkan
Tahun
2010
yang
mencapai
92,85
gram/kapita/hari. Perkembangan rata-rata setiap tahun selama kurun waktu Tahun 2010-2012 adalah sebesar -7,72 %.
Tabel 6 Ketersediaan Protein Jawa Barat Tahun 2010-2012 No
Komoditi
1
Padi-padian
2
Makanan Berpati
3
Gula
4
2010
2011
2012
42.87
45.07
43.25
1.33
1.33
1.34
30
0.04
0.04
Buah Biji Berminyak
2.85
12.83
11.98
5
Buah-buahan
0.73
1.05
0.85
6
Sayur-sayuran
3.29
3.45
3.29
7
Daging
4.47
6.88
7.59
8
Telur
1.18
1.25
1.21
9
Susu
0.45
0.51
0.48
10
Ikan
5.66
8.57
8.78
11
Minyak& lemak
0.02
0.08
0.02
92.85
81.06
78.83
Jumlah Total
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
34
Untuk memenuhi ketersediaan pangan tersebut, pada beberapa komoditas terjadi keluar masuk dan masih harus dipasok dari luar daerah atau bahkan impor. Komoditas pangan yang berasal dari luar daerah yang masuk ke Jawa Barat Tahun 2012, adalah Beras sebanyak 22,258 ton, Tepung Gandum 680,535 ton, Tepung Sagu 1,899 ton, Gula pasir 70,534 ton, Kedelai 412,939 ton, Daging Sapi 18,566 ton, Ikan 375,524 ton dan Minyak Sawit 274,488 ton. Masih
tergantungnya
ketersediaan
pangan
Jawa
Barat
menunjukkan bahwa semakin terbatasnya kapasitas produksi pangan di Jawa Barat antara lain disebabkan : (i) Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian; (ii) menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan; (iii) semakin terbatas dan tidak pastinya penyediaan air untuk produksi pangan akibat kerusakan hutan; (iv) rusaknya sekitar 30 persen prasarana pengairan; (v) persaingan pemanfaatan sumber daya air dengan sektor industri dan pemukiman; (vi) tidak adanya jaminan pasokan dan harga gas untuk memproduksi pupuk yang cukup; (vii) tidak terealisasinya harga eceran
tertinggi
pupuk
bersubsidi;
permodalan di pedesaan dan
(viii)
terbatasnya
fasilitas
meningkatnya suku bunga kredit
ketahanan pangan (KKP) rata-rata 2 %; (ix) lambatnya penerapan tekonologi
akibat
kurangnya
insentif
ekonomi;
(x)
rendahnya
kemampuan mengelola cadangan pangan; (xi) adanya gangguan hama dan penyakit pada tanaman dan ternak; (xii) anomali iklim dan menurunnya kualitas lingkungan.
B. Distribusi Pangan Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup sepanjang waktu, dengan harga yang terjangkau. Bervariasinya kemampuan produksi pangan antar daerah dan antar musim merupakan tantangan dalam menjamin distribusi pangan agar tetap lancar
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
35
sampai ke seluruh wilayah konsumen sepanjang waktu. Pada banyak daerah kepedulian dan kemampuan mengelola kelancaran distribusi masih terbatas, sehingga sering terjadi ketidakstabilan pasokan dan harga pangan, yang berdampak pada gangguan ketahanan pangan di daerah bersangkutan. Masalah dan tantangan dalam subsistem distribusi
pangan
mencakup
terbatasnya prasarana dan sarana
perhubungan untuk menjangkau seluruh wilayah terutama daerah terpencil,
keterbatasan
sarana
dan
kelembagaan
pasar,
banyak
pungutan resmi dan tidak resmi, gangguan keamanan serta pengaturan dan kebijakan. Masih terdapatnya daerah-daerah terpencil terutama di Jawa Barat bagian selatan, menyebabkan pasokan pangan sering mengalami hambatan. Tantangan yang harus diantisipasi adalah, mengembangkan prasarana dan sarana distribusi pangan dan hasil pertanian ke seluruh wilayah agar tidak terjadi kelangkaan pasokan. Kelembagaan pemasaran hasil-hasil pangan belum berperan optimal sebagai penyangga kestabilan distribusi dan harga pangan, khususnya di daerah-daerah terpencil. Hal ini berpotensi menyebabkan penurunan harga secara signifikan di sentra produksi pada saat panen, sebaliknya meningkatkan harga secara tajam pada musim paceklik. Di samping itu, masih terdapat kelembagaan pemasaran yang dikuasai kelompok-kelmpok tertentu, sehingga tidak memberikan sistem yang adil di antara para pelakunya. Sistem pemerintahan otonomi telah mendorong setiap pemerintahan daerah meningkatkan pendapatan asli daerah, yang berdampak pada meningkatnya pos-pos pungutan atau retribusi di sepanjang jalur distribusi dan pemasaran, oleh berbagai tingkat pemerintahan, baik resmi maupun tidak resmi. Berbagai pungutan tersebut telah mengakibatkan biaya distribusi yang tinggi pada berbagai produk pangan.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
36
Masalah keamanan jalur distribusi pada saat ini masih menjadi hambatan yang cukup memprihatinkan. Berbagai tindak kriminal, seperti pencurian dan perampokan masih terus berlangsung di jalur distribusi darat maupun laut, sehingga para pelaku usaha harus menambah biaya untuk tambahan tenaga pengamanan, atau seringkali mengalami kerugian karena kehilangan barang. Beban ini tentunya akan diteruskan kepada konsumen, sehingga biaya yang harus dibayar semakin bertambah. Penurunan pungutan dan perlindungan sistem distribusi dari tindak kriminal merupakan tantangan yang harus diselesaikan oleh pemerintah. Kebijakan yang terkait dengan distribusi pangan dimaksudkan untuk memperlancar
pasokan
dan
memfasilitasi
keterjangkauan
masyarakat, sekaligus memproteksi sistem ekonomi dalam negeri/ daerah dari persaingan yang kurang menguntungkan khususnya tekanan perdagangan
global.
Dalam
merumuskan
kebijakan
tersebut,
pemerintah perlu mengembangkan strategi dengan justifikasi yang tepat,
sehingga
tidak
bertentangan
dengan
kaidah
organisasi
perdagangan internasional yang telah disepakati. Beberapa kiat kebijakan yang telah diterapkan oleh Indonesia antara lain: konsep strategic product (SP) untuk beras, jagung, kedelai, gula. Sebagai justifikasi untuk menerapkan instrumen khusus antara lain : (a) penyesuaian tarif bea masuk; (b) penerapan hambatan non tariff (tataniaga, karantina, termasuk pelarangan impor beras pada periode tertentu; (c) pemberian subsidi pupuk; (d) penetapan harga pembelian pemerintah/HPP. Kebijakan tersebut akan mendapat tantangan dari negara lain yang merasa dirugikan kepentingannya, sehingga perlu secara terus menerus dilakukan pengkajian dan evaluasi guna menyempurnakan kebijakan perdagangan yang berlaku.
C. Konsumsi Pangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mempunyai Komitmen yang tinggi dalam meningkatkan Konsumsi Masyarakat yang beragam,
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
37
berigizi seimbang, aman dan halal, yang merupakan salah satu tujuan dari Pembangunan Ketahanan Pangan. Komitmen tersebut diwujudkan dengan diterbitkannya Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 60 Tahun 2010, tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal, dan ditindaklanjuti melalui Surat Edaran Gubernur tanggal 15 Juli 2011 kepada Bupati/Walikota untuk melakukan gerakan penurunan Konsumsi beras yang lebih dikenal dengan “One Day No Rice” Gerakan yang di lingkungan Pemerintah Jawa Barat disebut juga “Poe Rebo Teu Ngejo” karena dilaksanakan setiap hari Rabu, memberikan dampak
yang signifikan terhadap Konsumsi beras
masyarakat Jawa Barat yang mengalami penurunan dari 105,85kg/tahun pada tahun 2010 menjadi 90,59 kg/kap/tahun pada tahun 2012. Walaupun demikian, penurunan konsumsi beras tersebut belum diikuti dengan peningkatan konsumsi pangan lokal seperti Jagung, Umbi-umbian, Sukun, Talas dan lain-lain, sehingga berdampak pada Skor Pola Pangan Harapan Jawa Barat yang masih jauh dari skor ideal sebagaimana terlihat pada Tabel berikut :
Tabel 7 Pola Pangan Harapan Penduduk Jawa Barat Tahun 2010-2012 No.
Kel. Pangan
2010
2011
2012
Ideal
1.
Padi-padian
25
25
25
25.0
2.
Umbi-umbian
0,9
1
0,7
2.5
3.
Pangan Hewani
16,6
17,3
16
24.0
4.
Minyak dan Lemak
4,9
4,8
5,1
5.0
5.
Buah / Biji Berminyak
0,3
0,3
0,3
1.0
6.
Kacang-kacangan
6,1
5,9
5,9
10.0
7.
Gula
1,3
1,2
1
2.5
8.
Sayuran dan Buah
17,6
18
16,3
30.0
9.
Lain-lain
0
0
0
0
72,7
73,5
70,2
100.0
Total
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
38
Tabel di atas menunjukkan bahwa untuk mencapai PPH Ideal, perlu upaya-upaya untuk meningkatkan konsumsi Umbi-umbian sebesar 1,8 point, pangan hewani 8 point, kacang-kacangan 4,1 point serta Sayur dan buah sebesar 13,7 point. Sementara
di
bandingkan
dengan
Skor
PPH
Nasional,
perkembangan Skor PPH Jawa Barat selama lima tahun terakhir masih di bawah rata-rata Nasional sebagaimana terlihat pada Gambar berikut ini.
