BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pembangunan dan modernisasi membuka kesempatan kepada kaum
wanita untuk memasuki sektor publik guna mendapatkan penghasilan atau upah. Peluang itu dapat membantu kaum wanita untuk keluar dari lingkungan domestic iaitu melakukan kerja-kerja didalam rumah tangga tanpa mendapat upah atau nilai tukar (reproduktif). Peluang ini juga membuka kemungkinan bagi kaum wanita untuk menentukan pilihan–pilihan yang lebih baik dalam upaya mengembangkan diri serta memperbaiki kondisi kehidupan. Perbincangan mengenai penglibatan wanita dalam pekerjaan atau peranan mereka kepada pembangunan tidak dapat dipisahkan dari isu eksploitasi, kemiskinan dan pengangguran. Wanita kini mewakili duapertiga daripada jumlah buruh keluarga dan membentuk separuh dari pekerjaan mandiri (self employed) dalam aktiviti ekonomi
di Asia dan sebahagian mereka di negara sedang
berkembang terlibat dalam sektor tidak formal (Nor Aini 1996). Wanita bekerja memberi sumbangan besar kepada pembangunan negara tetapi tidak semua sumbangan tersebut dicatat dalam pendapatan negara karena semua pekerjaan yang digeluti oleh wanita tanpa upah tidak dianggap sebagai salah satu bentuk sumbangan dilihat pada perspektif ekonomi. Dengan perkataan lain, penglibatan wanita dalam aktiviti-aktiviti yang lebih bersifat tidak formal telah mewujudkan sikap undercounting, under-rating, dan under recording apabila melihat peranan mereka dalam meningkatkan pendapatan keluarganya dengan bekerja di luar sektor domestik (Hastuti, 2005). Munculnya
anggapan
bahwa
pekerjaan
wanita
tidak
berkualitas
disebabkan oleh nilai-nilai dalam masyarakat patriarkhi yang menganggap kaum wanita tidak bisa bekerja. Kaum wanita hanya bisa menerima dan menikmati hasil dari pekerjaan yang dilakukan oleh kaum laki-laki. Hal ini dikarenakan Seperti yang terjadi oleh budaya patriarkhi yang memposisikan kaum laki-laki sebagai pemimpin dan pencari nafkah bagi wanita. Dengan demikian, posisi wanita hanya 1
dianggap sebagai pembantu atau perawat yang melakukan pekerjaan sebatas melayani kepentingan laki-laki. Munculnya anggapan yang menyudutkan pekerjaan yang dilakukan oleh wanita disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: (1) bentuk fisik laki-laki dan fisik wanita, dimana fisik wanita dikatakan tidak sekuat tubuh laki-laki yang dimitoskan tidak kuat dalam bekerja; (2) wanita adalah makhluk yang berperasaan halus, lemah-lembut, suka merapikan, dan melakukan pekerjaan yang sifatnya menata. Faktor-faktor tersebut mengakar dengan sangat kuat, sehingga wanita selalu diberikan pekerjaan yang ringan atau yang bersifat pekerjaan melayani dan merawat. Meskipun demikian, pekerjaan melayani dan merawat telah mengekang keberadaan kaum wanita dalam kurungan domestisasi, sedangkan kaum laki-laki bebas lepas menguasai, merancang, mengisi dunia publik yang lebar dengan beragam warna. Selain itu, pekerjaan melayani dan merawat dalam sektor domestik memunculkan gambaran bahwa pekerjaan yang cocok dilakukan oleh wanita adalah kasur, sumur, dapur. Dengan adanya gambaran tersebut, akan lahir pembagian kerja yang tidak seimbang dalam konsep kesetaraan gender yang hanya akan menjadi impian masyarakat sensitif gender. Pembagian kerja yang tidak seimbang antara laki-laki dan wanita dalam sektor domestik dan publik akan melahirkan beban kerja ganda bagi kaum wanita. Akan tetapi, beban tersebut dianggap sebagai peran pembantu dalam pekerjaan laki-laki, bukan sebagai wanita yang mampu bekerja terlepas dari segala mitos tubuh dan isu gender yang bias. Pembagian kerja dalam masyarakat patriarkhi biasanya akan lahir berdasarkan budaya dan kebenaran patriarkhi yang dipegang teguh oleh kaum laki-laki. Pekerjaan wanita didalam sektor publik membawa pengaruh terhadap kehidupan didalam rumah tangga, kerana peranan wanita sebagai istri serta ibu didalam rumah tangga dianggap mempunyai tanggung jawab melakukan pekerjaan-pekerjaaan rumah tangga (domestik) seperti memasak, membersihkan rumah hingga merawat anak-anak. Akibatnya wanita sering kali mempunyai multi peranan yangmana disatu sisi memainkan peranan dalam kerja produktif dan disatu sisi lagi dia ialah seorang istri dan ibu yang memainkan peranan dalam
2
kerja reproduktif dilingkungan domestik. Multi peranan ini sering dianggap sebagai suatu yang bersifat wajar, kerana adanya suatu kosntruksi peranan berbasis gender. Konstruksi atau pembentukkan baik sosial mahupun budaya didalam masyarakat seringnya mengakibatkan terjadinya subordinasi kaum wanita (Romany, 2007). Misalnya adanya anggapan bahwa wanita adalah orang yang harus bekerja di rumah (domestik) dan lelaki adalah pencari nafkah, maka berakibat membatasi, menyulitkan bahkan memiskinkan dan merugikan wanita. Setiap pekerjaan yang dibuat oleh wanita diluar rumah (produktif) seringnya dinilai sebagai ’tambahan’ sahaja dan konsekuensinya adalah apabila wanita kembali kedalam rumah maka dia harus membuat pekerjaan-pekerjaan domestik kembali (reproduktif).
Berbeda dengan kaum lelaki yang tidak harus
menanggung beban kerja domestik setelah melakukan pekerjaan-pekerjaan diluar rumah (publik). Dalam
masyarakat
patriarkhi,
hubungan
pembagian
kerja
tidak
menampakkan pola keseimbangan. Dalam pekerjaan, laki-laki lebih dihargai dibandingkan pekerjaan wanita. Pekerjaan yang dilakukan oleh wanita sangat sedikit mendapatkan penghargaan. Hal ini diakibatkan oleh kontruksi sosial berdasarkan tubuh wanita dan laki-laki. Pembagian yang tidak seimbang ini banyak dirasakan oleh kaum wanita hingga melahirkan beban kerja. Dengan demikian, kondisi kaum wanita banyak diintimidasi oleh sistem patriarkhi, sedangkan kaum laki-laki lebih banyak menguasai kerja-kerja disektor publik. Kesepakatan yang dibuat laki-laki akan melahirkan budaya patriarkhi. Budaya patriarkhi ini akan tetap hidup dan terpelihara dengan baik dalam kehidupan masyarakat yang bias gender. Dalam keadaan normal tanggung jawab wanita terhadap keluarga merupakan prioritas sedangkan kaum laki-laki bertanggung jawab terhadap pencarian nafkah. Wanita yang terlibat dalam pekerjaan profesional perlu mencurahkan sebahagian besar waktu dan tenaga untuk kepentingan pekerjaan. Sementara itu disisi lain wanita juga harus memperhitungkan pekerjaan rumah sebagai tanggung jawab di dalam keluarga. Oleh karena wanita yang bekerja terpaksa menghadapi dua peranan. Meraka akan sering mengalami kesulitan
3
bahkan menghadapi tekanan untuk melaksanakan kedua tanggung jawab ini dengan sempurna.
1.2
Rumusan masalah 1. Untuk mengetahui karakteristik keluarga wanita bekerja di kota pekanbaru? 2. Untuk mengetahui pola pembagian kerja dalam keluarga wanita bekerja di kota pekanbaru ?
1.3
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui karakteristik keluarga wanita bekerja di kota pekanbaru 2. Untuk mengetahui pembagian peran dalam keluarga wanita bekerja di kota pekanbaru.
1.4
Manfaat penelitan 1. Dapat memberikan pemahaman yang kompleks dan terperinci mengenai pola pembagian kerja dalam rumah tangga wanita bekerja di Perkotaan 2. Dapat
berguna
bagi
pengembangan
ilmu-ilmu
sosial
dalam
memperkaya dan mempertajam pengetahuan dalam bidang sosiologi keluarga dan sosiologi wanita 3. Sebagai informasi dan pedoman bagi peneliti lain yang berminat menangani masalah dan k asus yang sama.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teoretis Berkaitan dengan konsep status dan peran dijelaskan bahwa pada dasarnya
seorang individu akan mampu memiliki beberapa peran sekaligus yang harus dijalankan sehubungan dengan kedudukannya dimasyarakat. Ini menunjukkan bahwa tiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya.
Dan kombinasi dari peran-peran yang dimiliki seorang
individu merupakan sesuatu yang unik. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya (Soerjono Soekanto, 1990). Pentingnya peranan adalah karena ia mampu mengatur perilaku seseorang. Peranan menyebabkan seseorang dalam batas-batas tertentu mampu meramalkan perbuatan orang lain sehingga individu akan mampu menyesuaikan perilakunya sendiri dengan perilaku orang-orang dalam kelompoknya (Ely Chinoy, 1961). Peranan menurut Levinson dalam Soerjono Soekanto (1990) mencakup tiga hal yaitu: 1.
Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan masyarakat.
2.
Peranan adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3.
Peranan dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. Menurut Ashar Sunyoto Munandar (Sc Utami Munandar, 1985), peran
wanita dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu: 1.
Wanita yang melayani
5
Kegiatannya berpusat pada kegiatan melayani dalam arti yang luas, terrmasuk disini mendidik, merawat, mengatur dan mengurus untuk dinikmati oleh orang lain atau untuk dinikmati bersama-sama. Wanita dalam hal ini menjadi sumber yang dapat membahagiakan orang lain. 2.
