BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Indonesia secara geografis berada di daerah khatulistiwa dengan iklim tropis dan berada di jalur ring of fire. Gunung-gunung itu tersebar diberbagai tempat di Indonesia. Sebaran gunungapi di Indonesia terbentang dari pulau Sumatera, menyusuri Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga ke bagian timur Maluku dan membelok ke Sulawesi yang jika digambarkan seperti melingkari kepulauan Indonesia. Banyaknya gunungapi yang ada di Indonesia mengakibatkan kejadian bencana gunungapi sering terjadi. Salah satu gunungapi teraktif di Indonesia yaitu Gunung Merapi yang masih aktif dan secara periodik akan meletus dalam kurun waktu tertentu. Letusan yang ditimbulkan oleh Gunung Merapi bersifat eksplosif. Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 dengan indeks erupsi dalam skala VEI (Volcano Explosivity Index) mencapai 4, menghasilkan material vulkanik lebih dari 100 juta m3. Erupsi ini tergolong letusan besar dalam catatan sejarah erupsi Gunung Merapi sebab erupsi besar dengan skala yang sama (VEI 4) hanya terjadi pada tahun 1872. Erupsi Merapi tahun 2010 menjadi peristiwa penting dalam sejarah kebencanaan di Indonesia, baik dilihat dari segi ilmu kegunungapian maupun dari segi pengelolaaan bencana. (Mei dan Lavigne, 2014) Banyak kerugian yang ditimbulkan oleh adanya bencana Gunungapi baik kerugian harta maupun jiwa. Upaya memperkecil jumlah korban jiwa dan kerugian harta benda akibat letusan gunung berapi merupakan sebuah tindakan yang penting untuk dilakukan. Dibutuhkan suatu teknologi yang tepat guna untuk dapat meminimalisir korban jiwa. Penduduk merupakan objek yang penting untuk diselamatkan. Maka jumlah penduduk yang ada di kawasan rawan bencana penting untuk diketahui agar penduduk dapat diselamatkan dengan cepat. Jumlah penduduk juga menentukan berapa banyak bantuan yang harus disiapkan oleh pemerintah selama masa pengungsian. 1
Data penduduk yang ada di Indonesia saat ini masih berupa data-data dalam bentuk tabular oleh karena itu diperlukan suatu sumber data kependudukan yang sudah ada dalam bentuk spasial agar memudahkan dalam tahapan pemetaan saat terjadi bencana. Salah satu masukan yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh informasi data penduduk secara spasial yaitu WorldPop. Data spasial kependudukan yang disediakan oleh WorldPOP mencakup data dari seluruh dunia yang dibagi berdasarkan masing-masing benua yaitu Amerika, Afrika, dan Asia. Untuk data kependudukan Amerika disebut AmeriPOP sedangkan Afrika disebut AfriPOP dan data penduduk Asia disebut AsiaPOP. Negara Indonesia sendiri masuk dalam wilayah atau region Asia maka data yang digunakan adalah AsiaPOP. Data ini sudah digunakan oleh banyak negara serta berbagai organisasi international antara lain WHO, WWF, UNDP, FAO, USGS, Bank Dunia, Palang Merah International, dan lain-lain. Instansi pemerintah seperti BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) pun sudah menggunakannya untuk kegiatan pemetaan secara cepat (Rapid Map). Dalam penanggulangan bencana, semakin cepat data atau informasi penduduk dapat diketahui oleh pemerintah dan instansi terkait maka akan semakin cepat pula bantuan yang sampai ke masyarakat. Pada saat terjadi bencana biasanya informasi sulit didapatkan bila harus survei secara terestrial ke lokasi bencana secara langsung maka informasi dari data pengindraan jauh dan sistem informasi geografi menjadi salah satu alat yang dapat diandalkan. Sebelum erupsi Merapi tahun 2010 dengan rencana kontijensi yang diciptakan pada tahun 2009, pemerintah daerah sudah mempersiapkan dengan baik penanganan krisis erupsi merapi tahun 2010. Namun, setelah erupsi besar pengungsian yang tidak terencana pun terjadi. Akibat penggunaan skenario tunggal pada rencana kontijensi 2009 tidak ada barak pengungsian yang tersedia diluar radius 20 km dari puncak Merapi. Akibat hal tersebut, setelah perluasan zona evakuasi oleh BPPTK pada malam tanggal 4-5 November, pemerintah daerah harus mencari dalam waktu yang singkat barak-barak pengungsian yang baru yang terletak lebih dari 20 km dari 2
Merapi.
