BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Jumlah perusahaan manufaktur di Indonesia semakin bertambah. Pada tahun
2013 tercatat ada 349 perusahaan industri manufaktur baru yang terdaftar, sehingga totalnya bertambah menjadi 23.941 perusahaan (BPS, 2013). Seiring dengan bertambahnya perusahaan yang ada tentunya akan menyebabkan persaingan antar perusahaan meningkat. Persaingan ini erat kaitannya dengan kemampuan sebuah perusahaan dalam melakukan produksi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Target produksi sebuah perusahaan terkadang tidak dapat tercapai karena adanya kerusakan atau kegagalan mesin yang tidak dapat tertangani dengan segera sehingga proses produksi harus terhenti dalam waktu yang cukup lama. Hal tersebut dapat terjadi jika tidak tersedianya persediaan suku cadang mesin yang dibutuhkan untuk memperbaiki mesin produksi tersebut. Berbeda dengan persediaan bahan baku, work in process, dan produk jadi yang dipengaruhi oleh proses produksi dan permintaan pelanggan, persediaan suku cadang mesin produksi disimpan untuk mendukung proses pemeliharaan dan proses produksi perusahaan. Pengelolaan persediaan suku cadang mesin yang efektif dibutuhkan oleh sebuah perusahaan salah satunya pada perusahaan manufaktur (Porras dan Dekker, 2008). Oleh karena itu pengelolaan persediaan suku cadang mesin produksi harus dilakukan dengan baik sehingga proses produksi perusahaan dapat berjalan dengan baik pula. Dalam pengelolaan persediaan suku cadang mesin produksi terdapat dua pertanyaan utama yaitu berapa banyak jumlah yang dibutuhkan dan kapan barang tersebut harus dipesan. Ketersediaan suku cadang mesin produksi akan berpengaruh pada keseluruhan jalannya proses produksi perusahaan. Dengan proses produksi yang terganggu tentunya perusahaan dapat mengalami potensi kehilangan profit atau mengeluarkan biaya tambahan lain yang tidak sedikit nilainya. Oleh karena itu, peramalan permintaan atau kebutuhan terhadap suku
1
2
cadang mesin produksi menjadi sangat penting. Dengan mengetahui perkiraan jumlah kebutuhan suku cadang mesin produksi yang dibutuhkan, maka risiko terjadinya kekurangan persediaan suku cadang mesin produksi saat barang tersebut dibutuhkan dapat diminimalkan. Dalam menentukan jumlah persediaan suku cadang mesin produksi, ada banyak hal yang harus diperhatikan di antaranya adalah ketersediaan lokasi penyimpanan, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan ketidakpastianketidakpastian
yang
ada.
Ketidakpastian
tersebut
diantaranya
adalah
ketidakpastian permintaan (demand) dan ketidakpastian waktu penerimaan (lead time). Dengan adanya ketidakpastian tersebut, proses penentuan jumlah persediaan suku cadang mesin produksi tidak dapat dilakukan dengan mudah. Terdapat dua kemungkinan yang dapat terjadi dengan adanya ketidakpastian permintaan dan lead time ini yaitu kekurangan persediaan (stock out) dan kelebihan persedian (over stock). Kedua hal tersebut akan mempengaruhi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Jika perusahaan mengalami stock out, service level akan menurun dan mengganggu keseluruhan proses produksi yang sedang berjalan serta dimungkinkan adanya biaya tambahan yang harus dikeluarkan perusahaan. Untuk mengantisipasi terjadinya stock out, sebuah perusahaan biasanya membuat suatu kebijakan untuk mengadakan safety stock dalam pengelolaan persediaannya. Safety stock adalah persediaan yang digunakan untuk memenuhi permintaan yang melebihi hasil peramalan permintaan pada suatu periode waktu (Chopra dan Meindl, 2007). Penentuan safety stock ini harus optimal sehingga tidak menyebabkan terjadinya stock out maupun kelebihan persediaan yang meningkatkan biaya inventory. Hal lain yang harus diputuskan perusahaan terkait pengelolaan persediaan ini adalah reorder point dan order quantity. Reorder point adalah titik di mana akan dilakukan pemesanan kembali sedangkan order quantity adalah jumlah yang dipesan untuk memenuhi permintaan yang ada. Sama seperti safety stock, nilai reorder point dan order quantity juga harus dicari nilai optimalnya sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat diminimalkan. Berdasarkan pada hal tersebut, maka sebuah perusahaan manufaktur harus dapat
3