Pola Pangan Harapan 84 82 80 78 76 74 72 70 68 66 64 62
2007
2008
2009
2010
2011
2012
PPH Jabar
78.7
76.4
70.7
72.7
73.5
70.2
PPH Nasional
82.8
81.9
75.7
77.5
77.3
75.4
Gambar 2 Grafik Skor Pola Pangan Harapan Jawa Barat dan Nasional
Rendahnya skor PPH Jawa Barat tersebut disebabkan: (i) besarnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran dengan kemampuan akses pangan rendah; (ii) rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat
terhadap
diversifikasi
pangan
dan
gizi;
(iii)
masih
dominannya konsumsi sumber energi karbohidrat yang berasal dari beras;
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
39
D. Kerawanan Pangan Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang dialami daerah, masyarakat, atau rumah tangga, pada waktu tertentu
untuk
memenuhi
standar
kebutuhan
fisiologis
bagi
pertumbuhan dan kesehatan masyarakat. Kerawanan pangan dapat terjadi secara berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu (kronis), dan dapat pula terjadi akibat keadaan darurat seperti bencana alam maupun bencana sosial (transien). Kondisi rawan pangan dapat disebabkan karena : (a) tidak adanya akses secara ekonomi bagi individu/rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup, (b) tidak adanya akses secara fisik bagi individu/rumah tangga untuk memperoleh pangan yang cukup, (c) tidak tercukupinya pangan untuk kehidupan yang produktif individu/rumah tangga, (d) tidak terpenuhinya pangan secara cukup dalam jumlah, mutu, ragam, keamanan serta keterjangkauan harga. Penduduk miskin memiliki resiko tinggi dan rentan terhadap kerawanan pangan, karena
Kerawanan pangan sangat dipengaruhi
oleh daya beli masyarakat yang ditentukan tingkat pengeluarannya. Data BPS 2012 seperti terlihat pada Tabel 8 menunjukkan bahwa berdasarkan pengeluaran perkapita dan pengeluaran pangsa pangan di atas 60 %, kondisi Ketahanan Pangan penduduk Jawa Barat dikategorikan sebagai berikut : - Tahan Pangan 34,59% - Rentan Pangan 37,94% - Kurang Pangan 14,49% - Rawan Pangan 13,02% Isu-isu sebagaimana diuraikan tersebut di atas, dapat di identifikasi sebagaimana terlihat pada Tabel 8.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
40
Tabel 8. Kondisi Ketahanan Pangan Penduduk Jawa Barat (%) Kabupaten/ Kota (1) Kab Bogor
Tahan Pangan (2) 36,17
Keadaan Pangan Rentan Kurang Pangan Pangan (3) (4) 37,63 13,51
Rawan Pangan (5) 12,69
Kab Sukabumi
25,09
50,39
10,25
14,27
Kab Cianjur
18,98
55,23
5,51
20,29
Kab Bandung
38,63
34,66
16,01
10,70
Kab Garut
23,96
38,06
13,33
24,66
Kab Tasikmalaya
21,73
46,48
10,47
21,32
Kab Ciamis
33,67
51,13
6,43
8,78
Kab Kuningan
26,42
52,83
7,11
13,64
Kab Cirebon
25,96
52,85
9,20
11,98
Kab Majalengka
28,11
48,19
9,30
14,40
Kab Sumedang
30,89
52,02
5,69
11,40
Kab Indramayu
25,21
56,01
5,69
13,09
Kab Subang
32,74
44,55
9,32
13,39
Kab Purwakarta
39,54
45,08
9,08
6,30
Kab Karawang
38,87
40,14
9,97
11,02
Kab Bekasi
40,42
25,44
22,43
11,71
Kab Bandung Barat
23,39
34,08
16,22
26,31
Kota Bogor
47,90
24,45
19,07
8,58
Kota Sukabumi
42,34
30,51
14,56
12,58
Kota Bandung
55,90
15,13
21,68
7,29
Kota Cirebon
42,98
18,80
26,88
11,34
Kota Bekasi
42,15
13,50
38,69
5,66
Kota Depok
57,44
12,39
25,62
4,55
Kota Cimahi
49,37
21,18
23,66
5,79
Kota Tasikmalaya
38,25
31,94
13,04
16,77
Kota Banjar
35,96
39,30
12,79
11,95
Total
34,59
37,94
14,45
13,02
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
41
Tabel 9. Isue-isue Strategis Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Aspek Kajian
Kondisi Saat ini
1
2
Ketersediaan
Ketersediaan Energi dan protein selama tiga tahun terakhir menunjukkan penurunan. Energi turun 1%/tahun, Protein turun 7,72/tahun
Standar yang Digunakan 3 NBM
Internal 4 Tersedianya alokasi untuk peningkatan produksi pangan lokal
Faktor yang Mempengaruhi Eksternal 5 - Kebutuhan pangan terus meningkat - Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian - Menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan - Lambatnya penerapan tekonologi akibat kurangnya insentif ekonomi;
Permasalahan Pelayanan OPD 6 Untuk memenuhi ketersediaan energi 2.000 kkal dan protein 57 gr/kapita/hari masih tergantung pada pangan impor/luar daerah Lemahnya koordinasi lintas sektor
- Anomali iklim dan menurunnya kualitas lingkungan
Distribusi Harga Pangan
Distibusi belum berjalan secara efisien yang menyebabkan terjadinya ketidak stabilan harga pangan
Sistem pasar pangan yang belum efektif
- Terbatasnya prasarana dan sarana perhubungan untuk menjangkau seluruh wilayah terutama daerah terpencil
Rendahnya kemampuan masyarakat dalam mengakses pangan
- Berbagai pungutan telah mengakibatkan biaya distribusi yang tinggi pada berbagai produk pangan
Lemahnya koordinasi lintas sektor
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
42
1
2
3
Konsumsi dan Keamanan Pangan
Kualitas konsumsi masyarakat masih rendah, skor PPH 70,2 poin
BPS
Kerawanan Pangan
Tingginya Prosentase Penduduk rawan pangan 13,02%
BPS
4
5
Terbatasnya diversifikasi pangan
-
Terbatasnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pola makan yang bergizi berimbang, aman dan halal
Terbatasnya produksi pangan lokal
-
Budaya masyarakat “belum makan bila tidak makan nasi”
Belum terdatanya penduduk rawan pangan
- Rendahnya daya beli masyarakat - Tingginya pangsa pengeluaran pangan (lebih dari 60%)
6 penganekaragam pangan belum optimal
Lemahnya koordinasi lintas sektor
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
43
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Dalam mewujudkan Visi Jawa Barat yaitu ”Maju dan Sejahtera untuk Semua”, Badan Ketahanan Pangan mempunyai peranan yang strategis dengan mengemban misi ke pertama dan kedua. Misi pertama, Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan Berdaya Saing, salah satu sasarannya adalah Pemenuhan hak dasar manusia. Pemenuhan hak dasar manusia adalah hal mendasar yang menjadi kewajiban dari Pemerintah Jawa Barat, karena pada hakekatnya Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk memastikan kehidupan dasar dari warganya berlangsung dengan baik. Salah satu hak dasar tersebut adalah pemenuhan pangan yang menjadi perhatian bagi Pemerintah Jawa Barat, yang diimplementasikan melalui program-program yang mendukung bagi terwujudnya Jawa Barat Bebas Rawan Pangan. Misi ke dua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan Berkeadilan, salah satu sasarannya adalah memperkuat pembangunan ekonomi perdesaan dan regional. Pembangunan ekonomi perdesaan mensyaratkan kombinasi pendekatan antara proses pemberdayaan masyarakat dengan dukungan intervensi oleh pemerintah. Pemberdayaan dilaksanakan dengan sasaran
kaum
miskin
yang
aktif
secara
ekonomis,
untuk
meningkatkan kemampuan dan keterampilannya merencanakan dan melaksanakan usaha ekonomi produktif. Dukungan pemerintah selain dalam bentuk akses terhadap prasarana dan sarana (lahan, pasar, informasi, sumber permodalan dan lain- lain) yang lebih memadai, juga kebijakan penunjangnya seperti perdagangan dan subsidi. Pada tahap berikutnya, dilakukan penumbuhan kewirausahaan, peningkatan skala ekonomi komersial, peningkatan akses pasar, pemberian insentif dan akses terhadap informasi yang bermanfaat. Oleh sebab itu pembangunan ketahanan pangan yang berbasis pedesaan diyakini merupakan salah satu jalan utama untuk mengatasi masalah kemiskinan, khususnya yang sebagian besar berada di perdesaan.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
44
Tabel 10. Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Terhadap Pencapaian Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. Visi : ”JAWA BARAT MAJU DAN SEJAHTERA UNTUK SEMUA” No
Misi
Faktor
Permasalahan Pelayanan OPD Penghambat
Pendorong
Misi 1. Membangun Masyarakat yang Tingginya penduduk Berkualitas dan Beradaya Saing pangan 13,02 %. Sasaran : Jawa Barat Bebas Rawan Pangan
Rendahnya sektor
rawan Tingginya prosentase penduduk miskin Program-program dengan kemampuan daya beli yang Pengentasan Kemiskinan rendah Terbentuknya Dewan koordinasi lintas Ketahanan Pangan
Misi 2. Membangun Perekonomian yang Rendahnya kesejahteraan petani Tidak stabilnya harga pangan di tingkat Adanya program Kokoh dan Berkeadilan, peningkatan usaha sebagai pelaku produksi pangan. petani ekonomi produktif di Sasaran : pedesaan Memperkuat pembangunan ekonomi perdesaan dan regional
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
45
3.3. Telaahan Renstra K/L dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Berdasarkan hasil analisis terhadap Renstra Kementerian/Lembaga dan Renstra OPD Kabupaten/Kota, dapat disusun faktor-faktor baik yang bersifat
menghambat
mempengaruhi
maupun
permasalahan
yang
bersifat
pelayanan
mendorong
Badan
yang
Ketahanan
akan
Pangan
sebagaimana terlihat pada Tabel berikut :
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
46
Tabel 11.
Permasalahan Pelayanan Badan Ketahanan Pangan berdasarkan Renstra K/L beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya
No.
Sebagai Faktor
Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L
Pemasalahan Pelayanan BKPD
1.
Makin berkurangnya jumlah penduduk rawan pangan minimal 1 % setiap tahun
Tingginya prosentase penduduk rawan pangan (13,02 %)
Penghambat Belum teridentifikasinya Rawan Pangan
Penduduk
Pendorong Adanya Data Kemiskinan hasil PPLS, by name by addres
2.
Menurunnya konsumsi beras per kapita per tahun sebesar 1,5 % diimbangi dengan kenaikan konsumsi umbi-umbian dan sumber protein hewani dan nabati, sehingga tercapai peningkatan kualitas konsumsi masyarakat dengan skor pola pangan harapan (PPH) tahun 2014 sebesar 93,3
Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras, dengan rata-rata konsumsi per tahun sebesar 90,59 Kg/kapita
Budaya masyarakat yang mengganggap ”belum makan bila belum makan nasi” Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diversifikasi pangan
Berkembangnya teknologi pembuatan beras analog
3.
Tercapainya peningkatan distribusi pangan yang mampu menjaga harga pangan yang terjangkau bagi masyarakat
Belum efektifnya pola distribusi pangan yang menyebabkan tidak stabilnya harga pangan
Kelembagaan pemasaran hasil-hasil pangan belum berperan optimal sebagai penyangga kestabilan distribusi dan harga pangan
4.
Meningkatnya penanganan keamanan pangan segar melalui peningkatan peran produsen dan kepedulian konsumsi. Meningkatnya efektifitas koordinasi kebijakan ketahanan pangan melalui Dewan Ketahanan Pangan.
Masih ditemukannya ketidakamanan pangan
Rendahnya kepedulian produsen dalam menghasilkan produk pangan yang aman Lemahnya koordinasi antara pemerintah di berbagai tingkatan pemerintah
5
kasus
Sering terjadi ketidak sinambungan antara program pemerintah dengan program di daerah
Telah terbitnya SK Gub Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 60 Tahun 2010 tentang Percepatan Penganeka-ragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal Terpantaunya Informasi pasokan dan harga pangan secara periodik
Telah dibentuk Otoritas Keamanan Pangan Daerah
Kompetensi
Telah dibentuk Dewan Ketahanan Pangan Jawa Barat
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
47
Tabel 12. Permasalahan Pelayanan Badan Ketahanan Pangan berdasarkan Renstra OPD Kabupaten/Kota beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya No. 1. 2.
Sasaran Jangka Menengah Renstra K/L
Pemasalahan Pelayanan BKPD
Tersedianya cadangan pemerintah di tingkat kabupaten/kota minimal sebesar 100 ton ekuivalen beras Stabilitas harga dan pasokan pangan sebesar 90% pada tahun 2015
Belum fektifnya pola distribusi pangan yang menyebabkan tidak stabilnya harga pangan
3.
Meningkatnya Penganekaragaman pangan untuk mencapai Skor Pola Pangan Harapan (PPH) sebesar 90% pada tahun 2015
Rendahnya kualitas konsumsi masyarakat (skor PPH 70,2) dan tingginya ketergantungan masyarakat terhadap beras (90,59 Kg/kapita/tahun)
4.
Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan sebesar 80% pada tahun 2015
Masih ditemukannya ketidakamanan pangan
5
Tertanganinya daerah rawan pangan sebesar 60% pada tahun 2015.