Kurangnya
antisipasi
barak
pengungsian
mengakibatkan
kesulitan
pengorganisasian pengungsi dan tersendatnya distribusi bantuan untuk pengungsi selama beberapa hari. (Mei dan Lavigne, 2014) Dengan mengacu pada data kawasan rawan bencana tahun 2010 maka dapat digunakan sebagai usulan rencana kontijensi untuk bencana erupsi dimasa yang akan datang dengan asumsi KRB yang sama tetapi jumlah penduduk atau kepadatan penduduk mengikuti perkembangan zaman (up to date). KRB merapi tahun 2010 digunakan sebagai acuan dengan asumsi terburuk (perulangan erupsi besar VEI 4). Apabila terjadi bencana erupsi Merapi kembali, maka sudah dapat diantisipasi kemungkinan terburuknya (dalam skala bencana yang terbesar) agar pemerintah menjadi lebih sigap dalam mempersiapkan dana bagi penanggulangan bencana yang terjadi. Penduduk yang terpapar bencana selama masa pengungsian akan membutuhkan kebutuhan dasar maka pemerintah dituntut untuk dapat memenuhi semua kebutuhan tersebut. Salah satu teknologi yang dapat digunakan untuk menganalisis kebutuhan dasar untuk penduduk terpapar bencana yaitu melalui InaSAFE. Selain data keterpaparan penduduk di dalam InaSAFE juga dapat digunakan untuk mengetahui keterpaparan bangunan. InaSAFE adalah plug-in tambahan yang dapat dimasukkan dalam software Quantum GIS. InaSAFE melakukan analisis bencana berdasarkan data bahaya (hazard) dan keterpaparan (exposure) untuk menghasilkan skenario penanggulangan bencana. Saat terjadi bencana erupsi Gunung Merapi ancaman bahaya lahar dapat merusak infrastruktur atau bangunan baik rumah, sekolah, maupun fasilitas kesehatan. Setelah terjadinya bencana erupsi Gunung Merapi maka dapat diketahui berapa banyak bangunan yang terdampak. Dalam siklus penanggulangan bencana pemetaan bangunan yang terpapar erupsi gunung Merapi menjadi suatu bagian penting dalam masa rehabilitasi maupun rekonstruksi. Bangunan yang terpapar erupsi Gunung Merapi dapat diketahui dari InaSAFE dengan menambahkan data OSM. Data bangunan yang disediakan oleh Open street map bersifat open source sehingga data 3
mudah untuk didapatkan. Selain itu Open street map pun menyediakan informasi bangunan secara detail. Informasi bangunan yang lengkap dibutuhkan untuk analisis ataupun pembuatan skenario kebencanaan berdasarkan data keterpaparan bangunan. Skenario Penanggulangan bencana diperlukan agar pemerintah lebih sigap atau siap dalam mengahadapi bencana yang dapat terjadi secara tiba-tiba. Periode Erupsi Gunung Merapi terjadi dalam kurun waktu sekitar 3-7 tahun. Data KRB Merapi tahun 2010 dapat digunakan sebagai acuan untuk analisis sebagai bagian dari tahap kesiapsiagaan bencana. Kesiapsiagaan bencana adalah bagian dari tahapan prabencana. Tahapan tersebut merupakan rangkaian dari siklus penanggulangan bencana. Dengan kesiapsiagaan yang baik yaitu melalui pembuatan skenario penanggulangan bencana berdasarkan data historis bencana maka diharapkan pemerintah maupun masyarakat (penduduk) yang berada dilingkungan sekitar Gunung Merapi sudah siap dalam menghadapi bencana dimasa yang akan datang. Pembuatan skenario penanggulangan bencana harus dilakukan secara tepat jauh hari sebelum bencana terjadi untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh bencana. Dengan memanfaatkan InaSAFE dapat dihasilkan skenario dampak bencana secara cepat yang berguna bagi pemerintah maupun lembaga terkait untuk dapat menyusun rencana kontijensi keterpaparan penduduk dan bangunan di tahun 2015. Dengan adanya rencana kontijensi berdasarkan teknologi dari InaSAFE ini maka pemerintah dapat mempersiapkan diri jauh hari sebelum bencana terjadi untuk mengevaluasi kembali hasil skenario yang telah dibuat sehingga akan membuat pengambilan keputusan menjadi semakin akurat. Setelah dihasilkan skenario tersebut pemerintah dapat menurunkan personil ke lapangan untuk mengumpulkan data-data sehingga memperkuat kebijakan yang akan dibuat apakah telah sesuai dengan hasil analisis dari skenario yang telah dibuat dari InaSAFE sebelumnya.