Wanita yang bekerja Dalam peran ini, selain kegiatan melayani wanita juga bekerja atau melakukan kegiatan yang memberikan penghasilan. Sebagai istri, wanita melayani ditambah dengan ikut mencari penghasilan untuk menunjang keperluan keluarga.
Dibanding wanita yang melayani, wanita bekerja
memiliki kesibukan yang lebih banyak. 3.
Wanita yang mandiri Tipe wanita ini menekankan pada kemandiriannya sebagai wanita yang bekerja, melakukan pekerjaan yang menghasilkan uang yang dapat ia putuskan sendiri penggunaannya.
Sebagai istri, wanita ini tidak
“memonopoli” pendidikan dan perawatan anak.
Perawatan dan
pendidikan anak serta pengaturan rumah tangga diatur bersama suami dengan kesepakatan bersama. Ia melayani suami sebagaimana ia harapkan suami melayaninya. Suami istri merupakan partner yang duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Peran sosial dalam konteks keberadaan wanita sesuai dengan teori di atas adalah berkaitan dengan fungsi status atau kedudukan yang dimilikinya baik didalam keluarga atau lingkungan domestik serta dalam pekerjaannya atau lingkungan publik yang digelutinya. Harus diakui, bahwa pada dasarnya setiap individu akan menyandang berbagai peran sosial. Ini sama dengan yang terjadi dengan kaum wanita yang harus menjalankan berbagai peran tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu sebagai seorang istri bagi suami yang harus mampu menjadi penyeimbang, kawan ataupun mitra dan partner, sebagai seorang ibu yang harus mampu menjalankan fungsi afeksi atau kasih sayang sekaligus perhatian bagi anak-anaknya, sebagai ibu rumah tangga yang harus menjalankan aktivitas keseharian yang berkaitan dengan kelangsungan hidup rumah tangganya sekaligus sebagai seorang pekerja apabila dia memiliki aktivitas lain diluar rumah
6
(publik) yang harus menjalankan tanggung jawab suatu pekerjaan yang dibebankan padanya dan mungkin juga berkaitan dengan peran sosial yang berkaitan dengan upaya pemuasan kebutuhan akan ruang-ruang pribadi didalam dirinya. Peran gender menampilkan kesepakatan pandangan dalam masyarakat dan budaya tertentu perihal ketepatan dan kelaziman bertindak untuk seks tertentu (jenis kelamin tertentu) dan masyarakat tertentu. Peran gender berbeda antar masyarakat atau bahkan antar kelompok didalam masyarakat tertentu dan sering mengalami perubahan. Cth: Single Parent (ibu sebagai Kepala Rumah Tangga), Istri bekerja vs Suami mengurus rumah. Menurut Davis dan Newstrom (1996) peran diwujudkan dalam perilaku. Peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara tingkah lakunya untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di antara kepentingan keluarga dan kebutuhan untuk bekerja. Muncul sebuah pandangan bahwa wanita ideal adalah superwoman atau supermom yang sebaiknya memiliki kapasitas yang dapat mengisi bidang domestik dengan sempurna dan bidang publik tanpa cacat. Dalam perjuangan menuju keseimbangan kerja dan keluarga inilah maka bermunculan berbagai konflik dan masalah yang harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya jika ingin tetap menjalani kedua peran tersebut. Bekerja adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan mempunyai banyak kegiatan diluar rumah, kegiatan dimana memungkinkan mereka memperoleh penghasilan bagi keluarganya sebenarnya bukanlah gejala yang baru dalam masyarakat kita (Ihromi, 2000). Dalam pengertian ini termasuk istri sendiri atau bersama suami berusaha untuk memperoleh penghasilan, dengan demikian wanita yang bekerja dapat dianggap berperan ganda. Secara universal, disesuaikan dengan keadaan sosial budaya yang tumbuh dan berkembang di Indonesia selama ini dapat disimpulkan bahwa ada tiga tugas utama wanita dalam rumah tangga yaitu (Hubeis, 2010: 83):
7
1.
Peran Reproduktif (Domestik) a. Peran reproduktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumberdaya insani (SDI) dan tugas kerumahtanggaan seperti menyiapkan makanan, mengumpulkan air, mencari kayu bakar, berbelanja, memelihara kesehatan dan gizi keluarga, mengasuh dan mendidik anak. b. Kegiatan reporduktif sangat penting dalam melestarikan kehidupan keluarga, tetapi jarang dipertimbangkan sebagai bentuk pekerjaan yang kongkret. c. Dalam masyarakat miskin, sebagian besar pekerjaan reproduktif dilakukan wanita secara manual (menggunakan tangan). d. Kegiatan reproduktif, pada umumnya memerlukan waktu yang lama, bersifat rutin, cenderung sama dari hari ke hari, dan hampir selalu merupakan tanggung jawab wanita dan anak wanita. e. Pekerjaan reproduktif yang dilakukan di dalam rumah tangga tidak diperhitungkan sebagai pekerjaan produktif (karena tidak dibayarunpaid work).
2.
Peran Produktif a. Pekerjaan produktif menyangkut pekerjaan yang menghasilkan barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan (petani, nelayan, konsultasi, jasa, pengusaha dan wirausaha). b. Pembakian kerja dalam peran produktif dapat memperlihatkan dengan jelas perihal kebedaan tanggungjawab antara lelaki dan wanita. Sebagai contoh, untuk kegiatan di bidang pertanian maka kegiatan membajak atau bekerja dengan menggunakan bantuan peralatan mesin merupakan tanggungjawab lelaki, sedangkan pekerjaan menanami menyiangi, memerah susu dan pekerjaan lainnya yang dianggap ringan merupakan pekerjaan wanita. c. Jenis pekerjaan yang dinilai sebagai pekerjaan produktif terkait pada pekerjaan yang dapat diperhitungkan melalui sistem perhitungan nasional (GNP ataupun Statistik Sosial Ekonomi).
8
d. Pekerjaan produktif dapat dilakukan oleh gender lelaki maupun gender wanita dan diimbali (dibayar) dengan uang (tunai) atau natura. 3.
Peran Masyarakat (Sosial) a. Peran masyarakat terkait dengan kegiatan jasa dan partisipasi politik b. Kegiatan jasa masyarakat banyak bersifat relawan dan biasanya dilakukan
oleh
wanita.
Misalnya,
membantu
pelaksanaan
penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan (Posyandu, Karang Balita), pelaksanaan 10 tugas pokok PKK, menyiapkan makanan untuk acara kemasyarakatan, rapat-rapat dan lain-lain. Lelaki kurang banyak terlibat atau dilibatkan dalam kegiatan relawan seperti ini. c. Peran politik di masyarakat adalah peran yang terkait dengan status atau kekuasaan seseorang pada organisasi tingkat desa atau tingkat yang lebih tinggi. Sebagian besar kegiatan yang terkait dengan politik umumnya dilakukan oleh lelaki. Menurut Kamarovsky dalam Ismail dan Mahbar (1996) memperlihatkan ada dua penilaian yang bertentangan tentang wanita. Dari satu pandangan wanita dilihat sebagai anggota dalam sat u kategori berdasarkan peranannya yang tradisional. Penilaian ini memperlihatkan status paling asas bagi wanita yaitu menjadi istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya. Pandangan yang lebih liberal menyatakan wanita sebagai kumpulan orang yang mempunyai potensi untuk melakukan pencapaian individu. Menurut Hubeis (2010) dari segi peran, pemilahan yang akan terjadi dapat berbentuk : a. Peran tradisi, menempatkan wanita dalam fungsi reproduksi (mengurus rumah tangga, melahirkan dan mengurus anak, serta mengayomi suami). Hidupnya 100% untuk keluarga. Pembagian kerja sangat jelas, yaitu wanita di rumah dan lelaki di luar rumah. b. Peran transisi, mempolakan peran tradisi lebih utama dari peran yang lain. Pembagian
tugas
mengikuti
aspirasi
gender,
tetapi
eksistensi
mempertahankan keharmonisan dan urusan rumah tangga tetap tanggung jawab wanita.
9
c. Dwiperan, memposisikan wanita dalam kehidupan dua dunia, peran domestik-publik sama penting. Dukungan moral suami pemicu ketegaran atau sebaliknya pemicu keresahan atau bahkan menimbulkan konflik terbuka atau terpendam. d. Peran Egalitarian, menyita waktu dan perhatian wanita untuk kegiatan di luar. Dukungan moral dan tingkat kepedulian lelaki sangat hakiki untuk menghindari konflik kepentingan pemilahan dan pendistribusian peranan. Jika tidak, yang terjadi adalah masing-masing akan saling berargumentasi untuk mencari pembenaran atau menumbuhkan ketidaknyamanan suasana kehidupan keluarga. e. Peran Kontemporer, adalah dampak pilihan wanita untuk mandiri dalam kesendirian. Jumlahnya belum banyak, tetapi benturan demi benturan dari dominasi pria yang belum terlalu peduli pada kepentingan wanita mungkin akan meningkatkan populasinya. Berikut ini diagram prospek peran wanita dalam era global: Peran Domestik = PD (Pekerjaan Produktif Tidak Langsung
Alternatif Peran
Variasi Peran
PD
PD > PP
PP
PD= PP
PD + PP
PD < PP
Perempuan Peran Publik = PP (Pekerjaan Produktif Langsung)
Gambar 2.1.1 Prospek Peran Wanita dalam Era Global Sumber : Hubeis (2010)
Sampai kini, sebagian besar masyarakat Indonesia masih menganggap pekerjaan domestik sebagai kewajiban wanita. Pada saat bersamaan, anggapan ini diikuti tuntutan keterlibatan aktif wanita di ranah publik. Sayangnya anggapan ini juga diikuti dengan kekeliruan mempersepsi keterlibatan wanita di ranah publik sebagai
refleksi
partisipasi
pembangunan.