Tingginya prosentase penduduk rawan pangan (13,02 %)
kasus
Sebagai Faktor Penghambat Pendorong Belum semua kabupaten kota Pemerintah Provinsi bekerjasaa dengan bulog menyediakan cadangan pangan telah menyediakan CPPD, stok sampai Tahun pemerintah 2012 sebesar 434,2 ton Kelembagaan pemasaran hasil-hasil Terpantaunya Informasi pasokan dan harga pangan belum berperan optimal sebagai pangan secara periodik penyangga kestabilan distribusi dan harga pangan Budaya masyarakat yang mengganggap Berkembangnya teknologi informasi dan ”belum makan bila belum makan nasi” komunikasi Rendahnya pengetahuan masyarakat Telah terbitnya SK Gub Peraturan Gubernur tentang diversifikasi pangan Jawa Barat No. 60 Tahun 2010 tentang Percepatan Penganeka-ragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal Rendahnya kepedulian produsen dalam Telah dibentuk Otoritas Kompetensi Keamanan menghasilkan produk pangan yang aman Pangan Daerah Belum teridentifikasinya Penduduk Rawan Pangan
Adanya Data Kemiskinan hasil PPLS, by name by addres
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
48
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Sedangkan kawasan adalah wilayah yang memilki fungsi utama lindung atau budidaya. Telaahan
rencana
tata
ruang
wilayah
ditujukan
untuk
mengidentifikasi implikasi rencana struktur dan pola ruang terhadap kebutuhan pelayanan Badan Ketahanan Pangan. Berdasarkan Telaahan Rencana Tata Ruang wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis terdapat beberapa faktor-faktor penghambat dan pendorong dari pelayanan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat yang mempengaruhi pelayanan ditinjau dari implikasi RTRW dan KLHS sebagai berikut :
Tabel 13. Permasalahan Pelayanan Badan Ketahanan Pangan Telaahan Tata
Ruang
Wilayah
beserta
Faktor
Penghambat
dan
Pendorong Keberhasilan Penanganannya No
Rencana Tata Ruang Wilayah terkait Permasalahan Tugas dan Fungsi Pelayanan BKPD Pengembangan Desa Masih tingginya tingkat Mandiri Pangan kerawanan pangan di Jawa Barat
Faktor Penghambat Tidak semua Kabupaten/kota memiliki data Desa rawan Pangan
Pendorong Dukungan Anggaran yang bersumber dari APBN
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
49
Tabel 14. Permasalahan Pelayanan Badan Ketahanan Pangan berdasarkan Analisis KLHS beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penanganannya Hasil KLHS terkait Tugas dan Fungsi OPD
No
Faktor Penghambat Pendorong
Permasalahan Pelayanan
1.
Kondisi iklim yang tidak stabil (anomali iklim) dapat mengakibatkan terjadinya gagal panen yang menimbulkan kondisi Rawan Pangan
Belum semua Desa memiliki lumbung pangan masyarakat untuk mengantisipasi terjadinya Rawan Pangan
Belum terdatanya limbung pangan yang dibangun oleh masyarakat
Dukungan Anggaran yang bersumber dari APBN
2.
Banyaknya daerah ”Rawan Bencana Alam”
Lambannya antisipasi dalam penyaluran bantuan pangan terhadap korban bencana alam
Terbenturnya birokrasi dalam penyaluran cadangan pangan
Tersedianya cadangan pangan pemerintah dalam jumlah yang cukup
3.5. Penentuan Isu-isu Strategis Metode penetapan isu-isu strategis pelayanan Badan Ketahanan Pangan dilakukan dengan metode pembobotan dengan cara sebagai berikut : a. Menentukan skor terhadap masing-masing kriteria yang telah ditetapkan seperti pada Tabel berikut :
Tabel 15. Skor Kriteria Penentuan Isu-isu Strategis No.
Kriteria
1. Memiliki pengaruh yang besar/signifikan terhadap pencapaian
Bobot
20
sasaran Renstra K/L atau Renstra Provinsi/Kabupaten/Kota 2. Merupakan tugas dan tanggung jawab OPD
10
3. Dampak yang ditimbulkannya terhadap publik
20
4. Memiliki daya ungkit untuk pembangunan daerah
10
5. Kemungkinan atau kemudahannya untuk ditangani
15
6. Prioritas janji politik yang perlu diwujudkan
25
Total
100
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
50
b. Dilakukan penilaian isu strategis terhadap kriteria yang telah ditetapkan, sebagaimana terlihat pada Tabel berikut :
Tabel 16. Nilai Skala Kriteria Nilai Skala ke-
No
Isu Strategis
1.
Ketersediaan pangan masih tergantung pada
Total
1
2
3
4
5
6
20
5
20
10
5
10
70
pangan
20
10
20
10
10
20
90
masyarakat
20
10
10
5
10
10
75
pangan impor/luar daerah 2.
Rendahnya
kualitas
konsumsi
masyarakat Jawa Barat (skor PPH 70,2) 3
Tingginya terhadap
ketergantungan pangan
pokok
beras
(90,56
Kg/kapita/tahun) 4.
Lemahnya akses pangan masyarakat
20
10
20
10
10
25
95
5.
Fluktuasi Harga
15
5
20
10
10
20
80
6.
Tingginya prosentase penduduk rawan pangan
20
10
20
5
5
20
80
(13,02%) 7.
Lemahnya koordinasi lintas sektor
20
10
20
5
10
20
85
8.
Masih ditemukannya kasus ketidakamanan
15
10
15
5
10
15
70
pangan
c. Selanjutnya dihitung rata-rata skor/bobot setiap isu strategis dan disusun sesuai dengan peringkat tertinggi , sebagaimana terlihat pada tabel berikut :
Tabel 17. Rata-rata Skor Isu-isu Strategis No.
Isu-Isu Strategis
1. Lemahnya akses pangan masyarakat 2. Rendahnya kualitas konsumsi pangan masyarakat Jawa Barat (skor PPH 70,2) 3. Lemahnya koordinasi lintas sektor 4. Tingginya prosentase penduduk rawan pangan (13,02%) 5. Fluktuasi Harga 6. Tingginya ketergantungan masyarakat terhadap pangan pokok beras (94,33 Kg/kapita/tahun) 7. Ketersediaan pangan masih tergantung pada pangan impor/luar daerah 8. Masih ditemukannya kasus ketidakamanan pangan
Total Skor 95 90
Rata-rata Skor 15,83 15,00
85 80 80 75
14,17 13,33 13,33 12,50
70
11,67
70
11,67
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
51
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1. Visi Misi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Dalam upaya mendukung terwujudnya Visi dan Misi Jawa Barat yaitu “Maju dan Sejahtera untuk Semua”, serta mempertimbangkan permasalahan dan isu strategis pembangunan Ketahanan Pangan di Jawa Barat, maka Visi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2013 – 2018 adalah : “Menjadi Institusi Andal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan“
Arti dari visi tersebut adalah bahwa Badan Ketahanan Pangan berkeinginan
menjadi institusi yang memiliki kekuatan, kemampuan dan
komitmen untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang cukup baik kualitas maupun kuantitas secara terus menerus setiap waktu diseluruh pelosok wilayah Jawa Barat. Untuk mencapai Visi tersebut, maka ditetapkan 4 Misi Badan Ketahanan
Pangan
Daerah
Provinsi
Jawa
Barat,
yang
didalamnya
mengandung gambaran tujuan serta sasaran yang ingin dicapai, yaitu : 1) Meningkatkan Akses Pangan Masyarakat Melalui Koordinasi Lintas Sektor 2) Meningkatkan Kualitas Konsumsi Pangan masyarakat, Berbasis Potensi Lokal 3) Meningkatkan Penangangan Daerah rawan Pangan Melalui Pemberdayaan Masyarakat 4) Meningkatkan Dukungan Manajemen dan Kelembagaan Ketahanan Pangan.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
52
4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Badan Ketahanan Pangan 1. Meningkatkan Akses Pangan Masyarakat Melalui Koordinasi Lintas Sektor Tujuan : Meningkatkan Kemudahan dan Kemampuan Masyarakat Dalam Memenuhi Kebutuhan Pangan Sasaran : a. Menyediakan pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan energy dan protein masyarakat Jawa Barat, energy sebesar 2.700 kkal/kapita /hari dan protein sebesar 80 gram/kapita/hari pada Tahun 2018. b. Mempertahankan cadangan pangan pemerintah daerah (CPPD) minimal sebesar 400 ton setiap tahun, serta cadangan pangan masyakat sebanyak 2.500 lumbung pada Tahun 2018. c. Terjaganya stabilitas harga komoditas pangan strategis (CV > 10%). d. Terjaganya stabilitas harga Gabah di tingkat petani,
minimal sama
dengan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). e. Tersedianya Informasi pasokan, harga dan akses pangan untuk 10 komoditas pangan di 26 Kab/Kota. 2. Meningkatkan Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat, Berbasis Sumber Daya Lokal Tujuan : Memenuhi konsumsi masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang, aman dan halal. Sasaran : a. Meningkatkan keragaman konsumsi pangan perkapita untuk mencapai gizi seimbang dengan kecukupan energi minimal 2.150 kkal/hari dan protein sebesar 57 gram/hari. b. Pencapaian skor Pola Pangan Harapan (PPH) 80 pada Tahun 2018. c. Menurunnya konsumsi beras menjadi 83 Kg/kapita/tahun pada Tahun 2018, diiringi dengan peningkatan konsumsi pangan lokal. d. Meningkatkan keamanan, mutu dan higiene pangan yang dikonsumsi masyarakat sebesar 90% pada Tahun 2018.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
53
3. Meningkatkan Penangangan Daerah rawan Pangan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Tujuan
: Menurunkan Penduduk Rawan Pangan
Sasaran : Tertanganinya 813 Desa Rawan Pangan sampai dengan Tahun 2018.
4. Meningkatkan Dukungan Manajemen
dan Kelembagaan Ketahanan
Pangan Tujuan : Memperkuat Kelembagaan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Penyelenggaran Ketahanan Pangan Yang Berkelanjutan Sasaran : a. Meningkatkan koordinasikan antar tingkat pemerintahan melalui Rapat pleno Dewan Ketahanan Pangan minimal 2 kali dalam setahun. b. Meningkatnya system pelayanan dan kesekretariatan untuk memenuhi kebutuhan operasional dalam mendukung pelaksanaan tuga pokok dan fungsi Badan Ketahanan Pangan daerah Provinsi Jawa Barat. c. Meningkatnya
kapasitas, kompetensi dan disiplin
aparatur, ditandai
dengan meningkatnya jumlah aparatur yang mengikuti diklat serta menurunnya tingkat pelanggaran disiplin. d. Meningkatnya system pelaporan yang ditandainya ketepan waktu penyampaian laporan-laporan.