4
1.2 RUMUSAN MASALAH 1.
Bagaimana peran InaSAFE dalam penanggulangan bencana terhadap penduduk dan bangunan terpapar erupsi Gunung Merapi
2.
Sejauh mana kemampuan InaSAFE dalam menentukan jumlah kebutuhan dasar untuk penduduk terpapar saat terjadi bencana erupsi Gunung Merapi
3.
Sejauh mana kemampuan InaSAFE dalam menentukan jumlah bangunan terpapar
4.
Metode apa yang digunakan oleh InaSAFE dalam Quantum GIS dalam analisis prosesnya
5.
Apa kekurangan dan kelebihan dari InaSAFE dalam pembuatan skenario kebencanaan
1.3 TUJUAN 1.
Mengetahui kemampuan InaSAFE dalam pembuatan rencana kontijensi penanggulangan bencana terhadap penduduk dan bangunan terpapar erupsi gunung Merapi di tahun 2015
2.
Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari InaSAFE dalam pembuatan skenario kebencanaan
1.4 MANFAAT 1. Menambah ilmu pengetahuan penulis maupun pembaca mengenai aplikasi InaSAFE dalam pembuatan rencana kontijensi penanggulangan bencana erupsi Gunung Merapi 2. Dapat mengetahui keterpaparan penduduk, bangunan serta jumlah anggaran atau biaya untuk kesiapsiagaan bencana dengan acuan skenario yang telah dibuat oleh InaSAFE 3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber masukan bagi pemerintah dalam melakukan rencana kontinjensi bencana erupsi Gunung Merapi dengan mengacu kepada bencana erupsi Gunung Merapi tahun 2010 dimana bencana tersebut 5
tergolong dalam kategori yang sangat besar (skala VEI 4) seperti yang terjadi pada tahun 1872 serta digabungkan dengan data terkini (data tahun 2015).
1.5 SASARAN PENELITIAN 1. Instansi atau Pemerintah Daerah Jateng-DIY khususnya bagi BPBD maupun DPRD agar dapat membuat lebih dari satu rencana kontinjensi terhadap bencana erupsi Gunung Merapi salah satu teknologi yang dapat dimanfaatkan dengan skenario dampak dari InaSAFE 2. Organisasi Masyarakat atau LSM, NGO, Dinas Kesehatan, TNI, POLRI, dan Pemerintah serta badan yang terkait agar dapat menjalin komunikasi yang baik dan dapat membagi tugas sesuai porsi masing-masing untuk menghindari kebingungan antar pihak saat terjadi bencana. 3. Masyarakat umum agar dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai teknologi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia untuk perkiraan dampak bencana secara cepat salah satunya dengan InaSAFE. 4. Kalangan akademik, peneliti maupun ilmuan, khususnya bagi pengguna data spasial untuk berbagi data dan informasi agar kedepannya skenario dampak yang dihasilkan dari InaSAFE semakin realistis.