Keruwetan identifikasi
peran
termunculkan oleh keharusan mempertahanlan kelanggengan dan keharmonisan
10
keluarga sebagai indikator kesuksesan di tingkat mikro dan partisipasi aktif wanita dalam pembangunan sebagai keberhasilan di tingkat makro. Dalam keadaan normal tanggung jawab wanita terhadap keluarga merupakan prioritas sedangkan kaum laki-laki bertanggung jawab terhadap pencarian nafkah. Wanita yang terlibat dalam pekerjaan profesional perlu mencurahkan sebahagian besar waktu dan tenaga untuk kepentingan pekerjaan. Sementara itu disisi lain wanita juga harus memperhitungkan pekerjaan rumah sebagai tanggung jawab di dalam keluarga. Oleh karena wanita yang bekerja terpaksa menghadapi dua peranan. Meraka akan sering mengalami kesulitan bahkan menghadapi tekanan untuk melaksanakan kedua tanggung jawab ini dengan sempurna. Profesi wanita di luar rumah menuntut mereka untuk mencari peran pengganti (subtitute agent) dalam menyelesaikan pekerjaan domestik. Berbagai alternatif muncul sebagai bentuk solusi dalam menghadapi peran ganda yang dihadapi wanita yang berprofesi diluar rumah. Wanita modern dengan penghasilan cukup dapat membeli beraneka peralatan seperti mesin cuci pakaian, mesin cuci piring, vacum cleaner hingga jasa pembantu Rumah tangga, laundry, hingga tukang kebun. Wanita modern mengharapkan rumah yang bersih dan tertata rapi, makanan yang terjaga dan terpelihara kualitasnya, anak-anak sehat secara fisik dan emosional (Hartman, 1982). Peningkatan nilai wanita bekerja mempengaruhi pola pembagian kerja antara suami dan istri. Jika suami berpenghasilan lebih rendah cenderung memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap pekerjaan rumah atau domestik (Noor Aina, 1996). Pembagian peran antara suami dan istri diranah domestik merupakan wujud pemahaman bahwa istri dapat menyumbang terhadap ekonomi keluarga dan suami dapat membantu mengurus rumah tangga.
Konsep Peran Gender Berkaitan dengan peran gender, perlu diingat kembali istilah-istilah kegiatan produktif, reproduktif dan kemasyarakatan yang digunakan dalam analisis gender terutama Model Moser dan Harvard:
11
1. Kegiatan produktif yaitu kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat dalam rangka mencari nafkah. Kegiatan ini disebut juga kegiatan ekonomi karena kegiatan ini menghasilkan uang secara langsung atau barang yang dapat dinilai setara uang. Contoh kegiatan ini adalah bekerja menjadi guru, pedagang, petani, pengrajin dan sebagainya. 2. Kegiatan reproduktif yaitu kegiatan yang berhubungan erat dengan pemeliharaan dan pengembangan serta menjamin kelangsungan sumberdaya manusia dan biasanya dilakukan dalam keluarga. Kegiatan ini tidak menghasilkan uang secara langsung dan biasanya dilakukan bersamaan dengan tanggung jawab domestik atau kemasyarakatan dan dalam beberapa referensi disebut reproduksi sosial. Contoh peran reproduksi adalah pemeliharaan dan pengasuhan anak, pemeliharaan rumah, tugas-tugas domestik, dan reproduksi tenaga kerja untuk saat ini dan masa yang akan datang (misalnya masak, bersih-bersih rumah). 3. Kegiatan kemasyarakatan yang berkaitan dengan politik dan sosial budaya yaitu kegiatan yang dilakukan anggota masyarakat yang berhubungan dengan bidang politik, sosial dan kemasyarakatan dan mencakup penyediaan dan pemeliharaan sumberdaya yang digunakan oleh setiap orang seperti air bersih/irigasi, sekolah dan pendidikan, kegiatan pemerintah lokal dan lain-lain. Kegiatan ini bisa menghasilkan uang dan bisa juga tidak menghasilkan uang. Tabel 2.1.1 Peran Gender menurut Talcott Parson. Aspek
Pendidikan
Model A: Pemisahan Peran Total antara Laki-laki dan Perempuan Pendidikan spesifik gender, kualifikasi professional tinggi hanya penting untuk laki-laki
Profesi
Tempat kerja professional bukan tempat utama perempuan, karir dan professional tinggi tidak penting untuk perempuan
Pekerjaan di Rumah
Pemeliharaan rumah dan
Model B: Peleburan Total Peran antara Laki-laki dan Perempuan Sekolah bersama, kualitas kelas yang sama untuk lakilaki dan perempuan, dan kualitas pendidikan yang sama untuk laki-laki dan perempuan Karir adalah sama pentingnya untuk laki-laki dan perempuan, oleh karena itu kesetaraan kesempatan untuk berkarir professional bagi laki-laki dan perempuan sangat diperlukan. Semua pekerjaan di rumah
12
pengasuhan anak merupakan harus dikerjakan oleh lakifungsi utama perempuan, laki dan perempuan, dengan partisipasi laki-laki pada demikian ada kontribusi yang fungsi ini hanya sebagian saja. setara antara suami dan istri. Pengambilan Keputusan Hanya bila ada konflik, maka Laki-laki tidak dapat laki-lakilah yang terakhir mendominasi perempuan, menangani, misalnya memilih harus ada kesetaraan. tempat tinggal, memilih sekolah nak, dan keputusan untuk membeli. Pengasuhan Anak dan Perempuan menangani Laki-laki dan perempuan Pendidikan sebagian besar fungsi untuk berkontribusi secara setara mendidik anak dan dalam fungsi ini. merawatnya tiap hari. Sumber: diterjemahkan dari Talcott Parsons: Family Socialization and Interaction Process, New York 1955
Parson mengembangkan suatu model “keluarga inti (nuclear family) pada Tahun 1955 yang memang menjadi tipe keluarga yang dominan pada saat itu dengan tradisi peran gender yang masih sangat tradisional (http://www.artetv.com, Karambolage, August 2004). Parson meyakini bahwa peran feminin adalah peran expressive, sedangkan peran maskulin adalah peran instrumental. Parson juga percaya bahwa aktivitas expressive dari perempuan memenuhi fungsi-fungsi 'internal', sebagai contoh menguatkan jalinan hubungan antar anggota keluarga. Sedangkan laki-laki di lain pihak menunjukkan pemenuhan fungsi-fungsi 'external' dari keluarga dengan menyediakan kebutuhan keuangan keluarga. Model Parsons digunakan untuk mengilustrasikan posisi ekstrim dari peran gender dengan menggunakan Model A yang menggambarkan pemisahan peran gender antara laki-laki dan perempuan secara total, dan Model B menjelaskan peleburan pembatas peran gender secara sempurna antara laki-laki dan perempuan (Brockhaus: Enzyklopadie der Psychologie 2001).
Dalam kenyataan di
masyarakat, posisi ekstrim (seperti Model A atau Model B) sangat jarang ditemui. Kenyataan yang ada adalah diantara dua kutub di atas, yaitu campuran antara Model A dan B. Model yang sangat nyata di masyararakat adalah adanya „double burden‟ pada perempuan yang mempunyai peran ganda sebagai pekerja dan sekaligus sebagai ibu rumahtangga. Bagaimanapun, peran gender bagi setiap pasangan suami istri tidak baku atau kaku, pasti ada negosiasi di waktu yang diperlukan seiring dengan perkembangan tahapan keluarga.
13
Aplikasi peran gender dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat mempengaruhi semua perilaku manusia, seperti pemilihan pekerjaan, pemilihan rumah, pemilihan bidang pendidikan, bahkan pemilihan pasangan dan cara mendidik anak. Oleh karena itu sosialisasi peran gender yang tidak bias gender harus dilakukan di dalam keluarga sejak usia dini. Sesuai dengan pendapat Schulz bahwa proses individu belajar dan menerima suatu peran yang disebut sosialisasi ini akan berjalan dengan baik apabila didorong dengan cara memotivasi perilaku yang diinginkan sesuai dengan tujuan atau kurang mendorong atau bahkan melarang perilaku yang tidak diinginkan (Einführung in die Soziologie, Vienna 1989). Peran gender mempunyai sejarah debat yang panjang antara nature atau nurture. Terdapat kritik terhadap aliran Biologi. Teori awam tantang gender mengasumsikan bahwa identitas gender adalah suatu yang kodrati. Sebagai contoh, sering dinyatakan dalam masyarakat Barat bahwa perempuan secara alamiah lebih cocok untuk mengasuh anak. Ide adanya perbedaan peran gender karena perbedaan biologi membawa kontroversi di kalangan masyarakat ilmiah. Pada abad ke-19, Antropologi menggunakan penjelasan yang sederhana tentang kehidupan imajinatif dari masyarakat Paleolithic hunter-gatherer untuk menjelaskan evolusioner tentang perbedaan gender. Sebagai contoh, karena adanya kebutuhan untuk merawat anak-anaknya, maka para perempuan mempunyai keterbatasan dalam berburu. Dengan adanya pengaruh kinerja para feminist selama Tahun 1980an, khususnya di Bidang Sosiologi dan Anthropologi Budaya, seperti Simone de Beauvoir dan Michel Foucault yang merefleksikan jenis kelamin, maka ide gender tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Seseorang dapat lahir dengan jenis kelamin laki-laki namun mempunyai sifat gender feminin. Simon Baron-Cohen, seorang profesor Psikologi dan Psikiatri dari Cambridge University, berargumen bahwa otak perempuan lebih banyak dikuasasi oleh „hard-wired‟ untuk empati, sedangkan otak laki-laki lebih banyak dikuasasi oleh „hard-wired‟ untuk pengertian dan membangun sistem. Pada saat ini, tren yang terjadi di masyarakat Barat adalah berbagi antara laki-laki dan perempuan pekerjaan yang serupa,
14
tanggung jawab yang menunjukkan bahwa jenis kelamin pada saat lahir tidak secara langsung menentukan kemampuan talentanya. Perubahan global dan trend industrialisasi telah menyebabkan transformasi pada institusi sosial, komunitas dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang akhirnya juga memberikan tekanan-tekanan, baik secara sosial, ekonomi maupun psikologi pada tingkatan individu, keluarga dan masyarakat. Perkembangan ekonomi dan teknologi juga membawa pengaruh pada pergeseran nilai-nilai individu dan keluarga baik yang berkaitan dengan prinsip-prinsip hidup, nilai-nilai keluarga maupun nilai-nilai kebersamaan termasuk pergeseran peran gender antara laki-laki dan perempuan. Pergeseran nilai-nilai individu tercermin dari kesadaran bahwa peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan adalah sama (equal) meskipun secara biologis mempunyai perbedaan. Pergeseran nilai-nilai individu juga tercermin dari persamaan tingkatan nilai antara anak laki-laki dan anak perempuan. Artinya nilai anak laki-laki tidak lebih tinggi dari anak perempuan, dan sebaliknya. Pergeseran nilai-nilai atau norma masyarakat tercermin dari adanya kemitraan laki-laki dan perempuan dalam pembangunan, dan bahwa laki-laki (suami) tidak satu-satunya aktor yang bertanggung jawab pada pekerjaan publik (mencari uang), namun sudah menjadi tanggung jawab bersama dengan perempuan (istri). Pergeseran nilai
keluarga tercermin dari meningkatnya
kemitraan gender
(gender
relations/parternship) dalam menjalankan fungsi ekonomi keluarga yang ditunjukkan dengan saling dukungan dalam generating income keluarga.