Tujuan dan sasaran Jangka Menengah Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat tersebut, sebagaimana terlihat pada Tabel di bawah ini :
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
54
Tabel 18. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan OPD No 1
Tujuan
Sasaran
Meningkatkan Kemudahan dan Kemampuan Masyarakat Untuk Mengakses Pangan
Tersedianya pangan dalam jumlah yang cukup
Memenuhi konsumsi masyarakat yang beragam, bergizi, seimbang, aman dan halal
Ketersediaan Enegi (kkal/kapita/hari)
Meningkatnya Penganekaragam an Konsumsi Pangan
Target Kinerja Sasaran (%) Pada Tahun Ke 1 2 3 4 5 2.200
2.200
2.300
2.400
2.400
57
59
60
62
63
200 ton
200 ton
200 ton
200 ton
200 ton
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
Harga Gabah di Tingkat Petani sesuai HPP
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
Konsumsi Energi (kkal/kapita/hari)
1.800
1.800
2.000
2.000
2.150
Konsumsi Protein (kkal/kapita/hari)
50
50
52
52
52
Meningkatnya Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
72
74
76
78
80
Menurunnya Konsumsi Beras (Kg/kapita/th) Meningkatnya Pengawasan dan Pembinaan Keamanan Pangan *)
90
88
85
84
83
85 %
90 %
90 %
90 %
90 %
Ketersediaan Protein (gr/kapita/hari) Penguatan Cadangan Pangan *) Pangan terdistribusikan secara merata ke setiap daerah
2
Indikator Sasaran
Ketersediaan Informasi pasokan, harga dan akses pangan *) Stabilitasi Harga Pangan Pokok <10%)
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
55
No 3
4
Target Kinerja Sasaran (%) Pada Tahun Ke 1 2 3 4 5
Tujuan
Sasaran
Indikator Sasaran
Menurunkan penduduk rawan pangan
Tertanganinya 813 Desa Rawan Pangan
Penanganan Daerah Rawan Pangan *)
70%
75%
80 %
85 %
90 %
Tertanganinya Desa Rawan Pangan
560
410
260
110
107
Rapat Pleno Dewan Ketahanan Pangan Advokasi Dewan Ketahanan Pangan (Kab/Kota) Tingkat pemenuhan kebutuhan operasional dalam mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Jumlah aparatur yang mengikuti diklat
2 kali
4 kali
6 kali
8 kali
10 kali
6
12
18
24
27
100 %
100 %
100 %
100 %
100 %
5
10
15
20
25
80 %
85 %
90 %
95 %
95 %
Memperkuat Kelembagaan Ketahanan Pangan Dalam Rangka Penyelenggaran Ketahanan Pangan Yang Berkelanjutan
Meningkatnya peran dan fungsi Kelembagaan Ketahanan Pangan
Meningkatnya system pelayanan dan kesekretariatan
Meningkatnya kapasitas, kompetensi dan disiplin aparatur. Meningkatnya Efektivitas Pelaporan
Tingkat ketepatan waktu penyampaian laporan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
56
4.3. Strategi dan Kebijakan 1. Memantapkan Akses Pangan Masyarakat Melalui Koordinasi Lintas Sektor Strategi : Akses pangan dipengaruhi oleh ketersediaan pangan, distribusi pangan serta kemampuan daya beli masyarakat. Oleh karena itu Koordinasi lintas sector melalui peran dan fungsi Dewan Ketahanan Pangan sangat diperlukan untuk : - Meningkatkan kapasitas produksi pangan melalui penetapan lahan abadi untuk produksi pangan dalam rencana tata ruang wilayah dan meningkatkan kualitas lingkungan serta sumberdaya lahan dan air. - Meningkatkan efektivitas dan efisiensi distribusi dan perdagangan pangan melalui pengembangan infrastruktur distribusi, pengembangan jaringan pemasaran dan distribusi antar daerah serta membuka daerah yang terisolir, pengembangan sistem informasi pasar, dan penguatan lembaga pemasaran daerah, - Menjaga Stabilitas Harga Pangan, melalui peningkatan peranan Lembaga pembeli gabah dan Lembaga usaha ekonomi pedesaan, pengembangan sistem tunda jual , pengembangan sistem informasi dan monitoring produksi, konsumsi, harga dan stok minimal bulanan.
Kebijakan : a. Implementasi Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. b. Pemberlakuan Harga Pembelian Pemerintah pada komoditas pangan strategis. c. Pengembangan Buffer Stock Management (pembelian oleh pemerintah pada waktu panen dan operasi pasar pada waktu paceklik) pada komoditas pangan strategis.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
57
2. Meningkatkan Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat, Berbasis Sumber Daya Lokal Strategi : - Peningkatan Skor PPH melalui promosi konsumsi pangan lokal (umbiumbian), sayuran dan buah-buahan, serta pangan hewani. - Pengembangan dan percepatan diversifikasi konsumsi pangan berbasis pangan lokal melalui pengkajian berbagai teknologi tepat guna dan terjangkau mengenai pengolahan pangan berbasis tepung umbi-umbian lokal dan pengembangan aneka pangan lokal lainnya - Peningkatan pelayanan gizi dan kesehatan kepada masyarakat miskin yang terintegrasi dengan program penanggulangan kemiskinan dan keluarga berencana, dalam rangka mengurangi jumlah penderita gizi kurang, termasuk kurang gizi mikro (kurang vitamin dan mineral) yang diprioritas pada kelompok penentu masa depan anak, yaitu, ibu hamil dan calon ibu hamil/remaja putri, ibu nifas dan menyusui, bayi sampai usia dua tahun tanpa mengabaikan kelompok usia lainnya; - Penguatan pengawasan dan pembinaan keamanan pangan Kebijakan : a. Penetapan Pola Pangan Harapan (PPH) sebagai salah satu indiaktor keberhasilan Pembangunan Daerah dalam RPJMD Jawa Barat Tahun 2013-2018. b. Implementasi Peraturan Guberur No. 60 TH 2010 tentang Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Potensi Lokal c. Penguatan kelembagaan pedesaan seperti Posyandu, PKK, dan Dasa Wisma dalam pengawasan dan pemantauan tumbuh kembang anak serta tindak lanjut (rujukan) masalah gizi buruk; d. Optimalisasi Otoritas Kompetensi Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) yang telah dibentuk berdasarkan Keputusan Nomor 501/Kep.236-BKPD/2010 Tahun Badan
Ketahanan
Pangan
Daerah
Gubernur Jawa Barat
2010 tentang Penunjukan sebagai
pelaksana
Otoritas
Kompetensi Keamanan Pangan Daerah Jawa Barat
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
58
3. Meningkatkan
Penanganan
Daerah
Rawan
Pangan
Melalui
Pemberdayaan Masyarakat Strategi : - Meningkatkan daya beli masyarakat untuk meningkatkan kemampuan rumah tangga dalam mengakses pangan untuk memenuhi kebutuhan setiap anggota rumah tangga dalam jumlah dan mutu yang memadai. - Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran
serta
masyarakat
dalam
pemenuhan
pangan
sebagai
implementasi Pemenuhan hak atas pangan. Kebijakan : a. Implementasi Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 465.05/Kep 367BPMPD/2010 tanggal 5 Pebruari 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan b. Pembangunan Sistem aplikasi KM 0 Pro Poor sbg rujukan penanganan kemiskinan berdasarkan pendekatan by name by address by picture 4. Meningkatkan Dukungan Manajemen
dan Kelembagaan Ketahanan
Pangan Strategi : a. Meningkatkan peran dan fungsi Dewan Ketahanan Pangan b. Meningkatkan
kapasitas Sumberdaya
Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Jawa Barat Kebijakan : a. Peningkatan fasilitasi Dewan Ketahanan Pangan b. Penerapan Reward and punishment
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
59
Tabel 19. Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kebijakan VISI : “Menjadi Institusi Andal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan
yang Berkelanjutan“ MISI I Memantapkan Akses Pangan Masyarakat Melalui Koordinasi
Lintas Sektor Tujuan Meningkatkan Kemudahan dan Kemampuan Masyarakat Untuk Mengakses Pangan
Sasaran Strategi Kebijakan Tersedianya - Meningkatkan kapasitas - Implementasi Peraturan Daerah pangan dalam produksi pangan melalui Provinsi Jawa Barat Nomor 27 jumlah yang penetapan lahan abadi Tahun 2010 tentang cukup untuk produksi pangan Perlindungan Lahan Pertanian dalam rencana tata ruang Pangan Berkelanjutan. wilayah dan meningkatkan kualitas lingkungan serta sumberdaya lahan dan air. Pangan - Meningkatkan efektivitas terdistribusikan dan efisiensi distribusi dan secara merata ke perdagangan pangan setiap daerah melalui pengembangan infrastruktur distribusi, pengembangan jaringan pemasaran dan distribusi antar daerah serta membuka daerah yang terisolir, pengembangan sistem informasi pasar, dan penguatan lembaga pemasaran daerah,
Pengembangan Gudang
Sistem
Resi
- Menjaga Stabilitas Harga - Pengembangan Buffer stock Pangan, melalui Management (pembelian oleh peningkatan peranan pemerintah pada waktu panen Lembaga pembeli gabah dan operasi pasar pada waktu dan Lembaga usaha paceklik) pada komoditas ekonomi pedesaan, pangan strategis. pengembangan sistem tunda jual , pengembangan - Penetapan Harga Pembelian sistem informasi dan Pemerintah (HPP) monitoring produksi, konsumsi, harga dan stok minimal bulanan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
60
MISI II Meningkatkan Kualitas Konsumsi Pangan Masyarakat, Berbasis Sumber Daya Lokal Tujuan
Sasaran
Strategi
Kebijakan -
Memenuhi
Meningkatnya
- Peningkatan Skor Pola Pangan - Penetapan Pola Pangan Harapan
konsumsi pangan
Penganekaragaman
Harapan (PPH) melalui promosi
(PPH) sebagai salah satu indikator
masyarakat yang
Konsumsi Pangan
konsumsi
(umbi-
keberhasilan Pembangunan Daerah
beragam, bergizi,
umbian), sayuran dan buah-buahan,
dalam RPJMD Jawa Barat Tahun
seimbang, aman
serta pangan hewani.
2013-2018.
pangan
lokal
dan halal - Pengembangan diversifikasi berbasis
dan
percepatan - Implementasi Pergub No. 60 TH
konsumsi
pangan
lokal
pangan
2010
melalui
Penganekaragaman
pengkajian berbagai teknologi tepat
tentang
Percepatan Konsumsi
Pangan Berbasis Potensi Lokal
guna dan terjangkau mengenai pengolahan pangan berbasis tepung umbi-umbian
lokal
dan
pengembangan aneka pangan lokal lainnya - Peningkatan pelayanan gizi dan - Penguatan kelembagaan pedesaan kesehatan
kepada
masyarakat
seperti Posyandu, PKK, dan Dasa
miskin yang terintegrasi dengan
Wisma dalam pengawasan dan
program
pemantauan tumbuh kembang anak
penanggulangan
kemiskinan dan keluarga berencana
serta tindak lanjut (rujukan) masalah gizi buruk;
- Penguatan
pengawasan
pembinaan keamanan pangan
dan - Optimalisasi
Otoritas
Kompetensi
Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) yang telah dibentuk berdasarkan Keputusan
Gubernur Jawa Barat
Nomor
501/Kep.236-BKPD/2010
Tahun
2010 tentang Penunjukan
Badan Ketahanan Pangan Daerah sebagai Kompetensi
pelaksana Keamanan
Otoritas Pangan
Daerah Jawa Barat
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
61
MISI III Meningkatkan Penanganan Daerah Rawan Pangan, melalui Pemberdayaan Masyarakat Tujuan
Sasaran
Strategi
Menurunkan
Tertanganinya
penduduk rawan
Desa Rawan Pangan
Kebijakan
813 - Meningkatkan kemampuan rumah - Implementasi Keputusan
pangan
465.05/Kep
Gubernur
tangga dalam mengakses pangan
No.
367-BPMPD/2010
untuk memenuhi kebutuhan setiap
tanggal 5 Peb 2010 tentang Tim
anggota rumah tangga dalam
Koordinasi
jumlah dan mutu yang memadai.