6
1.6 BATASAN ISTILAH 1.
Aggregasi adalah proses untuk mendapatkan nilai dari sekumpulan data yang telah dikelompokkan. Pengelompokan data didasarkan pada kolom atau kombinasi kolom yang dipilih
2. AsiaPOP adalah suatu data kependudukan untuk region (wilayah) benua Asia yang merupakan bagian dari data WorldPOP (world population) dan disajikan secara spasial (dalam bentuk data raster) dimana didalamnya sudah ada data untuk semua negara-negara asia. 3. Atribut adalah suatu keterangan atau informasi tentang sebuah fitur dalam SIG yang biasanya berbentuk tabel dimana masing-masing catatan didalamnya memiliki keterkaitan dengan fitur tertentu. Pada data raster attribute biasanya mengacu pada nilai sel raster tersebut. 4. Bahaya adalah fenomena alam atau alamiah yang berpotensi dapat merusak atau mengancam kehidupan manusia, kehilangan harta benda, kehilangan mata pencaharian, merusak infrastruktur serta lingkungan alam. 5. BioClim adalah Variabel Bioclimatic berasal dari suhu dan curah hujan bulanan nilai untuk menghasilkan lebih berfungsi variabel biologis. Ini sering digunakan dalam ekologi niche modeling (misalnya BIOCLIM/ GARP). Variabel bioclimatic mewakili tren tahunan (misalnya : suhu rata-rata tahunan , curah hujan tahunan ) musiman (misalnya : rentang tahunan suhu dan curah hujan) dan ekstrim atau membatasi faktor lingkungan (misalnya , suhu bulan terdingin dan terpanas , dan curah hujan yang basah dan perempat kering). Seperempat adalah periode tiga bulan (1/4 tahun) . 6. Buffer adalah suatu proses penggabungan 2 layer atau lebih dan memiliki Fungsi untuk menghasilkan data spasial baru yang berbentuk poligon atau area dengan jarak tertentu daridata spasial yang menjadi masukannya. 7. Citra adalah gambaran atau image mengenai permukaan bumi yang dapat dibedakan antara citra foto udara maupun citra satelit.
7
8. Continous Data adalah data kuantitatif yang nilainya menempati semua interval pengukuran dan merupakan hasil pengukuran serta bisa berupa bilangan pecahan dan bulat. 9. Dasymetrik adalah Peta tematik sejenis choropleth, tetapi basisnya bukan pada batas administrasi, melainkan pada batas dari area yang di survey. Pada peta dasymetrik, penyajian deliminasi area didasarkan pada daerah yang disurvey dan bukan batas administrasi. Hasilnya bisa berbeda dengan peta choropleth khususnya pada areanya; peta sebelah kiri berdasarkan deliminasi administrasi, sedang peta sebelah kanan deliminasi berdasarkan hasil survey. ebuah peta dasymetrik mirip dengan peta choropleth, tapi satu daerah tidak ditentukan melainkani dipilih, sehingga distribusi fenomena diukur dalam setiap wilayah relatif seragam. Batas-batas mungkin jauh lebih jelas dari peta isarithmi, misalnya suatu aturan perencanaan dapat menyebabkan daerah yang berdekatan di peta dasymetrik, kepadatan populasi menjadi homogeny secara internal tetapi ekstrem pada daerah yang berlawanan. Peta ini lebih sulit untuk mendapatkan hasil yang optimal dan kurang umum dibandingkan jenis peta tematik lainnya. 10. Data Raster adalah data yang mewakili obyek di permukaan bumi dan disajikan sebagai elemen matriks atau sel-sel grid yang homogen. Model data raster menampilkan, menempatkan dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur matriks atau piksel-piksel yang membentuk grid. Tingkat ketelitian model data raster sangat bergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya terhadap obyek di permukaan bumi. 11. Data Vektor adalah model data yang dapat digunakan untuk menggambarkan informasi
geografi
secara
tepat.
