BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen mencangkup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya (Terry 2006). Manajemen pemasaran adalah mencakup proses, perencanaan, pelaksanaan program-program yang dirancang, penentuan harga, promosi, distribusi, gagasan-gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan kepuasan per individu (Kotler 1997). Manajemen persediaan (Inventory management) yang baik merupakan kunci keberhasilan setiap perusahaan (Harjito dan Martono 2012). Ketersediaan produk ikan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terus meningkat. Rata-rata konsumsi ikan nasional pada tahun 2009 sebesar 29,08 kg/kap/thn, tahun 2010 meningkat 30,48 kg/kap/thn, tahun 2011 mencapai 31,64 kg/kap/thn dan terus meningkat pada tahun 2012 sebesar 33,14 kg/kap/thn. Target pemerintah dalam meningkatkan rata-rata konsumsi ikan pada tahun 2013 sebesar 35,14 kg/kap/thn dan pada tahun 2014 diharapkan bisa mencapai sekitar 38,00 kg/kap/thn (KKP 2012). Tingkat konsumsi ikan di Pulau Jawa lebih rendah yaitu 14,85 kg/kap/thn dibandingkan luar Pulau Jawa sebesar 31,79 kg/kap/thn serta lebih rendah daripada tingkat rata-rata konsumsi nasional yaitu 26 kg/kap/thn pada tahun 2008. Rendahnya tingkat konsumsi ikan di Pulau Jawa dikarenakan sistem rantai distribusi pemasaran yang rendah dari hulu ke hilir. Oleh sebab itu, diperlukan sistem logistik ikan secara terpadu (KKP 2012). Serapan ikan di DKI Jakarta berada di tingkat ke empat setelah Jawa Barat (651.354 ton), Jawa Timur (605.788 ton) dan Jawa Tengah (375.505 ton) yaitu 160.022 ton pada tahun 2008. Tingkat konsumsi ikan di DKI Jakarta dalam kelompok makanan jadi sebesar 2,5 kg/kap/thn atau 23.105 ton setara ikan segar (Susenas 2008 dalam Supriadi 2012). Upaya
pemerintah
dalam
peningkatan
konsumsi
ikan
nasional
maka
disosialisasikan kampanye Gemarikan dan didirikannya Pasar Ikan Higienis sejumlah tempat di Indonesia (KKP 2012).
1
2
Didirikan Pasar Ikan Higienis oleh pemerintah sebagai upaya untuk meningkatkan minat konsumsi ikan sehingga dapat meningkatankan gizi masyarakat Indonesia. Pasar Ikan Higienis bagi nelayan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan nelayan, petani ikan, dan pedagang kecil, bagi konsumen tersedianya ikan dengan kualitas dan kuantitas yang mempengaruhi harga pemasaran (KKP 2012). Pada masa krisis global keuangan dunia saat ini, pasar tradisional mengalami tekanan dari pasar modern. Berdasarkan hasil studi A.C. Nelsen dalam Poesoro (2007) pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional menyusut menjadi 8% per tahun. Pasar Ikan Higienis merupakan pasar modern yang dikelola dengan cara profesional dengan fasilitas-fasilitas penunjang dalam pemasaran, sehingga tidak sedikit masyarakat memilih membeli suatu barang karena selain kenyamanan, produk dan barang yang diperdagangkan dapat dipercaya baik kuantitas maupun kualitasnya. Pasar Ikan Higienis (PIH) Pejompongan merupakan salah satu pasar modern di Jakarta Pusat yang menyediakan berbagai macam ikan segar dan ikan beku baik ikan laut maupun ikan darat. Jenis ikan higienis yang disediakan yaitu ikan nila, kerapu, bawal, pari, mas, hiu, gurame, kakap, lobster dan jenis kerangkerangan. Kontinuitas persediaan produk ikan higienis merupakan bagian penting dalam manajemen persedian yang merupakan faktor pemikat minat konsumen untuk tetap berbelanja di suatu tempat karena apabila jenis ikan yang ingin dibeli oleh konsumen tidak tersedia, maka dengan mudah konsumen akan berpindah ke tempat lain yang menurut mereka lebih lengkap (Setyadi 2010). Ketersediaan produk ikan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar tetap stabil perlu dilakukan suatu manajemen. Ketersediaan produk dalam perusahaan memerlukan perhitungan analisis yang tepat sehingga dapat mengetahui jumlah kuantitas dan frekuensi pemesanan produk ikan konsumsi secara optimal sesuai dengan permintaan konsumen agar kegiatan pemasaran produksi tetap stabil sehingga dapat meningkatkan profit dan menunjang peningkatan kebutuhan konsumsi masyarakat.