Kemiskinan
Penanggulangan
Mendorong, mengembangkan dan membangun, serta memfasilitasi peran serta masyarakat dalam - Pembangunan Sistem aplikasi KM 0 pemenuhan
pangan
sebagai
Pro Poor sbg rujukan penanganan
implementasi Pemenuhan hak atas
kemiskinan berdasarkan pendekatan
pangan.
by name by address by picture
MISI IV Meningkatkan Dukungan Managemen dan Kelembagaan Ketahanan Pangan Tujuan
Sasaran
Strategi
Memperkuat
Meningkatnya
Kelembagaan
koordinasi
bidang
Ketahanan
ketahanan
pangan
Pangan
Dalam
Rangka
Kebijakan
Meningkatkan peran dan fungsi
Peningkatan fasilitasi Dewan
Dewan Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan
Meningkatnya
Meningkatkan kapasitas aparatur
Penerapan Reward and
kapasitas, kompetensi
BKPD Jawa Barat
punishment
antar
tingkat
pemerintahan
Penyelenggaran Ketahanan Pangan
Yang
Berkelanjutan
Meningkatnya system pelayanan
dan
kesekretariatan
dan disiplin aparatur. Meningkatnya system pelaporan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
62
BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF
5.1. Rencana Program dan Kegiatan Dalam menyusun program dan kegiatan Badan Ketahanan Pangan berpatokan kepada target yang harus dicapai sesuai dengan Indikator Kinerja yang ditetapkan. Adapun Rencana Program dan Kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
A. Program
Perencanaan,
Pengendalian
dan
Pengawasan
Pembangunan Daerah 1. Fasilitasi dan Koordinasi Perencanaan Pembangunan Ketahanan pangan, di samping sebagai prasyarat untuk memenuhi hak azasi pangan masyarakat, juga merupakan pilar bagi eksistensi dan kedaulatan suatu bangsa. Oleh sebab itu, Ketahanan Pangan merupakan salah satu prioritas Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat. Dengan memperhatikan Prioritas Pembangunan Daerah tersebut dan arah kebijakan kementerian pertanian dalam memantapkan ketahanan pangan masyarakat, maka sasaran pembangunan ketahanan pangan tahun 2014 diarahkan pada : (1) peningkatan konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman berbasis pangan lokal dengan skor PPH 72 dan berkurangnya konsumsi beras 1,5 % perkapita pertahun, (2) pengurangan jumlah penduduk rawan pangan 1 persen tiap tahun dan antisipasi rawan pangan transien, (3) stabilisasi harga pangan pokok di tingkat produsen dan penguatan cadangan pangan Gapoktan dan cadangan pangan masyarakat, (4) kawasan rumah pangan lestari (KRPL) sebagai lumbung pangan rumah tangga, (5) optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai lumbung hidup bagi keluarga. Pencapaian sasaran pembangunan ketahanan tersebut membutuhkan Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
63
sinergitas antar tingkatan pemerintah baik pusat, kabupaten/kota maupun desa/kelurahan serta partisifasi masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut diatas, maka dipandang perlu untuk menyelenggarakan kegiatan Fasilitasi dan Koordinasi Perencanaan Pembangunan sebagai wahana untuk memantapkan Rencana Kerja Pembangunan Ketahanan Pangan tahun 2014 yang
didukung melalui
dana
Anggaran
pangan
nasional,
Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
B. Program Peningkatan Ketahanan Pangan 1. Penguatan Cadangan Pangan Pokok Pemerintah Dalam
upaya
mewujudkan
cadangan
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota serta pemerintah desa sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Pangan Nomor 18 Tahun 2012 berkewajiban mengembangkan cadangan pangan pemerintah daerah. Untuk hal itu, Pemerintah Provinsi Jawa Barat sejak tahun 2009 telah mengembangkan Cadangan Pangan Pokok Pemerintah Daerah (CPPD) dengan jumlah pengadaan kumulatif sampai tahun 2013 mencapai 1.009,839 ton beras dengan perincian: tahun 2009 sebesar 545,454 ton, tahun 2012 sebesar 257,985 ton dan tahun 2013 sebesar 206,400 ton. Pada tahun 2014 direncanakan pengadaan sebesar 206,400 ton. Hal ini juga sejalan dengan pencapaian target Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang ketahanan pangan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65 tahun 2010, bahwa pemerintah provinsi berkewajiban menyediakan cadangan pangan minimal
setara
200
kabupaten/kota,
juga
ton
beras.
Demikian
berkewajiban
halnya
menyelenggarakan
pemerintah cadangan
pangan pokok beras minimal 100 ton. Pengembangan Cadangan Pangan Pokok Pemerintah Provinsi Jawa
Barat
telah
dilaksanakan
sejak
tahun
2009.
Metodenya
bekerjasama dengan Perum Bulog Divre Jawa Barat. Pengadaan CPPD dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan dengan sebesar anggaran
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
64
APBD Provinsi Jawa Barat. Kemudian Beras dikelola oleh Perum Bulog Divre Jawa Barat untuk nantinya disalurkan ke lokasi masyarakat yang mengalami kerawanan pangan. Selama kurun waktu 2008-2013 telah disalurkan CPPD Pemprov Jawa Barat sebanyak 689.313 ton untuk menangani masyarakat rawan pangan sebanyak 93.348 KK, tersebar di Kabupaten Ciamis, Kabupaten Tasikmalaya,
Kota
Tasikmalaya,
Kabupaten
Garut,
Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sukabumi, Kota Sukabumi, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Sumedang.
2. Penguatan Cadangan Pangan Masyarakat Penguatan cadangan pangan masyarakat, perlu difasilitasi oleh pemerintah daerah. Hal ini penting mengingat selain dikembangkan CPPD pemerintah daerah juga wajib dikembangkan Cadangan Pangan Masyarakat (CPM). Sehingga masyarakat pangan miskin dapat mengelola CPM sesuai potensi dan kebutuhan. Penguatan CPM dapat diselenggarakan melalui swadaya masyarakat sendiri, juga dapat dilakukan melalui fasilitas anggaran APBD Provinsi maupun kabupaten/kota. Fasilitas anggaran tersebut digunakan untuk membangun/merenovasi fisik lumbung dan untuk pengadaan gabah/beras. Pembangunan/renovasi fisik lumbung dan pengadaan gabah/beras dilakukan oleh kelompok. Perkembangan Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) sejak tahun 2008 telah terfasilitasi sebanyak 978 lumbung dengan jumlah alokasi dana hibah/bantuan sosial sebesar Rp. 28.240.000.000,melalui APBD Provinsi realisasi pengembangan LPM pada tahun 2008 sebesar Rp. 1.810.000.000,- tahun 2009 sebesar Rp. 1.360.000.000,tahun 2011 sebanyak 149 lumbung senilai Rp. 4.470.000.000,- tahun
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
65
2012 sebanyak 149 lumbung senilai Rp. 4.450.000.000, tahun 2013 sebanyak 363 lumbung senilai Rp. 16.150.000.000, tahun 2014 dialokasikan untuk 500 lumbung senilai Rp. 25.000.000.000, dan selanjutnya akan diprogramkan setiap tahun minimal 500 lumbung. Dalam hal ketersediaan pangan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 menegaskan bahwa ketersediaan pangan adalah kondisi tersedianya pangan dari hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor apabila kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Sedangkan cadangan pangan nasional adalah persediaan pangan diseluruh wilayah Republik Indonesia untuk konsumsi manusia dan untuk menghadapi masalah kekurangan pangan, gangguan pasokan dan harga serta keadaan darurat. Ketersediaan pangan meliputi atas lokasi dan atas waktu hingga ke rumah tangga
untuk menjamin setiap rumah tangga bahkan
individu dapat mengakses pangan dengan mudah dan berkualitas. Untuk mendukung tercapainya kondisi ketersediaan pangan yang baik dan berkelanjutan, perlu dilakukan analisis ketersediaan pangan secara rutin dan berkelanjutan. Output analisis dalam bentuk Neraca Bahan Makanan (NBM) yang berisikan keadaan produksi di Jawa barat, bahan pangan yang masuk dan keluar Jawa Barat serta tercecer dan dikonsumsi diluar kebutuhan pangan bagi manusia. Untuk mewujudkan Ketersediaan Pangan melalui Produksi Pangan dalam negeri dilakukan dengan : a. mengembangkan
produksi
pangan
yang
bertumpu
pada
sumberdaya, kelembagaan, dan budaya lokal; b. mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan; c. mengembangkan sarana, prasarana, dan teknologi untuk produksi, penanganan pascapanen, pengolahan, dan penyimpanan pangan; d. membangun,
merehabilitasi,
dan
mengembangkan
prasarana
produksi pangan;
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
66
e. mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif; dan f. membangun kawasan sentra produksi pangan.
Hasil analisis ketersediaan pangan
dapat diketahui jumlah
pangan yang ada di Jawa Barat setiap kelompok komoditas bahan pangan yaitu: padi-padian, kacang-kacangan, buah biji berminyak, buah dan sayur, gula, protein hewani, protein nabati, daging dan lainnya. Ketersediaan kelompok bahan pangan tersebut diketahui kondisinya apakah surplus atau minus, Terhadap kondisi ketersediaan tersebut dilakukan penanganan mulai dari peningkatan produksi sendiri sampai perdagangan termasuk manajemen stok.
3. Pengembangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) Berdasarkan Pasal 113 Undang-Undang nomor 18 Tahun 2012 tentang
Pangan,
pengumpulan,
bahwa
pengolahan,
Sistem
Informasi
penganalisisan,
penyajian serta penyebaran data
Pangan
mencakup
penyimpanan
dan
dan informasi tentang pangan.
Kemudian dalam Pasal 114 dijelaskan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban membangun, menyusun dan mengembangkan Sistem Informasi Pangan yang terintegrasi, minimal digunakan untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi, stabilitas pasokan dan harga pangan, sistem peringatan dini terhadap masalah pangan serta kerawanan pangan dan gizi. Penerapan SKPG sangat diperlukan, sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, dimana sebagian aspek penanganan kerawaanan pangan merupakan urusan daerah. Pemerintah Provinsi mempunyai kewajiban ; (1) pencegahan dan pengendalian masalah pangan akibat menurunnya ketersediaan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
67
pangan di daerah karena berbagai sebab, (2) pencegahan dan penanggulangan maslah pangan sebagai akibat menurunnya mutu, gizi dan keamanan pangan, (3) peningkatan dan pencegahan penurunan akses pangan masyarakat, dan (4) penanganan dan pengendalian kerawanan pangan . Hal ini diperkuat dengan Peraturan Menteri
Pertanian
nomor
Sistem Pelayanan Minimal
65/Permentan/OT.140/12/2010
tentang
(SPM) bidang ketaahanan pangan di
Provinsi dan Kabupaten/Kota, bahwa target capaian penanganan daerah rawan pangan sampai pada tahun 2015 sebesar 60 %. Ruang lingkup kegiatan SKPG terdiri daari pengumpulan, pemrosesan, penyimpanan, analisis, dan penyebaran informasi situasi pangan dan gizi serta investigasi mendalam bagi desa yang diindikasikan akan terjadi kerawanan pangan dan gizi. Kegiatan analisis tersebut dilaksanakan secara rutin selanjutnya dari
bulanan dan tahunan,
Hasil analisis SKPG tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai bahan perumusan kebijakan, perencanaan, pemantauan intervensi atau tindakan dalam penanganan kerawanan pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di tingkat Provinsi. Angka kerawanan pangan merupakan gambaran situasi tingkat aksesibilitas pangan masyarakat yang dicerminkan dari tingkat kecukupan gizi masyarakat yang diukur dari Angka Kecukupan Gizi (AKG) (kurang dari 70 % AKG adalah rawan pangan). AKG merupakan tingkat konsumsi zat-zat gizi esensial yang dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi hampir semua orang sehat di suatu negara. AKG diperoleh dari data Susenas BPS setiap tahun. Dalam melaksanakan SKPG, Pemerintah Provinsi membentuk Kelompok Kerja (Pokja) Pangan dan Gizi yang berada di bawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan. Hasil analisis SKPG oleh Pokja Pangan dan Gizi Provinsi dilaporkan kepada Gubernur untuk penentuan langkah-langkah intervensi dan untuk perumusan kebijakan program pada tahun berikutnya.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
68
4. Piloting Penanggulangan Kemiskinan Melalui Optimlisasi Lahan Pekarangan Untuk meningkatkan gizi terutama gizi keluarga di daerah rawan pangan dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di lingkungannya. Salah satu upaya pemberdayaan masyarakat tersebut adalah dengan pemanfaatan pekarangan yang dikelola oleh keluarga sehingga mudah untuk pemeliharaan dan pemanenan hasilnya. Lahan pekarangan sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna. Fungsi pekarangan adalah untuk menghasilkan bahan makanan, sayur dan buah-buahan, unggas, ternak dan ikan, dan lainlain. Apabila dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat memberikan sumbangan pendapatan bagi keluarga. Berdasarkan hal tersebut, pada Tahun Anggaran 2013-2018 Badan Ketahanan Pangan akan melaksanakan kegiatan Piloting Penangulangan Kemiskinan Melalui Optimalisasi Lahan Pekarangan dengan anggaran yang bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat.