Model
data
vektor
menampilkan,
menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik-titik, garis; atau poligon beserta atributnya. Bentuk-bentuk dasar data spasial dalan model data vektor ditampilkan dalam sistem koordinat kartesian dua dimensi (sumbu x dan y). Di dalam model data spasial vektor, garis-garis atau kurva merupakan sekumpulan titik-titik terurut yang dihubungkan, sedangkan 8
luasan atau poligon juga disimpan sebagai sekumpulan titik-titik. Akan tetapi, titik awal dan titik akhir poligon tersebut mempunyai nilai koordinat yang sama sehingga.menjadi poligon tertutup. Informasi yang diwakili oleh titik, garis, atau bidang mempunyai koordinat yang tepat 12. Erupsi adalah letusan gunung berapi yang diakibatkan oleh aktivitas vulkanik dari dalam perut gunung Berapi dimana terjadi pelepasan magma ke udara bebas, gas, abu, dan lain-lain ke atmosfer atau kepermukaan bumi. 13. GeoCover adalah sebuah citra Landsat Thematic Mapper dan Multispectral Scanner yang ter-ortorektifikasi cukup akurat, meliputi sebagian besar permukaan
bumi.
GeoCover
kemudian
dipercanggih
dengan
EarthSat
NaturalVue 14. GlobCover adalah program inisiatif dari ESA yang dimulai pada tahun 2005 dengan bekerjasama dengan JRC, EEA, FAO, UNEP, GOFC-GOLD dan IGBP. Tujuan dari proyek ini adalah mengembangkan layanan yang mampu memberikan komposit secara global dan data penutup lahan yang didapat dari masukan citra MERIS dengan reolusi 300m yang merupakan sensor dari satelit ENVISAT. Data penutup lahan yang tersedia ialah 2 periode : desember 2004juni 2006 dan januari 2009-desember 2009. 15. GRUMPv1 adalah data kependudukan global yang terdiri dari delapan set data global : grid jumlah penduduk , populasi kepadatan jaringan , poin pemukiman perkotaan , grid perkotaan - luasan , tanah / geografis grid satuan luas , batasbatas nasional , grid pengenal nasional , dan garis pantai . Semua grid disediakan pada resolusi 30 busur - detik ( ~ 1 km ) , dengan populasi memperkirakan dinormalisasi ke tahun 2000 , 1995 , dan 1990. Semua delapan set data yang tersedia untuk di-download sebagai produk global, dan yang pertama lima set data juga tersedia sebagai benua , regional , dan nasional subset. 16. Input adalah suatu istilah untuk proses pemasukan data atau bahan kedalam suatu sistem computer (program computer)
9
17. InaSAFE (Indonesian Scenario Assessment for Emergencies) adalah perangkat lunak gratis yang dapat ditambahkan pada software Quantum GIS (open source software) untuk perhitungan dampak suatu bencana menghasilkan skenario realistis dampak bahaya bencana alam yang dapat membantu upaya perencanaan, kesiapsiagaan, dan tanggap darurat yang lebih baik. 18. Interpretasi adalah suatu proses untuk mengidentifikasi atau memperoleh informasi dari suatu citra/peta/foto udara baik secara langsung maupun tidak langsung. 19. Kawasan Rawan Bencana adalah kawasan yang pernah terlanda atau teridentifikasikan berpotensi terancam bahaya letusan baik secara langsung maupun tidak langsung. 20. KRB I adalah kawasan yang berpotensi terlanda lahar/banjir lahar dan tidak menutup kemungkinan dapat terkena perluasan awan panas dan aliran lava. selama letusaan membesar, kawasan ini berpotensi tertimpa material jatuhan berupa hujan abu lebat dan lontaran batu pijar. 21. KRB II adalah kawasan yang berpotensi terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), hujan abu lebat, hujan lumpur (panas), aliran lahar dan gas beracun. 22. KRB III adalah kawasan yang sering terlanda awan panas, aliran lava, lontaran atau guguran batu (pijar), dan gas beracun. Kawasan ini hanya diperuntukkan bagi gunungapi yang sangat giat atau sering meletus. Pada kawasan ini tidak diperkenankan untuk hunian dan aktivitas apapun. 23. Keterpaparan adalah tentang seberapa banyak obyek atau subyek yang terdampak oleh terjadinya suatu bencana. Dalam InaSAFE keterpaparan disebut sebagai kepadatan populasi (jumlah penduduk yang ditemukan di area tertentu) atau infrastruktur penting (bangunan, jembatan dan lain-lain), yang menjadi fokus perhatian ketika perhitungan dampak ancaman tertentu. 24. Kerusakan Harta Benda adalah suatu kejadian yang mengakibatkan kehilangan harta benda meliputi rumah, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas 10