menentukan tingkat safety stock, reorder point dan order quantity yang optimal dari suku cadang mesin produksinya. Dengan begitu, proses produksi dari perusahaan manufaktur tersebut dapat berjalan dengan lancar dan biaya yang harus dikeluarkan dapat diminimalkan. Metode probabilistik untuk pengendalian persediaan yang saat ini banyak digunakan masih terbatas pada asumsi bahwa ketidakpastian yang terjadi mengikuti distribusi normal. Sehingga nilai parameter yang digunakan dalam menentukan safety stock, reorder point dan order quantity juga didapatkan berdasarkan pada parameter distribusi normal. Distribusi normal sering digunakan untuk memodelkan ketidakpastian karena memiliki perhitungan matematis yang mudah. Namun, dalam praktiknya beberapa ketidakpastian yang terjadi lebih baik jika dimodelkan dengan distribusi asimetris atau probabilitas (Cobb dkk, 2013). Penggunaan asumsi bahwa ketidakpastian yang terjadi mengikuti distribusi normal belum dapat merepresentasikan kondisi sistem nyata di mana pada kondisi nyata terdapat berbagai ketidakpastian yang terjadi belum tentu mengikuti distribusi normal. Terkadang perhitungan persediaan menggunakan pendekatan distribusi normal akan menghasilkan tingkat persediaan yang lebih besar sehingga meningkatkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan (Cobb dkk, 2013). Salah satu program prioritas pemerintah saat ini adalah melakukan pembangunan infrastruktur meliputi sarana transportasi (darat, laut dan udara) dan fasilitas pendukung produksi energi (pembangkit listrik, minyak dan gas). Melalui rencana pemerintah untuk membangun infrastruktur tersebut, maka diperkirakan permintaan produk industri beton akan meningkat. PT. Wijaya Karya Beton merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri beton dengan memproduksi berbagai macam produk beton pra cetak. Dalam menjalankan usahanya, PT. Wijaya Karya Beton tentu membutuhkan manajemen yang baik, salah satunya dalam hal persediaaan suku cadang mesin produksi. Dengan adanya ketersediaan suku cadang tersebut, proses produksi dapat berjalan dengan baik sehingga permintaan konsumen dan target produksi dapat dicapai. Dengan latar belakang tersebut, penulis ingin melakukan penelitian untuk menentukan titik optimal safety stock, reorder point dan order quantity suku
4
cadang mesin produksi berdasarkan pada ketidakpastian permintaan dan lead time yang terjadi, di mana ketidakpastian dimodelkan menggunakan distribusi yang sesuai. Penelitian yang dilakukan berupa studi kasus pada salah satu perusahaan manufaktur di bidang infrastruktur, yaitu PT. Wijaya Karya Beton. Hasil dari penelitian nantinya diharapkan dapat digunakan perusahaan sebagai salah satu bahan pertimbangan pengambilan keputusan terkait pengelolaan persediaan suku cadang mesin produksi.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana cara menentukan tingkat safety stock, reorder point, dan order quantity suku cadang mesin produksi yang optimal di PT. Wijaya Karya Beton dengan mempertimbangkan ketidakpastian demand dan lead time yang terjadi.
1.3
Asumsi dan Batasan Masalah Agar penelitian dapat difokuskan pada penyelesaian masalah pengendalian
persediaan suku cadang mesin produksi di PT. Wijaya Karya Beton, maka pada penelitian ini digunakan asumsi dan batasan masalah sebagai berikut: 1.
Objek dari penelitian yang dilakukan hanya terbatas pada 2 jenis suku cadang non repairable, yaitu kontaktor dan stop kontak.
2.
Permintaan suku cadang diketahui dari jarak waktu antar kerusakan suku cadang, sehingga diasumsikan bahwa semakin pendek jarak antar kerusakan suku cadang maka jumlah suku cadang yang dibutuhkan akan semakin banyak.
3.
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data historis di PT. Wijaya Karya Beton pada tahun 2013 dan 2014.
4.
Jumlah hari kerja efektif yang digunakan dalam penelitian adalah 245 hari dalam satu tahun.
5.
Demand dan lead time yang tidak pasti mengikuti distribusi kontinu tertentu.
5
6.
Hasil perhitungan nilai reorder point, order quantity, dan safety stock hanya berlaku pada kedua jenis suku cadang yang diteliti.
1.4
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan tingkat safety stock, reorder point dan order quantity suku cadang
mesin
produksi
yang
optimal
dengan
mempertimbangkan
ketidakpastian demand dan lead time yang terjadi. 2.
1.5
Mengevaluasi sistem pengelolaan inventory yang diterapkan oleh perusahaan.
Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkannya jumlah
safety stock, reorder point dan order quantity optimal untuk masing-masing suku cadang mesin produksi yang diteliti, sehingga dapat meminimalkan biaya inventory yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Hasil penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan inventory.