5. Pengembangan Desa Mandiri Pangan Penyelenggaraan ketahanan pangan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara adil, merata dan tidak bertentangan dengan agama dan keyakinan masyarakat, berdasarkan kedaulatan dan kemandirian
pangan.
Kemandirian
pemenuhan
pangan
dengan
Pangan
pada
memanfaatkan
intinya
sumberdaya
adalah yang
dimilikinya secara efisien dan kearifan lokal. Upaya perwujudan kemandirian dilakukan secara bertahap melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah, serta mampu untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif, efisien, dan berkelanjutan. Pemberdayaan dilakukan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
69
terhadap masyarakat miskin dan rawan pangan di pedesaan. Strategi yang digunakan untuk pemberdayaan masyarakat miskin dilakukan melalui jalur ganda/twin track strategy, yaitu: (1) membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaan untuk menyediakan lapangan kerja dan pendapatan; dan (2) memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin di daerah rawan pangan melalui pemberdayaan dan pemberian bantuan langsung. Atas pemikiran tersebut, kegiatan Desa Mandiri Pangan perlu terus didorong dan ditingkatkan pencapaiannya agar Desa yang sudah dibentuk yaitu mulai Tahapan Persiapan, Penumbuhan, Pengembangan dan kemandirian dapat mencapai sasaran yang ditetapkan. Hal ini tentunya sangat dipengaruhi oleh kinerja pembinaan dari tingkat provinsi, kabupaten/kota hingga ke pendamping. Tim Teknis yang sudah dibentuk dapat dioptimalkan yaitu dengan melakukan pembinaan, pengendalian dan evaluasi serta telaahan yang mendalam serta dicarikan solusi dan pemecahan masalah secara berjenjang. Pemberdayaan masyarakat perlu diintensifkan agar berdaya dan memiliki usaha ekonomi produktif yang lebih berkembang. Masyarakat yang tergabung dalam kelompok afinitas mampu mengenali potensi dan kemampuannya, mencari alternatif peluang dan pemecahan masalah, serta mampu mengambil keputusan untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya alam secara efektif, efisien, dan berkelanjutan.
6. Analisis Ketersediaan Pangan di Jawa Barat Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 mengamanatkan hakekat pembangunan pangan adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, dan pemerintah bersama masyarkat bertanggung jawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Undang –undang ini juga menjelaskan tentang konsep ketahanan pangan, komponen serta pihak yang berperan serta dalam mewujudkan ketahanan pangan. Undang-undang tersebut telah dijabarkan dalam beberapa peraturan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
70
Pemerintah (PP) antar lain : (1) PP No. 68 tahun 2002 tentang ketahanan pangan yang mengatur dan mencakup aspek ketersediaan pangan cadangan pangan, penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan, pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat, pengembangan sumberdaya manusia dan kerja sama internasional; (2) PP No. 69 tahun 1999 tentang label dan iklan pangan yang mengatur pembinaan dan pengawasan dibidang label dan iklan pangan dalam rangka menciptakan perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab; dan (3) PP No. 28 tahun 2004 yang mengatur tentang keamanan, mutu dan gizi pangan, pemasukan dan pengeluran kewilayah Indonesia, pengawasan dan pembinaan serta peran serta masyarakat mengenai hal-hal dibidang mutu dan gizi pangan. Pembangunan di Jawa Barat pada tahap kedua RPJP Daerah atau RPJM Daerah tahun 2013-2018 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan yang belum terselesaikan, namun juga untuk mengantisipasi perubahan yang muncul di masa yang akan datang. Posisi Jawa Barat yang strategis dan berdekatan dengan ibukota negara, mendorong Jawa Barat berperan sebagai agent of development (agen pembangunan) bagi pertumbuhan nasional. Arah
kebijakan
pembangunan
daerah
ditujukan
untuk
pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat, revitalisasi pertanian dan kelautan, perluasan kesempatan lapangan kerja, peningkatan aksebilitas dan kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, pembangunan infrastruktur strategis, perdagangan, jasa dan industri pengolahan yang berdaya saing, rehabilitasi dan konservasi lingkungan serta penataan struktur pemerintah daerah yang menyiapkan kemandirian masyarakat Jawa Barat. Kebijakan pembangunan bidang ketahanan pangan di Jawa Barat berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
71
2013-2018 adalah peningkatan ketersediaan, akses dan keamanan pangan. Kebijakan tersebut dilakukam melalui program Peningkatan Ketahanan Pangan dengan sasaran sebagai berikut: (1) meningkatnya produksi dan produktivitas pangan pokok beras, jagung dan kedelai; (2) menurunnya kerawanan
tingkat pangan
kehilangan
hasil
masyarakat;
(4)
panen;
(3)
tertatanya
menurunnya
distribusi
dan
perdagangan beras; (5) meningkatnya keaneragaman konsumsi, kualitas pangan serta menurunnya ketergantungan terhadap pangan pokok beras, ketersediaan dan konsumsi sepanjang tahun sampai tingkat rumah tangga dan (6) meningkatnya pengendalian keamanan pangan. Untuk mewujudkan kebijakan diatas, melalui Peraturan Daerah No. 22 tahun 2008 telah dibentuk Badan Ketahanan Pangan Daerah yang memiliki tugas pokok menyelenggarakan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan, dimana dalam menjalankan tugas pokok tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah memilik fungsi (1) Penyelenggarakan Perumusan dan penetapan kabijakan teknis bidang ketahanan pangan; (2) pemberian dukungan atas penyelenggaraan kesekretariatan, kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan, konsumsi dan keamanan pangan serta distribusi dan harga pangan; (3) penyelenggaraan kordinasi dan pembinaan UPTB dan (4) pelaksanaan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
7. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) Indonesia sebagai wilayah sentra produksi pertanian yang sangat luas, khususnya padi dan jagung,
tersebar pada topografi beragam,
sementara Gapoktan yang berada
diwilayah tersebut memiliki
keterbatasan sarana prasarana (produksi, pengolahan, penyimpanan), kepemilikan sarana yang sangat bervariasi, waktu panen yang tidak bersamaan pada beberapa wilayah, dan iklim yang kurang mendukung
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
72
pada saat tanam maupun panen raya. Dengan kondisi tersebut, petani, kelompoktani (Poktan) maupun Gabungan Kelompoktani (Gapoktan) selalu dihadapkan pada berbagai masalah antara lain: (i) keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan, pendistribusian/pemasaran setelah panen; (ii) rendahnya posisi tawar petani pada saat panen raya yang bersamaan dengan datangnya hujan, dan (iii) keterbatasan akses pangan (beras) untuk dikonsumsi saat mereka menghadapi paceklik karena tidak memiliki cadangan pangan yang cukup. Dampak
dari
ketidakberdayaan
petani,
Poktan
dan/atau
Gapoktan tersebut yang tidak dapat melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan dan pendistribusian/pemasaran hasil produksinya, maka dapat mempengaruhi: (i) ketidakstabilan harga untuk komoditas gabah/beras dan jagung di wilayah sentra produksi pada saat terjadi panen raya, dan (ii) kekurangan pangan (beras) pada saat musim paceklik ataupun gagal panen. Dalam
rangka
perlindungan
dan
pemberdayaan
petani,
kelompoktani, dan/atau Gapoktan terhadap jatuhnya harga gabah, beras dan/atau jagung di saat panen raya dan masalah aksesibilitas pangan, pemerintah melalui Kementerian Pertanian cq Badan Ketahanan Pangan, sejak Tahun 2009 telah melaksanakan kegiatan Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (Penguatan-LDPM). Melalui kegiatan Penguatan-LDPM, Pemerintah menyalurkan dana bantuan sosial
(bansos)
dari
APBN
kepada
Gapoktan
dalam
rangka
memberdayakan kelembagaan tersebut agar mereka mampu dan berdaya dalam melakukan aktivitas pendistribusian pangan, serta penyediaan cadangan pangan. Sampai Tahun 2013, Jawa Barat telah mempunyai 138 Gapoktan LDPM terdiri dari 49 LDPM tahap pasca kemandirian (2009), 33 LDPM tahap pasca kemandirian (2010), 21 LDPM tahap kemandirian, 27 LDPM tahap pengembangan serta 8 Gapokan LDPM tahap penumbuhan Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
73
direncanakan pada tahun 2014 akan di salurkan kembali dana bansos penguatan LDPM yang bersumber dari APBN kepada 9 Gapoktan. Melalui fasilitas penguatan modal usaha, diharapkan Gapoktan bersama-sama dengan anggotanya mampu secara swadaya melakukan aktifitas
antara
lain
membangun
sarana
untuk
penyimpanan,
mengembangkan usaha di bidang pemasaran pangan, dan menyediakan pangan minimal bagi kebutuhan anggotanya.
8. Penguatan Lembaga Akses Pangan Masyarakat (LAPM) Salah satu pilar ketahanan pangan adalah aksesibilitas pangan baik di tingkat wilayah maupun rumah tangga. Akses pangan merupakan aspek kritis dalam perwujudan ketahanan pangan karena merupakan salah satu sub sistem ketahanan pangan selain ketersediaan dan pemanfaatan pangan. Apabila salah satu sub sistem tersebut tidak dipenuhi maka suatu Negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional dan regional, tetapi jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata, ketahanan pangan masih dikatakan rapuh. Akses pangan adalah kemampuan kelompok, rumah tangga, atau individu untuk memenuhi kecukupan pangan setiap saat baik dari produksi sendiri, pembelian, pemberian/bantuan lain berdasarkan sumberdaya yang dikuasai dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Sumber daya yang dimanfaatkan untuk pemenuhan kecukupan pangan tersebut terdiri dari sumber daya alam, teknologi, sumber daya manusia, ekonomi (financial) dan sumber daya sosial. Akses pangan merupakan aspek kritis dalam perwujudan ketahanan pangan karena merupakan salah satu pilar ketahanan pangan selain ketersediaan dan pemanfaatan pangan. Dengan kata lain, meski secara fisik pangan tersedia namun jika masyarakatnya tidak mampu Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
74
mengaksesnya
maka
ketahanan
pangan
tidak
akan
terwujud.
Kemampuan akses pangan rumah tangga dikatakan baik apabila rumah tangga mampu menjangkau pangan yang tersedia baik secara fisik, ekonomi dan social budaya, untuk memenuhi kebutuhan gizi anggotanya setiap saat. Permasalahan akses pangan disebabkan adanya gangguan terhadap potensi sumber daya. Gangguan ini meliputi guncangan berupa konflik sosial, adanya ketidakseimbangan akses terhadap layanan dasar, pemutusan hubungan sosial dan sharing mechanism, pengurangan jaminan pengamanan sosial, dan bencana alam. Sebagai upaya untuk pencegahan dan penanggulangan masalah tersebut maka salah satu kegiatan yang dilakukan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat adalah melakukan pemantauan akses pangan di tingkat rumah tangga miskin di Kecamatan yang merupakan daerah rawan pangan hasil Food Security and Vurnerability Atlas (FSVA) atau Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan tahun 2011. Pemantauan Akses Pangan dimulai tahun 2013 sebanyak 12 desa dan dilanjutkan di tahun 2014 di 12 desa, yang kegiatannya meliputi pemantauan akses pangan masyarakat dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat di desa melalui pemantauan pengeluaran pangan dan non pangan serta kemudahan masyarakat dalam mengakses pangan di tempat tinggalnya, yang ke depan akan difasilitasi melalui Lembaga Akses Pangan Masyarakat (LAPM). Kegiatan dalam rangka peningkatan akses pangan ini diharapkan dapat diikuti dengan koordinasi dan keterpaduan program dengan instansi terkait di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan intervensi pencegahan dan penanggulangan kerawanan pangan khususnya di Jawa Barat.