peribadatan, bangunan lain dan jalan yang mengalami kerusakan (rusak ringan, sedang, dan berat atau hancur atau roboh. 25. Kovariat adalah satu atau lebih variabel bebas yang digunakan untuk memprediksi status dari variabel terikatnya. 26. Letusan Gunung Api adalah bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi . bahaya letusan gunung api dapat berupa awan panas, lontaran material (pijar), hujan abu lebat, lava, gas beracun, tsunami dan banjir lahar. 27. Layer adalah lapisan peta yang berisi informasi dari data. Layer bisa berupa gambar poligon, garis, teks, simbol, atau lainnya. Pemisahan gambar dalam beberapa layer ditunjukkan untuk memudahkan dalam menggambar peta selain itu informasi yang ditampilkan akan lebih detail. 28. MODIS (Moderate Resolution Imaging Spectroradiometre) adalah suatu sensor atau instrument utama yang dipasang pada satelit Terra (EOS AM) atau Aqua (EOS PM). Saterlit Terra Mengorbit bumi utara-selatan pada pagi hari pada saat melintasi khatulistiwa, sedangkan satelit Aqua mengorbit bumi selatan-utara dan ketika melintasi khatulistiwa pada siang hari. Modis memiliki 36 pita spektral atau kelompok panjang gelombang. Manfaat citra ini dapat digunakan untuk mengetahui dinamika dan proses global yang terjadi di darat, laut, dan atmosfir. 29. OpenStreetMap
adalah proyek pemetaan terbuka (open source) yang dapat
dilakukan oleh berbagai pihak baik masyarakat umum, instansi, pengajar, maupun kalangan lain. 30. Output adalah suatu keluaran hasil dari pemrosesan dalam sistem computer (output bias berupa gambar, tabel, maupun, peta). 31. Overlay adalah merupakan proses penyatuan data dari lapisan layer yang berbeda. Secara sederhana overlay disebut sebagai operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk digabungkan secara fisik. 32. Penanggulangan Bencana adalah segala bentuk upaya atau kegiatan yang dilakukan untuk meminimalisir kerugian yang ditimbulkan oleh adanya suatu
11
bencana yang terdiri dari beberapa tahapan mulai dari pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi. 33. Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang objek, daerah atau gejala dengan jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau gejala yang dikaji 34. Pengungsi adalah orang atau sekelompok orang yang terpaksa atau dipaksa keluar dari tempatnya ketempat yang lebih aman dalam upaya menyelamatkan diri/jiwa untuk jangka waktu yang belum pasti sebagai akibat dampak buruk bencana. 35. Piksel adalah bagian terkecil yang masih dapat digambarkan dalam sebuah citra. Elemen tersebut merupakan ekstrasi dari suatu citra yang disimpan sebagai digital number (DN). 36. Plug-in adalah suatu masukan atau perangkat tambahan yang dapat dihubungkan kedalam suatu benda/perangkat tertentu (misal InaSAFE kedalam Quantum GIS). 37. Poligon adalah sekumpulan titik atau pasangan garis dan koordinat yang menghubungkan paling sedikit 3 titik (vertex) dimana titik awal bertemu dan titik paling akhir saling bertemu. 38. Populasi penduduk adalah suatu istilah yang biasanya dinyatakan dalam satuan luas persatuan waktu. Dalam istilah Kependudukan, populasi digunakan untuk menggambarkan jumlah penduduk di suatu daerah dalam waktu tertentu. Misalnya di Jakarta Pusat, populasi penduduk pada tahun 2012 berjumlah 18.569 orang per km2. 39. Proyeksi Peta adalah teknik-teknik yang digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga dimensi yang secara kasaran berbentuk bola ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi sesedikit mungkin. Dalam proyeksi peta diupayakan sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik-titik di muka bumi dan di peta.