15
2.2 Kerangka Berfikir
Alternative Peran Peran Domestik (PD) = Pekerjaan Produktif tidak langsung Peran Public (PP) = Pekerjaan Produktif langsung
Subtitute Agent
Peran Produktif
(PD + PP) = Dwi Peran
Variasi Peran
KARAKTERISTIK : Sosial dan Ekonomi
Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Status Sosial dll
(PD) = Tradisi (PP) = Kontemporer
WANITA
Peran Reproduktif
Pola pembagian Peran (istri,suami, bersama)
Peran Sosial
(PD > PP) = Transisi (PD = PP) = Dwi peran
Formal
In formal
(PD < PP) = Egaliterian
Gambar 2.2.1: Kerangka Pikir Pola Pembagian Peran Dalam Keluarga
16
2.3
Kajian terdahulu Hasil penelitian Sri Murni Soenarno pada tahun 2006 yang berjudul
“Peran Perempuan dalam kegiatan perikanan tangkap laut (kasus keluarga nelayan kecil di Kab.Subang, JawaBarat)”. Adapun hasil penelitian yang didapat adalah bahwa perempuan nelayan di Kab.Subang terlibat dalam kegiatan reproduktif, produktif serta sosial kemasyarakatan. Perempuan nelayan memiliki akses dan kontrol terhadap kegiatan reproduktif dan produktif serta sosial kemasyarakatan yang tidak bersifat politik. Kemudian perempuan neleyan jarang dilibatkan dalam kegiatan penyuluhan, termasuk penyuluhan terkait dengan pelestarian alam. Penelitian yang dilakukan oleh Harjoni (2008) mengenai “Perempuan yang bekerja dalam perspektif islam”. Menurut Harjoni status perempuan dalam kehidupan sosial dalam banyak hal masih mengalami diskriminasi. Kondisi ini terkait erat dengan masih kuatnnya nilai-nilai ketidakpercayaan terhadap perempuan dimana perempuan kurang memperoleh akses terhadap pendidikan, pekerjaan, pengambilan keputusan dan aspek lainnya. Keadaan ini menciptakan permaslahan tersendiri dalam upaya pemberdayaan perempuan dimana diharapkan perempuan memiliki peranan yang lebih kuat dalam proses pembangunan. Kurangnya keikutsertaan perempuan dalam memberikan kontribusi terhadap program pembangunan menyebabkan kesenjangan yang ada terus terjadi. Kajian yang dilakukan oleh Adhi Kusumastuti (2006) yang berjudul “Fasilitasi Tempat Penitipan Anak di Sentra Industri Batik sebagai Upaya Peningkatan Produktif Kerja Bagi Pekerja Perempuan”. Menurut Adhi Kusumastuti bahwa keputusan seorang perempuan untuk bekerja didorong oleh bermacam-macam faktor antara lain faktor ekonomi dan keinginan akan eksistensi diri. Tentunya pekerja perempuan harus menerima konsekuensi yang cukup berat. Perannya sebagai pekerja sekaligus istri dan ibu mengharuskannya untuk menentukan win-win solution. Lokasi industri batik yang tersentralisasi tentunya memberikan
keuntungan
tersendiri,
karena
paguyuban
tersebut
dapat
menyediakan tempat penitipan anak secara kolektif dan sangat menguntungkan banyak pihak seperti perusahaan, orang tua, anak, dan para pengelola serta pengasuh.
17
Penelitian Hubeis (2010) “Pengenalan nilai diri dan nilai masyarakat: Perspektif Gender”. Hubies mengklasifikasikan peran gender terdiri dari : 1). Peran Reproduktif, 2). Peran Produktif dan 3). Peran Sosial. Menurutnya peran gender teridentifikasi oleh kegiatan atau pekerjaan yang dipandang tepat untuk tiap orang menurut perbedaan jenis kelamin. Yesi ( 2009) “peranan sistem sokongan/ bantuan formal dan tidak formal bagi pemberdayaan wanita dalam dunia usaha”. Dari hasil kajian disampaikan bahwa Sokongan merupakan sistem bantuan untuk mensupport dan memajukan usaha bagi wanita. Terdiri dari Sokongan Formal dan Sokongan Informal. Selanjutnya, Yesi (2010) “Penglibatan kaum wanita dalam aktiviti keusahawanan di Pekanbaru”. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan wanita terlibat dalam dunia usaha, permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta faktor-faktor yang mempengaruhu keberhasilan wanita dalam dunia usaha.
18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Lokasi Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Kota Pekanbaru, yang merupakan ibukota
provinsi Riau, lokasi ini dipilih karena melihat kondisi perkotaan saat ini banyak wanita yang bekerja di sektor publik. 3.2
Populasi dan Sampel Populasi adalah semua nilai yang baik dari hasil perhitungan maupun
pengukuran, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, serta karekteristik tertentu mengenai sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Dan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah wanita yang bekerja di sektor formal atau informal yang berdomisi di kota pekanbaru. Sampel merupakan bagian dari populasi yang di ambil dengan menggunakan tehnik tertentu yang di sebut teknik sampling. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penarikan sampel yang probabilita terutama dengan mengunakan teknik Purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan penelitian.
3.3
Sumber data Ada dua macam klafikasi data yang digunakan dalam penelitian ini,
yaitu: 1. Data Primer, yaitu merupakan data dalam penelitian ini diperoleh langsung dari responden. 2. Data sekunder, yaitu data pendukung pada penelitian ini yang diperoleh dari instansi-instansi, kantor seperti jumlah penduduk, monografi dan lain-lain.
19
3.4
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai
sumber dan berbagai cara. Selanjutnya bila dilihat dari sisi berbagai cara, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawacara, observasi, dan dokumentasi 1. Wawancara, yaitu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Alasan menggunakan wawancara yaitu untuk mendapatkan informasi secara langsung dari narasumber karena penelitian ini mengenai bagaimana pola pembagian kerja di dalam keluargadan harus mendapatkan hasil yang akurat dan langsung dari narasumbernya. Disamping itu metode wawancara dapat memberikan informasi
yang
akurat yang diinginkan dari penelitian ini. 2. Observasi Yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti untuk mengetahui keadaan lingkungan responden. 3. Dokumentasi yaitu perolehan data melalui dokumen, gambar dan foto terkait dengan isu penelitian.
3.5
Analisis data Analisis data menggunakan mix methode. Metode kuantitatif deskriptif,
yakni suatu penelitian yang berusaha mengungkapkan suatu hakekat dari fenomena sosial dengan cara menganalisis fenomena tersebut berdasarkan datadata yang ada serta menggambarkan suatu hal yang diperoleh dari data lapangan atau penelitian dan menjelaskan hasil penelitian berupa angka maupun tabel-tabel yang didapatkan dari data yang sudah ada untuk di deskripsikan. Teknik analisa data dalam penelitian ini juga mengacu pada model interaktif Huberman dan Miles (dalam Bungin, 2003:69). Teknik analisis data model interaktif huberman dan Miles menyatakan adanya sifat interaktif antara kolektif data atau pengumpulan data dengan analisis data. Analisis data yang dimaksud yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan.
20
Pengumpulan Data
Pengorganisasian Data
Reduksi Data
Pemaparan dan Kesimpulan
Gambar 3.5.1 Analisis Data Model Interaktif Huberman dan Miles Sumber: Bungin, 2003
Reduksi data adalah mengelola data dengan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan membuang data yang tidak diperlukan serta mengorganisir data tersebut. Dengan mengorganisir data maka dapat dengan mudah menyajikan atau memaparkan data-data yang diperlukan untuk disimpulkan dengan cara induktif pada penelitian, dengan demikian dapat ditarik kesimpulan atau verifikasi dalam menganalisis data penelitian (Bungin, 2003).