9. Pemantauan Harga dan Pasokan Harga Pangan Jawa Barat Undang-undang menyebutkan
bahwa
No.
18
Tahun
penyelenggaraan
2012 pangan
tentang dilakukan
Pangan untuk
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
75
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil, merata, dan berkelanjutan berdasarkan kedaulatan pangan, kemandirian pangan, dan ketahanan pangan. Penyediaan pangan berkaitan dengan faktor harga dan pasokan pangan itu sendiri. Harga dan pasokan pangan merupakan indikatorindikator strategis yang saling terkait, yang biasa digunakan untuk mengetahui status distribusi pangan. Terjadinya gejolak harga pangan menunjukkan gejala terganggunya distribusi pangan. Hal itu mungkin disebabkan karena kurangnya pasokan atau meningkatnya permintaan Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, yang dihormati oleh komunitas dunia sebagai salah satu hak asasi, karena setiap insan di dunia mempunyai hak untuk bebas dari kelaparan. Komitmen nasional untuk mewujudkan ketahanan pangan didasarkan pada pemahaman atas peran strategis ketahanan pangan dalam pembangunan nasional. Peran strategis pertama adalah memenuhi hak yang paling asasi bagi manusia; kedua adalah pentingnya pangan bagi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas; dan ketiga, ketahanan pangan merupakan salah satu pilar utama yang menopang ketahanan ekonomi dan ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan. Kondisi ketersediaan pangan, berkaitan dengan faktor harga dan pasokan pangan itu sendiri. Harga dan pasokan pangan merupakan indikator-indikator strategis yang saling terkait, yang biasa digunakan untuk mengetahui status distribusi pangan. Terjadinya gejolak harga pangan menunjukkan gejala terganggunya distribusi pangan. Hal itu mungkin disebabkan karena kurangnya pasokan atau meningkatnya permintaan. Ketidakcukupan pasokan pangan di suatu wilayah dapat menjadi indikator tidak meratanya distribusi bahan pangan antar wilayah, yang mungkin disebabkan rendahnya produksi dan gangguan pada proses distribusi yang dapat disebabkan dampak perubahan iklim seperti banjir,
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
76
kekeringan,
serangan
Organisme
Pengganggu
Tanaman
(OPT),
gelombang tinggi dan kurang baiknya sarana transportasi. Terjadinya gangguan pada pasokan yang dapat mempengaruhi harga pangan, perlu segera mendapat respon kebijakan dari pemerintah, karena dapat menimbulkan gejolak sosial di masyarakat dan dapat mengakibatkan terganggunya kondisi sosial politik nasional. Oleh karena itu, diperlukan suatu Sistem Deteksi Dini (Early Warning System) tentang kondisi pasokan dan harga pangan yang tepat (up to date) dan akurat, agar
dapat
segera
dilakukan
antisipasi
dan
respon
terhadap
kemungkinan terjadinya gejolak. Salah satu pendekatan untuk memperoleh data dan informasi mengenai harga dan pasokan pangan yang akurat dari waktu ke waktu adalah dengan metode panel data, yang diperoleh secara periodik atau berkala (time series) dari sasaran yang sama. Melalui panel data harga pangan, akan diperoleh gambaran dinamika perkembangan harga pangan dari waktu ke waktu dan dapat memprediksi kecenderungan harga pangan ke depan. Dengan demikian memudahkan dalam melakukan antisipasi tindakan yang diperlukan.
Data dan informasi
tersebut akan digunakan sebagai bahan masukan rumusan kebijakan pengendalian harga dan pasokan pangan. Seperti pengalaman tahun-tahun sebelumnya, menjelang hari-hari besar keagamaan, permintaan pangan masyarakat untuk komoditas tertentu cenderung meningkat, disisi lain pada waktu yang bersamaan produksi beberapa komoditas bahan pangan menurun karena belum memasuki masa panen. Kondisi demikian, jika tidak dikendalikan dan dikelola dengan baik dapat berpotensi mendorong peningkatan hargaharga bahan pangan pokok di luar batas kewajaran. Gejolak harga pangan menjelang HBKN biasanya dimanfaatkan oleh segelintir orang (spekulan) untuk meraup keuntungan. Disisi lain
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
77
permintaan yang tinggi dan pasokan yang tetap menyebabkan kenaikan harga pangan secara otomatis. Oleh karena itu dalam rangka mengantisipasi kondisi yang tidak diinginkan menjelang dan selama Hari Besar Keagamaan Nasional, Pemerintah berkewajiban mengupayakan terjaminnya ketersediaan bahan pangan dan kelancaran distribusi pangan dengan harga yang wajar/terjangkau sehingga masyarakat dapat menjalani hari besar keagamaan dengan tenang dan khidmat.
10. Lingkungan Bebas Rawan Pangan (Lingbasrangan) Keluarga adalah elemen terkecil dalam rumah tangga yang dapat menentukan dan membentuk kualitas manusia terutama anak-anak sebagai generasi penerus, oleh karena itu keluarga juga harus mampu mengenali dan mengatasi masalh gizi serta menerapkan perilaku sadar gizi yang baik untuk seluruh anggota keluarganya. Perilaku sadar gizi adalah pengetahuan sikap dan praktek keluarga dalam mewujudkan status gizi yang baik. Perilaku tersebut meliputi kebiasaan menimbang berat badan secara teratur, mengkonsumsi makanan beragam, bergizi seimbang, aman dan halal serta berperilaku hidup sehat. Kasus gizi buruk terjadi pada keluarga yang memang sulit mengakses pangan disebabkan rawan daya beli, distribusi yang tidak lancar atau terjadi bencana alam , kasus gizi buruk juga dapat terjadi pada keluarga mampu yang menerapkan pola hidup yang salah karena minimnya pengetahuan mengenai stasus gizi. Salah satu upaya untuk meningkatkan status gizi keluarga dan mendekatkan akses pangan untuk keluarga rawan pangan, pada Tahun Anggaran 2013-2018 Badan Ketahanan Pangan akan melaksanakan kegiatan fasilitasi Lingkungan Bebas Rawan Pangan dengan anggaran bersumber dari APBD.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
78
11. Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Jumlah penduduk Jawa Barat yang relatif besar dan mengalami peningkatan yang signifikan merupakan tantangan yang besar dalam pemenuhan kebutuhan pangannya. Kondisi tersebut memerlukan jumlah ketersediaan pangan di Jawa Barat harus tetap mencukupi sesuai dengan pertumbuhan penduduknya. Hal ini semakin berat mengingat alih fungsi lahan semakin tinggi sehingga ketersediaan lahan untuk pertanian semakin terbatas baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Rata-rata pertumbuhan penduduk Jawa Barat selama tahun 20002010 adalah sebesar 1,90 %, sementara pertumbuhan produksi pangan, hanya 1,48 %. Salah satu cara untuk mengantisipasi kondisi tersebut adalah dengan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap salah satu jenis sumber karbohidrat yaitu beras. Sumber karbohidrat lain yang dapat dimanfaatkan dan merupakan potensi besar yang dapat dikembangkan di Jawa Barat adalah singkong, ubi jalar, jagung, ganyong, sukun dan lain-lain. Sumber karbohidrat tersebut dari segi kesehatan relatif lebih baik dilihat dari sudut kesehatan karena Glikemic Indeksnya (GI) lebih rendah dibanding beras. GI umbia-umbian adalah 45 sampai 50 sedangkan beras mencapai 90. GI adalah salah satu faktor yang dapat menyebabkan penyakit Diabetes Melitus (DM), makin tinggi GI makin besar kecenderungan menderita penyakit (DM). Saat ini konsumsi beras di Jawa Barat 90,59 kg/kapita/tahun, dan diharapkan terjadi penurunan sebesar 1.5 % pertahun.
12. Fasilitasi Kelembagaan Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKPD) Memperoleh makanan yang cukup, bergizi dan aman adalah hak setiap manusia (FAO/WHO International Conference on Nutrion : World Declaration on Nutrion,1992), sedangkan tahun 1997 CODEX
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
79
mengharuskan bahwa makanan tidak boleh mengakibatkan bahaya bagi konsumen.
Berangkat dari hal tersebut maka Pemerintah
mrngeluarkan Peraturan Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan yang menyebutkan bahwa Menteri Pertanian melalui Kepala Daerah berwenang mengatur, membina dan/atau mengawasi kegiatan atau proses produksi pangan dan peredaran pangan segar. Gubernur
Jawa
OKKPD Jawa Barat dibentuk melalui Keputusan Barat
Nomor
501/Kep.236-BKPD/2010
tentang
Penunjukan Badan Ketahanan Pangan Daerah sebagai pelaksana Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah, tanggal 26 Januari 2010, dan telah lulus Verifikasi oleh OKKP Pusat pada tanggal 30 November 2010 dengan nomor OKKP-P-LSP -010. Tugas pokoknnya adalah melaksanakan pengawasan mutu dan keamanan pangan hasil pertanian, sedangkan fungsinya adalah mengeluarkan sertifikat Prima 2 dan Prima 3. Tujuan dari pengawasan pangan adalah untuk memberikan jaminan dan perlindungan keamanan pangan bagi masyarakat, mencegah masuknya komoditas pangan segar yang tidak memenuhi syarat-syarat sanitary dan phytosanitary, meningkatkan daya saing produk pertanian segar Indonesia baik di pasar domestik maupun internasional serta meningkatkan kesadaran produsen dan pelaku usaha mengenai pentinganya menerapkan cara-cara bertani yang baik sesuai dengan prinsip GAP dan PHT dengan slogan aman " From Farm to Table" artinya aman mulai dari proses produksi sampai siap di konsumsi. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya maka OKKPD siap memverifikasi pelaku untuk mendapatkan sertifikat sebagai jaminan produk aman dikonsumsi.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
80
13. Analisis Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Pangan
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan berdasarkan proporsi keseimbangan energi dari 9 kelompok pangan dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi , budaya dan agama. Berdasarkan UU no 18 tahun 2012 pengertian ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan dan budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat aktif dan produktif secara berkelanjutan. Menurut FAO-RAPA (1989), PPH adalah komposisi kelompok pangan utama yang apabila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk suatu rasionalisasi pola konsumsi pangan yang dianjurkan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan pangan bagi masyarakat. Untuk hidup aktif dan sehat manusia memerlukan lebih dari 40 jeniszat gizi (KH, Protein, Lemak Vitamin, mineral dan air) dalam jumlah yang cukup dan berasal dari bebagai jenis makanan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia, kebutuhan energi dan protein setiap orang adalah 2150 kkal dan 57 gram protein setiap harinya. Salah satu upaya untuk meningkatkan skor PPH adalah dengan Diversifikasi Pangan atau Penganekaragaman Konsumsi Pangan, dimana tujuannya adalah meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui konsumsi pangan yang cukup gizi secara kuantitas dalam omposisi
yang
seimbang
meningkatkan skor PPH
bagi
setiap
individu. Program
untuk
adalah penyediaan sayuran dan buah,
pangan hewani dan kacang-kacangan yang cukup dan dapat mudah
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
81
diakses oleh seluruh keluarga, salah satunya dengan pemanfaatan lahan pekarangan dan fokus mengembangkan pangan hewani yang mudah
dibudidayakan
dan
terjangkau
harganya.
Selain
itu
Pengembangan Pangan Lokal Sumber Karbohidrat non beras sebagai upaya menurunkan ketergantungan pada beras dan terigu.