12
40. Python adalah bahasa pemrograman interpretatif multiguna dengan filosofi perancangan yang berfokus pada tingkat keterbacaan kode. Python banyak digunakan untuk keperluan umum, bahasa pemrograman tingkat tinggi. Python diklaim sebagai bahasa yang menggabungkan kapabilitas, kemampuan, dengan sintaksis kode yang sangat jelas, dan dilengkapi dengan fungsionalitas pustaka standar yang besar serta komprehensif. 41. Quantum GIS adalah perangkat lunak untuk sistem informasi geografis userfriendly dan berdasarkan proyek yang dijalankan oleh komunitas relawan serta menggunakan lisensi terbuka sangat sesuai dengan atmosfer akademik yang penuh dengan keterbukaan dan perkembangan yang ada di bawah GNU (General Public License). 42. Random forest adalah pengembangan dari Decision Tree dengan menggunakan beberapa Decision Tree, dimana setiap Decision Tree telah dilakukan training menggunakan sampel individu dan setiap atribut dipecah pada tree yang dipilih antara atribut subset yang bersifat acak. Dan pada proses klasifikasi, individunya didasarkan pada vote dari suara terbanyak pada kumpulan populasi tree. 43. Rencana Kontinjensi adalah suatu keadaan atau situasi yang diperkirakan akan segera terjadi, tetapi mungkin juga tidak akan terjadi. Perecanaan kontinjensi pada hakikatnya adalah suatu proses identifikasi dan penyusunan rencana yang didasarkan pada keadaan kontinjensi tersebut 44. Resolusi spasial adalah ukuran dari sudut terkecil atau perbedaan linier secara dua objek biasanya dinyatakan dalam radian atau meter dengan parameter resolusi yang lebih kecil menunjukkan tenaga pengubahan (resolving) yang lebih besar. 45. Satelit SUOMI adalah satelit NASA yang mengorbit bumi selama 14 hari dan hampir
mengamati
seluruh
permukaan
bumi
yang
berfungsi
untuk
mengobservasi perubahan iklim di bumi 46. Shapefile adalah format data geospasial yang umum untuk perangkat lunak sistem informasi geografis. Sebuah "shapefile" biasanya terdiri dari kumpulan 13
file yang berekstensi ".shp", ".shx", ".dbf", dan ekstensi lainnya pada sebuah nama yang sama. 47. SIG adalah adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien untuk memperoleh, menyimpan, memperbaharui, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi (ESRI 1990, dalam Prahasta 2002). 48. Skenario bencana adalah suatu kejadian bencana yang telah diperkirakan atau telah dibuat berdasarkan suatu peristiwa atau alur cerita tertentu dimana skala kejadian bencana tersebut telah ditetapkan sebelumnya. 49. Software adalah program-program komputer yang menjalankan komponen perangkat keras dari sistem pemrosesan data, termasuk sistem program pemantauan, pemrosesan bahasa komputer, kegunaan penaganan data, dan program-program analisis data. 50. SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) adalah proyek kerjasama NIMA (National Aeronautic and Space Administration) Amerika Serikat bertujuan untuk menghasilkan data topografi digital meliputi 80% permukaan bumi (semua daratan yang terletak antara 60 derajat lintang utara dan 56 derajat Lintang Selatan dengan resolusi spasial 30 meter dan resolusi vertical 16 meter. 51. Validasi adalah Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai dengan yang sebenarnya atau kejadiannya 52. WorldClim adalah seperangkat layer iklim global (grid iklim) dengan resolusi spasial sekitar 1 kilometer persegi. Data dapat digunakan untuk pemetaan dan pemodelan spasial dalam GIS atau dengan program komputer lainnya. 53. Worldpop adalah suatu proyek pemetaan yang dimulai pada Oktober 2013 untuk menggabungkan populasi proyek pemetaan AfriPop, AsiaPop dan AmeriPop . Hal ini bertujuan untuk memberikan akses arsip terbuka dataset demografi spasial untuk Amerika Tengah dan Selatan, Afrika dan Asia untuk mendukung aplikasi pembangunan dan kesehatan. 14