21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden,
terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci kedalam beberapa ciri seperti distribusi umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, dan jenis pekerjaan yang dimiliki. Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik tersebut, berikut akan di uraikan satu persatu. 4.1.1
Distribusi Umur Tingkat umur atau usia yang dimiliki oleh seseorang akan memperlihatkan
aktivitas kemampuan kerja yang dimiliki oleh seseorang tersebut, sebab usia produktif akan mampu menghasilkan pekerjan yang lebih baik dan mampu melakukan berbagai jenis pekerjaan. Untuk melihat data mengenai distribusi umur yang dimiliki oleh responden dalam penelitian ini dapat di lihat pada table di bawah ini: TABEL 4.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur No
Umur
Frekuensi
Persen (%)
1
20 – 30
6
12,5
2
31 – 40
18
37,5
3
41 – 50
22
45,8
4
> 50
2
4,2
48
100,0
Jumlah Sumber: Data olahan, 2015
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa sebagaian besar responden adalah usia produktif. Dimana kelompok usia 41 - 50 tahun sebanyak 22 orang atau 45,8%. Kemudian kelompok umur 31 – 40 tahun sebanyak 18 orang atau 37,5%. Sedangkan yang berusia >50 tahun sebanyak 2 orang atau 4,2%.
22
4.1.2
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan responden yang dimaksudkan untuk menilai dan
melihat kemampuan berfikir dan kemampuan menganalisa lingkungan masyarakat dalam menjalankannya kinerjanya. Tingkat pendidikan
pada keluarga yang
menjadi responden berbeda-beda, dalam penelitian ini dapat dilihat dari tingkat SD, SMP SMA, dan PT. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pendidikan masyarakat dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Tabel 4.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan No
Pendidikan
Frekuensi
Persen
1
SD
1
2,1
2
SMP
7
14,6
3
SMA/SMK/sederajat
13
27,1
4
Diploma/Akademi
17
35,4
5
Sarjana
10
20,8
48
100,0
Jumlah Sumber: Data olahan, 2015
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa kebanyakan responden memiliki pendidikan Perguruan Tinggi baik Diploma maupun Sarjana, kemudian tingkat SMA/SMK sederajat. Sedangkan sisanya responden yang berpendidikan di atas SMP berjumlah 14,6 persen. 4.1.3
Jumlah tanggungan keluarga Jumlah tanggungan keluarga yang dimaksud adalah jumlah individu /
orang yang ditanggung oleh seorang kepala keluarga dalam satu rumah. Jumlah tanggungan keluarga ini akan mempengaruhi berapa jumlah pengeluaran setiap harinya. Selain itu memiliki jumlah tanggungan yang besar akan menimbulkan beban ekonomi yang besar pula. Tanggungan dalam keluarga adalah istri dan anak-anak disamping itu juga bisa merupakan keluarga atau saudara dekat yang tinggal menumpang kepada responden. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah tanggungan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
23
TABEL 4.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan No
Jumlah tanggungan
Frekuensi
Persen
1
<3 orang
9
18,8
2
3-5 orang
30
62,5
3
>5 orang
9
18,8
48
100,0
Jumlah Sumber: Data olahan, 2015
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa responden yang mempunyai jumlah tanggungan 3-5 orang adalah 30 orang dengan persentase 62,5 persen. Sedangkan untuk jumlah tanggungan kurang dari 3 orang dan lebih dari 5 orang berada pada persentase yang sama yaitu 18,8 persen.
4.1.4
Pekerjaan Responden Dari hasil penelitian dilapangan terlihat variasi dari jenis pekerjaan
responden. Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL 4.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan No
Jenis pekerjaan
Frekuensi
Persen
1
PNS
18
37,5
2
Pegawai swasta
12
25,0
3
Wiraswasta
6
12,5
5
Jasa
10
20,8
6
Buruh
2
4,2
48
100,0
Jumlah Sumber: Data olahan, 2015
Dari tabel diatas, kita dapat melihat klasifikasi jenis pekerjaan responden yang mana sebahagian besar responden yakni 37,5% berprofesi sebagai Pegawai Negeri terdiri dari beberapa orang Guru serta staf pada instansi-instansi Pemerintah. Selanjutnya 25% responden bekerja pada Perusahaan-perusahaan swasta diberbagai bidang yakni perbankan, asuransi, dan karyawan di perusahaanperusahaan swasta. 24
4.1.5 Tingkat Pendapatan Pendapatan adalah sebuah penghasilan yang diperoleh seseorang dalam kurun waktu tertentu. Tingkat pendapatan ini erat kaitannya dengan penghasilan yang di terima seseorang sestiap hari, minggu, atau bulan. Karena dari tingkat pendapatan ini pula dapat di tentukan seseorang tersebut mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarganya atau tidak. Untuk lebih jelasnya mengenai pendapatan yng di peroleh oleh responden dapat dilihat pada table di bawah ini: Tabel 4.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan No
Pendapatan
Frekuensi
Persen
1
1.000.000,- - 2.000.000,-
7
14,6
2
2.000.000,- - 4.000.000,-
24
50,0
3
4.000.000,- - 6.000.000,-
14
29,2
4
> 6.000.000,-
3
6,2
48
100,0
Jumlah Sumber: Data olahan, 2015
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendapatan 1.000.000 – 2.000.000 berjumlah 7 orang dengan persentase sebesar 14,6 persen. Sedangkan responden yang memiliki penghasilan
2.000.000 –
4.000.000 terdapat 24 orang.
4.1.6
Waktu Bekerja Waktu kerja istri disektor publik dimaksud dalam penelitian ini adalah
berapa lama istri bekerja diluar rumah agar mendapat gambaran bagaimana seorang istri bisa mengatur pekerjaannya pula disektor domestik. Untuk lebih jelasnya mengenai lamanya waktu bekerja istri disektor publik dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
25
Tabel 4.1.6 Distribusi Responden Berdasakan Jam Kerja No
Jam Bekerja
Frekuensi
Persen
1
<4jam
3
6,3
2
4 – 6 jam
10
20,8
3
6 – 8 jam
27
56,3
4
> 8 jam
8
16,7
48
100,0
Jumlah Sumber: Data olahan, 2015
Tabel di atas dapat diketahui bahwa istri yang bekerja disektor publik membutuhkan waktu paling tidak 4 jam sehari yakni berjumlah 3 orang dengan presentasi 6,3%. Selanjutnya Istri yang bekerja antara 4 – 6 jam perharinya berjumlah 10 orang dengan presentasi 20,8%. Sementara istri yang bekerja selama 6 – 8 jam sebanyak 27 orang atau 56,3%. Sedangkan yang membutuhkan waktu lebih dari 8 jam perhari untuk bekerja disektor publik sebanyak 8 orang dengan persentase 16,7% dimana rata-rata adalah mereka yang bekerja sebagai pedagang atau wiraswasta serta beberapa sektor jasa.
4.1.7
Pekerjaan Suami Untuk lebih jelasnya mengenai pekerjaan suami dapat dilihat pada tabel
dibawah ini: TABEL 4.1.7 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Suami No
Jenis pekerjaan suami
Frekuensi
Persen
1
PNS
27
56,3
2
Pegawai Swasta
8
16,7
3
Pengusaha
7
14,6
4
Jasa
3
6,3
5
Buruh
2
4,2
6
Petani
1
2,1
48
100,0
Jumlah Sumber: Data olahan , 2015
26
Tabel di atas menunjukkan bahwa, pekerjaan suami dari responden dalam penelitian ini dapat dikatakan cukup bervariasi. Didominasi dengan pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 27 orang atau 56,3%.Selanjutnya ada Pegawai swasta sebanyak 16,7% dan Penguasaha 14,6%. Sisanya tersebar pada sektor jasa, buruh dan petani sawit atau karet.
4.1.8
Pendapatan Suami Pendapatan yang diperolehnya suami dari pekerjaan pokok maupun
sampingan akan berpengaryh terhadap perekonomian keluarga karena suami dianggap sebagai pencari nafkah utama didalam keluarga sehingga tingkat penghasilan suami kerap dijadikan tolak ukur dalam melihat tingkat kesejahteraan keluarga. Untuk lebih jelasknya akan diuraikan dalam tabel berikut : TABEL 4.1.8 Distribusi responden berdasarkan pendapatan suami No
Pendapatan
Frekuensi
Persen
1
< Rp.2.000.000
5
10,4
2
Rp.2.000.000 – 4.000.000
16
33,1
3
>Rp.4.000.000
27
56,3
48
100,0
Jumlah Sumber: Data olahan, 2015
Dari tabel di atas, diketahui bahwa rata-rata penghasilan suami diatas Rp.4.000.000/bulan yakni sebanyak 27 orang atau 56,3%.
Sedangkan yang
berpenghasilan antara Rp.2.000.000,- - Rp. 4.000.000/bulan sebanyak 33,1%. Sisanya adalah 10,4% berpenghasilan kurang dari Rp.2.000.000/bulan.
4.2
POLA PEMBAGIAN PERAN Menurut Davis dan Newstrom (1996) peran diwujudkan dalam perilaku.
Peran adalah bagian yang dimainkan individu pada setiap keadaan dan cara tingkah lakunya untuk menyelaraskan diri dengan keadaan. Wanita bekerja menghadapi situasi rumit yang menempatkan posisi mereka di antara kepentingan
27
keluarga dan kebutuhan untuk bekerja. Muncul sebuah pandangan bahwa perempuan ideal adalah superwoman atau supermom yang sebaiknya memiliki kapasitas yang dapat mengisi bidang domestik dengan sempurna dan bidang publik tanpa cacat. Dalam perjuangan menuju keseimbangan kerja dan keluarga inilah maka bermunculan berbagai konflik dan masalah yang harus dihadapi dan dicari jalan keluarnya jika ingin tetap menjalani kedua peran tersebut.