3
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang, permasalahan manajemen stok sesuai dengan kaidah ekonomi diidentifikasi dari tingkat keberhasilan dan keuntungan usaha perdagangan ikan higienis di PIH Pejompongan Jakarta Pusat. Manajemen stok yang baik diindikasikan dari kuantitas persediaan produk ikan higienis yang harus dipenuhi untuk memenuhi permintaan konsumen, kapan pemesanan harus dilakukan untuk menjaga kontinuitas persedian, dan berapa tingkat persediaan pengamanan yang harus disediakan untuk menjaga kelancaran kegiatan pemasaran di PIH Pejompongan Jakarta Pusat. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini antara lain: a. Menganalisis kelayakan usaha perdagangan ikan konsumsi di PIH Pejompongan Jakarta Pusat. b. Mengevaluasi manajemen persediaan produk ikan konsumsi di PIH Pejompongan Jakarta Pusat. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini antara lain : a. Bagi pemerintah sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan pemasaran perikanan khususnya ikan konsumsi sehingga dapat meningkatkan tingkat konsumsi nasional. b. Bagi stockholder sebagai masukan, solusi, dan pertimbangan bagi para pegawai di PIH Pejompongan Jakarta Pusat dalam mengelola persediaan produk ikan konsumsi. c. Bagi peneliti dan pembaca sebagai penambah wawasan dan bahan referensi dan rujukan bagi kalangan akademis untuk dilakukan penelitian lainnya yang berkaitan. 1.5 Perumusan Masalah Ketersediaan ikan konsumsi dalam mendorong akselerasi tingkat konsumsi masyarakat secara kontinuitas dan keberlangsungan proses pemasaran
4
harus tepat dan cermat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Permasalahan yang sering terjadi dalam pengadaan suatu produk yaitu broken stock yang dapat menurunkan nilai ekonomis dan peningkatan kerugian yang diakibatkan penanganan produk yang tidak benar. Apabila broken stock dalam jumlah yang banyak maka kerugian akan semakin meningkat. Permasalahan kedua adalah handling product yaitu penanganan serta pengelolaan produk ikan, jika handling product buruk maka akan berpengaruh terhadap tingkat broken stock. Ikan yang rusak akan berpengaruh pada nilai ekonomi, penampilan, serta penerimaan produk pada konsumen sehingga dapat mempengaruhi tingkat keuntungan dan kerugian perusahaan. Permintaan konsumen produk ikan konsumsi yang berfluktasi maka dalam kuantitas penyediaan produk harus disesuaikan. Persediaan yang terlalu tinggi akan menyebabkan dana yang dikeluarkan besar dalam persediaan yaitu biaya penyimpanan tinggi dan resiko kerusakan produk yang lebih besar. Resiko dari kelangkaan penyediaan produk atau stockout yang diakibatkan pemesanan yang dilakukan periode waktu yang sempit serta pemesanan dalam kuantitas yang rendah tidak dapat terpenuhi akan mengakibatkan proses produksi berhenti, penjualan tertunda, serta menurunkan tingkat pelanggan konsumen. Kuantitas penyediaan produk secara berkelanjutan (sustainable) dilakukan pada waktu dan jumlah yang tepat untuk memenuhi permintaan pasar. Tingkat keberhasilan dan keuntungan usaha perdagangan ikan di PIH Pejompongan Jakarta Pusat bergantung kepada manajemen pengadaan produk untuk dipasarkan. PIH Pejompongan Jakarta Pusat untuk memenuhi permintaan konsumen dipengaruhi oleh tingkat kuantitas pemesanan, periode waktu yang ditetapkan dan tingkat fasilitas sebagai penunjang kelancaran proses distribusi kegiatan persediaan di PIH Pejompongan Jakarta Pusat agar penyediaan produk tetap berjalan (continue). Analisis finansial merupakan metode analisis untuk mengetahui tingkat kelayakan perusahaan dalam kegiatan pemasaran. Parameter yang dianalisis adalah Revenue Cost Ratio (RCR) dan Profitability Index (PI). Revenue Cost Ratio (RCR) adalah perbandingan revenue (pendapatan) kotor atau total
5
pendapatan dengan variable cost atau biaya produksi secara keseluruhan. Profitability index (PI) adalah rasio perbandingan antara present value dari net benefit dengan present value dari investasi. Analisis manajemen persediaan meliputi Economic Order Quantity (EOQ), Reorder Point (ROP) dan Safety Stock. Economic order quantity adalah metode analisis dalam menejemen persediaan untuk meminimalkan total biaya persediaan. Biaya persediaan merupakan biaya-biaya yang dilakukan selama proses persediaan berlangsung yaitu biaya penyimpanan persediaan dan biaya pemesanan. Tujuan manajemen persediaan adalah memiliki barang-barang yang tepat dalam kuantitas yang tepat waktu dan jumlah yang tepat (Longenecker et al. 2000). Keseimbangan atau trade-off diperlukan dalam menentukan berapa banyak persediaan dalam pemesanan agar sesuai dengan kebutuhan konsumen. Keputusan penting dalam manajemen persediaan dalam metode Economic Order Quantity adalah berapa banyak jumlah bahan atau barang yang harus dipesan untuk setiap kali pengadaan persediaan dan kapan waktu pemesanan barang harus dilakukan agar persediaan optimal (Herjanto 1999). Reorder point adalah waktu diadakan pemesanan bahan sehingga penerimaan bahan yang dipesan tepat pada waktu persediaan di atas safety stock sama dengan nol (Harjito 2006). Persediaan pengaman atau Safety Stock merupakan persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan atau stock out (Assauri 2008).
6
Manajemen Persediaan Ikan Higienis di Pasar Ikan Higienis Pejompongan Jakarta Pusat
Persediaan Terlalu Besar
Kekurangan Persediaan
Stockout
Broken stock
Metode EOQ (Economic Order Quantity)
a. Kuantitas Pemesanan Optimal b. Tingkat Persediaan Pengamanan Optimal c. Titik Pemesanan Kembali Optimal
Optimalisasi Manajemen Pengelolaan Persedian Produk Ikan Higienis yang Tepat Jumlah dan Tepat Waktu.
Gambar 1. Kerangka Perumusan Masalah