14. Fasilitasi Dewan Ketahanan Pangan Dewan Ketahanan Pangan sebagai institusi koordinasi fungsional bertanggung jawab memfasilitasi berberbagai pertemuan baik yang bersifat formal maupun informal. Pertemuan dilaksanakan untuk menggalang
keterlibatan
pemerintah
daerah,
organisasi
non
pemerintah (LSM, Pondok Pesantren, PKK, Perusahaan Swasta, Organisasi profesi dan organisasi pelaku) untuk lebih peduli terhadap pentingnya pemenuhan pangan bagi masyarakat dan ketahanan nasional serta menyadarkan semua pihak bahwa tanggung jawab mewujudkan masyarakat Jawa Barat
yang sejahtera terbebas dari
kemiskinan dan kelaparan terletak pada seluruh komponen masyarakat (Pemerintah Daerah dan Masyarakat). Disadari bahwa koordinasi kebijakan dan implementasi program ketahanan pangan masih ditemukan kelemahan maka perlu diperkuat kelembagaan dan manajemen ketahanan pangan dan gizi melalui Badan Ketahanan Pangan Daerah. Selain itu juga perlu diperkuat melalui kelembagaan adhoc seperti Dewan Ketahanan Pangan yang diharapkan dapat mendorong dan memfasilitasi Gubernur dalam menetapkan kebijakan dibidang ketahanan pangan. Tugas Dewan Ketahanan Pangan diantaranya : (a) Merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan daerah, (b) merumuskan
kebijakan
dalam
rangka
mendorong
keikutsertaan
masyarakat dalam penyelenggaraan ketahanan pangan dan (c) melaksanakan evaluasi dan pengendalian perwujudan ketahanan pangan kabupaten.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
82
Dalam
pelaksanaan
tugasnya,
Dewan
Ketahanan
Pangan
didukung oleh Kelompok Kerja (Pokja) Ahli dan Pokja Teknis. Peran Pokja Ahli di Dewan Ketahanan Pangan sebagai konseptor, mediator, monitor dan diseminator (berperan sebagai penyebar). Sedangkan Tugas Pokok Pokja Ahli diantaranya membantu mempersiapkan bahan dan draft untuk kegiatan evaluasi dan perumusan kebijakan ketahanan pangan serta menjadi tenaga ahli dalam mempersiapkan pelaksanaan program dan kegiatan sekretariat DKP. Pokja Ahli terdiri dari kumpulan orang (minimal 4 orang) yang berkaitan dengan keahlian dan keilmuan dibidang ketahanan pangan (pertanian dalam arti luas, sosial ekonomi pertanian, pengolahan hasil pertanian dan ahli gizi) dan bukan mewakili lembaga yang diangkat dengan Surat Keputusan Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan. Secara organisasi, kedudukan Pokja Ahli berada di bawah Ketua Harian yang dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan sekretariat Dewan Ketahanan Pangan.
15. Pengembangan
Manajemen
Kelembagaan
dan
Infrastruktur
Pangan Berkenaan dengan pengelolaan pangan, peran kelembagaan menjadi sangat penting karena secara empiris operasionalisasi pengelolaan pangan tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah dalam hal ini kelembagaan formal yang memiliki legalisasi hukum, akan tetapi juga melibatkan kelembagaan non formal yang mendasar dan melekat dengan masyarakat yang justru secara signifikan memberikan dampak yang nyata terhadap terwujudnya sebuah masyarakat yang mandiri. Selanjutnya, jika ditelusuri lebih jauh ke belakang, tercapainya ketahanan pangan itu pada dasarnya berkaitan dengan keberhasilan usahatani.
Sementara
ditentukan
ketersediaan
itu
keberhasilan
teknologi.
usahatani
Faktor
tidak
hanya
kelembagaan
dalam
penyiapan dan penerapan teknologi, serta mekanisme penyiapan dan
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
83
penerapan teknologi juga memberikan sumbangan yang besar terhadap keberhasilan usahatani. Inti dari kelembagaan itu sendiri adalah adanya “Interaksi” yang melahirkan bentuk “aktifitas”. Adanya kelembagaan menjadi prasyarat teradopsinya inovasi secara sustainable dalam pengembangan usahatani. Pengalaman mengajarkan kepada kita bahwa adopsi teknologi berakhir seiring dengan berakhirnya proyek; apabila tidak ada kelembagaan pedesaan yang mampu menyediakan kebutuhan petani seperti benih/bibt, pupuk, modal kerja dan fasilitas pemasaran. Ketersediaan inovasi teknologi dinilai penting (necessary condition), tetapi belum cukup untuk menghantarkan
petani
ke
arah
ketersediaan
pangan
yang
berkelanjutan. Adapun syarat kecukupan (Sufficiency condition) dalam pengelolaan pangan adalah kelembagaan yang mencakup semua elemen pendukung pengelolaan pangan dan keterkaitannya serta kebijakan pendukung pengembangan. Kelembagaan dibutuhkan untuk menghantarkan inovasi teknologi dalam pengelolaan pangan secara optimal. Dari sebuah kajian ilmiah mengenai strategi optimalisasi inovasi kelembagaan dalam mewujudkan ketahanan pangan daerah diberikan beberapa kesimpulan yaitu : (1) Keberhasilan ketahanan pangan tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan teknologi semata, akan tetapi juga ditentukan oleh unsur kelembagaan pendukungnya, baik bersifat formal maupun non formal. Teknologi menjadi syarat keharusan sedangkan kelembagaan
merupakan
syarat
kecukupan;
(2)
Keberadaan
kelembagaan formal dan non formal memiliki peran strategis dan krusial dalam mewujudkan ketahanan pangan di level nasional maupun daerah dalam perannya memfasilitasi akses terhadap teknologimyang telah
tersedia
maupun
yang
diperlukan
dan
belum
tersedia,
menyediakan kebutuhan petani, fasilitasi modal kerja dan pemasaran; (3) Kelembagaan ketahanan pangan yang optimal dicirikan oleh konsistensinya dalam menerapkan prinsip-prinsip kelembagaan yang
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
84
mencakup prinsip kebutuhan, efektivitas, efisiensi, fleksibilitas, manfaat, pemerataan dan keberlanjutan. Terkait dengan infrastruktur yang berhubungan dengan ketahanan pangan secara umum meliputi infrastruktur fisik dan non fisik. Infrastruktur fisik meluputi sarana transportasi, irigasi, telekomunikasi, dan listrik. Buruknya kondisi infrastruktur tersebut akan berdampak terhadap produksi dan daya saing, distribusi serta akses pangan yang merupakan pilar-pilar penyangga ketahanan pangan suatu daerah. Disamping itu, infrastruktur penunjang lain seperti sarana pergudangan, sarana pengolahan, pasar, terminal dan lain-lain memberikan peran yang nyata terhadap kondisi perekononomian suatu daerah. Selanjutnya, infrastruktur non fisik seperti lembaga keuangan (Bank-Bank) dan asuransi, kebijakan pemerintah, dan Iptek menjadi bagian yang tak kalah penting. Oleh karena itu, dalam upaya mewujudkan pembangunan ketahanan pangan, pemerintah bersamasama
dengan
masyarakat
berkewajiban
untuk
terus
berupaya
menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan. Menyadari hal-hal tersebut di atas, maka Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat akan melaksanakan kegiatan Pengembangan Manajemen Kelembagaan dan Infrastruktur Pangan.
C. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Kegiatan Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan kemampuan aparat Badan ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat, pada Tahun Anggaran
2013-2018,
Kesejahteraan
dan
akan
dilaksanakan
Kemampuan
Aparatur
kegiatan dengan
Peningkatan
anggaran
yang
bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
85
D. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Kegiatan
Penyelenggaraan
Administrasi
Perkantoran
Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Untuk meningkatkan penyelenggaraan administrasi perkantoran, pada
Tahun
Anggaran
2013-2018
akan
dilaksanakan
Kegiatan
Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat yang dananya bersumber dari APBD.
E. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Kegiatan Pengadaan Sarana, Prasarana dan Jasa Perkantoran Untuk meningkatkan Pengadaan sarana, prasarana dan Jasa Perkantoran, pada Tahun Anggaran 2013-2018 akan dilaksanakan Kegiatan pengadaan sarana, prasarana dan Jasa Perkantoran yang dananya bersumber dari APBD
F. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Kegiatan Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Badan Ketahanan Pangan Dalam
rangka
meningkatkan
Perencanaan,
Evaluasi
dan
Pelaporan Internal Badan Ketahanan Pangan, maka pada Tahun Anggaran 2013-2018 akan dilaksanakan Kegiatan Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Badan Ketahanan Pangan yang dananya bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat.
G. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur Kegiatan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor Untuk meningkatkan pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor, pada
Tahun
Anggaran
2013-2018
akan
dilaksanakan
Kegiatan
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor yang dananya bersumber dari APBD Provinsi Jawa Barat.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
86
H. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah Kegiatan Penyusunan dan Penyajian Data dan Statistik Ketahanan Pangan Pencapaian visi dan misi Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat, tidak terlepas dari ketersediaan data yang berkesinambungan dalam berbagai tahapan pembangunan ketahanan pangan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan sampai dengan pada evaluasi pembangunan ketahanan pangan. Data
yang
disusun
secara
konferhensif,
terstruktur,
dan
terkompilasi dalam bentuk bank data ketahanan pangan yang informatif, merupakan hal yang sangat menentukan terutama dalam menentukan kebijakan ketahanan pangan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, perlu didukung dengan kegiatan penyusunan data dan statistik ketahanan pangan secara berkelanjutan.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
87
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
88
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
89
BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
Arah kebijakan bidang Ketahanan Pangan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) yaitu meningkatkan kualitas konsumsi pangan masyarakat dan meningkatkan pelayanan dasar bidang ketahanan pangan dengan Program Peningkatan Ketahanan Pangan, dengan sasaran : a. Meningkatnya Skor Pola Pangan Harapan (PPH) b. Meningkatnya jumlah cadangan pangan pemerintah c.
Tersedianya Informasi pasokan, harga dan akses pangan
d. Meningkatnya pengawasan dan pembinaan keamanan pangan e. Meningkatnya Penanganan Daerah Rawan Pangan
Indikator kinerja yang secara langsung mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD adalah sebagaimana terlihat pada Tabel berikut : Tabel 21. Indikator Kinerja OPD yang mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD
No
Indikator
1.
Meningkatnya Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Menurunnya Konsumsi Beras (Kg/kapita/th) Penguatan cadangan pangan Pemerintah (ton beras) Informasi pasokan, harga dan akses pangan (%) Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan (%) Penanganan Daerah Rawan Pangan
2. 3. 4. 5.
1
2
3
4
5
70,2
72
74
76
78
80
Kondisi Kinerja Pada Akhir Periode RPJMD 80
94,00
90
88
85
84
83
83
200
200
200
200
200
200
200
66,70
100
100
100
100
100
100
80
85
90
90
90
90
90
813
20
40
60
80
100
100
Kondisi Kinerja pada awal periode RPJMD
Target Capaian Setiap Tahun Tahun ke
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
90
BAB VII PENUTUP
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat 2013-2018 merupakan komitmen bersama aparat Badan Ketahanan Pangan dalam mewujudkan visi yang telah ditetapkan yaitu “Menjadi Institusi Andal Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan” Renstra akan menjadi Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Tahunan 2014, 2015, 2016, 2017 dan 2018 yang berisikan rincian pelaksanaan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat , baik yang bersumber dari dana APBD maupun APBN. Dalam tahap implementasi, amanat yang digariskan dalam Renstra ini, keberhasilannya sangat ditentukan oleh kesungguhan dan dukungan dari semua pihak yang berkepentingan, di samping konsisten seluruh jajaran Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat terhadap komitmen tersebut di atas.
Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018
91