Bekerja adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan dalam bentuk uang atau barang, mengeluarkan energi dan mempunyai banyak kegiatan diluar rumah, kegiatan dimana memungkinkan mereka memperoleh penghasilan bagi keluarganya sebenarnya bukanlah gejala yang baru dalam masyarakat kita (Ihromi,1990). Konflik peran ganda muncul apabila wanita merasakan ketegangan antara peran pekerjaan dengan peran keluarga, Greenhaus dan Beutell (1985) dalam Nyoman Triaryati (2003) ada tiga macam konflik peran ganda yaitu: 1. Time-based conflict. Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan salah satu tuntutan (keluarga atau pekerjaan) dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan yang lainnya (pekerjaan atau keluarga) 2. Strain-based conflict. Terjadi tekanan dari salah satu peran mempengaruhi kinerja peran lainnya. 3. Behavior-based conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga). Pembagian kerja yang dikembangkan di kebanyakan masyarakat telah membedakan tugas perempuan dengan tugas lelaki: seorang lelaki ditetapkan bertanggung jawab untuk melindungi keluarga, melakukan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan produktif, administrasi dan pertahanan dalam masyarakat. Perempuan dibebani dengan tugas-tugas yang berkaitan dengan pemeliharaan sumberdaya manusia termasuk tugas rumah tangga, tanggung jawab di dalam rumah tangga ditetapkan berbeda untuk perempuan dan laki-laki; pekerjaan mengasuh dan melayani keluarga merupakan tanggung jawab perempuan, sedangkan tugas mengatur dan mengawasi keseluruhan anggota
28
keluarga merupakan tanggung jawab lelaki. Penetapan tugas untuk lelaki dan perempuan memiliki standar nilai yang beragam dan berbeda antar budaya dan antar masyarakat dan dalam periode waktu yang berbeda. Keragaman ini terjadi karena pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan merupakan produk sosial yang dipengaruhi oleh produk ekonomi, politik dan struktur masyarakat yang juga mengalami perubahan.
4.2.1
Pola Pembagian Peran Domestik, Publik dan Sosial Kemasyarakatan Peran suami dan isteri dikelompokkan ke dalam peran domestik, peran
publik, dan peran sosial kemasyarakatan. Peran domestik adalah peran atau tugastugas yang berkaitan dengan reproduksi, dan pengurusan rumah tangga. Peran publik adalah peran sebagai pencari nafkah atau peran lain yang dilakukan di luar rumah untuk menghasilkan uang. Peran sosial kemasyarakatan adalah peran dalam hubungannya dengan anggota masyarakat lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat padatabel dibawah ini: TABEL 4.2.1 Distribusi Responden menurut Pembagian Peran Domestik, Publik Dan Sosial Kemasyarakatan Dalam Keluarga No
Jenis Peran
Suami
istri
Bersama
1
Domestik
6
10
5
2
Publik
7
1
4
3
Sosial Kemasyarakatan Jumlah (%)
8
2
5
21 (43,7)
13 (27,1)
14 (29,2)
Jumlah (%) 21 (43,7) 12 (25,0) 15 (31,3) 48 (100,0)
Sumber: Data olahan, 2015
Dari
peran yang diamati maka dapat dilihat pembagiannya terdistribusi
Merata antara yang dilakukan oleh suami, istri, dan bersama oleh suami dan isteri. Namun demikian jika dilihat dari komposisi peran yang dilakukan tampak bahwa suami lebih mendominasi jenis peran publik dan sosial kemasyarakatan sedang isteri terkonsentrasi pada peran domestik kerumahtanggaan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam masyarakat luas praktek-praktek patriarkis yang bias gender masih tetap berlangsung.
29
Menurut Darwin dan Tukiran (2001), “pada masyarakat yang tertata dalam sistem patriarkis, laki-laki diposisikan superior terhadap perempuan di berbagai sektor kehidupan baik domestik mapun publik”. Salah satu praktek tersebut adalah adanya beban ganda atau multi burdens pada perempuan (Ihromi, 1990 dalam Subhan, 2004).
Perempuan harus melakukan seluruh peran domestik ditambah
dengan peran publik yaitu mencari tambahan nafkah atau melakukan kegiatan ekonomi produktif sedang suami yang tanggung jawab utamanya melakukan peran publik relatif terbebas dari tugas membantu melaksanakan peran domestik.
4.2.2
Pelaksanaan Peran domestik dalam Keluarga Peran domestik merupakan peran yang dijalankan seseorang dalam
lingkungan keluarganya. Peran domestik berkaitan dengan pelaksanaan tugastugas seorang ibu rumah tangga seperti menyiapkan sarapan pagi, membersihkan rumah, mempersiapkan makan siang, mengurus anak, mencuci, menyetrika dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan rumah tangga. Untuk mengetahui bagaimana peran domestik ini dalam keluarga responden dapat dilihat pada tabel berikut ini: TABEL 4.2.2 Distribusi Responden menurut pelaksanaan Peran domestik dalam Keluarga No
Kegiatan
1 2
Menyiapkan sarapan pagi Memasak untuk makan siang dan malam 3 Mencuci piring 4 Mencuci dan Menyetrika pakaian 5 Mengurus menjaga dan merawat anak 6 Merawat ketika anak sakit 7 Mengawasi dan membantu anak membuat tugas sekolah 8 Menyiapkan keperluan anak sekolah 9 Membersihkan rumah 10 Membersihkan halaman/pekarangan rumah Jumlah (%)
Istri 2 2 1 2
Pelaksana Suami Bersama
1
2 3 2
lainnya 2 1
Jumlah (%) 4 3
2 2
2 6
6 10
3
3
8
2
5 3
1
1
1
1 1
2
17 (35,4)
4 (8,4)
1
1 2
3 5
10 (20,8)
17 (35,4)
48 (100,0)
Sumber : Data Olahan, 2015
30
Tabel diatas memperlihatkan Kecenderungan peran perempuan dalam ranah domestik semakin meningkat. Dalam upaya mencapai hidup sejahtera, wanita bekerja setiap hari berusaha agar segenap perannya baik sebagai ibu rumah tangga maupun pekerja untuk mengatur waktu sedemikian rupa sehingga semua peran yang disandangnya dapat dilaksanakan dengan seimbang. Kendati demikian pasti ada kendala yang akan di alami dalam melaksanakan peran gandanya tersebut, salah satu masalah penting jika wanita memasuki sektor publik atau bekerja diluar rumah tangga adalah pekerjaan rumah tangga atau domestik. Berbagai strategi diupayakan guna melancarkan dan membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan domestik yakni dengan substitute agent (peran pengganti). Alternatif peran ini merupakan strategi untuk meminimalisir konflik peran bagi wanita karir dalam melaksanakan pekerjaan domestik. Alternatif peran ini dapat berupa dukungan moral, materi maupun tenaga dari orang-orang terdekat seperti suami, anak-anak atau kerabat dekat. Seperti yang terlihat dari hasil penelitian bahwa pekerjaan domestik tidak hanya di diselesaikan oleh istri namun juga dapat dilakukan bersama-sama dengan suami serta faktor lainya juga bisa diperoleh dari anak-anak yang sudah cukup besar atau dewasa misalnya untuk membersihkan rumah atau mencuci piring. Disamping itu alternatif peran lainnya adalah menggunakan jasa pembantu rumah tangga atau jasa-jasa komersil lainnya dalam meringakan pekerjaan domestik istri, Misalnya mencuci pakaian di laundry atau membeli makanan cepat saji di restoran untuk makan keluarga. Namun, jika terpaksa harus dikerjakan sendiri ibu-ibu bekerja biasanya akan membeli beraneka ragam peralatan rumah tangga seperti mesin cuci pakaian, mesin cuci piring, vacum cleaner, setrika uap dan sebagainya untuk menghemat waktu dan tenaga dalam menguus rumah tangga dengan lebih mudah. Sebagian besar suami dalam keluarga memiliki persepsi yang cenderung bias gender terhadap pola pembagian peran dalam keluarganya. Isteri yang dominan melakukan peran domestik dipersepsi sebagai hal biasa karena sudah sesuai dengan kodratnya sebagai perempuan sedang sebagai pelaku usaha ekonomi produktif hanyalah merupakan peran tambahan yang boleh dilakukan tapi boleh juga tidak. Meskipun mengapresiasi positif hasil kerja isteri dalam usaha ekonomi produktif 31
namun dalam banyak hal suami masih tetap menunjukkan persepsi bahwa hal tersebut tidak terlalu penting.
Hal ini tampak dari pendapat suami yang tidak melarang
isterinya jika akan berhenti melakukan usaha ekonomi produktif meskipun hal tersebut akan mengganggu pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Bahkan masih ada sebagian kecil suami yang menilai bahwa motivasi isteri melakukan usaha ekonomi produktif adalah karena tidak puas terhadap penghasilan suami. Dengan demikian kesibukan atau beban ganda yang dihadapinya tidak perlu membuat suami mengubah sistem pembagian peran yang sudah lazim sejak nenek moyang. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa sikap suami terhadap pembagian peran dalam keluarga cenderung pasif dimana sebagian besar suami membiarkan isteri yang juga pelaku usaha dan memberikan kontribusi ekonomis kepada keluarga tetap dibebani semua peran domestik.
4.2.3
Pengambilan Keputusan Dalam Keluarga Dalam sebuah keluarga pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh
pihak yang dominan dalam mengatur rumah tangga, atau dapat juga berdasarkan kesepakatan antara suami dan istri. Untuk mengetahui bagaimana peran dalam pengambilan keputusan pada wanita bekerja di kota Pekanbaru, dapat dilihat pada tabel berikut ini: TABEL 4.2.3 Distribusi Responden terhadap Pengambilan Keputusan dalam keluarga No
Suami
Istri
Bersama
6
2
2
2
Keputusan untuk membeli barang-barang bernilai tinggi (umah, kendaraan, perhiasan, dll) Keputusan untuk menabung dan berinvestasi
5
3
3
3
Keputusan untuk memilih sekolah anak
2
3
2
4
Keputusan untuk rekreasi/berlibur dan memilih tempat berlibur Keputusan untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga seperti makan dan minum, membeli pakaian dan keperluan dapur Jumlah (%)
4
3
2
3
5
3
20 (41,7)
16 (33,3)
12 (25,0)
1
5
Jenis Peran
Jumlah (%) 10 (20,8) 11 (22,9) 7 (14,7) 9 (18,7) 11 (22,9) 48 (100,0)
Sumber : Data Olahan, 2015
32
Tabel diatas memperlihatkan bahwa pada keluarga responden, peran istri dalam membuat keputusan dominan terutama dalam hal memenuhi kebutuhan primer keluarga seperti makanan dan minuman membeli pakaian dan keperluan dapur. Responden lebih memilih membeli sendiri bahan makanan untuk keluarga meskipun memiliki pembantu rumah tangga, begitu juga keputusan dalam membeli pakaian anak-anak dan suami serta membeli keperluan rumah tangga lainnya biasanaya para istri dapat langsung mengambil keputusan. Sementara itu peran suami dalam peran suami yang dominan dalam mengambil keputusan terkait dalam hal- hal membeli barang-barang bernilai tinggi seperti rumah dan kendaraan, keputusan untuk menabung dan berinvestasi. Sebagian besar responden menyatakan hal ini disebabkan bahwa keputusan tersebut dianggap sangat penting dan serius karena terkait dengan materi dan financial seperti jumlah uang yang akan dikeluarkan cukup besar, manajemen resiko serta kepentingan terhadap kemampuan keuangan keluarga, karena suami dianggap sebagai pencari nafkah utama dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan ekonomi dan kesejahteraan keluarga. 4.2.4
Pihak Yang Lebih Cepat Memberikan Respon Pada Masalah Maksud dari pihak yang lebih cepat memberikan respon ada masalah yang
terjadi didalam keluarga dan disekitar tempat tinggal adalah terdapat kerjasama yang baik antara pihak istri dan suami atau hanya salah satu pihak saja baik istri ataupun suami saja ketika terjadi suatu permasalahan disekitar tempat tinggal responden. Untuk lebih jelasnya mengenai pihak yang lebih cepat memberikan
33
respon pada masalah yang terjadi disekitar tempat tinggal dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL 4.2.4 Distribusi responden menurut pihak yang cepat tanggap dalam merespon masalah No 1 2 3
Respon terhadap masalah Suami Istri Bersama Jumlah Sumber: Data olahan, 2015
Frekuensi 17 15 16 48
Persentase 35,4 31,3 33,3 100,0
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ketika terjadi masalah dalam keluarga dan lingkungan tempat tinggal mereka pihak yang lebih cepat menanggapi atau mempberikan respon adalah dari kedua belah pihak berjumlah 17 orang dengan presentasi 35,4 persen dan merupakan jumlah tertinggi. Ini menunjukkan adanya kerja sama yang baik antara keduanya (suami dan istri) dalam merespon keadaan sekitar tempat tinggal mereka. Lalu disusul dari pihak istri yang berjumlah 16 orang dengan presentasi 33,3 persen. Dan yang terakhir adalah dari pihak suami berjumlah 15 orang dengan presentasi 31,3 persen. Dapat disimpulkan bahwa kerjasama diantara kedua belah pihak dalam satu kelurga dalam menanggapi keadaan tempat tinggalnya masih kurang. Karena jika kita bandingkan dengan yang menanggapi suami dan istri daripada pihak suami saja atau istri saja adalah 35,4 % berbanding 64,6 %.
34
BAB V PENUTUP
5.1
KESIMPULAN Berdasarkan hasil kajian dilapangan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Sebagaian besar responden adalah usia produktif. Dimana mayoritas pendidikan mereka adalah tamat Perguruan Tinggi yakni Diploma maupun Sarjana. Klasifikasi jenis pekerjaan responden yang mana sebahagian besar responden yakni 37,5% berprofesi sebagai Pegawai Negeri terdiri dari beberapa orang Guru serta staf pada instansi-instansi Pemerintah. Selanjutnya 25% responden bekerja pada Perusahaan-perusahaan swasta diberbagai bidang yakni perbankan, asuransi, dan karyawan di perusahaanperusahaan swasta. Dengan
pendapatan rata-rata berkisar antara
Rp.2.000.000 – Rp.4.000.000,- /bulan. 2. Peran istri dalam keluarga masih dominan terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan domestik seperti menyiapkan makanan, membersihkan rumah, mengurus anak, mencuci dan menyetrika pakaian dan lainnya. Namun, guna melancarkan dan membantu meringankan pekerjaan-pekerjaan domestik sebahagian besar responden mengandalkan substitute agent (peran pengganti). berupa dukungan moral, materi maupun tenaga dari orang-orang terdekat seperti suami, anak-anak atau kerabat dekat, misalnya untuk membersihkan rumah atau mencuci piring. Selain itu, alternatif peran lainnya adalah menggunakan jasa pembantu rumah tangga atau jasa-jasa komersil lainnya dalam meringakan pekerjaan domestik istri, Misalnya mencuci pakaian di laundry atau membeli makanan cepat saji di restoran untuk makan keluarga. 3. Pola pembagian peran dalam keluarga cenderung bias gender dan menunjukkan. Cara pembagian peran yang dilakukan oleh mayoritas
35
keluarga yang menjadi objek penelitian merupakan cara pembagian peran tradisional dimana peran utama perempuan adalah peran domestik sedang peran utama suami adalah peran publik. Alasan utama pemilihan cara pembagian peran adalah agar semua tugas terselesaikan dan demi menghindari konflik dalam rumah tangga. Tingginya tingkat ekonomi keluarga dan tingkat pendidikan pasangan suami isteri tidak menjamin adanya pembagian peran dalam keluarga yang sensitif gender.
5.2
SARAN 1. Secara implisit perempuan mempunyai peran ganda bila mempunyai peran publik, yaitu yang dibentuk oleh sistem nilai masyarakat Indonesia pada peran domestik (rumah tangga) dan peran publik itu sendiri. Diharapkan kaum laki-laki/suami
akan memahami tugas berat dan peran penting
perempuan dalam keluarga serta masyarakat agar laki-laki/suami lebih menghormati, menjunjung tinggi harkat dan martabat, membantu, serta melindungi perempuan. 2. Tidak menjustifikasi bahwa beban ganda perempuan sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya. Harapannya keseimbangan peran didalam keluarga dapat terjalin dan bisa
diperoleh dengan alternatif peran pengganti
(substitute agent) agar akses wanita dalam kontrol terhadap pekerjaan reproduktif, produktif dan sosial kemasyarakatan dapat berjalan dengan baik. Hal ini dibutuhkan bagi pengembangan kepekaan terhadap pembagian peran antara laki-laki dan wanita menurut kriteria gender, sehingga dapat mengurangkan bentuk subordinasi dalam relasi gender di dalam keluarga.
36
DAFTAR PUSTAKA
Abdulah, Irwan. 1997. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta. Pustaka Remaja
Arif, Budiman. 1985. Pembagian Kerja secara Seksual. Jakarta: PT.Gramedia Adhi Kusumastuti. 2008. Fasilitasi Tempat Penitipan Anak di Sentra Industri Batik sebagai Upaya Peningkatan Produktif Kerja Bagi Pekerja Perempuan. Yogyakarta: PSW UGM dan Tiara Wacana. Amiruddin, Mariana. 2008. Membangun Resistensi, Membongkar Stereotype. Jurnal Perempuan on line. http/www.kompas.com /kompas-syber media /0704/20/655308/htm) Armando, Ade. 2000. Perempuan di Media ; Rupawan, Aduhai, dan Manja. Jakarta. Jurnal Perempuan. Edisi XIII.
Bungin, Burhan. 2003. Metodelogi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: Kencana. Candraningsih, Indrasari, et.al. 1991. Tinjauan Kebijakan Pengupahan Buruh di Indonesia. Jakarta. AKATIGA. Darwin, Muhadjir dan Tukiran. 2001. Menggunggat Patriarki. Yogyakarta : Ford Foundation kerjasama dengan Pusat Penelitian Kependudukan UGM.
Haidah Moghissi. 2005. Feminisme dan Fundamentadanlisme Islam. Yogyakarta: PT.Lkis Pelangi Aksara Hasyim, Syafiq. 2001. Hal-hal yang Tidak Terpikirkan tentang Isu-isu Kewanitaan dalam Islam: Sebuah Dokumentasi. Bandung: Mizan Harjoni. 2008. Perempuan yang bekerja dalam perspektif islam. Yogyakarta: PSW UGM dan Tiara Wacana. Hubies (2010). Perempuan dari Masa kemasa. Bogor: IPB Press. Ihromi, T.O. 2004. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Yayasan Obor Indoesia: Jakarta. Irwanto, et.al. 1996. Psikologi Umum ; Buku Panduan Mahasiswa. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Jane, C Ollenburger dan Hellen A. Moore. 2002. Sosiologi Wanita. Rineka Cipta: Jakarwta. Johnson, Doyle Paul. Teori Sosiologi Klasik dan Modern, M.Z.Lawang. PT.Gramedia: Jakarta. Kartono, St. 20. Mengajarkan Kesetaraan Gender. Jakarta. Kompas Cyber Media.
37
Mahmud, Dimyati. 1990. Psikologi Suatu Pengantar. Yogyakarta : Balai Penerbit Fakultas Ekonomi (BPFE) Universitas Gadjah Mada. Miller, 2002. Muted Group Theory. http://images.n1n1x.multiply. com/attachment. Mosse, Julia . Gender dan Pembangunan. Jakarta. Kerja sama RIFKA ANISA women’s Crisis Centre dengan Pustaka Pelajar.
Mai, Y. 2000. Feminisme Islam: Perspektif Hukum dan Sastra. Bandung: Yayasan Adikarya IKAPI dan The Ford Foundation Mansour, F. 1997. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Mas’udi, F. 1997. Wanita dalam Wacana Keislaman. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Malo Manasse dan Sri trisningtias. 2000. Metode penelitian masyarakat. Indonesia University press: Jakarta. Megawangi, Ratna. 1999. Membiarkan Berbeda?. Jakarta: Mizan Moore, H.A & Ollen burger, J.C. 2002. Sosiologi Wanita. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Moleong J, Lexy. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Rosdakarya.
Jakarta:
Remaja
Mukti Ali. 1994. Islam dan Sekularisme di Turkey Modern. Jakarta: Djambatan Nasaruddin, U. 1999. Argumen Kesetaraan Jender Perspektif Al-Qur’an. Bandung: Mizan Noor Aini (1996). Wanita dan Pekerjaan;Dwikerjaya. Bangi : UKM Press. Ratna Megawangi. 1999. Membiarkan Berbeda: Suatu Pandang Baru tentang Relasi Gender. Bandung: Mizan Sri Murni Soenarno. 2006. Peran Perempuan dalam kegiatan perikanan tangkap laut (kasus keluarga nelayan kecil di Kab.Subang, JawaBarat). Yogyakarta: PSW UGM dan Tiara Wacana. Tim Pemberdayaan Wanita Bidang Agama Departemen Agama RI. 2001. Keadilan dan Kesetaraan jender (Perspektif Islam). Jakarta: Tim Pemberdayaan Wanita Bidang Agama Departemen Agama RI. Walgito, Bimo. 1987. Psikologi Sosial ; Suatu Pengantar. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM. Yasir Alimi, M. 1999. Advokasi Hak-hak Wanita : Membela Hak mewujudkan Perubahan.Yogyakarta:LkiS
38
Zaitunah, S. 2002. Rekonstruksi Pemahaman Jender dalam Islam: Agenda sosiokultural dan Politik Peran Wanita. Jakarta: el-Kahfi Zulaikha.2009. Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor terhadap Audit Judgment dalam https://info.perbanas institute.ac.id/makalah/K-AUDI11.pdf.
39
LAPORAN PENELITIAN
POLA PEMBAGIAN PERAN DALAM KELUARGA (ANALISIS TERHADAP FUNGSI SUBSTITUTE AGENT DALAM RUMAH TANGGA WANITA BEKERJA DI KOTA PEKANBARU)
TIM PENELITI
KETUA: Dr. H. YOSERIZAL, MS NIDN: 0018095901 ANGGOTA: YESI S.Sos M.Soc Sc NIDN: 9910677081
SUMBER DANA: PNBP FISIP UR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS RIAU 2015
40
41
POLA PEMBAGIAN PERAN DALAM KELUARGA (Analisis terhadap Fungsi Substitute Agent dalam Rumah Tangga Wanita Bekerja di Kota Pekanbaru)
ABSTRAK
Dalam keadaan normal tanggung jawab wanita terhadap keluarga merupakan prioritas sedangkan kaum laki-laki bertanggung jawab terhadap pencarian nafkah. Wanita yang terlibat dalam pekerjaan profesional perlu mencurahkan sebahagian besar waktu dan tenaga untuk kepentingan pekerjaan. Sementara itu disisi lain wanita juga harus memperhitungkan pekerjaan rumah sebagai tanggung jawab di dalam keluarga. Oleh karena itu, wanita yang bekerja terpaksa menghadapi dua peranan sekaligus. Meraka akan sering mengalami kesulitan bahkan menghadapi tekanan untuk melaksanakan kedua tanggung jawab ini dengan sempurna. Penelitian ini di laksanakan di Kota Pekanbaru, dengan teknik penarikan sampel yaitu Purposive Sampling: penarikan sampel yang dilakukan menurut kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Pembagian peran berdasarkan gender dimana biasanya wanita memiliki posisi strategis pada ranah domestik, Sementara peran dalam ranah publik lebih didominasi oleh laki-laki. Pada keluarga wanita pekerja keseimbangan peran ini diperoleh dengan alternatif peran pengganti (substitute agent) agar akses wanita dalam kontrol terhadap pekerjaan reproduktif, produktif dan sosial kemasyarakatan dapat berjalan dengan baik. Penelitian ini memberikan gambaran yang komprehensif tentang pola pembagian peran dan fungsi subtitute agent dalam rumah tangga wanita bekerja di perkotaan. Hal ini dibutuhkan bagi pengembangan kepekaan terhadap pembagian peran antara laki-laki dan wanita menurut kriteria gender, sehingga dapat mengurangkan bentuk subordinasi dalam relasi gender di dalam keluarga. Keyword: Peran Gender, Keluarga dan Pola Pembagian Peran
42
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas berkat dan RahmatNya maka kegiatan penelitian yang berjudul “Pola pembagian peran dalam Keluarga (Analisis terhadap fungsi substitute agent dalam rumah tangga wanita bekerja di Kota Pekanbaru)” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Pelaksanaan penelitian ini dibiayai Oleh Dana PNBP Fisip Universitas Riau Tahun Anggaran 2015. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang telah turut serta memberikan bantuan dan dorongan sehingga tersusunya laporan penelitian ini, yaitu kepada: 1. Rektor Universitas Riau dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau yang telah menyediakan dana untuk penelitian ini sehingga seluruh kegiatan ini dapat dilaksanakan. 2. Bapak Dekan dan Wakil Dekan bidang akademis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau yang telah memberikan izin penelitian. 3. Seluruh responden yang bersedia menyediakan waktu dan informasi dalam menjawab seluruh pertanyaan yang diberikan guna kepentingan penelitian ini. 4. Semua pihak yang telah membantu demi pelaksanaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Sangat disadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran serta masukan demi perbaikan laporan ini. Demikian laporan penelitian ini di susun, kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang terlibat pada kegiatan ini dari awal hingga selesai, diucapkan ribuan terima kasih. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat sekitar. Pekanbaru, Oktober 2015 Tim Peneliti
43
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan ........................................................................................
i
Abstrak ............................................................................................................
ii
Kata Pengantar .................................................................................................
iii
Daftar Isi ..........................................................................................................
iv
Daftar Tabel ....................................................................................................
vi
Daftar Gambar .................................................................................................
vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian ..............................................................
1
1.2
Perumusan Masalah ......................................................................
4
1.3
Tujuan Penelitian ..........................................................................
4
1.4
Manfaat Penelitian ........................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
5
2.1
Kerangka Teoretis .........................................................................
5
2.2
Kerangka Berfikir .........................................................................
16
2.3
Kajian terdahulu ...........................................................................
17
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................
19
3.1
Lokasi Penelitian ..........................................................................
19
3.2
Populasi dan Sample ....................................................................
19
3.3
Sumber Data .................................................................................
19
3.4
Teknik Pengumpulan Data ...........................................................
20
3.5
Analisis Data ................................................................................
20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................
22
4.1
Karakteristik Responden ...............................................................
22
4.1.1 Distribusi Umur ................................................................
22
4.1.2 Tingkat Pendidikan ...........................................................
23
4.1.3 Jumlah Tanggungan ..........................................................
23
4.1.4 Pekerjaan Responden .......................................................
24
4.1.5 Tingkat Pendapatan ..........................................................
25
4.1.6 Waktu Bekerja ...................................................................
25
4.1.7 Pekerjaan Suami ...............................................................
26
44
4.1.8 Pendapatan Suami ............................................................
27
Pola Pembagian Peran ...................................................................
27
4.2.1 Pola Pembagian Peran Domestik, Publik dan Sosial .......
29
4.2.2 Pelaksanaan Peran Domestik ............................................
30
4.2.3 Pengambilan Keputusan ...................................................
32
4.2.4 Respon terhadap masalah ..................................................
33
BAB V PENUTUP ..........................................................................................
35
4.2
5.1
Kesimpulan ...................................................................................
36
5.2
Saran .............................................................................................
37
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
45
DAFTAR TABEL Tabel 2.1.1 Peran Gender menurut Talcott Parson ........................................
12
Tabel 4.1.1 Distribusi Responden berdasarkan Umur ....................................
22
Tabel 4.1.2 Distribusi Responden berdasarkan Pendidikan .............................
23
Tabel 4.1.3 Distribusi Responden berdasarkan Jumlah Tanggungan ..............
24
Tabel 4.1.4 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan ...............................
24
Tabel 4.1.5 Distribusi Responden berdasarkan Pendapatan ............................
25
Tabel 4.1.6 Distribusi Responden berdasarkan Jam Kerja ..............................
26
Tabel 4.1.7 Distribusi Responden berdasarkan Pekerjaan Suami ....................
26
Tabel 4.1.8 Distribusi Responden berdasarkan Pendapatan Suami .................
27
Tabel 4.2.1 Distribusi Responden menurut Pembagian Peran Domestik, Publik dan Sosial Kemasyarakatan ..............................................
29
Tabel 4.2.2 Distribusi Responden menurut Pelaksanaan Peran Domestik .....
30
Tabel 4.2.3 Distribusi Responden terhadap Pengambilan Keputusan .............
32
Tabel 4.2.4 Distribusi Responden menurut pihak yang tanggap dalam merespon masalah .......................................................................
34
46
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.1 Prospek Peran Wanita dalam Era Global ...............................
10
Gambar 2.2.1 Kerangka Berfikir .....................................................................
16
Gambar 3.5.1 Analisis Data Model Interaktif ...............................................
21
47